Вы находитесь на странице: 1из 2

Maslahat mursalah bukanlah sumber asli hukum syari, tapi hanyalah sumber tabai

(mengikut) yang tidak dapat berdiri sendiri. Maslahat mursalah hanyalah wasilah
yang jika terpenuhi syaratsyaratnya, baru bisa diamalkan.
Menurut defisinya maslahat mursalah itu adalah: apa-apa yang tidak ada nash
tertentu padanya dan masuk ke dalam kaedah umum. Menurut definisi lain adalah:
sebuah sifat (maslahat) yang belum ditetapkan oleh syariat.
Jadi maslahat mursalah itu adalah salahsatu proses ijtihad untuk mencapai sebuah
kemaslahatan bagi umat, yang belum disebutkan syariat, dengan memperhatikan syarat-
syaratnya.
http://abuihsan.com/2010/03/01/syubhat-syubhat-sekitar-masalah-demokrasi-dan-
pemungutan-suara-bag-2/

Adapun maslahat mursalah maka harus memiliki beberapa kriteria tertentu,


diantaranya :

Pertama : Kemaslahatan itu sendiri hendaklah maslahat hakikikiyyah (masalah yang


sebenarnya) bukan kemaslahatan yang masih wahahamiyyah (diragukan).

Kedua : Harus benar-benar merupakan kemaslahatan yang mursalah atau mutlaqoh dimana
perkara ini secara tekhnis tidak bertentangan dengan syariat dan tidak mungkin
terjadi dizaman shahabat, seperti penggunaan mikrofon dalam adzan, ini bukan bid'ah
tetapi merupakan contoh dari maslahat mursalah. karena alat-alat seperti ini tidak
pernah ada sebelumnya.

Jika sekiranya hal ini mungkin terjadi dizaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa
Sallam namun ditinggalkannya pastilah penggunaan mikrofon seperti ini dianggap
bid'ah. Sebab kita tahu bahwa adzan disyariatkan untuk memberitahukan masuknya
waktu shalat dan mikrofon ini benar-benar sangat penting digunakan untuk fungsi ini
demi kemaslahatan agar orang dapat mendengarnya, sementara mustahil hal ini terjadi
pada zaman Rasul dan mereka tidak mengenal ataupun mempelajarinya. Maka hukumnya
sama dengan hukum menggunakan kaca mata sebagai alat melihat dan membaca bagi
orang-orang yang kabur penglihatannya, inilah dia maslahat, tetapi maslahat harus
diletakkan sesuai dengan porsinya dan tidak terlampau dibesar-besarkan. Jika
dikatakan bahwa membaca Al-Quran dengna memakai kaca mata adalah sunnah, tentulah
hal ini berlebihan, namun banyak yang beranggapan bahwa orang-orang Salaf tidak
biasa membedakan antara maslahat dengan bid'ah, sebenarnya ini merupakan kezaliman
yang nyata terhadap dakwah Salaf. http://abuihsan.com/2010/03/01/syubhat-syubhat-
sekitar-masalah-demokrasi-dan-pemungutan-suara-bag-2/

Maslahat mursalah adalah suatu maslahat yang syariat tidak menjelaskannya dan
tidak pula membatalkannya, ia merupakan wasilah untuk mencapai suatu perkara yang
disyariatkan, seperti pengumpulan al-Quran pada zaman Abu Bakar dan Utsman
rodhiyallohu anhuma, pencatatan pasukan perang dan penulisan orang-orang dari
pasukan yang berhak mendapat bagian, maka hal ini tidak terdapat dalam syariat
satu nash pun yang menetapkan atau melarangnya. Adapun pengumpulan al-Quran, maka
ini merupakan jalan untuk menghapalnya dan agar tidak hilang sesuatupun darinya.
Yang demikian merupakan penerapan firman Alloh azza wa jalla:

?????? ?????? ?????????? ????????? ???????? ???? ????????????

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya. [al-Hijr : 9]

Dan Abu Bakar rodhiyallohu anhu telah diam ketika Umar rodhiyallohu anhu
mengisyaratkan untuk mengumpulkannya, dan ia berkata :

??? ???? ????? ?? ????? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ? ???? ???: ?? ????? ???? ????
??? ??? ???????? ??? ??? ??? ???? ???? ????? ?????? ???? ??? ???
Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasululloh
shallallahu alaihi wa sallam? maka Umar menjawab : Ini demi Alloh adalah
kebaikan, lalu Abu Bakar berkata : Umar selalu memintaku untuk itu sampai Alloh
melapangkan hatiku untuk hal itu, dan akupun berpendapat seperti pendapat Umar.
[HR. al-Bukhori (4679)]

Dan pengumpulan al-Quran yang dilakukan oleh Abu Bakar rodhiyalohu anhu adalah
pada shuhuf (lembaran-lembaran) dan pengumpulan yang dilakukan Utsman rodhiyallohu
anhu adalah pada mush-haf.

Adapun pencatatan pasukan perang, ini terjadi pada zaman Umar rodhiyallohu anhu,
ketika telah banyaknya penaklukan-penaklukan, serta banyaknya ghonimah dan fai,
maka hal ini membutuhkan pencatatan nama-nama tentara dan yang selain mereka dari
orang-orang yang berhak mendapat bagian. Yang demikian tidak pernah ada sebelum
zamannya. Ini merupakan jalan/cara untuk menyampaikan hak-hak kepada orang yang
berhak mendapatkannya dan agar tidak ada suatu hak pun yang tidak tersampaikan. Dan
tidaklah dikatakan : sesungguhnya diantara bidah-bidah itu ada yang baik dengan
mendudukkannya sebagai maslahat mursalah, karena dalam maslahat mursalah terdapat
tujuan untuk mencapai suatu perkara yang disyariatkan. Berbeda dengan bidah
dimana di dalamnya terdapat anggapan/tuduhan bahwa syariat belum sempurna, sebagai
telah berlalu dari perkataan al-Imam Malik rohimahulloh.

[Diterjemahkan dari al-Hatstsu 'ala ittiba'is Sunnah wat Tahdzir minal Bida' wa
Bayani Khothriha karya asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr]

http://tholib.wordpress.com/2007/03/09/maslahat-mursalah-bukanlah-bidah/

Вам также может понравиться