Вы находитесь на странице: 1из 20

Hanya Kurenungkan

Sore ini udara serasa begitu panas, hingga badan yang hanya mengenakan kaos tipis
pun masih terasa gerah, padahal hari sudah menjelang isya. Somad lelaki tua sejak
kemarin terus berdiam di kamar tidurnya, sesekali ia keluar karena untuk ke kamar kecil
atau mengambil air wudhu. Memang sejak Tiga bulan berlalu Somad mulai kelihatan
banyak diam dan tak lagi bergaul baik dengan anak anaknya di rumah apa lagi keluar
dengan rekan rekannya. Dan yang masih kelihatan akrab menemani Somad adalah satu
hp tua, sesekali Somad menghubungi dengan SMS seseorang.

Somad merasa bahwa saat ini ada yang berubah dan menjadikan ada satu hal yang
membuat dirinya harus banyak merenung dan di pikirkannya. Semua ini terjadi akibat
istrinya yang selama ini dianggap orang yang paling mengetahui dan memahami dirinya
ternyata dengan satu tindakan sepele itu mampu mengakibatkan sikap Somad
mendadak berubah jadi pendiam dan banyak berpikir. Somad tak pernah menceritakan
permasalahan pribadinya baik ke anak anaknya atau ke rekan rekannya, terkecuali
kepada hp nya.

Assalamualaikum Somad mengirim lewat SMS.


Tiada berapa lama hp Somad berbunyi menandakan SMS nya ada balasan, Wa alaikum
salam, semoga bang Somad tetap sehat, kuat dan tetap semangat.
Alhamdulillah, hanya saat ini abang butuh nasehat dari kamu bisa tidak. Somad terus
mengirim SMS nya.
O..oh bang Somad, ada apalagi, coba bicarakan permasalahannya, semoga saja aku
bisa menemukan solusinya. Balasan SMS
Sebelumnya bang Somad minta maaf ya, sudah hampir Tiga bulan abang tak lagi bisa
menemuimu, menelepon pun sudah tidak mampu, apa lagi menemuimu, hal ini
diakibatkan karena istriku yang selama ini abang layani dengan teganya berani
membohongi abang serta berpacaran dengan beberapa pria, sakit rasanya hati ini,
namun abang tak bisa berbuat apa apa, harus bagai mana abang dalam hal ini? Somad
menjelaskan permasalahannya.
Tidak seberapa saat hp Somad berdering ada panggilan mmasuk, dengan sikap sedikit
lesu Somad menerima panggilan di hp nya.
Bang ini aku Asih, menurut Asih abang harus menyadari bisa jadi hal ini karena cara
abang mungkin ada yang berubah dalam keseharian terhadap istri abang, coba diingat
kembali, lalu bicarakan bersama istri abang dan saling memahami lah bang jangan
sampai meruncing kepada perpecahan, tidak baik lah bang. Ternyata teman bicara di
hp Somad adalah seorang wanita bernama Asih.
Memang abang sih tidak ada pikiran sampai harus ada perpisahan, hanya perasaan di
jiwa abang hingga saat ini terasa sakit dan tidak mau mengerti, kenapa ia yang selama
puluhan tahun hidup bersama dengan teganya mau berbuat sekeji itu, itu yang
membuat abang jadi terus diam dan berpikir Somad mengutarakan isi hatinya yang
menjadi beban jiwanya selama Tiga bulan ini.
Bang jangan patah semangat, dalam hidup ini tidak ada persoalan yang tidak bisa
diselesaikan loh bang, kedua abang jangan terus diam dan hanya memikirkan hal ini di
kamar terus, keluar dan bergerak seperti biasa saja lah bang, nikmati saja hidup ini
dengan ringan bang. Asih lewat hp nya terus memberi dorongan semangat kepada
Somad.
Hmm terima kasih ya atas supportnya, maaf saja selama ini abang hanya selalu
mengganggu waktumu de Asih.. Somad mangakhiri pembicaraan di hpnya.
Terkadang suatu persoalan bisa menutupi hati dan akal pikiran kita, apa lagi
menyangkut hati, dimana persoalan persoalan seperti ini sering terjadi kasusnya dalam
kehidupan rumah tangga.
Namun ternyata untuk bisa mengantisipasi sebelum terjadi kita harus sering
mengevaluasi dan kembali mengingat apakah sikap kita tetap dalam kerukunan atau
sudah ada yang berubah.
Dan jika sedang dialami maka kita jangan cepat mengambil keputusan dengan didasari
marah dan emosi, namun kita terus mencari petunjuk kepada orang yang kita percaya.

Cerpen Karangan: Ahmad Muhammad Alawi


Piala Untukmu

Hari yang cerah, cukup melelahkan. Keringat membuat hampir seluruh tubuhku basah.
Handphone berbunyi tanda ada panggilan masuk, panggilan itu dari seseorang yang
sangat aku tunggu-tunggu dari tadi pagi, aku pun segera mengangkatnya. Iya kak
ujarku put, kakak udah di bandung, putri sekarang dimana? Iihh, kok kakak gak
bilang-bilang sih kalo mau pulang, putri lagi latihan badminton di tepat latihan biasa.
Oh gitu yah, ya udah kakak ke situ iya kak, emang kakak sekarang dimana? Di
rumah putri tuh gak bilang-bilang lagi mau ke rumah, putri kan bisa izin buat gak
latihan, diem disana putri aja yang pulang kak gak usah, tungguin aja disana, kakak
kesitu, ini lagi di jalan udah dulu. Telepon terputus.

Pak saya izin dulu mau ke luar sebentar kataku kepada pelatih mau ketemu sama toni
yah ujarnya emm, iya pak kataku pelan tadi toni udah izin sama bapak, silahkan kalo
mau pergi sekarang ujarnya. 0h iya pak, makasih kataku sambil tersenyum tipis
dengan pipi yang sedikit merah. Aku pun segera pergi ke depan untuk menemui orang
yang sangat aku sayangi ini.

Tidak lama aku menunggu, mungkin hanya beberapa menit terlihat seseorang yang
memakai motor ninja berwarna merah, dengan jaket berwarna merah melaju dari arah
barat. Dia berhenti tepat di depanku, dia tersenyum dan berkata Ayo put! Kemana?
Ujarku Kemana aja, cari makan yu, pasti kamu belum makan yah? Emm, tapi
(mengerutkan kening) tapi apa aku udah izin sama pelatih kamu, lagian cuma
sebentar kok put iya putri tau, tapi kak masa baju aku kaya gini? Pake kaos tim gini?
Gak papa biar orang-orang tau kamu atlet badminton haha, ya udah deh. Aku pun
menaiki motornya.

Motor melaju dengan kencang. Kami berhenti di sebuah cafe, tempat kami biasa makan
bersama.
Mau pesen apa mba, mas? Kata seorang pelayan Kamu mau makan apa? Ujar kak
toni apa aja deh, sama in aja kak mba saya pesan spageti dua ujarnya kepada sang
pelayan minumnya mas? Teh lemon panas aja mba tidak lama pesanan pun datang.
Kami makan sambil ngobrol, langit mulai mendung, dan akhirnya turun hujan. Tidak
terasa kami mengobrol cukup lama, kurang lebih satu jam setengah, makanan kami pun
sudah habis yang tersisa hanya teh lemon panas yang sudah dingin.
Kak udah jam setengah tiga, pulang yu. Tas aku juga masih ada di gor. Iya ayo, eh
tapi kan masih gerimis put, lima menit lagi aja ya nunggu hujannya berhenti. Ujar kak
toni tapi kak, belum selesai aku bicara kak toni memotong pembicaraan ku ya udah
ayo, ini pake jaket kakak ujarnya memberikan jaket berwarna merah. Nggak ah kak,
kakak aja memberikan jaket itu kembali. Ya udah kalo gak mau gak jadi pulang nih,
kakak kan pake baju panjang nah kamu? Ya udah deh memakai jaketnya dengan
sedikit terpaksa. Kami pun pergi dari cafe itu, motor melaju dengan cepat, karena hujan
turun dengan deras. Beberapa kali aku menarik baju kak toni, dan berkata kak pelan-
pelan aja tapi mungkin karena dia memakai helm jadi dia tidak mendengarnya. Aku
yang saat itu hanya memegang bajunya, karena takut dan dingin aku mempererat
pegangan bisa dibilang aku memeluknya.

Rasanya motor ini melaju dengan sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Tiba-tiba
rasanya seperti terguncang, dan mendengar suara benturan yang sangat keras,
membuat badanku seperti terombang-ambing, mataku sulit terbuka, sejenak berfikir,
apakah kami jatuh? Aku mendengar keributan, suara sirine ambulan, dan mobil polisi.
Juga suara orang-orang yang tidak terdengar jelas. Aku berusaha untuk membuka mata
ini, akhirnya aku bisa membuka mata ini, kulihat di sekelilingku banyak orang, dan ada
seseorang yang tergeletak di sisiku, dia dia orang yang sangat aku sayangi dia kak toni,
hampir seluruh badannya berlumuran darah, helmnya masih terpasang dan lalu ada
orang yang membukanya. tapi mata dia masih terbuka, aku sangat ingin berbicara
menanyakan apa dia baik-baik saja tapi ini sulit, aku melihat dia seperti ingin
menyampaikan sesuatu, kami saling menatap entah apa yang ingin ia sampaikan
kepadaku, tapi aku sangat mengkhawatirkannya. Tiba-tiba matanya tertutup, datang
beberapa orang yang mengangkatnya dan membawanya ke ambulan. aku ingin bangun
dan berlari mengejarnya, ada seseorang yang berbicara kepadaku dengan pelan, bahwa
dia sudah meninggal entah siapa yang berbicara seperti itu, tapi dunia ini seperti kiamat,
dan pandanganku tiba-tiba gelap, lalu aku tidak ingat apa lagi yang terjadi pada waktu
itu.

Kubuka mata ini, terlihat seperti kamar, tapi ini bukan kamarku. Apakah ini rumah sakit?
Tapi mana mungkin ruangannya seperti kamar anak laki laki dengan beberapa poster
dan catnya sedikit gelap, serta terdapat gitar di pojok kamar. Kepalaku diperban, dan
infusan ini ada di tanganku. Aku lupa kejadian apa yang telah aku lalui sebelumnya
sehingga aku bisa terluka. Lalu ada beberapa orang yang datang ke ruangan ini, lalu
mereka duduk di tempat tidur itu, aku tidak kenal dengan mereka, mereka memakai
baju hitam dan kerudung hitam. Beberapa orang dari mereka mengolesi leher dan
hidungku dengan kayu putih. Salah satu dari mereka berkata kak, ini aku dewi adiknya
kak toni. Kakak ingat kan? Iya aku mengingatnya dia adiknya kak toni dewi. Mereka
yang ada di kamar itu seperti aneh, mereka saling berbisik. Lalu dewi mendekat ke
arahku dan bibirnya mendekati telingaku dia berkata kakak yang sabar kak toni udah
nggak ada, mendengar itu membuat aku berfikir sejenak dan iya aku ingat semuanya,
semua kejadian sebelumnya, kecelakaan yang membuat pacarku itu terluka, dan dia
sekarang meninggal? Aku menangis, menjerit, rasanya ini seperti mimpi buruk, seperti
kiamat, diriku tidak bisa terkendali aku seperti gila.

Orang-orang datang ke kamar itu, mereka menenangkanku, lalu ibuku datang dan
memeluku, setelah itu ibunya kak toni juga datang dia terlihat sangat hancur dia
memeluku dengan sangat erat, dia berkata bahwa aku harus kuat, hidupku harus tetap
berlanjut. Setelah aku mulai tenang, ibunya kak toni mengajaku untuk pergi ke makam
kak toni, dia meminta maaf karena jasadnya kak toni langsung dimakamkan karena aku
pada waktu itu tidak kunjung sadar. Beberapa orang menuntunku ke mobil, tidak lama
kami pun sampai di pemakaman. Aku tidak mampu berjalan, beberapa orang
menyanggaku agar aku tidak jatuh.

Tibalah dimana di depanku terdapat makam seseorang yang sangat aku cintaku dan
sayangi, dia yang paling mengerti diriku setelah orangtuaku, dia yang selalu memberiku
semangat, dia yang ada ketika dunia menjauh, dialah satu-satunya. Tertulis namanya di
batu nisan, bunga yang masih segar dan tanah yang masih basah. Aku hanyut dalam
tangisan, lantunan surat Yassin yang dibacakan oleh beberapa orang di tempat itu
membuat aku semakin deras meneteskan air mata. Mungkin aku tidak seperti
sebelumnya yang sangat histeris, aku mencoba untuk tenang dan menerima keadaan.
Karena diamnya aku, mungkin emosi yang tidak keluar itu membuat aku pusing,
pandangan menjadi kabur dan bruukkk aku tidak sadarkan diri.

Cahaya itu membuat mataku silau, dan memaksaku untuk membuka mata. Kulihat
kamarku seperti biasa. Air mata ini kembali menetes menyadari bahwa hari sekarang
berbeda dengan hari kemarin, karena seseorang telah pergi, pergi jauh dan aku tidak
bisa menggapainya. Tapi ketika aku ingat dia, ingat semua pesan yang selalu ia
sampaikan. Bahwa aku harus maju, harus menjadi orang sukses. Aku berfikir bahwa
tuhan pasti memberi jalan yang terbaik untuk hambanya. Aku menghapus air mataku,
dan mulai bangkit dari tempat tidur. Terlihat di dinding terbanyak foto kami, foto kami
dengan moment yang berbeda. Mencoba untuk ikhlas dan menjadikan dia sebagai
motivasi untuk terus maju.

Dengan kembali ke kehidupanku seperti biasa, mungkin berbeda, tapi ini harus dijalani.
Emosiku keluar pada saat aku bermain badminton, mengingat dia ingin melihat aku
menjadi atlet badminton yang hebat. Aku terus berlatih, mungkin hikmah dari semua ini
adalah aku menjadi juara pemain badminton putri tunggal di beberapa kejuaraan,
mendapat piala, piagam dan yang lainnya. Piala terbesar dan aku dedikasihkan untuk
dia, dia membuat aku seperti ini, dialah kak toni.

Cerpen Karangan: Renita Melviany


Sendiri

Namaku Thomas, temanku sering memanggilku Tom. Aku adalah seorang pelari bebas.
Teman-temanku banyak yang kagum pada kehebatanku. Aku bisa melompat sejauh
empat meter dan melakukan aksi-aksi yang banyak orang tidak bisa melakukannya. Itu
sebabnya temanku banyak yang mengagumiku. Kehebatanku dalam berlari bebas
sangat dikagumi oleh banyak orang juga selain teman-temanku. Akan tetapi, aku
sangatlah sombong. Memang dari kecil ayahku sering berkata bahwa diriku ini sombong.
Aku sering menunjukan kehebatanku di depan banyak orang demi mendapat pujian. Di
keramaian ataupun di sosial media dalam bentuk video.

Pada suatu hari, aku sedang membuat proyek video tergila yang pernah aku buat. Ya
seperti biasa, proyek itu aku buat demi mendapat pujian di banyak belahan dunia karena
aku akan menyebar luaskannya di Internet. Proyek itu sudah aku rencanakan sejak dua
bulan yang lalu. Proyek itu akan aku lakukan di area gedung-gedung tua yang sudah
ditinggalkan. Area itu dekat sekali dengan rel kereta api yang membuat suasananya
terlihat lebih Urban/Hip-Hop. Rencananya, aku akan melompat sambil berputar di udara
dari atap gedung ke satu ke atap gedung kedua yang lumayan lebih rendah dari gedung
pertama. Jarak antara gedung kira kira 4 setengah meter dan selisih tinggi kedua
gedung adalah enam meter. Semuanya sudah aku persiapkan dengan matang mulai dari
kamera dan mental.

Aku mulai bergerak menuju lokasi dengan mobilku. Aku membawa empat orang
temanku. Mereka kubagi dua kelompok dan tentunya satu kelompok berisi dua orang.
Kelompok pertama akan merekamku dari gedung pertama. Sedangkan kelompok dua
akan merekamku dari gedung kedua. Sesampainya disana, aku segera menuju ke atap
bangunan pertama. Temanku menyarankanku untuk melakukan pemanasan terlebih
dahulu. Tetapi karena kesombonganku, aku tidak mempedulikan temanku dan segera
menyuruh temanku untuk mempersiapkan kamera.

Kamera sudah siap, ditandai dengan temanku yang sudah mengacungkan ibu jarinya di
udara. Jantungku mulai berdebar-debar. Perasaanku sudah bercampur aduk seperti
adonan kue. Antara takut dan bersemangat. Aku menghela napas. Aku memejamkan
mataku berulang-ulang kali sampai pada akhirnya aku mulai berlari. Aku berlari sangat
cepat. Langkahku yang panjang membuat angin kecil bertiup dari arahku. Setelah sudah
sampai di ujung atap gedung, aku mulai melompat dan berputar di udara. Aku hanya
menutup mata saat berputar di udara. Temanku merekamnya dengan mulut yang
terbuka lebar. Aku bisa merasakan isi perutku yang berkocokan. Tak kusangka, aku
berhasil melakukan aksi aku. Aku mendarat dengan sangat mulus di atap gedung kedua.
Aku segera mekukan gaya sombongku di atas gedung. Teman-temanku bersorak ke
arahku. Betapa bangganya aku pada diriku sendiri.

Aku memeriksa hasil rekamannya. Hasilnya sangat bagus. Hatiku sangat senang.
Pikiranku menjadi sangat segar setelah melihat hasil rekamannya. Aku bisa merasakan
semua darahku mengalir sangat cepat dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aku sudah
sangat yakin bahwa aku akan mendapat banyak pujian di Internet setelah melakukan
aksi gilaku yang barusan aku lakukan. Kami akhirnya memutuskan untuk pulang dan
merayakan keberhasilanku.

Saat di mobil, aku bersama teman temanku bersorak-sorak sambil memukul atap mobil.
Kami memutar lagu yang sangat kencang di mobil untuk menambah keseruan. Kami
bahagia layaknya seekor burung yang terbang bebas. Sesampainya di rel kereta api
yang di dekat gedung, aku mulai mengurangi kecepatan dan mulai menyebrangi rel.
Karena lagu yang kami dengar sangat kencang, kami tidak dapat mendengar bahwa
alarm Rel sudah menyala tanda kereta akan lewat. Aku melihat kereta melaju sangat
kencang ke arah mobil yang kami tumpangi. Aku hanya menutup mata dan pasrah
dengan apa yang terjadi. Mobilku melayang di udara dan terlempar ke sisi lain rail.
Mobilku hancur dan empat temanku meninggal dunia.

Tak lama ambulan dan polisi datang. Aku tak percaya diriku masih hidup. Ambulan
segera membawaku ke rumah sakit karena tulang di seluruh tubuhku patah. Aku harus
menghabiskan waktu dua tahun di rumah sakit dan tidak dapat berlari bebas lagi. Aku
selalu bertanya pada diriku mengapa? Mengapa hanya diriku?. Pertanyaan itu selalu
ada di pikiranku hingga saat ini. Sekarang aku harus menjalankan sisa hidupku di atas
kursi roda tanpa ada teman satu pun yang menemaniku.

Cerpen Karangan: Aprialdano Arjuna Jaya (Milo De OStolth)


Hasil Dari Sebuah Usaha

Hiduplah seorang anak yang bernama Andhik, sejak kecil ia hanya tinggal dengan Ibu
dan adiknya, Bapaknya pergi merantau ke Jakarta dan hanya pulang 3 bulan sekali,
namun walaupun begitu Andhik tetap sayang dengan keluarganya.
Sejak SD Ia memang dikenal sebagai anak yang pandai, dibalik sikap dan wataknya
yang pendiam dan humoris. Namun ada satu kendala yang dihadapi olehnya saat SD, ia
belum mengenal teknologi atau istilahnya gaptek gagap teknologi. Sejak diadakannya
Ekstra Komputer pertama kali, ia sangat tertarik untuk memahami tentang komputer,
hingga pada akhirnya ia membuat Komputer mainan yang ia gunakan untuk latihan
mengetik yang terbuat dari kardus. Andhik membuat Komputer mainan dikarenakan ia
tidak berani meminta dibelikan komputer kepada Orangtuanya, Sejak saat itulah Jiwa
kreativitas Andhik mulai tumbuh.
Saat masuk SMP Andhik mulai menabung uang saku yang diberikan Orangtuanya, Ia
menabung agar dapat membeli Laptop sendiri. Sedikit demi sedikit Uang yang ditabung
olehnya mulai terkumpul.

Saat Libur kenaikan kelas diadakan acara khitanan di rumahnya, saat itulah semua
keluarganya berkumpul, dan ketika Pakdhe Andhik bertanya kepadanya, mau minta
hadiah apa, Lalu ia menjawabnya ia menginginkan sebuah laptop.

Keesokan harinya Andhik merasa gembira karena sudah ada sebuah Netbook atau
Laptop mini yang dibelikan pakdhenya untuknya. Andhik kemudian memberikan Uang
celengannya agar dibelikan sebuah Printer dan Modem oleh ibunya. Sejak saat itu ia
mulai mengeksplore tentang komputer.

Waktu mau kelulusan SMP, Andhik bingung mau meneruskan ke SMA / SMK, kemudian
ia berpikir, bahwa ia akan lebih mendalami ilmu tentang komputer, maka diputuskannya
ia masuk SMK jurusan TKJ (Tekhnik Komputer Jaringan), Sebelum masuk SMK ia sudah
punya bekal sedikit ilmu / pemahaman tentang komputer saat itu ia pandai bermain
Powerpoint dan Belajar Ngeblog.

Saat masuk SMK Andhik berusaha keras agar lebih paham tentang komputer. Andhik
mempelajari berbagai macam ilmu ynag ada di komputer seperti mendesign, Coding,
Mengoprek Android, Programming, dan lain lain. Dari itulah ia mempunyai modal untuk
membuka sebuah usaha Service Komputer. Dan sejak saat itulah Peralatan yang
dimilikinya mulai lengkap. Sekarang Andhik memperoleh hasil yang ia peroleh dari
usahanya selama ini.
Cerita ini merupakan sebuah kisah yang diambil dan ditulis langsung oleh Andhik, Ia
mengambil kisahnya sendiri untuk dituliskan pada sebuah cerita. Terimakasih semoga
bermanfaat untuk kita semua.

Selesai.

Cerpen Karangan: Andhik Prastiarto


Sepatah Kata Seribu Bencana

Gemerlap kelap-kelip cahaya pasukan bintang di angkasa raya, suguhan panoramanya


begitu indah tak boleh dipandang sebelah mata. Akan tetapi, bertolak belakang dengan
keadaan di sepanjang jalan Pangeran kornel ini. Lampu-lampu jalanan raya bersinar
redup, lebih tepatnya ke remang-remang. Tak ada satu pun pejalan kaki ataupun
pengendara bermotor, berkeliaran di jalan ini, hanya satu atau dua kendaraan yang
berani lewat, itu pun kendaraan umum seperti angkot ataupun bus mini. Suasananya
sangat mencekam, apalagi sekarang adalah jam tengah malam. Waktunya para arwah
dan hantu penasaran bergentayangan.

Aku baru saja pulang bekerja. Entah kebetulan atau nasib belaka, aku diturunkan paksa
oleh kondektur bus.
Cepat turun!
Ta-pi mang
Belum saja melanjutkan perkataanku, benda ini pun berhenti dan aku didorong ke luar
pintunya.
kihhh.. Sial.. pekikku
Aku kesal karena tas yang berisi pakaianku masih di bus itu, hanya pakaian yang
kukenakan, dan dompet serta handphone masih tersisa.
Brungg!
Seketika, bus itu dipacu dengan kecepatan tinggi.
Dasar sopir sama kondektur gak punya otak, udah nurunin aku seenaknya, sekarang
kabur cepet-cepet. Tabrakan, baru tau rasa! Aku menggerutu sambil merapikan
pakaian yang kusut ini, karena ditarik paksa tadi. Dan lalu berjalan perlahan ke arah
wetan.
Tak lama kemudian, terdengar suara kempisan rem bus di arah belakang yang disusul
dengan suara tabrakan.
Psshhhh.. Brakkk!
Aku pun kaget, karena ucapanku tadi menjadi kenyataan. Bukannya melihat peristiwa
itu di tempat kejadian, aku malah berlari ketakutan, aku tak kuasa menahan detak
jantung yang semakin menjadi-jadi, hela napasku semakin tidak beraturan.

Akhirnya aku menemukan halte di pinggir jalan, rasanya aku terselamatkan. Aku pun
duduk di salah satu bangku, untuk menenangkan diri.
huh.. huh.. huh Alhamdulillah!
Untung saja ada halte, mana jalanan dari tadi gelap amat. Kalau terang gini kan gak
bakalan takut sama hantu. Ada hantu, paling hantu gak ada kerjaan, hihi. lanjutku
dalam hati.
Tak satu menit aku duduk di sana, tiba-tiba lampu halte itu mati-menyala tak beraturan,
seperti dipermainkan.
Astaga.. Apa lagi ini.. celotehku dalam hati.
Ada sesuatu yang menarik kaki ku, tangan ku, ya.. dan juga baju belakangku. Aku pun
mencoba memberanikan diri untuk melirik ke arah belakang kursi yang aku duduki.
Terlihat samar bayang-bayang hitam dari balik tubuhku, wajahnya terlihat horor, kedua
bola matanya meleleh ke luar dari kelopak mata. Dia seperti orang yang gosong akibat
tersengat listrik, pikirku dalam hati.
Aku berusaha bangkit dan berdiri, tapi rasanya badanku telah kaku dan mati. Tak ada
satu kata pun terlontar dari bibirku, sampai-sampai aku tak mengingat ayat ayat suci Al-
Quran akibat ketakutan.

Aku mencoba memejamkan mata sambil menenangkan diri, tatkala itu, lampu halte itu
pun kembali menyala. Namun, tubuhku terasa didorong oleh seseorang dari belakang.
Dan Makhluk tadi pun menghilang.

Bugghh..!
Kepalaku terluka, mengenai tiang halte yang ada di depan. Darah segar menetes dari
pelipis ku.
Aku bangkit dibantu dengan memegang tiang yang kutabrak tadi, tak sengaja sebuah
kabel putus yang masih beraliran listrik di tiang itu aku pegang.
Aaaaaaaa. teriakku
Masih sempat saja aku berpikir, meski dalam keadaan tersengat listrik bertegangan
tinggi. Apa aku akan mati? Itulah yang terus aku pikirkan saat itu.
Mulai, mataku terasa berat dan semakin terasa akan ke luar dari kelopak matanya.
Badanku terasa lemas, detak jantungku mulai enggan berdetak lagi.

Mati..!!

Bangun fan.. Ini udah siang, apa kamu gak masuk kerja? teriak seseorang yang tak
lain adalah ibuku.
Aku membuka mata dan bangkit dari ranjang, namun ada hal yang ganjal. Aku merasa
pelipisku sakit, segera aku pun merabanya dengan tangan kananku.
Benar saja, ada bekas luka dan darah yang mengucur dari pelipis ku.
Ohh tidak.. Apa sebenarnya ini? tanyaku dalam hati.
TAMAT

Cerpen Karangan: Irfan Saepudin


Musuh vs Teman

Namaku Zilsilia aku bersekolah di smp nusa dan bangsa. Aku punya sahabat namanya
Liana dan seorang musuh bernama Intan. Liana sangat baik dia selalu ada di suka
maupun duka yang kualami. Sedangkan Intan dia dibenci teman-temannya dan suka
mencium bau kaos kaki.

Suatu hari di kantin


Kau jangan asal tuduh begitu! Aku tidak sengaja!. Intan berusaha membela diri.
Bilang saja kau yang senggol es cendolku!. Aku marah Intan menyenggol minumanku.
Ada bu eli!. Liana mencoba melerai perkelahianku dengan berbohong.
Intan berlari sambil berkata. Lihat saja nanti zilsilia!.
Aku jadi takut dengan ancaman itu.
Malam harinya Liana menginap di rumahku karena orangtuanya sedang ada di luar
negeri untuk pekerjaan. Malamnya aku tertidur pulas tapi, terbangun pada pukul 3
subuh. Suara rintihan Liana! Aku ke ruang tengah, saklarnya tidak bisa dinyalakan, apa
ini karena Intan?
Suara rintihan Liana semakin menyayat hatiku. Aku ke dapur asal suara itu, saklarnya
rusak semua! Tiba-tiba ada yang memukul dari belakang dan aku pun pingsan.
Aku terbangun di dalam sebuah gubuk.
Aku melihat gadis berjubah hitam dengan topeng milik Intan! Liana, pasti disakiti
olehnya!
Di mana Liana Intan?!! Dasar kau..!. Ucapanku terpotong oleh Intan, tapi suaranya
seperti Brengsek hahaha!. Suaranya Liana!.
Liana? Apa maksudnya ini?!!. Aku mulai menangis.
Nona cantik, mungkin kau tidak tau tapi, aku tau!. Ucap Liana.
Orangtuamu membuat perusahaan orangtuaku bangkrut! Dia akan ditangkap polisi
karena dianggap melakukan pemalsuan tanda tangan! Dia akan dieksekusi mati di luar
negeri!. Liana mulai menangis lalu tersenyum lagi. Sekarang penggantinya adalah
kau!. Liana mulai mengangkat pisau dan
Bruk!
Intan memukul Liana dengan balok kayu!
Kenapa dia mau menolongku?
Aku sudah tau rencananya dari dulu! Ayo kita pergi!. Intan melepaskan ikatan tali
yang kuat itu. Lali kami pun kabur dari gubuk itu. Kenapa kau mau menolongku?.
Tanyaku.
Orangtuaku seorang mata-mata, Liana sudah lama dicurigai akan melakukan ini!.
Jawab Intan.
Aku melapor ke kantor polisi dan Liana akhirnya ditangkap polisi dengan bantuan
orangtua Intan. Karena Liana kurang cukup umur untuk dimasukkan ke penjara, Liana
dimasukkan di rumah sakit jiwa karena gila. Sejak saat itu aku berteman dengan Intan.

The end

Cerpen Karangan: A. Naila Isna Maghfirah


Dimensi Lain

Aku baru saja mulai menapaki jejak-jejak petualangan dalam mimpiku ketika jeritan
keras yang berasal dari ruang tamu kudengar, aku langsung terbangun, jantungku
berdebar tak menentu, kesadaranku belum benar-benar terkendali, mataku masih
memandang samar-samar. Dengan langkah gontai aku menuju ruang tamu yang entah
kenapa mati lampu, kupaksa retinaku agar terbiasa secepat mungkin dengan keadaan
sekitarku. Klik! Lampu menyala dan hal pertama yang menjadi titik fokus pandangku
adalah keadaan ruang tamu amburadul bagai kapal pecah, sofa terkoyak sana sini, dua
buah lampu hias pecah berserakan di lantai, dan yang paling mengerikan yaitu darah
berceceran di semua tempat, dinding yang dicat putih, kini bercampur darah. Aku
mematung, otakku tak bisa berkompromi dengan apa yang kulihat, aku gemetar hebat.

Aku kumpulkan sisa-sisa keberanianku untuk mencari sumber daripada ceceran darah
itu. Aku melangkah perlahan dan pelan, ada bekas pijakan di samping sofa menuju ke
dapur. Kuputuskan untuk mengikuti jejak itu, makin mendekati dapur, darah yang
menjadi jejak pijakan itu semakin mengental dan banyak. Bau amis mulai menusuk
hidung hingga perutku mual rasanya. Keringat membasahi area pelipis dan dahiku
bercampur dengan kecemasan tentang hal apa yang sedang terjadi menimpa
keluargaku.

Di pintu dapur, aku mulai berjalan sepelan mungkin ke arah gudang yang terletak hanya
beberapa langkah dari tempatku berdiri, pintunya sengaja dibikin mirip dengan pintu
lemari untuk mengecoh siapa saja yang baru datang di rumah kami. Aku benar-benar
takut kali ini. Aku mengintip dari celah pintu yang tidak terlalu besar.

Tiba-tiba ada sesuatu yang berjalan memasuki dapur, suaranya terdengar sengau dan
berat, kakinya berbulu hitam lebat, cakar hitam yang tajam, dan oh dia menyeret
sesuatu. Sesuatu itu adalah Sepupuku Linda yang menginap di rumahku. Diangkatnya
Linda ke atas meja makan di tengah ruangan, perutku makin mual ketika melihat kepala
Linda yang hancur setengah bagian, mata kirinya copot, wajahnya penuh cakaran. Oh
my god! Makhluk apa ini sebenarnya, jeritku tertahan. Dengan cakarnya yang tajam,
makhluk yang ternyata bertaring dan bermata merah itu mencabik tubuh Linda yang
tergolek tak berdaya, makhluk buas itu melakukannya tanpa henti hingga usus Linda
berpindah tempat, bercampur darah yang juga berceceran kemana-mana.

Kengerian kian menyelimutiku, aku melangkah mundur. Baru kali ini seorang Vera
Zenny mengalami hal seperti ini, wajar saja bila ketakutanku memuncak. Praakk!! Bunyi
keranjang yang jatuh karena tersenggol olehku, matilah aku. Jangan sampai makhluk
buas itu menemukanku, keringat bercucuran deras ke seluruh tubuhku. Mataku fokus
mengawasi celah yang tadi menjadi tempaku mengintip dan ada siluet yang bergerak
maju ke arah gudang, ke arahku. Tuhan, tolong aku! Butiran hangat perlahan
membasahi pipiku lagi dan lagi, hingga pintu itu benar-benar dibuka yang menimbulkan
bunyi memilukan.

Kini di hadapanku berdiri makhluk bertubuh tegap dengan tonjolan tak beraturan di
sekujur tubuhnya, mata merah menyala, taring tajam, cakar panjang penuh darah, dan
bau tubuhnya sangat menyengat. Jejak-jejak darah masih ada di wajahnya yang
bersisik. Aaaaaaaaaaaa!!!! Aku menjerit sekeras-kerasnya ketika tangan makhluk buas
itu menyentuh pipiku, kulitnya begitu kasar. Namun tiba-tiba dilepas, aku mendengar
namaku dipanggil.

Kupaksa mataku agar terbuka, kulihat ibuku tengah memandangku prihatin. Matanya
meneduhkanku, Kamu demam sayang, jadi mimpi yang aneh-aneh ucap beliau
lembut. Kemudian memelukku, aku tersenyum, nyaman. Kutepis semua rasa
kekhawatiranku.
Semoga tak ada mimpi aneh lagi.

Cerpen Karangan: ALis W


Dibalik Itu Ada Kebahagian

Jenuh, sendirian dan sepi itulah yang aku rasakan selama satu tahun ini, aku adalah
anak orang sederhana yang melewati hari demi hari dengan apa adanya.

Liaaa cepat banggun nantik kau terlambat sekolah teriak ibu.


Aku tidak sukak dibangunkan dan juga aku masik mengantuk.
Ibu tidak salah membangunkanku sepagi ini, aduhhh ibuuuu lia bisa bangun sendiri
nanti ujarku sambal menutup mataku kembali
Astaga liaaaa sampai kapan kau begini sudahlah cepat bangun, mandi, sholat dan
sekolah cepat ujar ibu kesal
Oh baiklah baiklah ujarku terpaksa
Sampai sekolah ku segera masuk karena bel sebetar lagi akan berbunyi
Untung saja tidak terlambat lagi ujarku. Saat aku masuk ke dalam kelas aku segera
duduk di bangkuku, tak lama farah duduk di sebelahkan.
Tak seperti biasa ujar farah dengan wajah menatapku aneh
Memangnya ada apa dengan kau ini ujarku sambal agak mengamattinya
Tidak seperti biasa, kau tidak telat ujarnya
Apalah yang kau bicarakan itu ujarku sambil membalikan wajahku. Saat aku
membalikan wajahku ke bangku fara, astagaaa Kenapa sih dengan anak anak ini,
kenapaaa semuanya menjauhiku teriakanku dalam hati Apakah salahku ya tuhan
ujarku pelan
Saat istirahat aku meliwati koridor sekolah yang rata rata ramai ya memang ramai kan
istirahat, saat aku memasuki kantin semuanya membicarakan tentang anak baru yang
mau masuk besok, astaga bagiku mereka sanggat lebay sekali Tidak kah ada topik lain
selain itu ujarku sambal melewati mereka semua. Ada apa denganmu lia, apakah
kamu iri ujar chacha musuh berbuyutanku. Siapa bilang aku iri, aku cuma tidak suka
saja kita itu sudah kelas 6 sebetar lagi kita akan lulus tapi sikap kalian seperti anak
kecil
Kalau memang kamu tidak suka kunci saja mulutmu ujar nadhia teman chacha
Huhh aku serba salah disana salah disini salah daripada adu mulut mendingan aku pergi
dari sini saja cape dengar omelan mereka. Oh yah aku baru sadar kalau 2 minggu lagi
aku berulang tahun yap tanggal 16 juni adalah ulang tahunku duh senangnya, karena
terlalu senang aku pun senyam senyum gak jelas
Kau nih kenapa senyam senyum gak jelas kayak orang gila gitu ujar tania temanku
mulai tk, ya walaupun dia jutek tapi gak papa yang penting punyk temen Dateng
datang nyidir kamu inih ujarku kesal Kamu tuh senyam senyum sendiri, gak malu
dilihat orang ujar tania sambil tertawa
Kenapa harus malu memangnya aku ngelakuin apa, aku gak ngelakuin apa apa kok
ujarku sambil memasang wajah merengut Jangan merengut aku gak sukak kaya abis
makan sambal yang banyak cabainya aja kamu ujarnya sambil berlalu, huh membuat
kesal saja si jutek itu
Sampai rumah aku sudah disambut dengan regekan adik bayiku. Dengan terpaksa aku
lagi lagi dan lagi menyembunyikan perasaan sedihku dan segera memasang wajah ceria
Assalamualaikum ujarku sambil tersenyum ceria, tiba tiba aku dikagetkan dengan kue
yang bertuliskan lia selamat ulang tahun. Hahahaha ternyata sekarang tanggal 16 juni
ihhhh sungguh mengasikan hari ini.
Sekarang aku percaya bahwa dibalik kesedihan pasti ada kesenangan dan dibalik ejekan
pasti ada hiburan untukku

Cerpen Karangan: Delia Verliony Safarah


Elang dan Dara

Bermipilah maka Tuhan aku memeluk mimpi-mimpi itu Andrea Hirata

Kutipan itulah yang selalu terngiang-ngiang di kepala anak gadis bermata layu itu, tak
ada yang bisa diharapkan lagi, hanya secuil mimpi yang membuatnya bertahan hidup,
usia yang seharusnya belum pantas untuk merasakan kepahitan hidup, masih jauh
Oh.. tapi takdirlah yang menunjukkan, gadis kecil bermata sayu, amat menyedihkan
nasibmu Nak

Gadis kecil berjalan sendirian tak tentu arah, hanya ingin menikmati angin malam agar
dapat menyejukkan hatinya, langkahnya gontai tapi mantap, matanya semakin sayu
menunduk ke bawah, sesekali mengambil napas berat dengan menatap kosong sekitar,
gadis kecil bermata sayu kini duduk, mencoba memikirkan lagi masa depannya akan
seperti apa, tanpa memperdulikan lagi di sekitar, ia terkesiap ketika tiba-tiba laki-laki
dewasa sudah ada di hadapannya, lelaki dewasa tersenyum hampir tertawa melihat
gadis kecil terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba
kenalkan, panggil saja Elang. laki-laki dewasa mengulurkan tangan
Sambil tergagap gadis kecil menjawab ah ya.. a aku u Dara.
aku tidak sengaja mengikutimu, aku sama sekali tidak bermaksud mengganggumu
gadis kecil, aku hanya ingin menjadi temanmu, maukah kau jadi adikku. ucap tulus
lelaki dewasa
tidak masalah, aku senang akan punya kakak baru tawa Dara.
Mereka lalu membahas banyak hal, cepat sekali akrab. seperti teman lama yang baru
berjumpa kembali setelah sekian lama tak bertemu.
Waktu pun berjalan, hubungan kedua semakin erat. saling menyemangati tanpa henti,
saling menguatkan. Bagi gadis kecil seperti Dara hidup tak ubahnya hanya mimpi yang
terus tumbuh di dalam jiwanya, seluruh aliran darahnya, yang pada kenyataanya hanya
kosong, tapi setelah ia bertemu dengan Lekaki dewasa bernama Elang Hidup baginya
lebih bewarna. mimpi yang ia ciptakan menjadi nyata, seperti mudah saja
mendapatkannya karena memang segalanya mudah ketika bersama.
Dan bagi Elang hidup tak ubahnya hanya bekerja dan sukses itu saja. tapi ketika ia
bersama Dara hidup seperti cinta. Ya, karena memang hidup adalah mencintai,
mencintai dengan tulus dan ikhlas juga memberi tanpa mengharapkan balasannya

Cerpen Karangan: Baiq Dini


Kutukan Sepele

Kutukan. Kutukan sering digambarkan mengerikan. Tapi kutukan yang tidak


menakutkan kadang justru membawa dampak besar, membuat kita harus
mengorbankan sesuatu yang berharga.

Aelita, anak perempuan yang sangat gemar bermain game. Setiap hari dia bermain
game setidaknya 5 jam. 4 tahun yang lalu, seorang peramal datang ke rumah Aelita.
Peramal itu memberi tahu sesuatu kepada Pak Budi, ayah Aelita.
Anak bapak terkena kutukan kata paranormal itu.
Tapi, bagaimana mungkin? Kutukan apa? Tanya Pak Budi.
Bila anak bapak bermain game, Ia akan terjatuh beberapa jam setelah Ia selesai
bermain. Kutukan ini dimulai 3 tahun lagi. Kata peramal itu.
Apa ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Tanya Pak Budi lagi.
Untuk sekarang saya belum bisa membantu. 3 tahun lagi saya akan datang dengan
solusi untuk mencegah kutukan itu Jawab si peramal.
Baiklah, terima kasih. Ucap Pak Budi dengan nada sedih.
Maka, 3 tahun kemudian peramal itu datang kembali dengan solusi. Bagaimana dengan
Aelita sendiri? Di sekolah namanya hampir selalu di rangking terbawah, sering dimarahi
dan dihukum guru karena tidak serius, dan suka melamun saat pelajaran. Game
favoritenya adalah Adventure to Paris. Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk
bermain game pun semakin banyak. Seiring dengan itu, Nilai yang diperoleh semakin
buruk. Jika dulu Aelita masih mampu memperoleh nilai terendah 70 (Kadang-kadang
bisa 85 jika beruntung), sekarang Aelita hanya mampu memperoleh nilai tertinggi 50,
bahkan ada dua ulangan Matematika dan satu ulangan IPS yang sama sekali tidak
dikerjakan (dan berakhir dengan dimarahi guru lagi).

Kembali ke peramal, peramal itu bilang kalau ada 2 cara mengentikan kutukan tersebut.
Aelita sudah menderita 6 bulan karena kutukan tersebut. Karena kutukan itu, Aelita
menderita setidaknya 7 atau 8 kali jatuh per hari. Lebih parah lagi, jatuhnya bukan di
tempat empuk seperti busa, melainkan di tempat keras seperti jalanan di depan rumah
yang belum di aspal. Cara yang ditawarkan oleh peramal tersebut cukup sulit dilakukan
Aelita. Cara pertama yaitu Aelita tidak boleh bermain game selama 1 tahun. Jika
melanggar, dampaknya Aelita bisa terjatuh 15 kali. Aelita jelas menolaknya. Cara kedua
juga tak kalah sulit. Aelita harus dapat niilai setidaknya 80 di ujian PKN, IPS, dan Bahasa
Indonesia, 75 di ujian IPA dan 90 di ujian Matematika.

Pak Budi berusaha membujuk putrinya melakukan salah satu cara. Namun, Pak Budi
gagal sampai 3 bulan kemudian. Karena seringnya terjatuh, Aelita akhirnya tidak bisa
berjalan sebelum luka di kakinya sembuh. Walau begitu, Aelita justru senang. Karena Ia
tidak perlu sekolah, Ia bisa main game seharian. Pak Budi bahkan sudah lupa dengan
kutukan itu.

Makin lama, kutukan itu tambah parah. Jumlah jatuh bertambah 2 kali lipat. Akhirnya,
Pak Budi tak punya pilihan lain lagi. Setiap pulang sekolah, Aelita dikurung di kamarnya,
tanpa game apapun. 1 tahun berlalu, dan kutukan tersebut akhirnya lepas. Aelita pun
terlepas dari kutukan, mengurangi waktu main game, dan giat belajar. Kini, nama Aelita
selalu bisa ditemukan di Rangking top 5.

Cerpen Karangan: Daniel Lie

Вам также может понравиться