Вы находитесь на странице: 1из 6

Pengujian kecocokan sebaran berfungsi untuk menguji apakah sebaran yang dipilih dalam

pembuatan duration curve cocok dengan sebaran empirisnya. Dalam hal ini menggunakan
metode Chi-kuadrat.Uji Chi-kuadrat(uji kecocokan) diperlukan untuk mengetahui apakah data
curah hujan yang ada sudah sesuai dengan jenis sebaran (distribusi) yang dipilih. Pengambilan
keputusan uji ini menggunakan parameter X2 yang dihitung dengan rumus :

di mana :

X2 = harga chi-kuadrat,

G = jumlah sub kelompok,

Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,

Ef = frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya.

Prosedur perhitungan chi-kuadrat adalah sebagai berikut :

1. Urutkan data pengamatan dari data yang besar ke data yang kecil atau sebaliknya.
2. Hitung jumlah kelas yang ada (k) = 1 + 3,322 log n. Dalam pembagian kelas disarankan
agar masing-masing kelas terdapat empat buah data pengamatan.

3. Hitung nilai Ef = jumlah data (n)/jumlah kelas (k)

4. Tentukan nilai Ofuntuk masing-masing kelas

5. Hitung nilai X2 untuk masing-masing kelas kemudian hitung nilai total X2

6. Nilai X2 dari perhitungan harus lebih kecil dari nilai X2 dari tabel untuk derajat nyata
tertentu yang sering diambil sebesar 5 % dengan parameter derajat kebebasan.

Rumus Derajat Kebebasan :

dk = k - R -1
dimana :

dk = derajat kebebasan

k = jumlah kelas

R = banyaknya keterikatan

(nilai R = 2 untuk distribusi normal dan binomial, nilai R = 1 untuk distribusi poisson dan
gumbel).

2.2.4 Analisis Frekuensi Curah Hujan

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan,
bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah
dan dinyatakan dalam mm (Soemarto, C.D., Ir., B.I.E DIPL.H., Hidrologi Teknik, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1995). Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik
pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah
hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :
1. Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.
1
R= (R1 + R2 + R3 + +Rn)
n
di mana :
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah titik (pos-pos) pengamatan
R1 , R2 , R3 Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
A
B
C D E

Gambar. 2.12 Cara aljabar


2. Cara Polygon Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
tiap titik pengamatan (Varshney, R.S., Engineering Hydrology, India, 1979). Curah hujan
daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sbb :
R = A1R1 + A2R2 + A3R3 + + AnRn
A1 + A2 + A3 + + An
= A1R1 + A2R2 + A3R3 + + AnRn
A
= W1R1 + W2R2 + W3R3 + + WnRn

dimana :
R = curah hujan daerah
R1, R2, R3,Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik-
titik pengamatan
A1, A2, A3,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
R II

R III

Gambar. 2.13 Cara Thiessen


Dimana :
I = Stasiun I dengan luas Poligon A1
II = Stasiun II dengan luas poligon A2
III = Stasiun III dengan luas poligon A3
A1 = Luas daerah yang dibatasi POQ
A2 = Luas daerah yang dibatasi POR
A3 = Luas daerah yang dibatasi ROQ
3. Cara Isohyet
Peta ishoyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10 sampai 20
mm berdasarkan data curah hujan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah
yang dimaksud. Jadi garis ini menghubungkan titik-titik dengan kontur tinggi hujan yang
sama.

A5

Gambar 2.14 Cara Isohyet


Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai
rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontir, sbb :
d 0 d1 d d2 d dn
A1 1 A2 ..... n 1 An
d 2 2 2
A1 A2 ..... An
Dengan :
A = A1 +A2 ++An = luas areal total
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d0, d1, d2,,dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2,,n
A0, A1, A2,,An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yg
bersangkutan
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata, tetapi
memerlukan jaringan pos penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan untuk
membuat isohyet (Takeda, Kenzaku, Hidrologi Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1993).

2.3.1 Analisis Debit Puncak


Penutup Lahan Harga C
Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03
Belukar 0,07
Hutan Tanaman Industri 0,05
Hutan Rawa Sekunder 0,15
Perkebunan 0,40
Pertanian Lahan Kering 0,10
Pertanian Lahan Kering Campur 0,10
Pemukiman 0,60
Sawah 0,15
Tambak 0,05
Terbuka 0,20
Perairan 0,05
Sumber : Kodoatie dan Syarif, 2005
Adapun langkah-langkah dalam menghitung debit puncak adalah sebagai
berikut :
Menentukan besarnya curah hujan sehari untuk periode ulang rencana yang
dipilih.
Menentukan untuk daerah aliran sungai
Menghitung A, L dan I untuk daerah aliran sungai
Memperkirakan harga untuk waktu konsentrasi t0
Menghitung qn dan Q0= ..qn.A
Menghitung waktu konsentrasi t = 0,186 L Q-0,2 I-0,4
Ulangi sampai harga t0 t

Qp = 0,1836 . A0,5886 . Tr-0,4008. JN0,2381


Di mana :
Qp = Debit puncak (m3/dt)
JN = Jumlah pertemuan sungai

Perhitungan Debit Puncak Aliran Permukaan Metoda Rasional Metoda rasional (U.S.
Soil Consevation Service, 1973) adalah metoda yang digunakan untuk memperkirakan
besarnya air larian puncak (peak runoff). Meoda ini relatif mudah digunakan karena
diperuntukkan pemakaian pada DAS berukuran kecil, kurang dari 300 ha (Gold man et al,
1986). Persamaan matematik metoda rasional :

Qp = Air larian (debit) puncak (m 3 /dt) C = Koefisien air larian ip = Intensitas hujan
(mm/jam) A = Luas Wilayah DAS (ha) Intensitas hujan ditentukan dengan memperkirakan
waktu konsentrasi ( time of concentration, Tc) untuk DAS bersangkutan dan menghitung
intensitas hujan maksimum untuk periode berulang (return period) tertentu dan waktu hujan
sama dengan Tc. Bila Tc=1 jam maka intensitas hujan terbesar yang harus digunakan adalah
curah hujan 1-jam.

Вам также может понравиться