Вы находитесь на странице: 1из 10

PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM

MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN


LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL
KALIMANTAN TIMUR

Oleh:
Yasmina Amalia
Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

ABSTRAK
PT. Kaltim Batu Manunggal merupakan perusahaan tambang batubara di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Kegiatan Penambangan
dilakukan dengan membuat lereng berjenjang. Pembuatan lereng di perusahaan
tersebut tidak didasarkan pada kajian geoteknik, sehingga geometri lereng dibuat
sama tanpa memperhatikan perbedaan karakterisasi massa batuandi lokasi penelitian.
Perlakuan yang sama mempunyai tingkat keyakinan terhadap kestabilan lereng yang
rendah.
Penelitian dilakukan untuk mengklasifikasi massa batuan dengan sistem rock
mass rating (RMR) dan geological strength index (GSI). RMR yang didapatkan pada
loop 2 = 63. Nilai GSI merupakan nilai pengurangan 8 dari nilai RMR (Saptono,
2012), sehingga didapat GSI = 55. Untuk mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek
dalam digunakan pendekatan criteria runtuh Hoek and Brown (2002). Nilai kohesi
dan sudut gesek dalam pada loop 2 adalah 35 kN/m2 dan 26,99.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penentuan GSI untuk loop
2adalah dengan tinggi 6 m dengan sudut kemiringan 35. Untuk geometri lereng
keseluruhan dengan tinggi 42 m dan lebar jenjang 5 m.

Keyword : Lereng, Hoek&Brown

PENDAHULUAN perbedaan distribusi tegangan


PT. Kaltim Batu Manunggal sehingga kekuatan massa batuan ikut
(KBM) merupakan salah satu berubah. Kondisi ini menyebabkan
perusahaan yang bergerak pada kesetimbangan lereng terganggu dan
tambang batubara. Sistem selanjutnya massa batuan akan
penambangan batubara yang mencari kesetimbangan baru dengan
diterapkan adalah tambang terbuka cara melepaskan beban dapat dalam
dengan cara membuat lereng-lereng. bentuk longsoran. Longsoran bisa
Adanya kegiatan pembongkaran dalam bentuk rayapan dan runtuhan.
lapisan tanah penutup pada lereng Kelongsoran akan terjadi apabila gaya
akan menyebabkan terjadinya penahan lebih kecil dari gaya
perubahan gaya pada lereng. penggerak.
Perubahan gaya mengakibatkan terjadi
Salah satu cara mengetahui dalam massa batuan. Kohesi dan sudut
kondisi lereng stabil atau tidak dengan gesek dalam merupakan parameter
menggunakan kriteria fakor keamanan. utuk mengetahui faktor keamanan
Metode untuk menentukan faktor dalam metode keseimbangan batas.
keamanan dengan menggunakan Hasil dari kajian ini diharapkan
metode kesetimbangan batas. dapat memberikan solusi terhadap
Perhitungan faktor keamanan dengan beberapa masalah yang dihadapi
metode kesetimbangan batas dengan berkaitan dengan masalah geoteknik
cara membagi massa bidang gelincir dalam kegiatan penambangan batubara
menjadi irisan-irisan kecil. Gaya-gaya di PT. KBM.
geser yang bekerja pada irisan Tujuan yang ingin dicapai dari
diasumsikan mewakili seluruh bagian penelitian ini adalah:
yang sama dari kuat geser batuan atau 1. Merevisi geometri lereng pada
tanah dimana gaya- gaya geser ini lokasi daerah penelitian.
bekerja. 2. Menentukan tindakan penunjang
PT. KBM menerapkan kestabilan lereng.
geometri lereng tunggal dengan
dimensi tinggi 10 m, lebar 5 m, dan METODE PENELITIAN
kemiringan 60. Untuk menghindari Metode penelitian yang
terjadinya kelongsoran pada PT. KBM, digunakan adalah metode langsung
peneliti mengkaji kembali kekuatan dan tidak langsung. Metode langsung
massa batuan pada lereng tunggal yang dilakukan dengan mengadakan
berlokasi di loop 2. pengukuran-pengukuran secara
Klasifikasi massa batuan langsung dilapangan sedangkan
merupakan salah satu metode untuk metode tidak langsung diperoleh dari
mengetahui kekuatan massa batuan. literatur-literatur. Adapun urutan
Klasifikasi kekuatan massa batuan pekerjaan penelitian ini adalah sebagai
dapat diketahui dengan melakukan berikut :
karakterisasi massa batuan, kegiatan 1. Studi literatur
ini dapat dilakukan di permukaan Tahap ini dilakukan dengan studi
lereng. Masalah yang terjadi pada literatur atau sumber lain yang
perancangan lereng penambangan di berhubungan dengan geoteknik.
PT. KBM adalah belum dilakukan 2. Penelitian di lapangan
penelitian geoteknik berdasarkan Pada tahap ini dilakukan
karakterisasi massa batuan, sehingga pengumpulan data yang dianggap
perlu diadakannya kajian khusus untuk berguna dalam menyelesaikan
penelitian geoteknik berdasarkan permasalahan. Data yang
karakterisasi massa batuan. diperlukan dalam penelitian ini
Di dalam penelitian ini untuk meliputi:
menentukan kekuatan massa batuan a. Data Primer
menggunakan kriteria runtuh Hoek & Data primer merupakan data
Brown (2002), dikarenakan kriteria yang diperoleh secara langsung dari
runtuh Hoek & Brown dapat hasil pengamatan di lapangan. Data
digunakan untuk memperkirakan primer yang didapatkan pada saat
kekuatan, kohesi, dan sudut gesek penelitian adalah:
1. Geometri, arah dan Hasil yang diharapkan dari
kemiringan lereng. pengolahan data selanjutnya ditarik
2. Orientasi bidang diskontinu. kesimpulan yang kemudian
3. Kondisi bidang diskontinu. disajikan dalam bentuk suatu karya
4. Nilai kuat tekan batuan ilmiah.
berdasarkan hasil
identifikasi di lapangan HASIL PENGUJIAN DAN
dengan palu geologi. PEMBAHASAN
b. Data Sekunder Pembobotan Parameter Rock Mass
Data sekunder merupakan data Rating
yang diperoleh secara tidak Pada tahap ini hasil pengukuran
langsung. Data sekunder yang di lapangan terhadap parameter-
didapatkan pada saat penelitian parameter RMR seperti kuat tekan
adalah : batuan utuh, rock quality designation
1. Peta lokasi penambangan. (RQD), spasi bidang diskontinu,
2. Peta stratigrafi. kondisi bidang diskontinu, dan kondisi
3. Data iklim dan curah hujan. umum air tanah pada bidang
4. Data kualitas batubara. diskontinu. Pengamatan dan
3. Pengolahan Data pengukuran parameter tersebut akan
Data yang diperoleh baik dari data diberikan bobot sesuai dengan
primer maupun data sekunder klasifikasi massa batuan rock mass
selanjutnya diolah di Laboratorium rating system (Bieniawski, 1989)
Simulasi dan Komputasi Teknik seperti yang telah disebutkan pada
Pertambangan UPN Veteran Tabel 1.
Yogyakarta dengan metode
keseimbangan batas menggunakan Kuat Tekan Batuan Utuh
bantuan Sotfware. Adapun Penentuan nilai kuat tekan
pengolahan dan analisis data yang batuan utuh pada penelitian kali ini
dilakukan adalah sebagai berikut: tidak menggunakan Uji Kuat Tekan
a. Menentukan arah umum dari Uniaksial. Penentuan nilai kuat tekan
setiap famili bidang diskontinu batuan utuh menggunakan bantuan
dengan proyeksi stereografis. palu geologi dan kuku yang
b. Melakukan analisis metode mendasarkan pada Index Classification
kriteria runtuh Hook & Brown of Rock Material (ISRM, 1981) yang
dalam menentukan kekuatan telah disebutkan pada Tabel 1.
massa batuan.
c. Memasukkan parameter
masukan material dan
parameter geser massa batuan
untuk mendapatkan nilai
Faktor Keamanan.
d. Mensimulasi geometri lereng
sebagai upaya optimasi
perancangan lereng.
4. Kesimpulan
Tabel 1 Hasil Pengamatan Langsung Tabel 2 Hasil Perhitungan Rock
Kuat Tekan Batuan di Lokasi Quality Designation (RQD)
Penelitian

Spasi Kekar Rata-Rata


(ISRM,

Panjang Scanline
Identifi
Batuan
Lokasi

Kualitas Batuan
(Mpa)
Bobot
RMR
1981)
Lapa
Jenis

ngan

UCS

Jumlah Kekar
kasi

Bobot RMR
RQD (%)
(meter)

(meter)
Lokasi
Batu terurai
pecah dengan
pukulan
Lo Batu
mantap dengan 1-
op lem 1
palu goelogi, 5
2 pung Loop
bisa digores 139 10,5 0,11 76 Baik 17
dengan pisau 2
lipat (R1).
Spasi Bidang Diskontinu
Rock Quality Designation (RQD) Jarak spasi antar bidang
Berdasarkan pengukuran diskontinu yang didapatkan dari
kerapatan bidang diskontinu yang pengukuran di lapangan kemudian
diukur pada muka lereng, nilai RQD dikoreksi menggunakan persamaan
dapat dihitung dengan persamaan yang yang dikemukakan oleh Kramadibrata
dikenalkan oleh Priest dan Hudson (1996) untuk mendapatkan jarak rata-
(1976). Lihat Tabel 2. rata spasi antar bidang dikontinu
Didadapatkan jarak rata-rata sebenarnya. Sebagai contoh
spasi kekar rata-rata sebenarnya di perhitungan jarak rata-rata spasi antar
Loop 2 adalah 0,107299, sehingga: bidang sebenanya adalah sebagai
= berikut:
Didadapatkan jarak rata-rata
= spasi bidang diskontinu sebenarnya
,
= 9.431705 kekar/meter famili A, B, C, dan D di Loop 2 adalah
!"# = 100$ , % &(0,1 + 1)
0,103154 m, 0,108247 m, 0,112407 m,
!"#
dan 0,100294 m, sehingga :
= 100$ , +,.-. / & (0,1&9.431705
=
234 5 6 7 7 87 9: 9; <;= 8> =; ?87;82
+ 1) 234 5 @ 3;4;
!"# = 76 % =
0,103154+0,108247+0,100294+0,106025
4
= 0,106025 m
Hasil perhitungan jarak spasi rata-rata
spasi antar bidang diskontinu dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Spasi Rata- Hasil pengamatan terhadap kondisi air
Rata Antar Bidang Diskontinu tanah pada bidang diskontinu di lokasi
penelitan dapat dilihat pada Tabel 5.
Rata Bidang

Bobot RMR
Spasi Rata-

Diskontinu

Deskripsi
Tabel 5 Hasil Pengamatan Kondisi Air

Kondisi
(meter)

Batuan
Lokasi

Massa
Tanah pada Bidang Diskontinu
Lokasi Kondisi Air Bobot RMR
Loop 2 Lembab 10
Loop
0,11 Rapat Pecah 8
2 Pembobotan Klasifikasi Massa
Batuan
Kondisi Bidang Diskontinu Dari hasil perhitungan dan
Hasil pengamatan kondisi pembobotan parameter RMR,
bidang diskontinu kemudian diberikan selanjutnya dilakukan pembobotan
pembobotan untuk mendapatakan atau penilaian untuk mendapatkan
bobot RMR. Hasil Pembobotan klasifikasi massa batuan RMR untuk
kondisi bidang diskontinu dapat dilihat setiap lokasi penelitian yang dapat
pada Tabel 4. dilihat pada Tabel 6.

Tabel 4 Hasil Pengamatan Kondisi Tabel 6 Klasifikasi Rock Mass Rating


Bidang Diskontinu Lokasi
Penelitian
Parameter

Parameter
Lokasi

Bobot
RMR
Ket

Loop 2
Kuat Nilai
1-5
Tekan (Mpa)
Loop 2 1.Kemenerusan < 1 meter 6 Batuan
Bobot 1
2.Lebar bukaan < 0,1 mm 5 Utuh
Rock Nilai (%) 76
3.Kekasaran Kasar 5
Qualiy
4.Pengisi celah None 6 Designati Bobot 17
Pelapukan on (RQD)
5.Pelapukan 5
sedikit Jarak Nilai (m) 0,11
Bobot Total 27 Kekar Bobot 8
Kemenerus
Kekasara
an <1 m,
n
Kondisi Air Tanah Pada Bidang lebar
permukaa
Diskontinu bukaan 1-5
Kondisi n, spasi,
Pengamatan kondisi air tanah mm, halus,
Kekar dan
pada bidang diskontinu dilakukan dan tingkat
tingkat
dengan memperhatikan kondisi umum pelapukan
pelapukan
dengan kategori kering (dry), basah sedang.
(wet), lembab (damp), menetes Bobot 27
(dripping), dan mengalir (flowing). Air Tanah Kondisi Lembab
umum gesek dalam menggunakan parameter
Bobot 10 nilai GSI, mi, Kuat Tekan Uniaksial,
Bobot 63 dan nilai D, dengan menggunakan
Kelas III parameter tersebut maka didapat nilai
RMR mb, s, dan a yang kemudian digunakan
Batuan
Deskripsi untuk mendapatkan nilai kohesi sudut
Sedang
gesek dalam.
Perhitungan GSI Saptono Nilai GSI menurut Hoek &
Perhitungan GSI menurut Brown, 2002 adalah 55, nilai mi 4,
Saptono, 2012. Hasil perhitungan GSI kuat tekan uniaksial 1 MPa, dan nilai
pada setiap lokasi penelitian dapat D = 0.
dilihat pada Tabel 7. Mendapatkan nilai kohesi dan
sudut gesek dalam terlebih dahulu
Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai GSI harus mendapatkan nilai mb, s, dan a.
menurut Saptono (2012) (Tabel 9)
Saptono (2012)
Lokasi GSI 100
Nilai RMR Nilai GSI mb = mi exp
28 14 D
Loop 2 63 55 mb = 4 exp C D - F
mb = 0,8
Penentuan Nilai Kohesi (c) dan
Sudut Gesek Dalam () GSI 100
s = exp
Untuk menganalisis kestabilan 9 3 D
s = exp C F
lereng di daerah PT. KBM, didasarkan
pada kriteria keruntuhan , .
s = 0,007
Hoek&Brown. Adapun parameter
a= + G$ HIJ
$ .
M
untuk mendapatkan nilai kohesi dan
sudut gesek dalam yaitu nilai GSI, mi,
Kuat Tekan Uniaksial, dan nilai D a= + G$
$ .
M
(Tabel 8). a = 0,5

NPQ
S
RS + 4T U(S 8T)V( + T)
Tabel 8 Nilai Kuat Tekan, GSI, mi,
dan D = NP . 4
2(1 + U)(2 + U)
c GSI NPQ
0,8
Lokasi Saptono, mi D R0,8 + 4&0,007 0,5(0,8 8&0,007)V( + 0,007) ,
(MPa) = 1. 4
2012 2(1 + 0,5)(2 + 0,5)
Loop 2 1 55 4 0 NPQ = 0,1 Mpa

,,
N.Q + NPQ
Penambangan di daerah = 0,72 W Z
penelitian dilakukan dengan metode NPQ XY
N.Q + 0,1 ,,
gali bebas maka faktor terganggunya = 0,72 [ \
batuan (D) adalah nol (0). Nilai mi 0,1 0,026 & 10
N.Q + = 0,18 Mpa
untuk batulempung 4. Berdasarkan
kriteria runtuh Hoek & Brown untuk N.] = N.Q + NP
mendapatkan nilai kohesi dan sudut N.] = 0,18 / 1
N.] = 0,18 Perhitungan menggunakan
software slide v5 akan didapat nilai FK
6amb (s + mb 3n ')
a 1

' = sin 1 untuk setiap loop dengan geometri
a 1
2(1 + a )(2 + a ) + 6amb (s + mb 3n ') yang telah ditentukan berdasarkan
kriteria runtuh Hoek & Brown (Lihat
= Tabel 10)
, ,D( , /` ,D , D)a,bcd
T^_ C F
( ` , )( ` , )` , ,D( , /` , , D)a,bcd
= 26,99 Tabel 10 Nilai Faktor Keamanan
c' = Lereng Tunggal Dengan Nilai Kohesi
ci [(1 + 2a ) s + (1 a )m b 3n '](s + mb 3n ')a 1 dan Sudut Gesek Dalam Berdasarkan
(1 + a )( 2 + a ) 1 + (6am b (s + m b 3n ') ) / ((1 + a )(2 + a )) Kriteria Runtuh Hoek & Brown
a 1

Faktor Keamanan

Tinggi

Sudut
(m)

(o)
c= Loop 2
e( ` , ) , /`( , ) ,D , Df( , /` ,D , D)a,bcd (Batu Lempung)
( ` , )( ` , )g ` , ,D( , /` ,D , D)a,bcd hR( ` , )( ` , )V 35 2,173

c = 0,035 MPa 40 2,014
45 1,864
6
Tabel 9 Nilai Kohesi dan Sudut Gesek 50 1,737
Dalam 55 1,600
GSI Saptono 60 1,413
(2012) 35 1,818
Loka Litolog Sudut 40 1,645
Kohe 45 1,520
si i Gesek
si (c) 8 50 1,401
Dalam ()
(KPa) 55 1,280
()
Batu 60 1,160
Loo
lempun 35 26,99 35 1,564
p2 40 1,408
g
45 1,384
10 1,296
Analisis Lereng Tunggal 50
Analisis Kestabilan untuk 55 1,073
lereng tunggal di PT. KBM dilakukan 60 0,968
dengan pendekatan sebagai berikut:
- Lereng tunggal yang akan Analisis Lereng Keseluruhan
dianalisis berupa lereng penggalian Pendekatan untuk melakukan analisis
tanah penutup. lereng keseluruhan di PT. KBM
- Dimensi lereng tunggal yang akan dengan tujuan untuk menyederhanakan
disimulasikan dengan variasi tinggi berbagai macam parameter dalah
6m, 8m, dan 10m dengan sudut sebagai berikut.
kemiringan lereng 35, 40, 45, 50, - Nilai FK yang dijadikan dasar
55 dan 60. bahwa lereng dalam kondisi
- FK yang dijadikan dasar bahwa mantap adalah FK 1,50
lereng dalam kondisi mantap adalah - Karakteristik batuan pembentuk
FK 1,35 lereng keseluruhan sama seperti
karakterisik pembentuk lereng terhadap geometri lereng hasil revisi.
tunggal. Dimensi lereng tunggal yang akan
- Analisis dan rekomendasi disimulasi dengan variasi tinggi 10m,
diberikan pada kondisi air jenuh 8m, dan 6m dengan sudut 35, 40,
pada batuan. 45, 50, dan 55. Pemilihan dimensi
Pada analisis kestabilan lereng lereng ini berdasarkan pada
untuk keseluruhan nilai karateristik kemampuan operasional peralatan
batuan pembentuk lereng keseluruhan penambangan (jangkauan alat gali
didapat dari hasil perhitungan kriteria muat) dan sudut lapisan batubara.
keruntuhan Hoek & Brown. Nilai-nilai Hasil Analisis kestabilan lereng
parameter yaitu nilai kohesi, sudut tunggal berdasarkan kriteria runtuh
gesek dalam, dan densitas. Hoek & Brown untuk material
Hasil analisis dari pemodelan batulempung dengan geometri lereng
lereng keseluruhan dengan metode tinggi 6m dengan sudut 35 dapat
kesetimbangan batas untuk dikatakan aman karena memiliki nilai
mendapatkan nilai faktor keamanan FK 1,35. Selain itu juga
berdasarkan kriteria runtuh Hoek & mempertimbangkan sudut overall,
Brown ada pada Tabel 11. tinggi lereng keseluruhan dan striiping
ratio pada proses penambangan.
Tabel 11 Hasil Simulasi Kestabilan Berdasarkan Gambar 1 dapat
Lereng Massa Batuan dengan tinggi dilihat bahwa geometri lereng hasil
lereng tunggal 6m revisi desain dengan kemiringan
semakin landai berada dalam kondisi
FK Loop 2

FK Loop 2

FK Loop 2

aman dengan FK 1,35.


Lereng

Lereng

Lereng

Lereng

Lereng

Lereng
Tinggi

Tinggi

Tinggi
Sudut

Sudut

Sudut

Tindakan Penunjang Kestabilan


27 1,846 26 1,788 25 1,605 Lereng
30 1,698 28 1,622 28 1,450
33 1,572 31 1,468 30 1,324
Perancangan lereng pada
18 30 42
36 1,457 34 1,343 33 1,210 batuan umumnya disederhanakan dan
39 1,347 36 1,234 35 1,009
41 1,264 39 1,132 38 1,001
juga dalam perhitungan analisis
kestabilan lereng dilakukan
Analisis Kestabilan Lereng penyederhanaan pada pendekatan
Analisis kestabilan lereng parameter masukan. Adanya
adalah analisis kestabilan terhadap penyederhanaan dalam memodelkan
lereng desain dari PT. KBM. Lereng di kondisi sebenarnya di lapangan maka
desain dengan ketinggian jenjang 10m, diperlukan suatu pemantauan agar
lebar 5m, kemiringan lereng tunggal dapat memastikan kondisi sebenarnya
60. Berdasarkan Tabel 11 dapat di lapangan.
dilihat bahwa lereng desain jenuh Kegiatan pemantauan ini
berada dalam keadaan tidak aman bertujuan untuk mengetahui kondisi
dengan faktor keamanan 0,9 untuk suatu lereng itu aman atau tidak.
batulempung. Kegiatan pemantauan terhadap lereng
Analisis kestabilan lereng pada lokasi penelitian dapat dilakukan
revisi adalah analisis kestabilan lereng dengan cara memantau pergerakan
lereng yaitu dengan mengukur
pergerakan lereng (displacement). KESIMPULAN DAN SARAN
Pengukuran pergerakan lereng Kesimpulan
(displacement) tersebut dapat 1. Berdasarkan hasil analisis
dilakukan dengan cara memasang kestabilan lereng
pasak baja (steel pin) pada kedua sisi penambangan pada daerah
dari rekahan tarik (tension crack) penelitian, maka geometri
seperti terlihat pada Gambar 2 Jarak lereng untuk lereng tunggal
antara kedua pasak dapat diukur Loop 2 adalah dengan tinggi
dengan menggunakan penggaris baja 6 m dan sudut kemiringan
(steel rule). Kegiatan tersebut akan lereng 35. Untuk geometri
lebih baik jika dilakukan dengan lereng keseluruhan, Loop 2
frekuensi yang lebih sering, misalnya tinggi jenjang keseluruhan
dilakukan setiap tiga kali dalam 42 m dengan sudut
seminggu atau empat kali dalam kemiringan 35 dan lebar
seminggu sehingga pergerakan lereng jenjang 5 m.
dapat terpantau dengan baik. 2. Kegiatan-kegiatan untuk
menjaga kestabilan lereng
2,50 pada daerah penelitian
H=6m
Faktor Keamanan

2,00 (GSI adalah dengan sistem


1,50
Saptono, pemantauan (monitoring)
2012)
1,00 dan pengendalian kondisi
0,50
air.
0,00
Saran
35 40 45 50 55 60
1. Perlu diadakannya
Sudut Lereng penelitian geoteknik secara
2. Perlu dilakukan perbaikan
Gambar 1 Hubungan antara sudut geometri lereng pada lokasi
lereng pada batulempung terhadap FK 3. Perlunya pemantauan
untuk tinggi lereng tunggal 6m pergerakan lereng lebih teliti
dan intensif, pemantauan
dapat dilakukan dengan
bantuan alat seperti
menggunakan pasak baja
(steel pin) dan penggaris
baja (steel rule).
4. Perlunya penanganan
terhadap tingginya muka air
yang mencapai permukaan
dengan cara melakukan
Gambar 2 Pengukuran Rekahan pemasangan pipa penyaliran
dengan Media Pasak Baja untuk mengendalikan air
permukaandan air tanah
dengan cara pengeboran
horizontal pada badan
lereng.
DAFTAR PUSTAKA
Bishop A.W, 1955, The Use of the
Slip Circle inthe Stability Analysis
of Slopes, Geotechnique, Great
Britain.
Brown E.T., 1981, Rock
characterization testing and
monitoring, ISRM Suggested
Methods, Royal School of Mines,
London.
Eric Eberhardt, 2010, Review : GSI
and Hoek-Brown Procedure.
Hoek, E. And Bray, J.W, 1981, Rock
Slope Engineering Revised 3rd
Edition, The Institution of Mining
and Metallurgy, London.
Hoek, E. And Brown, 1980,
Underground Excavation In Rock,
The Institution og Mining and
Metallurgy, London.
Hoek, E. Torres, C. And Corkum,
B.,2002, Hoek-Brown Failure
Criterion 2002 edition,
Vancouver, Canada.
Priest, S.D. Hudson, J.A, 1976,
Discontinuity Spacings in Rock,
International Journal of Rock
Mechanics and Mining Sciences
and Geomechanics.
Singgih Saptono, 2012,
Pengembangan Metode Analisis
Stabilitas Lereng Berdasarkan
Karakterisasi Batuan di Tambang
Terbuka Batubara, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Tim PT. Kaltim Batu Manunggal,
2013, Laporan Kegiatan
Penambangan Pada PT. Kaltim
Batu Manunggal, Kalimantan
Timur, Indonesia.

Вам также может понравиться