Вы находитесь на странице: 1из 11

Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dengan arus globalisasi yang semakin meningkat, maka
dapat berpengaruh terhadap manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak
negatif yang dapat dirasakan yaitu terjadinya perubahan lingkungan dan perilaku manusia ke
arah yang tidak sehat, misalnya polusi yang semakin meningkat, pola makan yang semakin
buruk, dengan teknologi yang maju manusia cenderung malas dan kurang gerak. Hal ini dapat
memicu berbagai macam penyakit yang dapat menyerang manusia yang tidak jarang penyakit
tersebut sangat mematikan.
Penanganan berbagai penyakit secara umum yaitu secara farmakologis dan non
farmakologis. Penanganan secara farmakologis dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu
penanganan farmakologis juga mempunyai efek samping. Efek samping tersebut bermacam-
macam tergantung dari obat yang digunakan. Penanganan non farmakologis meliputi
penurunan berat badan, olah raga secara teratur, diet rendah garam dan lemak, serta terapi
komplementer. Penanganan secara non farmakologis sangat diminati oleh masyarakat karena
sangat mudah untuk dipraktekkan dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Selain
itu, penanganan non farmakologis juga tidak memiliki efek samping yang berbahaya tidak
seperti penanganan farmakologis, sehingga masyarakat lebih menyukai non farmakologis
daripada secara farmakologis.
Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam menyembuhkan penyakit adalah
dengan terapi herbal. Kandungan senyawa kimia dalam bahan alam tertentu dapat
digunakan dalam bidang kesehatan. Berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber
obat seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur dan bunga-bungaan
serta tumbuhan liar.
Daun alpukat merupakan alternatif yang baik mengingat persebarannya yang luas di
masyarakat sehingga mudah didapatkan dan harganya tidak mahal. Daun alpukat telah diuji
penelitian mengenai kandungan zat aktifnya, terbukti memiliki kandungan flavonoid, saponin
dan steroid. Zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat sebagai peluruh kencing
(deuretika), hipotensi (dapat menurunkan tekanan darah), antiradang (anti-inflamasi) dan
pereda rasa sakit (analgetik). Pada tanaman ini yang bersifat antiradang dan analgesik
dimaksudkan juga untuk mengobati/meredakan gejala akibat hipertensi seperti sakit kepala,
nyeri syaraf dan rasa pegal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apasajakah kandungan kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea
americana Mill.)?
2. Apasajakah manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan?
3. Bagaimana keamanan konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
pengobatan?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea
americana Mill.).
2. Mengetahui manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan.
3. Mendeskripsikan keamanan konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
pengobatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis Tanaman Alpukat


Tanaman alpukat (Gambar. 1) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan
nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo
pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-
lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan
diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-
1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan
Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan
kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi (Kemal Prihatman,
2000:1).

Gambar 1. Tanaman Alpukat

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:


Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill (Kemal Prihatman, 2000:1).
Alpukat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan antara 1.800-
4.500 mm/th. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah.
Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi, kelembaban rendah
pada saat berbunga dan angin yang keras pada saat pembentukan buah. Di Indonesia,
tanaman alpukat tumbuh pada ketinggian tempat antara 1-1.000 m di atas permukaan
laut (Prawita, 2012: 4).
Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu,
bulat, warnanya coklat kotor, bercabang banyak, serta ranting berambut halus. Daun
tunggal, dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung
ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung
dan pangkal runcing, serta bertulang menyirip. Ukuran daun panjang 10-20 cm, lebar
3-10 cm, daun muda bewarna kemerahan dan berambut rapat, daun tua bewarna hijau
dan gundul, serta memiliki rasa pahit (Prawita, 2012: 4-5).
Pohon ini berbunga majemuk, berkelamin dua, dan tersusun dalam malai yang
keluar dekat ujung ranting. Bunga tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan
memiliki ukuran 5-10 mm. Buah alpukat bertipe buni, bentuk bola atau bulat telur
panjangnya 5-50 cm, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu
kecoklatan berbiji satu. Buah tumbuh tergantung pada varietasnya. Daging buah
alpukat berwarna hijau dekat kulit dan kuning muda dekat biji yang memiliki tekstur
lunak dan lembut. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih
kemerahan. Perbanyakan tanaman alpukat dengan biji dan okulasi pada tanah gembur
dan subur (Prawita, 2012: 5).

B. Kandungan Kimia Daun Alpukat


Hasil penelitian yang telah dilakukan Maryati dkk (2007) bahwa penapisan
fitokimia daun alpukat (Persea americana Mill.) menunjukkan adanya golongan
senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/triterpenoid.
Kandungan kimia daun alpukat juga dibuktikan oleh Antiaet al., (2005) bahwa ekstrak
daun alpukat mengandung saponin, tanin, phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan
polisakarida. Penelitian lain pada ekstrak metanol pada daun alpukat juga
mengandung steroid, tanin, saponin, flavanoid, alkaloid, fenol, antaquinon, triterpen
(Asaolu et al, 2010 dalam Prawita, 2012: 5).
Tabel 1. Struktur Kimia yang Terkadung dalam Daun Alpukat
(b) Triterpenoid
(a) Flavonoid

(c) Kuinon (d) Steroid

(e) Tanin
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Semua
alkaloid mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari
cincin heterosiklik. Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol dan sering
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa yang
mempunyai satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan dan sebagian dari
sistem siklik (Harbone,1996) dalam (Nilda, 2011).
Nilda (2011) hasil penelitian menjelaskan bahwa isolat fraksi 7 dari daun alpukat
(Persea americana Mill) yang ada dalam ekstrak kental metanol merupakan senyawa
alkaloid aromatik. Senyawa alkaloid aromatik memiliki karakteristik: N-H (3311,55
cm-1), C-H alifatik (2921,96 cm-1), C-N (1130,21 cm-1), C=O (1735,81 cm-1), C-H
aromatik, gugus N-C=O (580,53 cm-1), dan didukung oleh data spektrofotometer UV-
Vis mengindikasikan adanya gugus C=O dan gugus N-H.
2. Flavonoid
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata
flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terdapat dalam jumlah besar dalam
tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana
posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-
diarilpropanan dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik. Flavonoid yang lazim adalah flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan
khalkon. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Senyawa flavanoid sering
ditemukan dalam bentuk glikosida. Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol
terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian
besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan (DokterSehat.com)
3. Saponin
Berdasarkan struktur aglikon-nya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki
hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama
lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
4. Triterpenoid
Menurut Maryati dkk (2007) kandungan kimia daun alpukat mempunyai
campuran tujuh senyawa triterpenoid mempunyai gugus OH, -CH alifatik, C-C, C=O,
C=C alifatik, dan struktur tidak mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi. Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa
ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif
(Harborne,1987). Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu:
triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung.
5. Steroid
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
siklopentana. Senyawa steroid banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan dapat
ditemukan pada daun alpukat (Persea americana Mill).
6. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di alam beragam,
mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal
jumlahnya lebih dari 450. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi
empat kelompok: benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid.
Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi
umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak
tumbuhan kasar bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil.
7. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara kimia
tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tannin katekin dan
tanin terhidrolisis (Robinson, 1995). Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan,
gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu.
Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Monomer tanin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari
campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan
karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tanin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi.

C. Manfaat Daun Alpukat


Bagian tanaman alpukat yang memiliki banyak khasiat salah satunya adalah
bagian daun. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyebutkan bahwa daun
alpukat memiliki efek antifungi (Rahayu dan Nurhidayat, 2009), antihipertensi (Koffi et
al., 2009), antimikroba (Gomez-Flores et al.,2008), kardioprotektor (Ojewole et
al., 2007), antihiperlipidemia (Brai et al., 2007), hepatoprotektor (Martins et al., 2006),
antikonvulsan (Ojewole dan Amabeoku, 2006), aktivitas hipoglikemia (Antia et
al., 2005), vasorelaksan (Owolabi et al., 2005), serta analgesik dan antiinflamasi
(Adeyemi et al., 2002).
Secara empiris daun alpukat digunakan untuk mengobati kencing batu, darah
tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, sakit pinggang, nyeri lambung, saluran nafas
membengkak, dan menstruasi tidak teratur (Biopharmaca Research Center, 2013).
1. Aktivitas diuretik
Batu ginjal merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh adanya sedimen
urin dalam ginjal dan saluran kemih. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin
merupakan salah satu indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal. Ekstrak etanol daun
alpukat melalui penapisan fitokimia mengandung flavonoid dan mempunyai aktivitas
diuretik yang dapat memperlancar pengeluaran urin dan penghancur batu pada
saluran kemih (Wientarsih, 2012: 57-58). Hal ini juga diperkuat oleh Madyastuti (2010)
yang melaporkan bahwa pemberian infusum daun alpukat dapat menaikan laju filtrasi
glomerulus, menghambat kenaikan ureum, dan kreatinin, selain itu juga dapat
menghambat kristalisasi urin. Dengan demikian zat-zat yang terkandung dalam daun
alpukat bersifat sebagai peluruh kencing atau memiliki aktivitas diuretik.
2. Antihipertensi
Glikosida pada daun alpukat dilaporkan memiliki aktivitas menurunkan tekanan
darah (Biopharmaca Research Center, 2013). Azizahwati (2010) dalam Lusia (2011)
hasil penelitiannya terbukti daun alpukat memberikan efek dalam penurunan tekanan
darah sebesar 58 mmHg pada mencit jantan dan 54,5 mmHg pada mencit betina
dengan pemberian dosis terapi 40 Mg/kgBB. Salah satu cara kerja daun alupukat
adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang
bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka
pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami
penurunan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sudarsono (1996) dalam Afdhal
(2012) menunjukkan bahwa daun alpukat dapat digunakan untuk pengobatan kencing
batu dengan cara kerja diuretik. Diuretik juga merupakan salah satu penatalaksanaan
yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Dengan kata lain, efek diuretik yang ada
dalam daun alpukat juga dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi. Efek
antihipertensi pada daun alpukat juga dijelaskan oleh Runy (2010) bahwa seduhan
daun alpukat menurunkan tekanan darah sistol 12.19 % dan diastol sebesar 10.23%.
3. Antihiperlipidemia
Azizahwati (2010) dalam Lusia (2011) mengatakan selain sebagai antihipertensi,
hasil riset menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun alpukat memiliki efek
antihiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah kondisi yang disebabkan oleh kandungan
lemak atau kolesterol yang terlalu tinggi di dalam darah. Daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah pada penderita obesitas dengan hipertensi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Bagi yang
mengalami hiperlipidemia, pola makan berlemak menjadi penyebab utama. Hal itu
ditambah dengan gaya hidup kurang gerak sehingga memicu hiperlipidemia.
Hiperlipidemia merupakan salah satu pemicu serangan jantung, yaitu manakala
kolesterol dalam darah yang mengendap sebagai plak di dinding pembuluh darah
menyumbat pembuluh darah. Hipertensi dan hiperlipidemia menjadi penyebab
kematian paling tinggi saat ini.
4. Hipoglikemia
Kandungan senyawa kimia dalam daun alpukat yang dilaporkan dari penelitian
tentang uji aktivitas hipoglemik (kadar gula darah rendah) ekstrak daun alpukat
(Persea americana Mill) ditemukan senyawa saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, dan
polisakarida melalui uji fitokimia. Penelitian mengenai khasiat daun alpukat sebagai
hipolgikemik telah dilakukan pada ekstrak air daun alpukat dengan dosis 100 mg/kg
BB dapat menurunkan 60 pada kadar glukosa darah (Antia et al, 2005).
5. Analgesik dan Antiinflamasi
Radang dapat disebabkan oleh kadar asam urat yang tinggi dalam darah dan
dapat menimbulkan penyakit gout. Gout adalah radang sendi terlokalisasi yang sangat
nyeri terutama di ibu jari tangan dan kaki. Penyakit ini seringkali diawali
dengan hiperurisemia yang selanjutnya mendorong terbentuknya kristal jarum asam
urat di persendian. Adanya kristal jarum asam urat akan menyebabkan inflamasi atau
peradangan yang cukup serius dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada
penderitanya (Heinrich et al, 2009 dalam Fadhilah, 2012).
Berdasarkan penelitian Adeyemi et al, (2002) dalam Fadhilah, (2012)
menyebutkan bahwa ekstrak air daun alpukat menunjukkan efek analgesik dan anti-
inflamasi pada tikus udema yang diinduksi oleh karagenin. Hasil yang sama juga
dibuktikan dari hasil penelitian Guevara et al, (2004) dalam Fadhilah (2012) yang
menyatakan bahwa ekstrak etanol daun alpukat dapat mengurangi peradangan sebesar
75,6 % pada dosis 3 g/kg BB. Mengingat peradangan merupakan suatu gejala patologis
dari penyakit persendian maka daun alpukat menjadi alternatif pengobatan gout.
6. Antimikroba
Sebagai obat tradisional daun alpukat dilaporkan bersifat antibakteri dan dapat
menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti Staphylococcus aurus stain A dan
B,Staphylococcus albus, Pseudomonas sp, Proteus sp, Eschericeae sp, dan Bacillus
subtilis(Wijayakesuma, 1996). Hasil penelitian juga dibuktikan oleh Aditya (2010)
menyebutkan bahwa daun Alpukat (Persea americana mill.) mengandung beberapa zat
kimia seperti Saponin, Alkaloid dan Flavonoid yang mempunyai efek antimikroba
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu ekstrak daun alpukat juga
mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli(Nastiti, 2010).
Aktivitas flavanoid ini kemampuannya untuk membentuk kompleks berikatan
dengan protein ekstraseluler, protein soluble dan dinding sel. Flavanoid yang bersifat
lipofollik mempunyai kemampuan akan merusak membran sel mikroba. Rusaknya
membran dan dinding sel akan menyebabkan metabolit penting di dalam sel akan
keluar, akibatnya terjadi kematian sel. Alkaloidmerupakan senyawa nitrogen
heterosiklik, yang mengandung basa nitrogen. Mekanisme kerja dari alkaloid
dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinteraksi atau melekatkan diri di
antara DNA (Naim 2004 dalam Aditya 2010). Adanya zat yang berada diantara DNA
akan menghambat replikasi DNA itu sendiri, akibatnya terjadi gangguan replikasi
DNA yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel. Saponin mempunyai mekanisme
kerja pada mikroorganisme yaitu berikatan dengan kompleks polisakarida pada
dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel dari bakteri tersebut. Sedangkan
mekanisme kerja polifenol pada mikroorganisme adalah sebagai inhibitor enzim oleh
senyawa yang teroksidasi, kemungkinan melalui reaksi dengan grup sulfhidril atau
melalui interaksi nonspesifik dengan protein. Hambatan pada enzim tersebut akan
menganggu fungsi enzim dan substratnyal. Apabila fungsi enzim dan substrat
terganggu lambat laun akan mengakibatkan kematian sel.
Dengan demikian, aplikasi klinis yang memungkinkan yaitu penggunaan ekstrak
daun Alpukat (Persea americana mill.) secara topikal untuk pengobatan penyakit yang
bermanifestasi pada kulit akibat infeksi Staphylococcus aureus. Selain itu, penggunaan
ekstrak daun Alpukat secara oral untuk pengobatan diare akibat infeksi Escheichia
coli.
7. Antioksidan
Secara umum alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan. Daun alpukat
(Persea americana Mill) dilaporkan memiliki aktifitas antioksidan dan membantu
dalam mencegah atau memperlambat kemajuan berbagai stres oksidatif yang
berhubungan dengan penyakit. Alkaloid dapat berfungsi sebagai zat antioksidan hal ini
didukung oleh penelitian uji antioksidan (Hanani, 2005). Sejumlah senyawa fenolik
juga merupakan senyawa antioksidan yang tinggi, pada penelitian Dewa (2009: 61-63)
yang menguji kandungan total fenolik pada ekstrak daun alpukat menunjukkan hasil
bahwa aktivitas penangkap radikal bebas dari sifat komponen fenolik ekstrak daun
alpukat sangat berpotensi sebagai antioksidan alami yang dapat digunakan sebagai
antioksidan bahan pangan. Shahidi dan Naczk (2004) dalam Dewa (2009: 60-62)
menyatakan bahwa antioksidan senyawa fenolik dapat berperan sebagai donor
hidrogen kepada radikal bebas sehingga menghasilkan radikal stabil yang berenergi
rendah yang berasal dari senyawa fenolik yang kehilangan atom hidrogen, struktur
radikal baru ini menjadi stabil karena terjadinya resonansi pada cincin benzenanya
(radikal peroksi).
8. Antelmintik
Daun alpukat selain mengandung flavanoid dan saponin juga mengandung tanin.
Saponin dan tanin merupakan senyawa aktif yang memiliki efek antelmintik. Saponin
memiliki efek menghambat kerja enzim kolinesterase yang menyebabkan penumpukan
asetilkolin sehingga otot cacing mengalami hiperkontraksi. Sedangkan tanin merusak
protein tubuh cacing sehingga permukaan tubuh cacing menjadi tidak permeabel lagi
terhadap zat diluar tubuh cacing. Berdasarkan hasil penelitian Reza (2010)
disimpulkan bahwa infusa daun alpukat memiliki pengaruh terhadap waktu kematian
cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Semakin tinggi konsentrasi infusa daun alpukat,
maka semakin cepat waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze in vitro. Dengan
demikian daun alpukat bermanfaat untuk mengobati infeksi askariasis yang sering
terjadi pada anak-anak usia 3-8 tahun.
9. Insektisida
Ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill) mempunyai potensi sebagai
insektisida. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam suatu jenis tanaman dapat
bersifat sebagai bioaktif penolak (repellent) nyamuk (Mustanir dan Rosnani, 2008). Hal
ini diperkuat penelitian Taurina (2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
alpukat memiliki potensi sebagai insektisida terhadap nyamuk dewasa Culex sp. Daun
alpukat (Persea americana Mill) mengandung
senyawasaponin dan flavonoid. Flavonoid dapat menghambat
kerja fosfodiesterase. Flavonoid masuk ke dalam mulut serangga melalui sistem
pernapasan berupa spirakel akibatnya serangga tidak bisabernapas dan akhirnya mati.

D. Keamanan Daun Alpukat


Daun alpukat (Persea Americana Mill) secara empiris telah digunakan
masyarakat sebagai obat beberapa penyakit, namun belum mendapatkan informasi
yang cukup untuk digunakan selama masa kehamilan. Selama kehamilan ibu dan janin
selalu terhubung. Obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat menembus plasenta,
sehingga penggunaannya perlu berhati-hati. Berdasarkan penelitian Anastasia (2013)
manunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol daun alpukat pada dosis 2527 mg/kgBB dan
3249 mg/kgBB memberikan efek pengurangan jumlah fetus pada mencit. Jumlah fetus
menurun dengan meningkatnya dosis ekstrak etanol daun alpukat yang diberikan. Hal
ini dikarenakan pemberian dosis teratogen yang semakin tinggi akan mempengaruhi
pembelahan sel fetus sehingga frekuensi pembelahan sel menurun, sehingga terjadi
pengurangan atau bahkan peniadaan jumlah fetus yang dihasilkan pada awal proses
pembentukan embrio (Yulianty & Nawir, 2008).
Ramuan alami dari rebusan daun alpukat sudah banyak dipakai untuk
pengobatan tradisional karena aman diminum asal sesuai dengan petunjuk yang
disertakan. Pengaplikasian resep obat dari daun alpukat tidak boleh sembarangan, jika
belum mengetahui komposisi takaran yang benar maka dapat bisa mengancam
kesehatan tubuh. Adapun cara pemanfaatan daun alpukat untuk kesehatan disajikan
pada Tabel 2. sebagai berikut.
Tabel 2. Cara Pemanfaatan Daun Alpukat untuk Pengobatan
Pengobatan Cara penggunaan
1. Batu ginjal Ambil tujuh helai daun alpukat segar, seduh dengan setengah
gelas (110ml) air panas. Minum dua kali sehari pagi dan sore,
hingga batu ginjal keluar.
2. Sakit Pinggang Lima helai daun alpukat direbus dengan dua gelas (500 cc) air
sampai airnya tinggal segelas. Setelah diangkat, embunkan air
tersebut semalam. Esok pagi baru diminum, lakukan hal ini
selama seminggu berturut-turut.
3. Bengkak Ambil satu buah alpukat, lumatkan. Tambahkan sedikit air
sampai seperti bubur, lalu oleskan pada bagian tubuh yang
sakit.
4. Hipertensi Tiga helai daun alpukat cuci bersih, seduh dengan segelas air
panas dan gelas ditutup. Setelah dingin, minum sekaligus.
Lakukan sehari sekali sampai terasa sembuh.
5. Sakit kepala Rebus beberapa lembar daun alpukat sampai mendidih kira-
kira selama 5 menit. Ambil cangkir lalu isikan sepertiganya dan
tambahkan air hangat sampai penuh. Minum hingga sakit
kepala anda sembuh.
6. Sakit perut Siapkan 5 gram daun alpukat segar, 5 gram akar temu kelinci, 6
gram rimpang kunyit segar dan 6 gram daun pegagan segar.
Rebus semua bahan-bahan kedalam 115 ml air hingga mendidih.
Setelah dingin, minum air rebusan daun tersebut sehari sekali
sebanyak satu gelas.
(Sumber: http://www.centeralhealth.com/daun-alpukat.htm)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian referensi tentang kandungan kimia daun alupkat
(Persea americanaMill.) dan manfaatnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kandungan kimia yang terdapat pada daun alupkat (Persea americana Mill.) antara
lain: golongan senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, phlobatanin, kuinon-antaquinon,
saponin, steroid, triterpenoid, dan polisakarida.
2. Adapun manfaat kandungan kimia daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk
kesehatan antara lain: aktivitas diuretik, antihipertensi, aktivitas hipoglikemia,
antihiperlipidemia, antimikroba, antioksidan, antelmintik, insektisida, kardioprotektor,
hepatoprotektor, antikonvulsan, vasorelaksan, serta analgesik dan antiinflamasi.
3. Keamanan konsumsi daun alupkat (Persea americana Mill.) untuk pengobatan yaitu
sesuai dengan dosis/takaran dan perlu hati-hati jika dikonsumsi saat hamil karena dosis
yang tinggi dapat memberikan efek teratogen yang akan mempengaruhi pembelahan
sel fetus sehingga frekuensi pembelahan sel menurun, akibatnya terjadi pengurangan
atau bahkan peniadaan fetus yang dihasilkan pada awal proses pembentukan embrio.

B. Saran
Saran dari penulis yaitu diperlukan uji klinis manfaat kandungan kimia daun
alupkat (Persea americana Mill.), sehingga masyarakat lebih yakin dengan keamanan
konsumsi daun alpukat untuk pengobatan.

Вам также может понравиться