Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Fonologi: sistem bunyi Bahasa. Mencakup bunyi-bunyi yang digunakan dan kaidah
tentang bagaimana mengombinasikannya. Fonologi memberikan landasan untuk
membangun serangkaian besar Bahasa yang terdiri dari dua atau tiga lusin fonem. Fonem
adalah unit dasar dalam bunyi Bahasa, merupakan unit terkecil bunyi yang memengaruhi
makna.
2. Morfologi: kaidah yang mengatur bagaimana kata dibentuk dalam suatu Bahasa. Moferm
adalah unit-unit bunyi terkecil yang memiliki makna.
3. Sintaks: cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang
dapat diterima.
4. Semantik: makna kata dan kalimat. Batasan-batasan semantik memengaruhi cara kata
digunakan dalam kalimat.
5. Pragmatik: sistem untuk menggunakan percakapan yang sesuai dalam konteks yang
berbeda.
Tahap-tahap perkembangan Bahasa
1. Bayi (0 - 2 tahun)
Rangkaian perkembangan bahasa pada bayi:
a. Menangis. Bayi menangis sesaat setelah ia lahir. Menangis dapat mengindikasikan
keadaan yang tidak nyaman, tetapi ada banyak tipe menangis yang berbeda yang
menandakan hal-hal yang berbeda pula.
b. Cooing. Bayi pertama kali mendekut (cooing) kira-kira pada usia 1-2 bulan. Suara
oo seperti coo atau goo. Mereka umumnya mendekut selama berinteraksi
dengan oranng tua atau pengasuh.
c. Celoteh. Ini terjadi pertama kali di pertengahan tahun pertama usia 6 bulan.
Termasuk menggabung-gabungkan kombinasi konsonan-vokal, seperti ba, ba,
ba. Bayi-bayi yang terlahir tuli mulai menggunakan Bahasa isyarat dengan tangan
dan jari-jarinya pada waktu bersamaan ketika anak-anak normal mulai berceloteh
secara lisan
d. Gerakan. Bayi mulai menggunakan gerakan seperti menunjuk, kira-kira pada usia
8-12 bulan. Mulai melambaikan tangan daa..daa, mengangguk untuk
mengatakan iya, menunjuk ke gelas kosong bila ingin minum, dsb.
e. Mengucapkan kata-kata pertama. Peristiwa ini lazimnya terjadi antara usia 10-15
bulan dan rata-rata pada usia 13 bulan. Kata-kata pertama anak meliputi nama-
nama orang penting (pa-pa atau ma-ma), istilah sapaan (da da atau halo), bagian
tubuh (mata, perut), pakaian (baju), mainan (bola), benda-benda dalam rumah
(jam), makanan (susu), dll.
f. Ledakan kosakata. Kosakata lisan bayi meningkat pesat semenjak kata pertama
telah diucapkan. Pada usia 18 bulan bayi dapat mengucapkan 50 kata, tetapi pada
usia 2 tahun bayi telah dapat mengucapkan 200 kata.
g. Mengucap dua kata. Ketika anak berusia 18-24 bulan, mereka lazimnya mengucap
ucapan-ucapan dua kata. Untuk menyampaikan makna dengn hanya dua kata, anak
sangat bergantung pada gerakan tubuh, nada dan konteks. Contoh ucapannya
identifikasi lihat anjing, lokasi buku sana, pengulangan susu lagi, ketiadaan
buku hilang, penyangkalan bukan kucing, kepemilikan permenku,
pertanyaan mana bola, dsb.
Ciri-ciri emosi
1. Lebih bersifat subjektif seperti pengamatan dan berpikir
2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
Karakteristik emosi pada anak atau remaja
a. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
b. Terlihat lebih hebat / kuat
c. Bersifat sementara atau dangkal
d. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
Pengelompokkan emosi
1. Emosi sensoris ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh
2. Emosi psikis memiliki alasan-alasan kejiwaan. Termasuk di dalamnya adalah:
a. Perasaan intelektual berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran
b. Perasaan sosial menyangkut hubungan dengan orang lain, perorangan maupun
kelompok
c. Perasaan susila berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau moral (etika)
d. Perasaan keindahan berkaitan erat dengan keindahan sesuatu, baik kebendaan atau
kerohanian
e. Perasaan ketuhanan didasari fitrah manusia untuk mengenali tuhan (naluri
beragama).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi anak
1. Belajar dengan coba-coba mengekspresikan emosi kepuasan atau ketidakpuasan hasil
belajar yang diperolehnya.
2. Belajar dengan cara meniru bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama
dengan orang-orang yang diamati
3. Belajar dengan cara menyamakan diri dengan orang yang dikagumi
4. Belajar melalui pengkondisian melalui proses asosiasi
5. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
Perkembangan sosial
Aspek penting dalam perkembangan sosial yang terjadi pada masa awal anak-anak diantaranya
permainan, hubungan dengan orang tua, teman sebaya, perkembangan gender, dan moral.
1. Perkembangan permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak.
sebab, anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-
temannya dibanding terlibat dalam aktifitas lain.
a. Fungsi permainan
1) Fungsi kognitif, permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui
permainan, anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek di sekitarnya, dan
belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Melalui permainan, memungkinkan
anak mengembangkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukannya dengan cara
yang menyenangkan.
2) Fungsi emosi, permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari
masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan
memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan
perasaan-perasaan yang terpendam. Karena tekanan batin terlepaskan dalam
permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.
b. Jenis permainan
1) Permainan rekapitulasi. Anak memerhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang
tidak terkontrol.
2) Permainan solitary. Anak dalam sebuah kelompok asyik bermai sendiri-sendiri dengan
bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain
dan tidak peduli terhadap apapun yang sedang terjadi.
3) Permainan onlooker. Anak melihat dan memerhatikan anak-anak lain bermain. Anak
ikut berbicara dengan anak-anak lain dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi ia
tidak ikut terlibat dalam aktifitas permainan ini.
4) Permainan parallel. Anak-anak bermain dengan alat permainan yang sama, tetapi tidak
terjadi kontak antara satu dengan yang lain.
5) Permainan assosiative. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan.
6) Permainan cooperative. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisasi,
dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan setiap anak mempunyai peranan sendiri-
sendiri.
2. Perkembangan hubungan dengan orang tua
Hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosi
dan sosial anak. Sejumlah ahli memercayai bahwa kasih sayang orang tua atau pengasuh
selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak,
meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial, dan penyesuaian diri
yang baik pada tahun-tahun prasekolah dan setelahnya. Salah satu aspek penting dalam
hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang ditetapkan orang tua. Adapun tipe-
tipe pengasuhan orang tua, yaitu:
a. Otoritatif memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak
tetapi juga bersifat responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan serta
mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
b. Otoriter membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah orang tua.
Menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak
untuk mengungkapkan pendapat. Cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak
demokratis dalam pengambilan keputusan, dan kurang mengahrgai perasaan anak.
c. Permisif 1) permisif indulgent: orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak,
tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas anak. 2) permisif indifferent: orang
tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
3. Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan suatu
sumber dan perbandingan tentang dunia luar keluarga. Anak menerima umpan balik tentang
kemampuan mereka dari kelompok teman sebayanya. Anak mengevaluasi apakah yang mereka
lakukan lebih baik, sama, atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain.
4. Perkembangan gender
Gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan laki-laki atau
perempuan. Tiga tahap perkembangan gender:
a. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender yaitu rasa laki-laki
atau perempuan
b. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jens kelamin mana yang
mereka kehendaki
c. Ketiga, anak memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin
seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.
5. Perkembangan moral
Adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika
dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya berkembang potensi moral yang siap
untuk dikembangkan.
Tingkat dan tahap perkembangan moral menurut Kohlberg
Tingkat Tahap Formatted: Font: Bold