Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Mengetahui hubungan antara asupan lemak jenuh, tak jenuh, trans dan risiko
penyakit jantung koroner pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
Penyakit dalam RSUD Majalengka tahun 2016.
Mengetahui hubungan antara asupan lemak tak jenuh dan risiko penyakit
jantung koroner.
1. Bagi penulis sendiri, semoga proses serta hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan dan pembelajaran yang sangat berharga terutama
untuk perkembangan keilmuan dan pengalaman belajar peneliti.
3. Bagi Universitas Al Ihya Program Studi Gizi dan instansi terkait diharapkan
agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam rangka untuk
mencegah dan mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner,
menambah perbendaharaan kepustakaan mengenai hubungan asupan
lemak dan resiko penyakit jantung koroner serta sebagai bahan acuan
ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Patofisiologi
Dinding dalam arteri tersusun dari selapis sel yang disebut endotel. Selama
endotel tetap utuh dan tidak rusak, ia akan mencegah menumpuknya kolesterol
di dinding arteri dan karenanya mencegah terbentuknya gumpalan. Kadar
kolesterol yang tinggi (Low density Lipoprotein atau LDL), dapat merusak endotel
dan menyebabkan kolesterol menumpuk didinding arteri. Maka macrophages, sel
pembawa makanan dalam darah dan yang menjaga masuknya barang asing, akan
menyerap timbunan kolesterol dan membentuk macrophages yang dipenuhi oleh
lemak dan disebut sel busa (foam cells). Semakin banyaknya macrophages
membuang timbunan LDL, semakin banyak gelembung sel terbentuk di dinding
saluran, meregangkan endotel dan menyebabkannya menggelembung dan
mendesak arteri. Keadaan ini menimbulkan terbentuknya bercak perlemakan
(fatty streak). Apabila kolesterol darah semakin tinggi, sel busa akan terus
menambah deposit kolesterol-LDL dan dapat menyebabkan sel darah tersebut
pecah. Kandungan sel busa akan keluar dan memenuhi diding nadi dan
membentuk preatheroma. Apabila didiamkan akan terbentuk ateroma yang
matang. Ateroma akan mempersempit ukuran arteri koroner sehingga saluran
darah kejantung berkurang (Tandjung, 2000).
1. Faktor resiko lipida, yaitu kadar kolesterol dan trigliderida dalam darah.
Sifat-sifat subtansi ini dalam mendorong timbulnya plak di arteri koroner,
sehingga disebut faktor resiko utama atau fundamental.
2. Faktor resiko non lipida, yan terdiri dari hipertensi, diabetes melitus,
merokok, stres, kegemukan, atau kurang aktivitas.
3. Faktor resiko alami, terdiri dari keturunan, jenis kelamin, dan usia.
4. Berbagai macam faktor resiko yang ada bisa dikelompokan dam dua bagian,
yaitu :
b.Faktor resiko alami, antara lain : keturunan, Jenis kelamin, umur, riwayat
kesehatan pribadi, pendidikan, kebiasaan olahraga.
2.3.4.1. Faktor resiko yang dapat diperbaiki atau dimodifikasi antara lain :
Sumber : NCEP (National Cholesterol Education Program) ATP III, tahun 2001.
b. Hipertensi
(mmHg) (mmHg)
c. Diabetes Melitus
Bila kadar gula selalu tinggi, kerusakan dapat terjadi pada pembuluh
darah yang kecil yang membawa oksigen kejaringan tubuh. Arteri kecil atau
juga disebut artherioles akan menjadi penuh dengan plak (plque) yang
terdiri dari kolesterol. Kerusakan tersebut dapat terjadi diberbagai bagian
tubuh, sehingga bagian tersebut tidak menerima oksigen secara penuh.
Kekurangan oksigen secara kronis dapat menyebabkan kerusakan otot-otot
jantung secara gradual sampai terlambat untuk di deteksi.
d. Merokok
Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinofenik (dapat menyebabkan kanker), dimana
bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asam sampingan (asap
tembakau yang disebarkan ke udara bebas yang akan dihirup oleh perokok
pasif), seperti karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan
pada asap sampingan dari pada asap utama, benzopiren 3 kali, dan
amoniak 50 kali. Bahan-bahan inui dapat bertahan beberapa jam lamanya
dalam ruang setelah rokok terhenti. Oleh karena itu perokok pasif juga
berpeluang besar untuk terkena penyakit jantung sebagai dampak dari asap
rokok (Tandar, 2003).
e. Stres
a. Keturunan
b. Jenis Kelamin
c. Umur
e. Pendidikan
2.4. Lemak
Lemak adalah substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut
dalam air. Lemak terdiri dari gabungan tiga gugus asam lemak dan gliserol
dan dikenal sebagai trigliserida. Lemak dalam makanan dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu lemak jenuh, lemak tak jenuh tunggal, lemak tak jenuh
ganda atau majemuk dan dalam hubungannya dengan kesehatan jantung
dan pembuluh darah (Soeharto, 2002).
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap pada atom karbon. Asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi
dan radikal bebas. Efek dominan asam lemak jenuh adalah peningkatan
kadar kolesterol total dan K-LDL (Kolesterol LDL). Secara umum makanan
yang berasal dari hewani (daging berlemak, keju, mentega, dan krim susu),
selain mengandung asam lemak jenuh juga mengandung kolesterol
(Sartika, 2007).
Menurut American Heart Assoation, lemak jenuh yang baik adalah <
7% dari kebutuhan lemak total sehari (American Heart Assoation, 2006).
Asam lemak tak jenuh (unsaturated Fatty acid), didatangkan dari luar
tubuh, merupakan lemak cair, umumnya tidak dapat disintesis sendiri oleh
tubuh. Unsaturated fatty acid digolongkan ke dalam dua golongan yaitu
monounsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh) dan pollyunsaturated
fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda)(Kartasapoerta, 2005).
Asupan lemak takjenuh yang baik adalah > 10% dari kebutuhan lemak
total dalam sehari (American Heart Association dalam Almatsier, 2011).
Asam lemak tak jenuh tunggal merupakan jenis asam lemak yang
memiliki satu ikatan pada rantai karbonnya. Asam lemak ini tergolong
dalam asam lemak rantai panjang (LCPA), yang kebanyakan ditemukan
dalam minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji
kapas, dan canola. Secara umum, lemak tak jenuh tunggal memiliki efek
yang menguntungkan terhadap kadar kolesterol darah (Sartika, 2007).
Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif dalam penurunan
kadar kolesterol darah dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh jamak
(PUFA). PUFA dapat menurunkan kadar kolesterol LDL tetapi menurunkan
pula kadar kolesterol HDL. Sedangkan MUFA dapat menurunkan K-LDL dan
meningkatkan K-HDL. Penurunan rasio K-LDL/K-HDL akan menghambat
terjadinya arterosklerosis. Asam lemak omega 3 dapat membersihkan
plasma dari lipoprotein kilomikron dan menurunkan produksi trigliserida
dan apoli protein di dalam hati. Selain peranannya dalam pencegahan
penyakit jantung koroner, asam lemak omega 3 dianggap penting untuk
berfungsinya otak dan retina dengan baik (Sartika, 2007).
Pemberian sekitar 1,0 gram PUFA n-3 perhari sudah cukup untuk
menurunkan kadar triasilgliserol plasma. Dalam Los Angeles Veterans
Administration Study, diet eksperimental yaitu menggantikan minyak
nabati tak jenuh ganda (PUFA n-6) lebih kurang dua per tiga dari lemak
hewani dalam periode lanjutan selama 8 tahun, kolesterol pada kelompok
eksperimental menurun sebesar 13% (Gibney, 2009). Dalam the Gissi-
Prevenzione Study, yang menyelidiki efek suplementasi asam lemak n-3
dengan rantai sangat panjang dalam minyak ikan pada subjek penelitian
yang pernah mengalami infark miokard, berkaitan dengan penurunan 15-
20% yang signifikan secara statistik (Gibney, 2009).
Menurut American Heart Assosiation, lemak trans yang baik adalah <
1% dari kebutuhan lemak total sehari (american Heart Assosiation, 2006).
1. Kelebihan SFFQ :
2. Kekurangan SFFQ :
Asupan
Lemak
Jenuh
Asupan Penyakit
Lemak Tak Jantung
Jenuh Koroner
Asupan
Lemak
Trans
3.2. Hipotesis
3.2.1. Ada hubungan antara asupan lemak jenuh buruk dan resiko penyakit
jantung koroner
3.2.2. Ada hubungan antara asupan lemak tak jenuh buruk dan resiko penyakit
jantung koroner
3.2.3. Ada hubungan antara asupan lemak trans buruk dan resiko penyakit
jantung koroner
Asupan asam lemak yang terdiri dari asupan lemak jenuh, lemak tak jenuh, dan
lemak trans adalah jumlah rata-rata asupan lemak sehari dari konsumsi bahan
makanan sampel selama satu bulan terakhir dalam satuan gram, diperoleh
dengan menggunakan semiquantitative food frequency quetionaire (SQFF)
Buruk, jika rata-rata konsumsi lemak jenuh sehari tinggi (> 7% kebutuhan
lemak total dalam sehari)
Baik, jika rata-rata konsumsi lemak jenuh sehari rendah (< 7% kebutuhan
lemak total dalam sehari).
Baik, jika rata-rata konsumsi lemak tak jenuh sehari tinggi (> 10% kebutuhan
lemak total dalam sehari).
Buruk, jika rata-rata konsumsi lemak jenuh sehari rendah ( < 10% kebutuhan
lemak total sehari).
Buruk, jika rata-rata konsumsi lemak trans sehari tinggi (> 1% kebutuhan
lemak total sehari).
Baik, jika rata-rata konsumsi lemak trans sehari rendah (< 1% kebutuhan lemak
total sehari).
Skala : Ordinal
3.3.2. Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang didiagnosa dokter
dalam jangka waktu maksimal sebulan terakhir ASHD/Angina pectoris/ CAD
Hasil ukur : Ya, jika dokter mendiagnosa penyakit jantung koroner sampai
dengan satu bulan terakhir
Skala : Nominal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol yaitu
untuk memperoleh Odds Ratio (OR) yang menggambarkan seberapa besar
hubungan asupan asam lemak dan resiko penyakit jantung koroner.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang datang ke Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Majalengka.
Kasus :
1. Berusia 30 tahun
2. Didiagnosa PJK (ASHD/ Angina Pektoris/ IMA/ CAD) oleh dokter sampai
dengan 1 bulan terakhir
Kontrol :
1. Berusia 30 tahun
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol yaitu
untuk memperoleh Analisa korelasi yang menggambarkan seberapa besar
hubungan asupan asam lemak dan resiko penyakit jantung koroner.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang datang ke Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Majalengka.
Kasus :
1. Berusia 30 tahun
2. Didiagnosa PJK (ASHD/ Angina Pektoris/ IMA/ CAD) oleh dokter sampai
dengan 1 bulan terakhir
Kontrol :
1. Berusia 30 tahun
(P - P)
Keterangan :
P : (P - P)
Q :1P
Q : 1 P
P1 : PR/[ 1 + P (R-1)]
Q1: 1 P1
n : 31
(Sastroasmoro, 2010)
e. Data asupan makanan yang mengandung asam lemak jenuh, lemak tak
jenuh tunggal, lemak tak jenuh ganda dan lemak trans yang diperoleh
melalui wawancara dengan menggunakan form Semiquantitative Food
Frequency Questionaire (SFFQ).
a. Data PJK yang didiagnosa oleh dokter dalam satu bulan terakhir diperoleh
dari data rekam medik.
b. Umur responden dibagi menjadi dua golongan yaitu < 45 tahun dan 45
tahun.
e. Status gizi diperoleh dari perhitungan IMT berdasarkan data tinggi badan
dan berat badan dikategorikan ke dalam 3 kategori, yaitu under weight
(IMT<18), normal(IMT24) dan overweight(IMT>25).
Baik, jika rata-rata konsumsi lemak tak jenuh sehari tinggi ( 10%
kebutuhan lemak total dalam sehari).
Buruk, jika rata-rata konsumsi lemak tak jenuh sehari rendah ( 10%
kebutuhan lemak total dalam sehari).
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
b. Analisis Univariat
c. Analisis Bivariat
Analisa Korelasi :
Koefesien Determinasi :
KD = r x 100 %
TABEL 4.1
Buruk a b a+b
Baik c d c+d
Keterangan :
a. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak jenuh yang tinggi.
b. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak jenuh yang tinggi.
c. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak jenuh yang rendah.
d. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak jenuh yang rendah.
OR_PJK = a : c = a
(a+c) (a+c) c
(b+d) (b+d) d
OR = a : b = a
b c bc
Interpretasi :
OR = 1 : artinya tidak ada hubungan antara asupan asam lemak jenuh dan
resiko PJK.
OR > 1 : artinya asupan asam lemak jenuh yang buruk merupakan etiologi
resiko PJK.
Buruk a b a+b
Baik c d c+d
Keterangan :
a. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak tak jenuh yang
rendah.
b. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak tak jenuh yang
rendah.
c. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak tak jenuh yang
tinggi.
d. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak tak jenuh yang tinggi.
OR_PJK = a : c = a
(a+c) (a+c) c
(b+d) (b+d) d
OR = a : b = a
b c bc
Interpretasi :
OR = 1 : artinya tidak ada hubungan antara asupan asam lemak tak jenuh dan
resiko PJK.
OR > 1 : artinya asupan asam lemak tak jenuh yang buruk merupakan etiologi
resiko PJK.
OR < 1 : artinya asupan asam lemak tak jenuh yang buruk merupakan pelindung
resiko PJK.
TABEL 4.3
Buruk a b a+b
Baik c d c+d
Keterangan :
a. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak trans yang tinggi.
b. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak trans yang tinggi.
c. Sampel yang didiagnosa PJK dan memiliki asupan lemak trans yang rendah.
d. Sampel yang tidak didiagnosa PJK dan memiliki lemak trans yang rendah.
OR_PJK = a : c = a
(a+c) (a+c) c
(b+d) (b+d) d
OR = a : b = a
b c bc
Interpretasi :
OR = 1 : artinya tidak ada hubungan antara asupan asam lemak trans dan resiko
PJK.
OR > 1 : artinya asupan asam lemak trans yang buruk merupakan etiologi resiko
PJK.
OR < 1 : artinya asupan asam lemak trans yang buruk merupakan pelindung resiko
PJK.