Вы находитесь на странице: 1из 2

SEKARANG, mari kita baca!

Kisah ini disebutkan oleh al-Imam Abdus Salam al-Mubarakfury


dalam kitab Shirah al-Imam Al-Bukhari: Apa yang Imam BUKHARI lakukan saat fitnah
melandanya dirinya?

Bahwasanya Imam Bukhari pernah sekali mengarungi lautan di masa beliau masih menuntut
ilmu. Pada waktu itu beliau membawa uang 1000 dinar (Rp 2,125 miliar) dan ini merupakan
harta yang sangat banyak.

Kemudian datanglah kepada beliau salah seorang dari awak kapal. Lelaki tersebut menampakkan
kecintaan dan kesukaan kepada sang Imam. Dia selalu berusaha mendekat dan, duduk dengan
beliau. Ketika Imam Bukhari melihat kecintaan dan kesetiaan lelaki tersebut dan saking akrabnya,
sampai-sampai beliau memberitahukan kepada lelaki itu tentang 1000 dinar yang beliau bawa di
atas kapal.

Kemudian, pada suatu hari, lelaki tersebut bangun dari tidurnya dan tiba-tiba menangis,
merobek-robek bajunya seraya memukul-mukul wajah dan kepalanya. Seluruh orang
(penumpang) di atas kapal menjadi heran menyaksikan keadaan lelaki tersebut, tidak sedikit
yang bingung dan terheran-heran. Ada apa? Di antara mereka kemudian mendatanginya dan
menanyakan sebab musababnya, mengapa sampai begitu?

Lelaki tersebut akhirnya berkata, Aku memiliki kantong yang berisi 1000 dinar akan tetapi
kantong itu (tiba-tiba) lenyap dariku.

Akhirnya semua orang sepakat mengadakan pemeriksaan satu persatu pada seluruh penumpang
kapal. Lalu apa yang dilakukan Imam Bukhari? Di saat seperti itu, Imam Bukhari mengeluarkan
kantong dinarnya, dan secara sembunyi-sembunyi beliau langsung melemparkannya ke laut.

Dan, benar, pemeriksaan terus berlangsung, sampailah ke beliau dan sampai usai. Walhasil
pemeriksaan yang dilakukan secara ketat itu, tidak menjumpai apapun. Maka para pemeriksa
kembali ke lelaki tersebut dan mencelanya habis-habisan.

Nah! Ketika orang-orang turun dari kapal, lelaki tersebut kembali mendatangi Imam Bukhari dan
berkata: Tuan! Apa yang engkau lakukan dengan kantong dinarmu?
Imam Bukhari menjawab dengan datar: Aku melemparkannya ke laut.

Mendengar jawaban ini, lelaki tadi tertegun dan berkata, Bagaimana engkau bisa bersabar atas
hilangnya harta yang banyak darimu?

Imam Bukhari kemudian menjawab: Wahai orang bodoh, sesungguhnya aku telah
menghabiskan seluruh umur dan hidupku untuk mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah saw,
dan seluruh dunia telah mengetahui ketsiqqohanku (kredibilitasku dalam meriwayatkan hadits),
maka, bagaimana mungkin aku menjadikan diriku menjadi bahan tuduhan sebagai seorang
pencuri?, jawabnya.

Sebuah pelajaran penting. Beliau melakukan itu bukan demi nama baik, bukan pula demi harga
diri, akan tetapi demi menjaga keotentikan agama, karena beliau adalah lambang dari hadits
Nabi saw. Bisa dibayangkan, jika sampai beliau tertuduh sebagai pencuri, hilanglah nilai validitas
hadits yang beliau kumpulkan. Demikian sikap wara para ulama, dunia tidak ada artinya bagi
mereka dibandingkan ilmu hadits. Masya-Allah. Semoga kisah ini mampu memberikan inspirasi
berarti bagi kita, amin. (*)

Вам также может понравиться