Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORI
Bersihan jaalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika seseorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungandengan
ketidak mampuan untuk batuk secara efektif (Lynda Juall, Carpenito 2006).
Bersihan Jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan dalam membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas (Nanda 2005-2006).
1
4. Dewasa muda dan pertengahan
5. Dewasa tua
Factor perilaku
1. Merokok
2. Aktivitas
3. Kecemasan
4. Substance abuse atau penggunaan narkotika
5. Status nutrisi
Faktor lingkungan
1. Tempat kerja atau polusi
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
Namun, dari beberapa batasan karakteristik di atas, dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Mayor
dan Minor.
2
Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas
Minor (Mungkin terdapat)
Bunyi napas abnormal
Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal.
3
1.5 Patofisiologi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Patofisologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit
meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan, dan akibat. Penyakit adalah suatu kondisi abnormal
yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Berikut patofisiologi pasien dengan
diagnose ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Inflamasi
Sputum Meningkat
4
1.6 Penatalaksanaan
5
f. Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada (
mis ; bagian kepala tempat tidur ditinggikan 45 kecuali ada kontraindikasi [ Collard et
al;2003; Drankulovic et al; 1999).
g. Pengisapan nosafaring atau orofaring untu mengeluarkan secret setiap (sebutkan
freuensinya).
h. Lakukan pengisapan endotrakea atau nosa trakea,jika perlu. (hiperoksigenasi dengan
ambubag sebelum dan setelah pengisapan selang endotrakea atau trakeostomi)
i. Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret.
j. Singkirkan atau tangani factor penyebab, seperti nyeri,keletihan,dan secret yang kental
k. Perawatan di rumah
l. Instruksikan pasien dan keluarga terlibat dalam pencernaan untuk perawatan di rumah
(mis., medikasi, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural,tanda dan gejala
komplikasi, sumber-sumber di komunitas.
m. Kaji kondisi rumah untuk keberadaan factor, seperti allergen, yang dapat memicu
ketidaefektifan pembersihan jalan nafas.
n. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cara menghindari allergen, termasuk
pemajanan terhadap merokok pasif.
o. Untuk bayi dan anak-anak
p. Beri penekanan pada orang tua bahwa batuk sangat penting bagi anak-anak, dan bahwa
batuk tidak selalu harus d redakan dengan obat.
q. Seimbangan kebutuhan terhadap pembersihan jalan nafas dengan kebutuhan untuk
menghindari keletihan akibat batuk ketika batuk menjadi persisten atau merupakan
gejala dispnea.
r. Biarkan anak memegang stetoskop dan mndengarkan bunyi nafasnya sendiri.
6
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data (informasi)
yang sistematis dan bersinambungan. Ada empat jenis pengkajian yang berbeda: pengkajian
awal, pengkajian kedaruratan yang berfokus pada masalah, pengkajian kedaruratan, dan
pengkajian kembali dengan jarak waktu. Pengkajian bervariasi sesuai dengan tujuan, waktu,
waktu yang tersedia, dan status klien.
Pengkajian keperawatan berfokus pada respon klien terhadap masalah kesehatan. Pengkajian
keperawatan harus mencakup persepsi kebutuhan klien, masalah kesehatan, pengalaman terkait,
praktik kesehatan, nilai, dan gaya hidup.
Pengkajian keperawatan terhadap status oksigenasi terdiri atas pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan data diagnostic yang relevan. Sebuah riwayat keperawatan
koprehensif yang relevan dengan status oksigenasi harus mencakup data tentang masalah
pernapasan saat ini dan masa lalu, gaya hidup, apakah ada batuk sputum (material yang
dibatukkan), nyeri, pengobatan untuk pernapasan, dan apakah ada factor risiko gangguan status
oksigenasi.
Berikut yang dikaji dalam bab pengkajian:
a. Identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, diagnose medis, tanggal pengkajian)
b. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien yaitu:
Batuk tidak efektif
Dispnea
Gelisah
Kesulitan verbalisasi
Mata terbuka lebar
Ortopnea
Penurunan bunyi napas
Perubahan frekuensi napas
Perubahan pola napas
7
Sianosis
Sputum dalam jumlah berlebihan
Suara napas tambahan
Tidak ada batuk
c. Penyakit saat ini
Pada observasi ini, perawat mengumpulkan data yang penting dan berkaitan tentang
awitan gejala. Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul, apakah gejala timbul secara
mendadak atau bertahap, dan apakah gejala selalu timbul atau hilan dan timbul. Perawat juga
menannyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit saat ini, perawat
mencatatkan informasi spesifik seperti letak, intesitas, dan kualitas gejala.
Sebagai contoh, klien menunjukkan adanya sekret di hidung pasien, perawat menanyakan
banyaknya sekret yang keluar, warna, dan kondisi sekret tersebut seperti kental ataukah cair.
Perawat juga melihat kondisi hidung pasien, melakukan pemeriksaan fisik pada hidung
pasien.
e. Riwayat keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan
kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah
8
klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetic atau familial dan untuk
mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
f. Pemeriksaan Fisik
Dalam mengkaji status oksigenasi klien, perawat menggunakan 4 teknik pemeriksaan fisik:
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Perawat pertama kali mengobservasi frekuensi,
kedalaman, irama, dan kualitas pernapasan, dengan memperhatikan posisi klien saat
bernapas. Beberapa klien yang mengalami masalah pernapasan kronis memilih untuk
mencondongkan tubuhnya ke depan dari batas pinggang untuk memudahkan pernapasan
atau memilih duduk bersandar pada meja di depannya karena posisi ini memungkinkan
ekspansi paru yang lebih besar. Posisi telungkup atau miring membatasi ekspansi bagian
torak (bagian yang disandari). Peningkatan ekspansi paru yang relative kecil ini mungkin
sangat penting bagi klien dispnea.
g. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan paru mengukur volume dan kapasitas paru. Klien yang menjalani pemeriksaan
fungsi paru, yang biasanya dilakukan oleh para ahli pernapasan, tidak membutuhkan
anestesi. Klien bernapas ke dalam sebuah mesin. Pemeriksaan ini tidak menyakitkan, tetapi
kerja sama klien sangat penting. Perawat sebelumnya perlu menjelaskan pemeriksaan kepala
individu dan membantu klien untuk beristirahat setelahnya karena karena pemeriksaan
sering kali melelahkan.
Untuk menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan keempat teknik
pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamai tingkat kesadaran klien, penampilan
umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan membrane mukosa, dada (kontur rongga
interkosta, diameter anteroposterior [AP], struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola
napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi, dan ekspirasi), ekspansi
dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas, dan jaringan parut pada dada,
dan lain-lain.
2. Palpasi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas
dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus traktil pada dada dan
punggung pasien dengan memintanya menyebutkan tujuh-tujuh secara berulang. Jika
pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran
9
pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat,
dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk
mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls
maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian
kapiler, dan lain-lain.
3. Perkusi. Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru.
4. Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi
dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar
digambarkan berdasarkan nada, intesitas, durasi, dan kualitasnya. Pada pemeriksaan fisik
paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi napas vasikular, bronkial,
bronkovesikular, rales, ronki, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas
serta lokasi dan waktu terjadinya.
2.2 Diagnosa
Diagnosis keperawatan memiliki 3 komponen: Masalah dan definisi, etiologic, dan batasan
karakteristik. Tiap komponen mempunyai tujuan tertentu.
Masalah (Judul Diagnosis) dan Definisi
Pernyataan masalah atau judul diagnosis, menjelaskan masalah kesehatan klien atau respon
yang memunculkan terapi keperawatan. Judul diagnosis menggambarkan status kesehatan
klien dengan jelas dan singkat dalam beberapa kata tujuan judul diagnosis juga dapat
menunjukkan beberapa intervensi keperawatan.
Guna bermanfaat secara klinis, judul diagnosis harus spesifik, ketika kata Sebutkan
mengikuti judul NANDA, perawat menyatakan area terjadinya masalah, misalnya Definisi
Pengetahuan (medikasi) atau Defisiensi Pengetahuan (Penyesuaian Diet).
NANDA memasukkan label diagnostic berikut ini untuk klien yang mengalami masalah
oksigenasi, khususnya yang mengalami gangguan pada bersihan jalan nafas.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Ketidakmampuan membersihkan sekret atau
sumbatan dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Diagnosis keperawatan tersebut juga dapat menjadi etiologic dari diagnosis keperawatan
lain, contohnya sebagai berikut:
10
Ansietas yang berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas dan
perasaan tercekik (sufokasi)
Etiologi (Faktor yang Berhubungan dan Faktor Risiko)
Komponen etiologic diagnosis keperawatan mengidentifikasi satu atau lebih penyebab
masalah kesehatan yang mungkin, memberikan petunjuk untuk terapi keperawatan yang
diperlukan, dan memungkinkan perawat menegkhususkan keperawatan klien. Membedakan
antara penyebab yang mungkin pada diagnosis keperawatan sangat penting karena tiap
penyebab mungkin memerlukan intervensi keperawatan yang berbeda.
Untuk etiologic atau factor yang berhubungan pada diagnosis keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan sebagai berikut:
Lingkungan
s. Perokok
t. Perokok pasif
u. Terpanjan asap
Fisiologis
z. Asma - Infeksi
aa. Disfungsi neuromuskuler - Jalan napas alergik
Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik adalah kelompok tanda dan gejala yang menunjukkan adanya judul
diagnosis tertentu. Untuk diagnosis keperawatan actual, batasan karakteristik adalah tanda
dan gejala klien. Untuk diagnosis keperawatan risiko, tidak ada tanda subjektif dan objektif.
Dengan demikian, factor yang menyebabkan klien lebih rentan dibanding keadaan normal
terhadap masalah membentuk etiologic diagnosis keperawatan risiko.
11
Daftar batasan karakteristik NANDA masih terus disusun dan diperbaiki. Karakteristik
dicantumkan secara terpisah berdasarkan sifat subjektif atau objektif karakteristik tersebut.
Untuk batasan karakteristik masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas,
dapat dilihat sebagai berikut:
bb. Batuk yang tidak efektif - Perubahan frekuensi napas
cc. Dispnea - Perubahan pola napas
dd. Gelisah - Sianosis
ee. Kesulitan verbalisasi - Sputum dalam jumlah yang berlebihan
ff. Mata terbuka lebar - Suara napas tambahan
gg. Ortopnea - Tidak ada batuk
hh. Penurunan bunyi napas
12
2.3 Intervensi
Tujuan keseluruhan untuk seorang klien yang mengalami masalah oksigenasi adalah:
Mempertahankan kepatenan jalan napas.
Meningkatkan kenyamanan dan kemudahan pernapasan.
Mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi.
Meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik.
Mencegah risiko yang berhubungan dengan masalah oksigenasi seperti kerusakan kulit dan
jaringan, sinkop, ketidakseimbangan asam basa, dan perasaan putus asa serta isolasi sosial.
Contoh intervensi keperawatan untuk memfalitasi ventilasi paru dapat terdiri atas
memastikan ketetapan jalan napas, mengatur posisi, mendorong pengambilan napas dalam dan
batuk, dan memastikan keadekuatan hidrasi. Intervensi keperawatan lain yang bermanfaat untuk
ventilasi adalah pengisapan, teknik inflasi paru, pemberian analgesic sebelum napas dalam dan
batuk, drainase postural, dan perkusi serta vibrasi. Strategi keperawatan untuk menfasilitasi
difusi gas melalui membrane alveolar terdiri atas menganjurkan batuk, pernapasan dalam, dan
melaksanakan aktivitas yang sesuai. Rencana asuhan keperawatan klien juga harus memasukkan
intervensi keperawatan mandiri yang tepat seperti terapi oksigen, perawatan trakeostomi, dan
perawatan slam dada.
Menurut NANDA (2003), diagnose keperawatan untuk klien dengan masalah oksigenasi meliputi
ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, gangguan pertukaran gas, dan
intoleransi aktivitas.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan:
1. Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok,
penyakit jantung, atau paru).
2. Imobilitas, statis sekret, dan batuk tak efektif, sekunder akibat (penyakit pada SSP,
depresi SSP/trauma kepala, cidera serebrovaskular).
3. Supresi refleks batuk, sekunder akibat (sebutkan)
4. Efek trakeostomi (perubahan sekret),
5. Imobilitas, sekunder akibat (pembedahan atau trauma, nyeri, ansietas, kelemahan,
gangguan persepsi/kognitif),
13
6. Kelembapan yang sangat tinggi atau sangan rendah,
7. Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, allergen, merokok.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji kepatenan jalan nafas Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi
sekret, perlengketan mukosa, pendarahan,
spasme bronkus, dan/atau masalah dengan
posisi trakeostomi/selang endrotrakeal.
Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk Gerakan dada simetri dengan bunyi napas
bunyi napas bilateral. melalui area paru menunjukkan letak selang
tepat/tak menutup jalan napas. Obstruksi jalan
napas bawah (mis: pneumonia/atelectasis)
menghasilkan perubahan pada bunyi napas
seperti ronki, mengi.
Awasi letak selang endotrakeal. Catat tanda Selang endotrakeal dapat masuk ke bronkus
garis bibir dan bandingkan dengan letak yang kanan, sehingga menghambat aliran udara ke
diinginkan. Amankan selang dengan hati-hati paru kiri dan pasien berisiko untuk
dengan plaster atau penahan selang. Cari pneumotorak tegangan.
bantuan bila mengganti plester selang.
Catat batuk berlebihan, peningkatan dispnea, Pasien intubasi baisanya mengalami reflek
bunyi alarm tekanan tinggi pada ventilator, batuk tak efektif, atau pasien dapat mengalami
sekret terlihat pada selang gangguan neuromuskuler atau neurosensory.
endotrakeal/trakeostomi, peningkatan ronki. Gangguan kemampuan untuk batuk. Pasien ini
tergantung pada pilihan seperti penghisapan
pada pembuangan sekret.
Hisap sesuai kebutuhan, batasi penghisapan 15 Penghisapan tidak harus rutin, dan lamanya
14
detik atau kurang. Pilih kateter penghisap yang harus dibatasi untuk menurunkan bahaya
tepat, isikan cairan garam faal steril, bila hipoksia. Kateter penghisap diameternya harus
diindikasikan. Hiperventilasi dengan kantung kurang dari 50% diameter dalam
sebelum penghisapan, gunakan oksigen 100% endotrakeal/trakeostomi untuk mencegah
bila ada. hipoksia tiba-tiba.
Anjurkan pasien melakukan teknik batuk Meningkatan keefektifan upaya bantuk dan
selama penghisapan contoh menekan, napas pembersihan sekret.
pada waktunya, dan batuk segiempat sesuai
indikasi.
Ubah posisi/berikan cairan dalam kemampuan Meningkatkan drainase sekret dan ventilasi
individu. pada semua segmen paru, menurunkan risiko
atelectasis.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bersihan Jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan dalam membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas. Pada pasien
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, memiliki beberapa factor yang
berhubungan dengan masalah keperawatan tersebut, seperti lingkungan (perokok, perokok pasif,
terpajan asap), Obstruksi jalan napas, dan karena fisiologis. Tetapi beberapa kasus menyebutkan
bahwa sebagian banyak klien yang memiliki masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas adalah pasien yang memiliki riwayat gaya hidup yang tidak baik, seperti perokok
aktif ataupun pasif. Sehingga menumpuknya secret pada saluran pernapasan dan menganggu
proses jalannya inspirasi dan ekspirasi.
16
Daftar Pustaka
Barbara Kozier, G. E. (2010). Fundamental Keperawatan. jakarta.
17