Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CRITICAL REVIEW
THE UNFAIR CONDITIONALITY OF WORLD BANK AND IMF
Disusun oleh :
i. TENTANG
Kenapa harus mempelajari kondisi-kondisi dari World Bank dan IMF ? Karena
peran dan pengaruh dari kondisi-kondisi bawaan dari bantuan World Bank dan IMF
semakin besar, baik dalam bentuk dana; melalui International Development Association
(IDA), mengalirkan US$ 33 Miliar untuk negara miskin; IMF menyediakan US$ 18.7
Miliar untuk negara miskin melalui fasilitas peminjaman bagi negara-negara dengan
pendapatan yang rendah; Fasilitas itu disebut dengan The Poverty Reduction and Growth
Facility (PRGF).
ii. SUMMARY
Penelitian ini menemukan 18 dari 20 negara yang ini nilai, ada privatisasi terkait
syarat yang terlampir untuk dana pengembangan keuangan mereka, bersumber dari IMF
dan World Bank dan jumlah keseluruhan privatisasi terkait syarat yang diajukan oleh
IMF dan World Bank memaksa negara-negara berkembang naik jumlahnya dari tahun
2002 sampai dengan 2006. Untuk banyak negara privatisasi terkait kondisi yang harus
dibuat untuk mendapatkan pinjaman dana dari IMF maupun World Bank. Sebagai contoh
pinjaman yang diberikan kepada negara Bangladesh , 1/3 persyaratan yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman dana dari World Bank pada tahun 2005 dari 53
perusahaan milik negara 18 perusahaan sudah diprivatisasi untuk kepentingan World
Bank. 50% penduduk Bangladesh masih hidup dibawah garis kemiskinan menghadapi
langsung kondisi privatisasi lembaga perbankan, perusahaan listrik negara, sektor
komunikasi, tambahan pebaikan pada perusahaan gas dan minyak bumi yang juga
diprivatisasi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa IMF dan World Bank sering memaksa
beberapa pengajuan syarat privatisasi kepada suatu negara. Seperempat (5 dari 20) dari
negara yang laporan ini nilai memiliki kondisi privatisasi termasuk bank dan lembaga
keuangan. Seperti kondisi yang berlainan, tekanan yang berat bagi negara berkembang
untuk mengaplikasikan perbaikan kebijakan kondisi ekonomi, negara beresiko
kehilangan sumber pendapatan keuangannya. Laporan ini juga mengungkapkan
kecemasan dalam ketidakmampuan pembagian kerja dan tanggung jawab dalam 2
institusi ini.
Seakan telah menjadi rahasia umum bahwa IMF dan World Bank telah menjebak
negara-negara miskin untuk terus terjerat dalam belenggu hutang dan kemerosotan
ekonomi, laporan ini telah membelalakkan mata pembacanya untuk melihat perangkap
yang diciptakan IMF dan World Bank dunia melalui data-data yang diperoleh dalam
meneliti kondisi dan prasyarat yang melekat pada pinjaman pembangunan dari IMF dan
World Bank. Kita dapat melihat melalui laporan tersebut berbagai penjelasan kenapa kita
harus mempelajari prasyarat dan kondisi dari IMF dan World Bank, bagaimana kriteria
negara dan yang mana saja yang telah dikaji oleh Eurodad, tipe pinjaman apakah yang
telah Eurodad amati, serta kondisi dan prasyarat manakah yang dikaji oleh Eurodad.
Laporan ini memaparkan satu-persatu sifat-sifat dari prasyarat dan kondisi baik
yang melekat dari pinjaman IMF maupun World Bank. Menurut laporan ini kondisi yang
diajukan World Bank bersifat:
1. Terlalu banyak
2. Meningkat
3. Tidak pantas (Micro-management bertindak melampaui batas)
4. Controversial
5. Privatisasi BUMN yang menjebak
6. Memaksakan liberalisasi perdagangan pada negara miskin (dzalim)
7. Reformasi sektor public
8. Cacat, karena semakin miskin negara (dengan potensi pembangunan yang besar),
syarat semakin banyak.
Hal ini merupakan kenyataan pahit yang seharusnya diperhatikan oleh seluruh
dunia, jika kita mengambil salah satu sifatnya untuk dievaluasi, seperti privatisasi, dan
mengingat kembali ada tiga pilar utama kebijakan pemerintah yang ditawarkan oleh
Letter of Intent (LoI) IMF, yaitu:
Terlihat jelas bahwa IMF tidak memahami perekonomian mikro negara debitur,
tapi hanya melihat secara makro saja. Karena itulah kebijakan-kebijakan IMF seringkali
tidak sesuai dengan keadaan lapangan dan malah membuat negara debitur semakin
tergantung dengan bantuan IMF. Contohnya saja kebijakan privatisasi, negara harus
menjual aset perusahaan negara kepada swasta untuk megurangi subsidi, namun yang
terjadi justru akses fasilitas kebutuhan kesehatan dan transportasi menjadi mahal dan
tidak terjangkau bagi rakyat kurang mampu yang volumenya masih sangat banyak di
Negara Dunia Ketiga. Sementara negara telah mengurangi subsidinya hingga batas
minimum di saat rakyat masih sangat membutuhkan semakin memperbesar jumlah
rakyat miskin.
Eurodad mengkaji kedua belah pihak dan menemukan kondisi mematikan yang
sama dan saling terkait dalam pelaksanaannya, yakni privatisasi. Berdasarkan evaluasi
kami selain deregulasi dan liberalisasi, IMF juga menyarankan negara miskin agar
melakukan privatisasi. Pada contohnya, privatisasi yang diterapkan di Indonesia atas
dorongan IMF malah membuat perusahaan-perusahaan milik pemerintah dikuasai oleh
orang-orang asing karena daya belinya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
orang-orang Indonesia. Hal ini semakin membuat Indonesia dicabik-cabik oleh IMF.
Dari sisi ekonomi politik, resep yang paling berbahaya bagi stabilitas ekonomi
dan politik adalah pengetatan fiskal dan pengurangan anggaran. Pada saat krisis, dimana
daya beli masyarakat turun drastis, IMF malah menganjurkan pengurangan subsisdi BBM
dan TDL. Dalam sudut pandang ekonomi murni hal ini dapat dibenarkan, tetapi tidak
dalam sudut pandang ekonomi politik. Hal ini karena waktu pengimplementasiannya
kurang tepat, mana mungkin masyarakat yang daya belinya sedang turun dan seharusnya
di bantu oleh subsidi dari pemerintah malah dicabut. Penarikan subsidi terbukti membuat
1
Syamsul Hadi dkk, Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 116.
kerusuhan dan masyarakat marah sehingga pada pertengahan 1998 terjadi kerusuhan
besar di Indonesia terutama Jakarta.
Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (Qs. al-
Baqarah: 275).
Riba itu mempunyai 73 macam dosa. Sedangkan (dosa) yang paling ringan (dari
macam-macam riba tersebut) adalah seperti seseorang yang menikahi (menzinai) ibu
kandungnya sendiri (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, dari Ibnu Mas'ud).
Kedua, terdapat unsur Riba Qaradl, yaitu adanya pinjam meminjam uang dari
seseorang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus
diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman Riba semacam ini dilarang di dalam
Islam berdasarkan hadits-hadits berikut ini;
2
Bathil = Setiap perbuatan yang dilarang oleh syariah, yang bernilai buruk itu masuk dalam
kategori batil
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia
berkata, Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa dengan Abdullah
bin Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: Sesungguhnya engkau berada di suatu
tempat yang di sana praktek riba telah merajalela. Apabila engkau memberikan
pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan hadiah kepadamu berupa rumput kering,
gandum atau makanan ternak, maka janganlah diterima. Sebab, pemberian tersebut
adalah riba. (HR. Imam Bukhari)
Juga, Imam Bukhari dalam Kitab Tarikhnya, meriwayatkan sebuah Hadits dari
Anas ra bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, Bila ada yang memberikan pinjaman
(uang maupun barang), maka janganlah ia menerima hadiah (dari yang
meminjamkannya).(HR. Imam Bukhari)
Keempat, bantuan luar negeri telah membuat negara-negara kapitalis yang kafir
dapat mendominasi, mengeksploitasi, dan menguasai kaum muslimin. Ini haram dan
tidak boleh terjadi.
3
Kemudharatan = Keburukan
Dan sekali-kali Allah tidak akan menjadikan jalan bagi orang-orang kafir untuk
menguasai kaum mu`minin. (Qs. an-Nisaa: 141).
Selama ini, salah satu penghambat besar untuk keluar dari jerat utang adalah
pemahaman yang salah tentang utang luar negeri. Utang luar negeri dianggap sebagai
sumber pendapatan, dan oleh karenanya dimasukkan dalam pos pendapatan Negara.
Kucuran utang dianggap sebagai bentuk kepercayaan luar negeri terhadap pemerintah.
Sehingga, semakin banyak utang yang dikucurkan, semakin besar pula kepercayaan luar
negeri terhadap pemerintahan di sini.
Lalu bagaimana Eurodad menanggapi ketidak adilan yang ada di dalam tubuh
prasyarat dan kondisi dari IMF dan World Bank? Eurodad menyampai berikut sebagai
cara untuk menghapus ketidak adilan tersebut :
4
World Bank and IMF conditionality: a development injustice, Eurodad, June 2006
Utang luar negeri memang dibutuhkan oleh negara-negara ketiga atau negara
berkembang untuk memajukan pembangunan, dan itu tidak dapat dipungkiri utang luar
negeri menjadi salah satu pendapat suatu negara. Di Indonesia sendiri utang luar negeri
sudah menjadi tradisi turun menurun dari presiden pertama sampai sekarang dan tidak
dapat dicegah, walaupun utang Indonesia sempat mengalami penurunan pada masa Gus
Dur, dan Megawati Soekarnoputri, namun mengalami penaikkan kembali saat Susilo
Bambang Yudhoyono.
Di dalam Islam sendiri utang suatu negara itu diperbolehkan apabila memang
dalam keadaan yang sangat urgent dan negara sudah tidak mempunya persediaan
cadangan kas sama sekali. Alangkah lebih bijak dan arif bilamana kita dapat
memanfaatkan semua sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia untuk menghidupi
negara ini bukan mengandalkan dari utang luar negeri yang notabene adalah akal-akalan
kaum barat untuk menghancurkan negara ini, dan apabila kita bisa memanfaatkan dengan
maksimal segala sumber daya alam yang ada Insya Allah negara kita menjadi negara
maju, makmur, dan sejahtera tanpa utang dari luar negeri. 5
iv. REFERENSI
5
M. J. Robbani, UTANG LUAR NEGERI DI PANDANG DARI SUDUT ISLAM, hlm 12.