Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Bersih

Pengertian air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.

2.2 Sumber Air

Sumber air menurut Budiman Chandra (2007) adalah sebagai berikut:

2.2.1 Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer pencemaran yang
berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme dan gas. Misalnya karbondioksida, nitrogen dan ammonia.

8
9

2.2.2 Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

2.2.3 Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya kebawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman
penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan.
Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim
kemarau sekalipun.
10

2.3 Air Minum

2.3.1 Pengertian Air Minum

Pengertian air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


492/MENKES/PER/IV/2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.

2.3.2 Persyaratan Air Minum

Air minum yang aman adalah air yang telah memenuhi semua persyaratan
dilihat dari kualitas secara fisik, kimia, mikrobiologi, maupun radioaktif sesuai
dengan standar. Di Indonesia standar kualitas air minum diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.

Air minum yang ideal seharusnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
serta tidak mengandung kuman patogen dan mikroorganisme serta zat kimia
berbahaya. Dalam Permenkes tersebut diatur parameter wajib dan parameter
tambahan. Aspek radioaktifitas termasuk ke dalam parameter tambahan.
Parameter wajib dibedakan lagi menjadi dua yaitu parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan yang mencakup parameter mikrobiologi dan kimia
an-organik serta parameter tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
yang mencakup parameter fisik dan kimiawi. Parameter wajib dan parameter
tambahan mengenai standar kualitas air minum yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
11

Tabel 2.1
Parameter Wajib Dan Parameter Tambahan Kualitas Air Minum

Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter mikrobiologi
1. E.coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2. Total bakteri Jumlah per 100 ml 0
coliform sampel
b. Parameter Kimia an-organik
1. Arsen mg/l 0.01
2. Fluorida mg/l 1,5
3. Total kromium mg/l 0,05
4. Kadmium mg/l 0,003
5. Nitrit (NO2) mg/l 3
6. Nitrat (NO3) mg/l 50
7. Sianida mg/l 0,07
8. Selenium mg/l 0,01
2. Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter fisik
1. Bau - Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat mg/l 500
terlarut (TDS)
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa - Tidak berasa
6. Suhu C Suhu udara 3
b. Parameter kimiawi
1. Alumunium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH - 6,5 8,5
3. Parameter Tambahan
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1
Sumber: Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
12

2.3.3 Penyakit Akibat Kontaminasi Air

Air yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan berbagai macam


penyakit karena air merupakan media penularan yang sangat cocok bagi
kehidupan bakteri patogen. Penyakit yang berhubungan dengan air
dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan mekanisme penularannya, yaitu
(Chandra, 2007) :
1. Penyakit yang dihantarkan oleh air (Water-borne disease)
Adalah penyakit yang disebabkan karena mengonsumsi air yang
terkontaminasi feses manusia/hewan, atau urin yang mengandung patogen
yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan sehingga bisa menyebabkan
penyakit diare, kolera, demam tifoid, hepatitis viral, poliomielitis, disentri
basiler.
2. Penyakit yang dibilas dengan air (Water-washed disease)
Adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan penggunaan air untuk
memenuhi kegiatan rumah tangga dan higiene perorangan sehingga dapat
menyebabkan penyakit diare, infeksi yang ditransmisikan oleh cacing,
penyakit kulit dan mata (ring worm), serta penularan melalui binatang
pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Penyakit berbasis air (Water-based disease)
Adalah penyakit yang disebabkan karena pathogen parasite ditemukan pada
host yang tinggal di dalam air dan menyebabkan penyakit seperti
schistosomiasis dan drancunculiasis.
4. Infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air (Water-
related insect vector-borne disease)
Adalah penyakit yang disebabkan karena vector penyakit berupa serangga
yang mengigit dan berkembangbiak di ari seperti nyamuk yang
menyebabkan malaria dan demam kuning.
13

Penyakit akibat kontaminasi air minum yang disebabkan oleh infeksi akibat
bakteri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2
Penyakit Akibat Kontaminasi Air Minum

Penyakit Agen Penyebab Sumber


Infeksi Akibat Bakteri
Salmonellosis Salmonela sp Tinja manusia dan hewan
Thypoid fever Salmonella thypi
Parathypoid fever Salmonella parathypi A
Shigellosis Shigella sp Tinja manusia
Cholera Vibrio cholera Tinja manusia
Leptospirosis Leptospira sp Tinja manusia
Gastroenteritis Eschericia coli Tinja manusia dan hewan
Diarrhea Campylobacter jejuni Tinja manusia

2.4 Depot Air Minum Isi Ulang

2.4.1 Pengertian Depot Air Minum

Pengertian depot air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 adalah usaha yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual
langsung kepada konsumen.

2.4.2 Pengertian Air Minum Isi Ulang


14

Air minum isi ulang adalah air yang telah melalui proses pengolahan yang
berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam membersihkan
kandungan airnya dari segala mikroorganisme patogen tanpa harus dimasak
sehingga air tersebut dapat langsung diminum. (Prihatini, 2012)

2.4.3 Proses Produksi Depot Air Minum

Urutan proses produksi air minum di Depot Air Minum adalah sebagai berikut
(Deperindag, 2004):
1. Penampungan Air Baku dan Syarat Bak Penampungan

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).
Tangki penampung harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) dan
bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
diantaranya adalah khusus digunakan untuk air minum, mudah dibersihkan,
harus mempunyai lubang (manhole), pengisian dan pengeluaran air harus
melalui kran, selang dan pompa yang dipakai untuk air baku harus diberi
penutup dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.
Tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan
(food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki
pengangkutan harus dibersihkan dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal
3 (tiga) bulan sekali.
Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk
diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan,
15

2. Tahap Penyaringan/filtrasi

Pada tahap filtrasi ini terdiri dari tiga tahapan dan memiliki fungsi yang berbeda-
beda.
a. Filter 1
Filter pertama berisi media pasir, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel
kasar dari tangki air baku. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO 2)
minimal 80%. Ukuran butir-butir yang dipakai ditentukan dari mutu kejernihan
air yang dinyatakan dalam NTU.
b. Filter 2
Filter kedua berisi media karbon aktif, berfungsi sebagai penyerap bau, rasa,
warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I 2)
minimal 75%.
c. Filter 3
Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10
(sepuluh) micron.

3. Tahap Desinfeksi

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi


dengan menggunakan ozon (O 3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur
ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat
setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain
menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV)
dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0 A dengan intensitas
minimum 10.000 mw detik per cm2.
4. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
16

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) dan bersih. Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk
digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di sanitasi
dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon).
Apabila ditemukan adanya indikasi kotoran, maka botol/galon dapat disikat
terlebih dahulu dengan mesin sikat yang dilengkapi dengan pembilasan
menggunakan air produk. Penggunaan mesin sikat ini harus berhati-hati dan
hanya sekitar 30 detik. Hal ini untuk menghindari tergoresnya bagian dalam
botol/galon. Air yang digunakan untuk membilas adalah air minum (air produk
depot) dengan penyemprotan air produk selama 10 detik.

5. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam
tempat pengisian yang higienis.

6. Penutupan

Penutupan wadah dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen atau yang
disediakan oleh Depot Air Minum.
17

2.5 Hygiene Sanitasi Depot Air Minum (DAM)

Hygiene sanitasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 43 Tahun 2014 adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko
terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah
terhadap air minum agar aman dikonsumsi. Higiene bisa dikatakan sebagai
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu
subyeknya, sedangkan sanitasi dapat dikatakan sebagai upaya kesehatan yang
dilakukan dengan memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subyeknya.

Persyaratan Hygiene Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 meliputi:
1. Lokasi
Lokasi berada di daerah yang bebas pencemaran lingkungan dan penularan
penyakit.

2. Bangunan
Bangunan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
2) Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai
untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan air.
3) Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan
cerah.
4) Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak
menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai
18

ketinggian yang memungkinkan adanya pertukaran udara yang cukup


dan lebih tinggi dari ukuran tandon air.
5) Memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, berwarna terang,
mudah dibersihkan dan berfungsi dengan baik.
6) Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan
tersebar secara merata.
7) Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/predaran udara
dengan baik.
8) Kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas
9) Bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus dan
kecoa.
10)Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,
pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen agar
ruangan depot tertata rapih dan terhindar dari penempatan barang yang
tidak diperlukan.

3. Fasilitas Sanitasi
Memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran pembuangan
air limbah yang alirannya lancar dan tertutup, tempat sampah yang tertutup
serta tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun.

4. Sarana Pengolahan Air Minum


1) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian
air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter,
mikrofilter, wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air
minum, kran pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan
peralatan desinfeksi harus terbuat dari bahan tara pangan atau tidak
19

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan
pencucian dan tahan disinfeksi ulang.
2) Mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa.
3) Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.

5. Pelayanan Konsumen
1) Wadah/galon untuk air baku atau air minum sebelum dilakukan pengisian
harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air
produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan setelah pengisian
diberi tutup yang bersih.
2) Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada
konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam.

2.6 Personal Hygiene Penjamah

Personal Hygiene Penjamah menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 orang yang secara langsung menangani
proses pengelolaan air minum pada DAM untuk melayani konsumen.
Persyaratan pada aspek penjamah menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi pembawa kuman
patogen (carrier).
2. Berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen, antara lain
selalui mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan
pakaian kerja yang bersih dan rapi, tidak merokok dan menggaruk bagian
tubuh.
20

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 (dua) kali


dalam setahun.
2.7 Aspek Administrasi

2.7.1 Peraturan

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma


hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan (Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan).

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor


651/MPP/Kep/10/2004, DAM harus memiliki izin operasi, DAM dilarang
mengambil sumber air baku yang berasal dari PDAM dan harus berasal dari
mata air pegunungan yang bebas dari kontaminasi. DAM wajib melakukan
pemeriksaan kualitas air minum produknya minimal 6 bulan sekali dan sesuai
dengan Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2014, persyaratan hygiene sanitasi
dalam pengelolaan air minum paling sedikit meliputi aspek tempat, peralatan
dan penjamah.

2.7.2 Pembinaan

Pembinaan menurut Kemenkes RI (2010) dapat dilakukan oleh :


1. Asosiasi depot air minum dengan melakukan kunjungan rutin ke depot-depot
air minum setempat dalam rangka membina dan mendapatkan masukan
21

tentang keadaan depot serta melaporkannya kepada Dinas Kesehatan


Kabupaten / kota / KKP.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota / KKP sewaktu-waktu dapat melakukan
pembinaan ke depot-depot di wilayah kerjanya.

2.7.3 Pengawasan

Pengawasan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus


terhadap suatu kegiatan serta melakukan tindakan atau koreksi terhadap
keadaan atau kegiatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan
sehingga dapat merugikan kesehatan masyarakat.

Pengawasan terhadap Depot Air Minum (DAM) menurut Kemenkes RI (2010)


meliputi kegiatan:
1. Pengawasan Intern Berkala adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pemilik/penanggung jawab/operator DAM terhadap kualitas bakteriologis
atau kimiawi air minum ataupun air baku.
Pengawasan ini berupa :
1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum setiap kali pengisian air
baku (metode H2S).
2) Pemeriksaan kualitas bakteriologis air baku setiap 3 bulan sekali dan
atau setiap ada pergantian sumber air baku (total coliform / MPN 50 per
100 ml).
3) Pemeriksaan kualitas kimiawi air baku minimal 1 sampel setiap 3 bulan
sekali.
4) Jika diperlukan pemeriksaan kualitas air baku dan air minum dapat juga
dilakukan sewaktu-waktu.
22

2. Pengawasan Berkala Oleh Asosiasi


Asosiasi Depot Air Minum melakukan pengawasan terhadap kualitas fisik
bangunan dan instalasi depot air minum secara berkala setiap 6 bulan sekali
dan melaporkan hasilnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP).

3. Uji Petik
Uji Petik sewaktu-waktu dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa pengujian mutu depot air minum dan air baku serta
menilai kondisi fisik, fasilitas dan lingkungan depot air minum, dan atau dalam
hal ada kejadian luar biasa/wabah dan keadaan yang membahayakan
lainnya. Uji petik dilaksanakan dalam rangka pemantapan pelaksanaan
pengawasan depot air minum yang lebih profesional.

2.8 Aspek Sosial

2.8.1 Pendidikan

Pendidikan menurut Notoatmojo (2003) adalah suatu proses belajar yang berarti
di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang dari individu,
kelompok, atau masyarakat.
23

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pendidikan bertujuan untuk memberikan


ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat agar menimbulkan sikap dan perilaku yang positif.

2.8.2 Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah hasil pengindraan manusia,


atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi lain.
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
24

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas


objek tersebut.

5. Sintesis
Sintetis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.8.3 Sikap

Sikap adalah reaksi atau respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan
sebagainya).

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap


merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Sikap mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, yaitu sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

1. Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
2. Menanggapi
25

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap


pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
4. Bertanggung jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Contoh di atas, pemilik
DAM yang sudah mau mengikuti pelatihan/kursus hygiene sanitasi. Ia harus
berani mengorbankan waktu dan uangnya untuk biaya pelatihan/kursus
hygiene sanitasi.

2.8.4 Tindakan

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu


terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain
antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya, seorang ibu
hamil sudah tahu bahwa periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan
janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap ini
meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, Posyandu, atau
Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah
dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksa
kehamilannya.

Praktik atau tindakan menurut Notoatmojo (2010) dibedakan menjadi 3 (tiga)


tingkatan berdasarkan kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin
Apabila subjek atau sesuatu telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
26

b. Praktik secara mekanisme


Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Вам также может понравиться

  • Nama: Putri Triantari Kelas: Tingkat 1 D3 B
    Nama: Putri Triantari Kelas: Tingkat 1 D3 B
    Документ21 страница
    Nama: Putri Triantari Kelas: Tingkat 1 D3 B
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Berguna
    Berguna
    Документ183 страницы
    Berguna
    Anto Bandi
    Оценок пока нет
  • Kuman Mikrobiologi
    Kuman Mikrobiologi
    Документ10 страниц
    Kuman Mikrobiologi
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • 1 Halaman Depan
    1 Halaman Depan
    Документ15 страниц
    1 Halaman Depan
    Bryan Gates Avengedformyvalentine
    Оценок пока нет
  • Data Yang Di Perlukan
    Data Yang Di Perlukan
    Документ1 страница
    Data Yang Di Perlukan
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Nugget Ayam
    Nugget Ayam
    Документ2 страницы
    Nugget Ayam
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • BAB 1 InsyaAllah
    BAB 1 InsyaAllah
    Документ7 страниц
    BAB 1 InsyaAllah
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • BAB 7 Revisi
    BAB 7 Revisi
    Документ3 страницы
    BAB 7 Revisi
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Kerangka Laporan PKL Rumah Sakit Prodi D III
    Kerangka Laporan PKL Rumah Sakit Prodi D III
    Документ3 страницы
    Kerangka Laporan PKL Rumah Sakit Prodi D III
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Bab 8
    Bab 8
    Документ1 страница
    Bab 8
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Документ101 страница
    Skrip Si
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Dasar Hukum Epid
    Dasar Hukum Epid
    Документ24 страницы
    Dasar Hukum Epid
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Документ101 страница
    Skrip Si
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Digital 20294084 S Rahma Febrina
    Digital 20294084 S Rahma Febrina
    Документ100 страниц
    Digital 20294084 S Rahma Febrina
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Dasar Hukum Epid
    Dasar Hukum Epid
    Документ24 страницы
    Dasar Hukum Epid
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Manajemen DBD All
    Manajemen DBD All
    Документ202 страницы
    Manajemen DBD All
    Nurazizah
    100% (1)
  • Dasar Hukum Epid
    Dasar Hukum Epid
    Документ24 страницы
    Dasar Hukum Epid
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Dasar Hukum Epid
    Dasar Hukum Epid
    Документ24 страницы
    Dasar Hukum Epid
    Putri Triantari
    Оценок пока нет
  • Manajemen Surveilans
    Manajemen Surveilans
    Документ3 страницы
    Manajemen Surveilans
    Nurhidayah Amir
    Оценок пока нет