Вы находитесь на странице: 1из 11

Sell In May & Go Away

Terbit 16-Apr-2016 di Harian Kontan

Pasar saham di Indonesia sedang sangat bergairah, terlihat dari kenaikan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang mencapai hampir 5.5% sepanjang tahun 2016 ini. Kenaikan ini ditopang
oleh mengalirnya dana asing hingga awal April 2016 dan imbas positif penurunan suku bunga
yang dimotori oleh deflasi dan penguatan Rupiah terhadap USD. Meski demikian sentimen negatif
tetap membayangi pergerakan bursa, Diantaranya pertumbuhan ekonomi yang melambat dan
mahalnya valuasi bursa saham.

Kondisi ketidapastian pada pasar modal adalah wajar, walau berbeda pokok permasalahan namun
siklus bullish dan bearish selalu datang silih berganti. Untuk memitigasi hal tersebut umumnya
investor saham disarankan untuk melakukan strategi buy & hold yaitu membeli saham dan terus
memegangnya dalam jangka panjang. Strategi ini memang terbukti efektif bagi investor pada
umumnya. Selama investor membeli saham yang kinerja emitennya baik dan menghasilkan
keuntungan maka nilai sahamnya memang selalu naik. Namun demikian apakah buy & hold
menjadi strategi yang paling menguntungkan dalam berinvestasi saham? Bagaimana bila
dibanding dengan strategi trading? Mana yang lebih menguntungkan?

Di pasar modal luar negeri terutama Amerika Serikat (AS) sering didengar pepatah yang berbunyi
Sell In May & Go Away. Dasar pemikiran dari pepatah ini adalah penelitian di AS yang
menyimpulkan bahwa dibanding melakukan buy & hold investor lebih baik berinvestasi pada
bulan-bulan baik dimana umumnya bursa mengalami rally yaitu November- April dan
memindahkan dana ke instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi jangka pendek
pada bulan-bulan yang kurang baik bagi pergerakan bursa pada bulan Mei Oktober. Investor
yang melakukan hal ini akan mendapatkan kinerja yang jauh lebih tinggi dibanding memegang
saham sepanjang waktu.

Apakah strategi diatas dapat di implementasikan di Indonesia? Rata-rata return bulanan IHSG
selama 10 tahun kebelakang menunjukkan bulan dengan rata-rata return tertinggi adalah bulan
April (5.9%) dan bulan dengan rata-rata return terburuk adalah pada bulan Agustus ( -2.36%).
Tingginya rata-rata return di bulan April dapat dikaitkan dengan musim panen yang berimbas
positif pada inflasi, maraknya rilis laporan keuangan tahunan dan juga pengumuman pembagian
dividen pada bulan tersebut yang memicu kenaikan harga saham. Sementara pada bulan Agustus
inflasi cenderung meningkat seiring musim tahun ajaran baru anak sekolah. Dengan demikian
tentu menarik bila kita menelaah secara historis bagaimana bila menjual setelah bulan terbaik
(pada Mei) dan membeli setelah bulan terburuk lewat (pada September). Simulasi dari strategi
diatas sejak tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut
Dari hasil simulasi historis pada tabel dapat dilihat bahwa strategi sell in may &buy in september
hanya satu kali mengalami kerugian di tahun 2009. Dari hasil simulasi bila investor melakukan
strategi buy & hold sejak awal September 2007 hingga akhir 13 April 2016 maka kinerja yang
diperoleh adalah sekitar 119% dan bila investor melakukan strategi sell in may & buy in september
kinerja yang diperoleh mencapai 129%. Hal ini terjadi karena dengan strategi diatas investor
sebenarnya telah melakukan manajemen risiko dan selamat dari kejatuhan bursa yang cukup
dalam di tahun 2013 dan kejatuhan lain di tahun 2015. Hasil diatas masih mengasumsikan pada
bulan Mei- Agustus investor hanya memegang dana dalam bentuk kas. Sejatinya bila dana
tersebut di alokasikan sementara ke deposito atau reksa dana pasar uang yang menghasilan
return kinerja yang diperoleh akan lebih tinggi lagi. Hasil ini konsisten pada semua sektor saham
dan dapat juga di terapkan pada investasi reksa dana saham karena umumya reksa dana saham
pergerakanya berkorelasi positif dengan IHSG. Tentu saja simulasi ini menggunakan data historis
dan tidak dijamin berulang pada masa yang akan datang. Pun demikian hasil pengamatan ini
dapat dijadikan acuan oleh investor yang berorientasi jangka panjang untuk mencoba
mengoptimalkan kinerja investasinya dengan melakukan profit taking pada bulan Mei, parkir dana
pada instrumen pasar uang dan kembali full invest pada bulan September. Happy Investing
[ Wawan Hendrayana ]
Berharap Pada Pemulihan
Terbit 02-Apr-2016 di Harian Kontan

Secara umum siklus Makro Ekonomi terdiri dari 4 tahapan yaitu Pemulihan, Ekspansi,
Perlambatan, dan Resesi. Tiap tahapan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap kinerja
instrumen investasi. Dengan memilih instrumen yang tepat pada tahapan yang tepat, investor
dapat memaksimalkan hasil investasi sekaligus meminimalkan potensi kerugian. Bagaimana cara
untuk mengetahui tahapan mana sekarang ini? Instrumen apa yang diuntungkan pada tahapan
tersebut? Dan bagaimana untuk mengetahui bahwa telah terjadi perubahan sehingga kita bisa
bereaksi lebih cepat? Untuk itu dapat menggunakan investment clock

Ada 4 lapisan dalam diagram ini yaitu lapisan paling dalam yang disebut instrumen inti. Lapisan
kedua hingga keempat adalah menyatakan sektor-sektor yang diperkirakan akan lebih
diuntungkan dalam kondisi tersebut. Pemilihan sektor-sektor ini dilakukan berdasarkan perkiraan
kebijakan counter cycle yang akan di ambil pemerintah. Sebagai contoh, pada saat kondisi
perekonomian mengalami resesi, maka langkah yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat
berlalunya resesi adalah dengan menstimulus perekonomian melalui pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu, sektor infrastruktur menjadi salah satu sektor pilihan dalam kondisi resesi.

Investment Clock
4 Tahapan Siklus Investasi Makro Ekonomi

Tahapan Ekspansi ditandai dengan inflasi yang semakin meningkat dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang meningkat (Kanan Atas). Tahun 2006 2007 adalah contoh tahap ekspansi dimana
tingginya harga minyak dunia yang berimbas pada meningkatnya harga-harga komoditas.
Hasilnya tingkat inflasi meningkat terus dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya produksi dan ekspor terutama pada sektor
komoditas. Instrumen investasi yang cocok pada tahapan ini adalah Saham dan Komoditas.
Sektor yang akan diuntungkan secara langsung adalah sektor Perkebunan dan Pertambangan
(lebih diutamakan), Aneka Industri dan Properti.

Tahapan Perlambatan ditandai dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang masih tinggi, namun
pertumbuhan ekonomi mulai mengalami perlambatan (Kanan Bawah). Tingginya tingkat suku
bunga dan harga komoditas, cepat atau lambat akan menyebabkan penurunan permintaan dan
pada akhirnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi seperti pada yang terjadi saat ini.
Instrumen investasi yang tepat adalah instrumen pasar uang, seperti deposito dan pasar uang.
Sedangkan untuk sektor yang berpotensi diuntungkan adalah sektor Barang Konsumsi.

Pada tahun 2014, tanda-tanda perubahan ini sebenarnya sudah terlihat ketika Bank Indonesia
mulai menaikkan BI Rate untuk mengekang tingkat inflasi pada bulan November 2014. Kenaikan
inflasi sendiri tidak menandakan perpindahan tahapan dalam siklus makro ekonomi, namun jika
kenaikan inflasi kemudian memicu kenaikan suku bunga berarti sudah ada indikator yang kuat
bahwa situasi akan berubah. Ketika pemerintah mulai menaikkan suku bunga, investor
seharusnya sudah mulai memindahkan fokus dari instrumen saham ke instrumen pasar uang.
Namun demikian euforia yang terbawa dari tahun 2014 masih terlalu kuat sehingga investor pada
tahun 2015 masih memilih saham atau reksa dana saham sebagai instrumen pilihan utamanya.

Tahapan Resesi ditandai turunya tingkat inflasi yang memicu penurunan tingkat suku bunga dan
pertumbuhan ekonomi yang masih melambat (Kiri Bawah). Instrumen investasi yang cocok untuk
dikoleksi adalah obligasi baik obligasi korporasi maupun obligasi pemerintah. Sedangkan untuk
sektor saham memfavoritkan sektor Infrastruktur dan Barang Konsumen.

Tahapan Pemulihan ditandai dengan tingkat inflasi yang masih rendah, namun perekonomian
mulai menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif. Untuk mengetahui apakah tahapan
pemulihan ini sudah terjadi atau tidak, investor bisa mencermati salah satu indikator penting yaitu
tingkat penyaluran kredit perbankan dan NPL (Non Performing Loan). Pada tahapan ini, instrumen
inti akan kembali berpindah dari obligasi menjadi saham. Sektor-sektor yang menjadi favorit
adalah sektor Industri Dasar, Keuangan dan Properti.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka bahwa kondisi ekonomi yang terjadi saat ini sudah melewati
siklus perlambatan. Bila perlambatan ekonomi terus terjadi memang dapat menjadi resesi
berkepanjangan, namun demikian tanda-tanda pemulihan sudah mulai terlihat seperti
membaiknya neraca perdagangan dan tren penguatan rupiah, disamping inflasi rendah yang
membuka peluang suku bunga kembali turun diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Disamping
komitmen pemerintah dalam memberikan stimulus dalam bentuk paker ekonomi.

Untuk itu, instrumen hutang seperti obligasi masih akan menjadi salah satu pilihan utama disaat
tren penurunan bunga. Sektor yang berpotensi adalah sektor Barang Konsumsi dan Infrastruktur,
bila siklus revovery terus berlanjut maka sektor keuangan, industri dasar dan properti menjadi
penggerak berikutnya.
Tentu saja, analisis ini masih bersifat sangat makro, investor perlu melakukan analisis yang lebih
lanjut mengenai individual perusahaan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Tidak
menutup kemungkinan juga bahwa terdapat saham dari sektor lain yang lebih menguntungkan.
Pembahasan kali ini lebih mengarah kepada alokasi portofolio secara umum dalam berbagai
tahapan siklus ekonomi. Sebelum mengambil suatu keputusan investasi investor harus selalu
menjadikan makro ekonomi sebagai salah satu pertimbangan utama. Happy Investing.
[ Wawan Hendrayana ]
Dua Dasawarsa Reksadana Indonesia
Terbit 19-Mar-2016 di Harian Kontan

Industri reksa dana di indonesia bermula dari tahun 1995 dengan diterbitkannya UU No.8 tahun
1995 tentang pasar modal. Kini 20 tahun kemudian banyak orang yang mulai tertarik untuk
berinvestasi di Reksadana. Walau untuk menjadi salah satu instrument investasi favorit bukanlah
hal yang mudah dan butuh waktu yang lama. Saat ini jumlah investor reksa dana baru sekitar 500
ribuan atau belum menyentuh 1% dari jumlah penduduk Indonesia . Dana kelolaan reksadana
saat ini mencapai Rp 271 triliun per akhir Februari 2016, jumlah ini bertumbuh 2 kali lipat sejak
tahun 2011.

Seiring dengan petumbuhan jumlah investor dan dana kelolaan maka industri reksa dana terus
melakukan inovasi dengan produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan investor baik institusi
maupun individual. Sebelum tahun 2005 di indonesia hanya terdapat reksadana
konvensional berupa saham, pendapatan tetap, pasar uang dan campuran. Namun badai
redemption pada tahun tersebut memaksa manajer investasi untuk kreatif menerbitkan reksadana
terproteksi yang bertujuan melindungi nilai awal investasi dari pemodal. Bertolak dari kreatifitas
tersebut badan pengawas pasar modal ( BAPEPAM, kini telah bertransformasi menjadi Otoritas
Jasa Keuangan) menerima aspirasi industri dan menerbitkan peraturan reksadana terstruktur
yang berisi reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan yaitu yang mirip dengan
terproteksi namun menggandeng asuransi untuk menjamin nilai awal investasi, dan reksadana
indeks yang merupakan reksadana dengan strategi investasi pasif dengan isi portfolio meniru
indeks tertentu. Reksadana dengan penjaminan sendiri meski secara konsep memiliki risiko yang
sangat rendah saat ini belum pernah terbit karena terganjal dengan premi asuransi yang
membebani kinerja return nya.

Jenis reksadana terus bertambah dengan Dana Investasi Real Estat (DIRE) yang merupakan
reksadana dengan aset berupa properti dan Exchange Traded Fund (ETF) yaitu reksadana yang
diperdagangkan di bursa saham dengan harga real time. Seiring dengan harapan agar pasar
modal dapat membantu pertumbuhan sektor riil maka diterbitkanlah Reksadana Penyertaan
Terbatas. Reksadana jenis ini diperbolehkan berinvestasi pada perusahaan yang belum go pubic
dengan harapan menjadi alternatif pembiayaan bagi sektor riil.

Pada tahun 2015 OJK kembali melakukan gebrakan dengan mengijinkan reksadana syariah
global yang pertama kali mengijinkan reksadana berinvestasi hingga 100% pada efek syariah luar
negeri. Hal ini positif untuk memenuhi kebutuhan investor yang memang membutuhkan investasi
dalam bentuk mata uang asing ataupun yang ingin mendiversifikasikan dana nya secara regional.
Kedepanya Industri reksadana bersiap untuk menyambut peraturan tentang reksadana wholesale
dan reksadana fleksibel.

Reksadana wholesale sendiri akan dikhususkan untuk investor institusi, hal ini karena kebutuhan
investor institusi jelas berbeda dengan investor retail dan saat ini pun terdapat beberapa
reksadana publik yang single investor atau hanya memiliki satu investor umumnya institusi
karena karakteristik dan kebutuhan khusus dari investornya seperti misalnya likuiditas, investasi
pada sektor tertentu dan keringanan pajak terutama untuk investor dari industri asuransi. Ditambah
dengan aturan OJK yang mewajibkan institusi dana pensiun, asuransi , BPJS dan lembaga
pembiayaan untuk menempatkan minimum 20-50% asetnya dalam bentuk surat utang negara
maka reksadana wholesale diharapkan dapat mengakomodasikan kebutuhan khusus ini dan
semakin membuka keran dana investor institusi untuk masuk mengingat hingga saat ini masih
terdapat keringanan pajak atas kupon dan diskonto obligasi melalui reksadana.

Reksadana fleksibel difokuskan menjadi 3 bagian yaitu reksadana dengan target waktu, target
risiko dan target return. Di luar negeri cukup banyak terdapat reksadana yang dikhususkan untuk
membantu investor dalam perencanaan pensiun dengan mekanisme melakukan alokasi aset
berdasarkan tujuan dan jangka waktu investasi. Misalnya reksadana dengan jangka waktu 15
tahun akan dapat berinvestasi hingga 80% pada saham selama 8 tahun pertama, yang akan
otomatis berubah menjadi 50% pada tahun ke 9 dan menjadi 100% pasar uang pada tahun ke 14.
Dengan demikian investor tidak perlu lagi kerepotan memindah-mindahkan reksadana agar sesuai
dengan tujuan dan jangka waktunya.

Reksadana fleksibel dengan target risiko merupakan konsep yang menarik, dimana manajer
investasi akan fokus menjaga tingkat risiko dari suatu reksadana dengan target tertentu, misalnya
dengan menyusun alokasi aset yang potential risk nya tidak lebih dari 10%, atau dapat juga
menyusun portfolio saham yang beta nya dibawah 1 agar risiko kerugianya dibawah indeks.
Reksadana ini diluar negeri umumnya diberi label agresif, moderat maupun konservatif sesuai
dengan tingkat risikonya. Reksadana ini cocok bagi investor terutama institusi yang menginginkan
gaya pengelolaan konsisten secara risiko

Reksadana fleksibel dengan target return akan membantu bagi investor yang memiliki kebutuhan
yang harus dicapai dengan return tertentu, misalnya untuk pensiun 20 tahun lagi seorang investor
menghitung membutuhkan return 12% pertahun. Saat ini investor harus mencari sendiri reksadana
mana yang secara historis memberikan return sesuai kebutuhan. Dengan reksadana target return
manajer investasi akan menetapkan target tertentu dan menyusun alokasi aset untuk mencapai
return tersebut dengan konsisten dan investor dapat langsung memilih reksadana dengan return
sesuai kebutuhan. Hal ini juga akan membantu perencana keuangan dalam memberikan
rekomendasi produk bagi kliennya.

Tentu saja semua investasi memiliki risiko, pada reksadana fleksibel pun potensi manajer investasi
tidak dapat memenuhi target baik risiko maupun return dapat terjadi, namun sejak awal investor
akan terbantu dalam memilih reksadana yang sesuai dengan kebutuhanya.

Happy Investing
[ Wawan Hendrayana ]
Mengukur Konsistensi Kinerja Reksadana Saham Dengan Information
Ratio
Terbit 05-Mar-2016 di Harian Kontan

Sebagai investor ketika memilih sebuah investasi reksadana bergantung kepada tujuan investasi
dan horizon dari tujuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut maka dasar pemilihan reksadana
tidak melulu kinerja atau return reksadana sebagai indikator yang paling banyak digunakan secara
umum. Hal ini karena menurut penelitian yang dilakukan pada pasar modal salah satu faktor yang
menjadi kunci dalam mencapai tujuan investasi adalah konsitensi dari manajer investasi yang
bersangkutan.
Dengan demikian seleksi hanya berdasarkan angka kinerja saja tanpa melihat lebih jauh akan
fluktuasi Reksadana yang bersangkutan (yang dinyatakan oleh standar deviasi atau simpangan
dari rata-rata), justru bisa mendorong pemilihan produk yang kurang sesuai dengan profil
risikonya. Angka return yang tinggi namun dengan standar deviasi yang tinggi juga menunjukkan
berarti produk reksadana tersebut memiliki potensi risiko tinggi. Investor yang memilki horizon
investasi jangka panjang lebih disarankan menempatkan dananya pada reksadana yang konsisten
memberikan kinerja diatas benchmark.

Dalam menilai kinerja yang memperhitungkan risiko dari reksadana kita sudah mengenal
beberapa rasio seperti Sharpe Ratio ataupun Treynor Ratio. Rasio tersebut menghitung seberapa
besar kelebihan imbal hasil (excess return) dari instrumen investasi yang bersangkutan
dibandingkan dengan investasi bebas risiko (risk-free) atas setiap unit risikonya. Dalam hal ini,
Sharpe Ratio menggunakan standar deviasi dari reksadana dan Treynor Ratio menggunakan Beta
sebagai unit risiko. Semakin tinggi angka maka semakin optimal. Tetapi kedua rasio yang umum
digunakan ini tidak menangkap konsistensi kerja manajer investasinya sehingga ada potensi
bahwa angka ratio yang tinggi bisa saja karena pergerakan pasar yang sedang bullish sementara
manajer investasinya sendiri pasif saja.
Untuk itu maka investor yang berfokus pada konsistensi kinerja manajer investasi mulai
menggunakan Information Ratio yang merupakan rasio pengukuran konsistensi kinerja suatu
reksadana terhadap benchmark atau pembandingnya dengan perhitungan sebagai berikut :

Dimana Rp adalah return reksadana, Ri adalah return dari indeks benchmark dan Sp-i adalah
tracking error yaitu standar deviasi dari perbedaan return reksadana terhadap return indeks
dimana semakin kecil tracking error berarti semakin konsisten kinerjanya.
Rasio ini bertujuan mengukur kemampuan manajer investasi dalam memberikan kelebihan imbal
hasil (excess return) terhadap benchmark, dengan juga melihat konsistensi dari manajer
investasinya. Rasio ini akan mengidentifikasi apakah manajer investasi mengalahkan indeks
hanya pada akhir periode atau secara konsisten. Information Ratio yang tinggi dapat dicapai bila
suatu reksadana memiliki (excess return) yang tinggi dan juga tracking error yang rendah.

Semakin tinggi Information Ratio berarti manajer investasi mampu mengalahkan kinerja indeks
secara konsisten. Dan hal ini merupakan faktor yang harus dicari dalam investasi jangka panjang.
Adapun untuk mengukur reksadana saham dengan kinerja diatas indeks dengan konsistensi
return terbaik maka dilakukan pengamatan terhadap reksadana saham yang sudah terbit selama
5 tahun.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa reksadana Schroder Dana Prestasi dari PT Schroder
Investment Management Indonesia menjadi reksadana saham dengan information rato terbaik 5
tahun terakhir, diikuti dengan Danareksa Mawar Konsumer 10 dari PT Danareksa Investment
Management. Dapat dilihat beberapa reksadana membukukan kinerja return diatas IHSG, namun
demikian dicapai dengan tracking error yang cukup besar dimana dapat diasumsikan kinerja relatif
tidak konsisten terhadap Indeks.
Tentu saja hasil dari pengamatan ini dapat berubah bila periode nya bergeser, namun dapat
menjadi acuan bagi investor yang tidak terlalu mementingkan kinerja return yang tinggi tetapi lebih
mencari kenyamaan via konsistensi kinerja reksadana yang sejalan dengan pergerakan indeks
dengan kinerja masih diatasnya.
Happy Investing
[ Wawan Hendrayana ]

Вам также может понравиться

  • Sensor
    Sensor
    Документ6 страниц
    Sensor
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Senyawa Nitrogen Dalam Air
    Senyawa Nitrogen Dalam Air
    Документ7 страниц
    Senyawa Nitrogen Dalam Air
    Astrid Harfera Passadana
    Оценок пока нет
  • Kemo
    Kemo
    Документ2 страницы
    Kemo
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Parameter
    Parameter
    Документ10 страниц
    Parameter
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • 3
    3
    Документ2 страницы
    3
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Nama: Yunita Sari NIM: G44140070
    Nama: Yunita Sari NIM: G44140070
    Документ2 страницы
    Nama: Yunita Sari NIM: G44140070
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Makalah Kelompok 2 Kinetika Umum PDF
    Makalah Kelompok 2 Kinetika Umum PDF
    Документ11 страниц
    Makalah Kelompok 2 Kinetika Umum PDF
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Dust
    Dust
    Документ11 страниц
    Dust
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • 3
    3
    Документ2 страницы
    3
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Konsentrasi
    Konsentrasi
    Документ2 страницы
    Konsentrasi
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Kinetika
    Kinetika
    Документ11 страниц
    Kinetika
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Hasil Percobaan IVB
    Hasil Percobaan IVB
    Документ2 страницы
    Hasil Percobaan IVB
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • 2017 Pimnas
    2017 Pimnas
    Документ41 страница
    2017 Pimnas
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Responsi Kemo 2
    Responsi Kemo 2
    Документ5 страниц
    Responsi Kemo 2
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Responsi Kemo
    Responsi Kemo
    Документ3 страницы
    Responsi Kemo
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Документ2 страницы
    Pendahuluan
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • PKF Ivb
    PKF Ivb
    Документ18 страниц
    PKF Ivb
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Pembahasan IVB PKF
    Pembahasan IVB PKF
    Документ6 страниц
    Pembahasan IVB PKF
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Presentasi PKF Percobaan 4A
    Presentasi PKF Percobaan 4A
    Документ26 страниц
    Presentasi PKF Percobaan 4A
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • IR SPEKTRUM KAFEIN
    IR SPEKTRUM KAFEIN
    Документ7 страниц
    IR SPEKTRUM KAFEIN
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Voltametri
    Voltametri
    Документ12 страниц
    Voltametri
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Presentasi Tugas Kimia Organik I
    Presentasi Tugas Kimia Organik I
    Документ35 страниц
    Presentasi Tugas Kimia Organik I
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Spektrofotometri UV - VIS
    Spektrofotometri UV - VIS
    Документ19 страниц
    Spektrofotometri UV - VIS
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • KONSENTRASI HCl DAN KONSTANTA ASAM ASETAT
    KONSENTRASI HCl DAN KONSTANTA ASAM ASETAT
    Документ6 страниц
    KONSENTRASI HCl DAN KONSTANTA ASAM ASETAT
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Polipaduan
    Polipaduan
    Документ6 страниц
    Polipaduan
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Документ3 страницы
    Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • PE Polimer
    PE Polimer
    Документ13 страниц
    PE Polimer
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • PE Polimer
    PE Polimer
    Документ13 страниц
    PE Polimer
    Yunita Sari
    Оценок пока нет
  • Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Документ3 страницы
    Pembahasan: Dehydration Condensation) Asam Laktat Dengan Menggunakan Pelarut Azeotropik
    Yunita Sari
    Оценок пока нет