Вы находитесь на странице: 1из 69

PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI

TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH


KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DIAN PERMATA SARI


H34114076

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pelaksanaan Kemitraan


dan Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Dian Permata Sari


NIM H34114076
ABSTRAK
DIAN PERMATA SARI. Pelaksaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT
Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Pembangunan subsektor hortikultura merupakan bagian dari pembangunan sektor


pertanian yang dilakukan untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa
mendatang. Jawa Barat merupakan daerah yang cocok dalam pengembangan
hortikulutura seperti tomat. Salah satu wilayah penghasil tomat di Kabupaten Bogor
adalah Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung. Desa Sukamanah memiliki banyak
petani tomat yang menjalankan pola kemitraan dengan perusahaan agribisnis setempat
salah satunya adalah PT Sayuran Siap Saji. Permasalahan yang terjadi adalah petani tidak
memiliki pasar yang pasti sehingga sulit untuk menjual hasil produksinya, oleh karena itu
diadakan kemitraan agar petani memiliki kepastian pasar dan kepastian harga. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang
bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji. Anlisa yang digunakan
adalah analisis pendapatan dan R / C. Hasil penelitian menunjukkan Nilai R/C atas biaya
tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra 2,26. R/C atas biaya total
petani mitra sebesar 2,26 sedangkan non mitra sebesar 1,78 . Hasil analisis tersebut dapat
menjelaskan bahwa kegiatan usahatani tomat melalui kemitraan yang dilakukan dengan
PT Sayuran Siap Saji lebih efisien dan lebih mendatangkan keuntungan bagi petani.

Kata Kunci : Kemitraan, tomat, analisis R/C, dan analisis pendapatan

ABSTRACT

DIAN PERMATA SARI. Analysis of Farmers Income Partnership Againt Tomato


Vegetables in PT Sayuran Siap Saji, Sukamanah Village Megamendung District Bogor
Jawa Barat. Supervised by RATNA WINANDI.

Development of horticulture subsector is part of the development of the


agricultural sector is being done to create a strong agribusiness in the future. West Java is
a suitable area in the development of horticulture such as tomatoes. One of the tomato
producing areas are in Bogor Regency is Sukamanah village Megamendung subsdistrict.
Sukamanah village has many tomato farmers who run partnership with local agribusiness
companies one of which is PT Sayuran Siap Saji. The problem that occurs if farmers do
not have a difinate market so that farmers find it difficult to sell their product, and
therefore hold that the partnership as a clear market certainty and price certainty. The
purpose of this study to anlyze the level of income earned tomato farmer who partner dan
non partner with PT Sayuran Siap Saji. The analysis used is analysis of revenue and R/C
ratio. The result show the value of R/C ratio above cash cost for partner farmer 2,83 and
2,26 for non partner farmers. R/C based on the total cost of farmer partner 2,26 and 1,78
for non partner. The result of this analysis can explain that tomato farming activities are
carried out through a partnership with PT Sayuran Siap Saji more efficient and more
profitable for farmers.

Key words : partnership, tomato, R/C analysis and revenue analysis


PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI
TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH
KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

DIAN PERMATA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya
akhir dengan judul Pelaksanaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT
Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang telah
dilaksanakan dalam jangka waktu tiga bulan pada bulan Januari 2014 hingga
Maret 2014.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama menyusun skripsi.
Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh responden PT Sayuran
Siap Saji serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai
informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga tak hentinya penulis sampaikan
kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis
Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang, dan rasa kebersamaan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para
pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Juli 2014

Dian Permata Sari


UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam proses penyusunan
karya tulis ilmiah yang berjudul Pelaksanaan Kemitraan Terhadap Pendapatan
Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan
Megamendung Bogor Jawa Barat sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak
lepas dari bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan mulai dari persiapan hingga selesainya penulisan karya
ilmiah ini.
2. Ir. Juniar Atmakusuma, Ms atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada
seminar kolokium serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah ini.
3. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada
sidang skripsi serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah ini.
4. Fauzan Amri Hasibuan atas kesediaannya menjadi pembahas serta masukan
yang disampaikan pada seminar hasil penelitian penulis.
5. Petani tomat di Desa Sukamanah dan karyawan PT Sayuran Siap Saji yang
telah bersedia memberikan tempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian
serta bantuan data dan informasi selama berada di lapangan.
6. Orangtua tercinta papa (Eddy Zufnal) dan mama (Sushelmi), serta adik
tersayang (Dita Midia Sari) dan keluarga besarku atas perhatian, doa, nasehat,
semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan secara moril
dan materiil yang telah dicurahkan kepada penulis.
7. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu atas segala
dukungan, bantuan, dan doa.

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini
memperoleh balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa atas semua wujud
amal baik yang telah disumbangkan.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI XV
DAFTAR TABEL XVI
DAFTAR GAMBAR XVI
DAFTAR LAMPIRAN XVII
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Budidaya Tomat 8
Keterkaitan Penelitian Terdahulu 9
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Konsep Kemitraan 12
Maksud dan Tujuan Kemitraan 12
Kendala kendala dalam Kemitraan 12
Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura 13
Konsep Usahatani 14
Unsur unsur Pokok Usahatani 15
Penerimaan Usahatani 17
Konsep Biaya Usahatani 18
Analisis Pendapatan Usahatani 19
Ukuran Pendapatan Usahatani 19
Kerangka Pemikiran Operasional 20
METODE 22
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Jenis dan Sumber Data 22
Metode Pengolahan Data 22
Metode Analisis Data 23
Analisis Pendapatan Usahatani 23
Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan
(Analisis R/C ) 24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 25
Karakteristik Petani Responden Tomat 26
Status Usahatani Tomat 26
Usia Petani Tomat 26
Tingkat Pendidikan Petani Tomat 26
Pengalaman Berusahatani Tomat 26
Proses Produksi 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 29
Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Tomat 29
Mekanisme Suplai Benih kepada Petani Tomat 30
Sistem Panen dan Hasil Pembayaran Panen 30
Alasan alasan Petani Bermitra 31
Manfaat Pelaksanaan Kemitraan 32
Analisis Pendapatan Petani Responden 32
Penerimaan Petani Responden Tomat per Musim Tanam 33
Biaya Tunai 34
KESIMPULAN DAN SARAN 39
Kesimpulan 39
Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40

DAFTAR TABEL

1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011 1


2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tomat di Indonesia
tahun 2007-2011 2
3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012 2
4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun
2010-2013 5
5 Kewajiban dalam Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Mitra Tani
Tahun 2012 30
6 Penerimaan petani tomat per musim tanam 33
7 Total Biaya Usahatani Petani Tomat Mitra dan Non Mitra Per Musim
Tanam 34
8 Komponen Biaya Tunai Usahatani Tomat Petani Mitra dan Non Mitra
Pada Luasan Lahan 331 m2 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Operasional 21


DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Mitra 41


2 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Non Mitra 42
3 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Mitra Per Musim Tanam (Rp) 43
4 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Non Mitra Per Musim Tanam 44
5 Perbandingan Pendapatan Rata rata dan R/C Mitra dan Non Mitra 45
6 Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional 47
7 Produk Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional 48
8 Proses Produksi Tomat Taiwan pada PT.Sayuran Siap Saji 49
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial dalam


mengembangkan sektor agribisnis, selain terletak di daerah tropis juga
mempunyai keadaan geografis yang sangat menunjang untuk budidaya berbagai
jenis tanaman pertanian, termasuk tanaman hortikultura. Komoditi hortikultura
tersebut memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat, karena kandungan gizi
yang terdapat dari masing-masing tanaman hortikultura tersebut. Hortikultura
merupakan salah satu subsektor dalam sektor agribisnis yang berperan penting
dalam perekonomian nasional
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami
peningkatan dari tahun ketahun yang berdasarkan data pada tahun 2012 kini telah
mencapai 255 juta jiwa, tentunya perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan
yang cukup dan memadai. Sayuran sebagai salah satu komoditas dalam subsektor
hortikultura ikut berperan penting dalam hal ini.Beragam jenis sayuran diproduksi
di Indonesia, baik jenis dedaunan, buah maupun umbi-umbian dengan jumlah
produksi yang beragam.Hampir 80 jenis sayuran diproduksi di Indonesia.Data
produksi beberapa jenis sayuran yang banyak diproduksi didalam negeri dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011


Produksi (Ton)
Jenis Sayuran
2007 2008 2009 2010 2011
Kubis 1 288 740 1 323 702 1 358 113 1 385 044 1 363 741
Cabai 1 128 792 1 153 060 1 378 727 1 378 727 1 903 229
Kentang 1 003 733 1 071 543 1 176 304 1 060 805 955 488
Bawang Merah 802 810 853 615 965 164 1 048 934 893 124
Tomat 635 474 725 973 853 061 891 616 954 046
Ketimun 581 206 540 122 583 139 547 141 521 535
Sawi 564 912 565 636 562 838 583 770 580 969
Daun Bawang 479 927 547 743 549 365 541 374 526 774
Kacang Panjang 488 500 455 524 483 793 489 449 458 307
Tomat 350 171 367 111 368 014 403 827 459 917
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 (data diolah)

Tomat (Solanum Lycopercisum L.) merupakan salah satu dari sepuluh


komoditas sayuran yang banyak diproduksi di Indonesia. Di Indonesia banyak
diusahakan wortel, kentang, bawang merah dan lain sebagainya, namun tomat
memilki keunggulan selain memberikan gizi yang cukup baik, tomat juga dapat
memberikan keuntungan tersendiri bagi petaninya selain budidaya dan
perawatannya yang mudah tomat juga dapat memberikan keuntungan bagi
petaninya, tomat juga merupakan salah satu sayuran yang memberi keuntungan
kepada petani dengan proses budidaya yang mudah, oleh karena itu komoditi
tomat yang akan dibahas dalam skripsi ini. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan pentingnya nilai gizi, permintaan
tomat diprediksikan akan terus berkembang pada masa yang akan datang dilihat
2

berdasarkan luas panen, produksi dan produktivitas tomat di Indonesia, dapat


dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tomat di Indonesia


tahun 2007-2011
Luas Persentase Perubahan
Produksi Produktifit
Tahun panen Luas
(Ton) as (Ton/ha) Produksi Produktifitas
(Ha) panen
2007 46.845 333.729 7,1 - - -
2008 46.259 330.338 7,1 1,25 1,02 0
2009 45.215 346.081 7,7 2,25 4,76 8,45
2010 46.118 389.198 6,7 4,64 16,40 12,98
2011 49.457 396.208 8,0 14,7 37,00 19,40
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012 (data diolah)

Selama periode penanaman 2007-2009 terjadi penurunan luas panen dari


tahun ke tahun, dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2010 dan 2011.
Tahun 2011 peningkatan luas panen cukup besar yaitu sebesar 14,7 persen
dibanding tahun sebelumnya dan merupakan luas panen terbesar pada periode
2007-2011. Pada tahun tersebut produkstivitas tomat mencapai angka tertinggi
yaitu 8 ton per hektar, sehingga produksi tomat nasionalpun mencapai angka
tertinggi yaitu sebesar 396.208 ton
Tomat diusahakan hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat dengan sentra
produksi meliputi wilayahwilayah dataran tinggi seperti Kabupaten Bogor,
Bandung, Cianjur, Garut, dan Sukabumi. Daerah produksi tomat banyak terpusat
di kawasan desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Kecamatan Megamendung merupakan salah satu wilayah sentra produksi tomat di
Jawa Barat. Produksi tomat di wilayah Jawa Barat khususnya dan di Indonesia
pada umumnya meningkat setiap tahunnya guna pemenuhan kebutuhan konsumsi
masyarakat di Indonesia, oleh karena itu dalam skripsi penelitian akan
dilaksanakan di Megamendung Jawa Barat, karena Jawa Barat merupakan salah
satu sentra tomat terbesar di Indonesia .Sebagai sentra produksi tomat di Jawa
Barat, hingga saat ini Bogor terus mengusahakan tomat sebagai sumber
perndapatan petani.Data produksi tomat pada berbagai wilayah di Jawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012


Kota / Tahun (Ton)
Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012
Bogor 6668 5900 4193 6852 3117
Tasikmalaya 7501 11268 9757 5604 5653
Ciamis 1354 3793 2471 3151 3050
Kuningan 2073 3407 2895 3678 2461
Majalengka 8823 7477 6576 11293 5580
Cirebon 140 39 47 53 0
Subang 2800 6023 5778 6412 6156
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat (2012)
3

Berdasarkan tabel 3, Bogor merupakan salah satu penghasil tomat di Jawa


Barat, walaupun pada 2012 mengalami penurunan jumlah produksi. Konsentrasi
produksi tomat yang hanya ada di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para
produsen untuk memperhatikan pasokan tomat agar merata keseluruh daerah Jawa
Barat dan Jabodetabek. Selain untuk pemerataan, tuntutan konsumen untuk
mendapatkan tomat yang segar dan aman untuk dikonsumsi juga menjadi hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan produksi dan penanganan pasca panen dan
pemasarannya. Pasokan tomat dan tanaman hortikultura lainnya seperti chaisin,
bawang, letus dan lainnya penting untuk diperhatikan karena menyangkut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhdap sayuran dan agar produsen mempunyai
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai
apabila adanya kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara petani
dengan perusahaan. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan cara adanya pola
kemitraan antara petani dengan perusahaan.
Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai
buruh majikan atau atasan dan bawahan melainkan sebagai adanya pembagian
resiko dan keuntungan yang proporsional, dan inilah kekuatan serta karakter
kemitraan usaha (Hafsah 1999).
Dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan
secara lebih konkrit adalah 1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan
masyarakat, 2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3)
meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil,
4)meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional,
5)memperluas kesempatan kerja, dan 6) meningkatkan ketahanan ekonomi
nasional.Di dalam skrpsi ini membahas tentang PT Sayuran Siap Saji karena PT
Sayuran Siap Saji ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri
dikarenakan keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan
langkah langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani
agar semakin berkembang dan maju bersama. Tomat yang dipasarkan oleh PT
Sayuran Siap Saji merupakan produk hortikultura yang mudah rusak. Kendala
yang sering dialami oleh perusahaan menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas
dan kualitas produk sayuran. Selain permasalahan dari sisi perusahaan, petani
pada umumnya juga masih mengalami berbagai kendala dalam meningkatkan
pendapatan karena hambatan dalam penerapan manajemen, sumber daya manusia
dan penggunaan teknologi yang tergolong sederhana. Selain dari itu permasalahan
lain yang dialami petani adalah petani mengalami kesulitan dalam pemasaran
hasil panen dan harga jual yang sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh
petani sebagai hambatan yang berat karena umumnya petani tidak dapat
memprediksi pergerakan harga dan permintaan. Oleh karena itu, pengembangan
pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut.
PT Sayuran Siap Saji adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis sayuran yaitu sebagai produsen dan Trading Company. Lokasi PT
Sayuran Siap Saji terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor. Keunggulan dari PT Sayuran Siap Saji ini salah satunya adalah
untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer dan
alih teknologi melalui pelatihan dan pemagangan, terutama budidaya termasuk
didalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran,
4

penyiapan benihbenih unggul yang berkualitas sehingga petani dapat


menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.

Perumusan Masalah

Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat,


produsen sayuran seperti PT Sayuran Siap Saji dituntut untuk memiliki
keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan
konsumen dan memberikan produk yang berkualitas serta pelayanan yang
memuaskan kepada konsumen. Namun, tidak hanya produsen, distributor dan
penjual (mitra) sebagai pihak yang memasok sayuran hingga ke konsumen juga
harus memiliki keunggulan kompetitif agar produk yang didistribusikan dapat
terjaga kualitasnya, tinggi tingkat ketersediannya dan singkat waktu
penyediannya. Keunggulan kompetitif tersebut diwujudkan kedalam
pengembanagan pola kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas
produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta
penciptaan kemandirian kelompok mitra.
PT Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang telah berdiri sejak
tahun 2000 dan hingga sekarang perkembangannya terbilang cukup maju dalam
usahanya. PT Sayuran Siap Saji mengkhususkan aktifitasnya sebagai pedagang
besar yang membeli sayuran hasil dari petani pemasok dan memberikan perlakuan
pasca panen pada sayuran yang telah dibelinya berupa pembersihan, sortasi,
pengklasifikasian dan pengemasan untuk kemudian memasarkannya ke pasar
swalayan dan restoran. Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT Sayuran Siap
Saji tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri dikarenakan
keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan langkah
langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani agar semakin
berkembang dan maju bersama. Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi
terhadap kebutuhan dan permintaan pasar yang semakin meningkat dan dinamis,
berkaitan dengan kuantitas, kualitas, ragam dan jenis sayuran. Oleh karena itu,
sejak awal berdirinya, perusahaan ini menjalankan kerjasama dengan para petani
sayuran melalui kemitraan yang menguntungkan dimana perusahaan bertindak
sebagai penyedia input produksi sedangkan petani yang menjadi mitranya
mengolah atau memproses input tersebut untuk menghasilkan output yang
diharapkan.
Petani tomat di Desa Sukamanah sebagian besar hanya berprofesi tunggal
sebagai petani. Faktor tingkat pendidikan yang sebagian besar di dominasi lulusan
tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama membuat
mereka tidak memiliki banyak pilihan dalam menentukan mata pencaharian yang
dijalankan sebagai profesinya. Mereka mengandalkan sumber daya alam yang
dimiliki untuk kegiatan budidaya pertanian dengan konsep pengetahuan dan
wawasan yang mereka dapatkan secara turun-temurun. Kondisi tersebut
menyebabkan mereka sulit mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pertanian
yang dilakukan baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
PT Sayuran Siap Saji sebagai salah satu perusahaan agribisnis yang
bergerak dalam pendistribusian sayur-sayuran segar memasarkan produknya ke
5

pasar swalayan dan restoran. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan


pasokan bahan baku secara berkelanjutan dari petani mitra untuk memenuhi
kebutuhannya. Adapun konsumen utama PT Sayuran Siap Saji adalah pasar
swalayan dan restoran oriental yang menjadikan produk sayuran produksi
perusahaan menjadi produk olahan. Jenis sayuran yang berada di PT Sayuran Siap
Saji terdiri dari sayuran lokal dan sayuran impor dari Asia Timur seperti Jepang
dan Korea. Salah satu jenis sayuran lokal adalah tomat dimana PT Sayuran Siap
Saji memperolehnya dari petani mitra.
Tomat merupakan jenis sayuran yang permintaannya terus mengalami
peningkatan, namun PT Sayuran Siap Saji belum dapat memenuhi semua
permintaan tersebut karena terdapat permasalahan pada petani apalagi pada saat
ini cuaca di Indonesia yang tidak bagus, hal tersebut berpengaruh terhadap
budidaya tomat tersebut karena musim hujan yang terus menerus penanaman
tomatnya menghadapi banyak kendala seperti kerusakan pada tanamannya dan
harga yang sangat berfluktuatif pada saat ini. Oleh karena itu, perusahaan perlu
menjaga kontinuitas bahan baku agar produksi tomat menjadi lancar dan terus
meningkat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT Sayuran Siap Saji,
diketahui bahwa permintaan terhadap tomat mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun
2010 - 2013
No Tahun Produksi Tomat Permintaan Tomat Selisih
(kg/tahun) (kg/tahun)
1 Tahun 2010 33 408 44 640 -11 232
2 Tahun 2011 26 784 44 064 -17 280
3 Tahun 2012 24 048 40 464 -16 416
4 Tahun2013 29 280 41 760 -12 480
Sumber : PT Sayuran Siap Saji (Desember 2013)

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa permintaan tomat setiap tahunnya


semakin meningkat sedangkan untuk produksinya tidak dapat memenuhi
permintaan setiap minggunya karena adanya permasalahan dari PT Sayuran Siap
Saji sendiri yang tidak memiliki lahan sendiri oleh karena itu harus bekerjasama
dengan mitra yaitu petani yang berada di daerah sekitar Megamendung.
Tomat yang dipasarkan oleh PT Sayuran Siap Sajimerupakan produk
hortikultura yang mudah rusak. Kendala yang sering dialami oleh perusahaan
menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas dan kualitas produksi sayuran. Selain
permasalahan dari sisi perusahaan, petani pada umumnya juga masih mengalami
berbagai kendala dalam meningkatkan pendapatan karena hambatan dalam
penerapan manajemen, sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi yang
tergolong sederhana dan ini terjadi pada petani non mitra. Berdasarkan hal
tersebut, pengembangan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam
mengatasi masalah tersebut.
Permasalahan lain yang terjadi pada petani sebelum melakukan kemitraan
(non mitra) terdapat pada subsistem agribisnis hulu, dimana petani kesulitan untuk
memperoleh benih yang bagus dan berkualitas karena keterbatasan modal yang
dimiliki oleh petani. Petani juga mengalami permasalahan pada subsistem
usahatani, dimana terjadinya penurunan produktifitas yang diakibatkan oleh cuaca
6

yang sangat buruk pada beberapa bulan ini. Petani juga tidak mengikuti teknis
yang baik karena tidak memiliki cukup dana sehingga pola budidaya tidak lagi
mempertimbangkan baku teknis tetapi atas dasar kesesuaian dana yang tersedia.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra sudah memiliki kesepakatan
mengenai penyediaan faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam
pembudidayaan tomat. PT Sayuran Siap Saji menyediakan faktor-faktor produksi
yang dibutuhkan oleh para petani tomat mitra. Faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan diantaranya benih tomat dan saprotan lainnya. Dengan demikian,
petani tomat harus dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi tersebut untuk
menghasilkan tomat yang sesuai dengan ketentuan. Adapun tujuan petani menjadi
mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan. Harapan petani mengikuti
kemitraan agar pendapatan usahatani dapat meningkat, sehingga sangat cocok
bagi petani untuk menanam tomat. Alasan-alasan petani bermitra menanam tomat
disamping memperoleh peningkatan pendapatan yaitu adanya jaminan pemasaran
produk, mudah pengusahaannya,cocok diusahakan di daerah tinggal petani dan
harga yang sesuai.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra juga telah membuat kesepakatan
mengenai jumlah tomat yang harus diserahkan petani kepada PT Sayuran Siap
Saji setiap kali panen. Hal tersebut berarti jumlah tomat hasil panen para petani
yang harus diserahkan kepada PT Sayuran Siap Saji sudah ditentukan dengan
jumlah tertentu atau sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh PT Sayuran
Siap Saji. Hal ini berlaku pula untuk semua jenis komoditas sayuran lainnya yang
dihasilkan oleh para petani mitra. Sebelum adanya kemitraan, petani tomat
mengaku mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil panen dan harga jual yang
sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh petani sebagai hambatan yang
berat karena umumnya petani tidak dapat memprediksi pergerakan harga dan
permintaan.
Melalui kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji, para petani tomat
merasakan adanya perubahan karena tomat hasil panen sudah dijamin akan dibeli
oleh PT Sayuran Siap Saji dengan harga yang sudah ditetapkan stabil yaitu Rp
2.000/kg per tahun 2013, sedangkan dari pihak PT Sayuran Siap Saji manfaat
yang diperoleh dariadanya kemitraan ini adalah terjaganya pasokan tomat dan
sayuran jenis lainnyake pasar yang dituju yaitu restoran-restoran oriental yang
memang memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku dari PT Sayuran Siap Saji
secara berkelanjuta, sebelum adanya mitra petani menjual tomat hasil produksinya
dengan harga yang fluktuatif. Oleh karena itu, petani bersedia untuk melakukan
kerjasama kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji karena kerjasama antara PT
Sayuran Siap Saji dengan petani tomat didasarkan pada kepentingan kedua belah
pihak yang diharapkan dapat saling menguntungkan.Hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan kemitraan ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi
pendapatan dan memberikan jaminan pasar yang pasti untuk hasil produksi yang
diusahakan. Bagi perusahaan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar.
Selain itu, diperlukan adanya perbandingan antara petani tomat yang bermitra dan
yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji dengan tujuan untuk
mengetahui manfaat dari kemitraan terhadap pendapatan petani tomat yang
bermitra. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji yaitu:
7

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan antara petani tomat di Desa Sukamanah,


Kecamatan Megamendung, Jawa Barat dengan PT Sayuran Siap Saji?
2. Bagaimana perbandingan pendapatan petani tomat yang bermitra dan yang
tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:


1. Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani tomat dengan PT Sayuran Siap
Saji.
2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang bermitra
dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai
pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi PT Sayuran Siap Saji, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan
dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam
membuat rencana kerja selanjutnya.
2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau
sumber informasi.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal
menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara
sistematis, serta sebagai tugas mata kuliah Metodologi Riset Bisnis.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani tomat yang bermitra dengan PT


Sayuran Siap Saji dan petani tomat yang tidak melakukan kerjasama kemitraan
dalamkegiatan usaha pertanian yang dilakukan di Desa Sukamanah Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat.
8

TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum) dipercaya merupakan tanaman asli


Benua Amerika. Tomat pada mulanya ditemukan diantara celah celah batu
pegunungan Peru dan kemudian muncul di Meksiko. Pembudidayaan tomat
pertama kali dilakukan oleh suku Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM dengan
memberi nama tomat dengan julukan xictomatle. Tomat menyebar di benua Eropa
pada awal abad ke 16 dan menyebar di benua Asia pada abad ke 18 dimulai dari
Filipina hingga sampai ke Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui pasti kapan
awal mula tomat mulai diusahakan sebagai salah satu usaha di bidang pertanian,
tetapi yang jelas pada tahun 1811 tanaman tomat telah tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, terutama di dataran tinggi ( Tugiono 2007 dan Wiryanta 2002, dalam
skripsi Fikri 2013)
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe
determinate dan indeterminate. Petani tomat membedakan tiga tingkat
kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah
tua. Cara untuk menetukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan
fisio kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut turut :
grren mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen
dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).
Tugiyono (2007) mengemukakan bahwa tanaman tomat merupakan
tanaman setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam tanaman
berbunga (Angiospermae). Daun tomat memiliki bentuk celah menyirip tanpa
daun penumpu (stippelae). Jumlah daunnya ganjil, antara 5 7 helai. Dilihat dari
bentuk batang, tanaman tomat memiliki batang yang berbentuk segiempat sampai
bulat berwarna hijau dan mempunyai cabang akar. Akar tanaman tomat adalah
akar tunggang dengan akar samping yang menjalar di seluruh permukaan atas.
Bunga tanaman tomat berjenis dua dengan lima buah kelopak berwarna hijau
berbulu dan dua helai daun mahkota berwarna kuning . Hampir semua bagian
tanaman tomat berbulu halus bahkan ada yang tajam, kecuali akar dan
mahkotanya.
Selain dikelompokkan berdasarkan bentuk fisik tanamannya, jenis buah
tomat juga banyak ditentukan berdasarkan bentuk buah dan juga kegunaanya.
Beberapa jenis tomat yang lazim dikenal di masyarakat adalah tomat plum, tomat
beef, tomat ceri, tomat hijau, tomat pear dan tomat anggur. Tomat yang
diproduksi oleh mitra tani PT Sayuran Siap Saji tergolong kedalam jenis tomat
hybrid bentuk fisiknya masuk kedalam tomat plum. Tomat yang ada di mitra tani
PT Sayuran Siap Saji biasa disebut dengan tomat bandung atau tomat tw. Disebut
tomat tw dikarenakan tomat tersebut awal benihnya berasal dari Taiwan, di
kalangan retailer dikenal dengan nama dagang tomat gelar.
Cahyono (2008) mengemukakan bahwa suhu rata rata yang optimal bagi
pertumbuhan tomat adalah 21 derjat celcius pada siang hari dan 15 derjat celcius
pada malam hari. Suhu tinggi yang diikuti kelembaban yang relatif tinggi dapat
mereduksi hasil karena menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan
kelembaban relatif yang diperlukan dapat mengganggu pembentukan buah.
Wiryanta (2002) mengatakan bahwa kelembaban relatif yang diperlukan untuk
9

pertumbuhan tomat adalah 80 persen. Untuk membudidayakan tanaman tomat


dibutuhkan media tanam (tanah) yang subur, gembur, kaya akan unsur hara
dengan karakter media tanam bertekstur lempung atau lempung berdebu dan
banyak mengandung humus dengan tingkat keasaman media tanam antara 5 6.
Tanaman tomat memiliki buah berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih
atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah atau gelap, merah kekuning
kuningan, atau merah kehitaman. Selain warna tersebut, tomat juga ada yang
berwarna kuning (Wiryanta 2002). Tomat memiliki karakteristik rasa yang
segar,manis agak kemasam masaman.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa budidaya tomat
merupakan salah satu budidaya yang mudah untuk dilakukan karena untuk
penanamannya sendiri tidak membutuhkan perawatan yang banyak, sehingga
cocok untuk dikembangkan.

Keterkaitan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksdukan untuk mengkaji penelitian penelitian


yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat
analisis yang sama sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
penelitian dan dapat dijadikan pembelajaran. Penelitian mengenai kemitraan
sudah banyak dilakukan sebelumnya, akan tetapi kajian mengenai pola kemitraan
masih menarik untuk dibahas, karena saat ini persaingan usaha yang semakin
kompetitif dan adanya fluktuasi keadaan ekonomi yang bisa menyebabkan usaha
yang dijalankan menjadi tidak teduga dan berbeda dengan tahun tahun
sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mia (2009) mengenai keberhasilan
pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka
di kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri menunjukkan
manfaat yang diperoleh petani melalui kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian
kemitraan yang di jalankan oleh CV. Bimandiri dirumuskan dalam sebuah memo
kesepakatan antar kedua belah pihak yang memuat hak dan kewajibannya masing-
masing. Hak petani sebagai mitra adalah petani mendapatkan harga jual sesuai
dengan yang telah disepakati dan juga mendapatkan bimbingan teknis dari pihak
perusahaan. Kewajiban petani adalah petani menanam semangka sesuai dengan
jumlah dan kriteria buah yang diminta perusahaan. Berdasarkan analisis
pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani mitra
lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani non mitra.
Pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp 5.935.667, sedangkan
pendapatan total petani non mitra adalah Rp 2.430.733. Hal ini disebabkan karena
harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani
semangka nonmitra. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang
dilakukan oleh petani semangka terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani
dengan perbedaan yang mencolok dengan pendapatan yang diterima petani non
mitra. Hal ini menunjukkan kemitraan tersebut berhasil meningkatkan
kesejahteraan petani semangka.
Adapun Kurnia (2003) mengkaji pelaksanaan pola kemitraan antara
perusahaan agribisnis CV. Mekar Dana Profitindo dengan petani bawang merah
10

Brebes. Menurut hasil penelitian kondisi pelaku kerjasama, kondisi perusahaan


cenderung menunjukkan kekuatan yang terletak pada faktor pemasaran, keuangan
dan sumberdaya manusia. Adapun kelemahan perusahaan terletak pada faktor
produksi serta penelitian dan pengembangan. Sebaliknya kondisi petani
cenderung menunjukkan kekuatan pada faktor modal, produksi dan teknologi
sedangkan kelemahannya terletak pada manajemen dan pemasaran. Kemitraan
antara perusahaan dengan petani yang berlangsung selama ini belum mengalami
hambatan meskipun kemitraan yang terbentuk hanya berdasarkan kesepakatan
lisan saja. Namun begitu jika hal tersebut dibiarkan bukan tidak mungkin
kemitraan yang berbentuk dikemudian hari akan mengalami permasalahan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini,dapat
dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak dapat menjamin petani dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentuyang mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya
terhadap petani. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Saraswati (2002)yang mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap
pendapatan petani mitra antara PT. Bumi Mekar Tani dengan petani kacang tanah
di Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa
pendapatan atas biaya total petani non mitra, sebelum bermitra pendapatan atas
biaya total petani mitra mencapai Rp725.903,11 sedangkan setelah bermitra
menjadi Rp 352.069,93. Angka ini juga sedikit lebih kecil dibandingkan dengan
petani non mitra yaitu Rp 403.711,86. Dilihat dari segi pendapatan petani mitra,
tidak terjadi peningkatan pendapatan yang diterima oleh petani mitra. Pendapatan
petani mitra sebelum mengikuti kemitraan justru lebih besar jika dibandingkan
dengan saat mereka mengikuti kemitraan. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya hal ini, berasaldari dalam kemitraan itu sendiri, yaitu pelunasan
pinjaman petani mitra yang belum terselesaikan.
Deshinta (2006) melakukan penelitian tentang peranan kemitraan terhadap
peningkatan pendapatan peternak broiler di Kabupaten Sukabumi. Hasilnya
menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra 1,06 sedangkan non mitra
1,079 serta uji t terhadap total pendapatan bersih menunjukkan pendapatan tidak
berbeda nyata (tidak signifikan). Kesimpulan hasil penelitian tersebut yaitu
kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.
Penelitian tentang pengaruh kemitraan memberikan hasil yang
beragam.Fitriani (2003) melakukan analisis kemitraan dan efisiensi ekonomi
usaha tenak ayam broiler di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra
1,21 sedangkan mandiri 1,02 sehingga usahatani mitra lebih efisien karena
penerimaan relatif stabil dibanding mandiri yang tergantung harga pasar. Dengan
demikian kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.
Sejalan dengan itu, Penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2009) mengenai
analisis pengaruh kemitraan dengan judul Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah, penelitian diarahkan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood dengan petani kacang yang berada
di daerah Cianjur juga menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan evaluasi
pelaksanaan masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian,
seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis, menjual
hasil produknya ke perusahan lain dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan
11

perjanjian. Meskipun demikian pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan


manfaat kepada petani yaitu adanya kepastian pasar, kepastian harga,
meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya
kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra
memperoleh pendapatan usaha yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani
non mitra,baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya
total. Hasil imbangan dapat diketahui R/C atas biaya tunai dan total petani mitra
yaitu 2,77 dan 1,47. sedangkan R/C atas biaya tunai dan biaya total 1,92 dan
0,96.dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood
dengan petani kacang tanah mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi
petani mitra, sehingga kemitraan dapat diteruskan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan maka dapat
disimpulkan bahwa adanya suatu kemitraan memberikan dampak besar kepada
petani mitra khususnya. Dampak ini terjadi karena adanya berbagai bentuk
bantuan yang diberikan oleh perusahaan seperti dalam hal permodalan, teknis, dan
pemasaran. Namun ternyata tidak semua hasil penelitian menyimpulkan bahwa
adanya kemitraan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani
mitranya, tentu hal ini terkait dengan banyak faktor. Hal inilah menjadi latar
belakang fokus penelitian ini, yaitu mengukur pengaruh kemitraan pada
pendapatan petani mitra pada komoditas tomat.
Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2002) dan Aryati (2009) meneliti
komoditas yang sama, yaitu kacang tanah. Perbedaannya terletak pada lokasi
penelitian dan lembaga yang menjalin kemitraan di masing-masing tempat
penelitian tersebut. Kedua penelitian menganalisis mengenai pendapatan
usahatani petani mitra dan non mitra. Namun penelitian terdahulu belum
menganalisis sejauh mana perbedaan biaya input produksi pada kedua bentuk
lembaga kemitraan tersebut dapat mempengaruhi perolehan tingkat keuntungan
bagi petani. Selain itu, penelitian mengenai kemitraan yang selama ini
berlangsung antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani tomat mitranya juga
belum pernah dilakukan. Penelitian ini berusaha mencari penjelasan tentang
fenomena kemitraan yang terjadi serta menemukan alternatif rekomendasi dari
kebijakan yang bisa diambil guna mengatasi permasalahan kemitraan. Persamaan
penelitian penulis dengan penelitian terdahulu terletak pada analisis pendapatan
usahatani, sedangkan perbedaannya terletak pada komoditas yang dikaji yaitu
tomat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat mengangkat
aspek-aspek yang mungkin pada penelitian sebelumnya belum sempat
dikemukakan.
12

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Kemitraan

Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang-


Undang Nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi Kerjasama antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor
44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah
saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling melengkapi. Tujuan
kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha,
serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha
mandiri (Sumardjo et all, 2004).
Maksud dan Tujuan Kemitraan
Berdasarkan pendekatan cultural, kemitraan bertujuan agar mitra
usahadapat mengadopsi nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan
wawasan, prakarsa, kreatifitas, berani mengambil risiko, etos kerja, kemampuan
aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berawawasan ke
depan.Menurut Hafsah (2000), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah :
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat,
2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil,
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional,
5. Memperluas lapangan kerja, dan
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Saling membutuhkan merupakan salah satu azas tumbuhnya kerjasama
antara dua belah pihak yang bermitra. Kerjasama antara perusahaan besar dengan
petani kecil dapat berlangsung baik jika ada imbalan yang saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak.
Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara
petani dengan pengusaha atau lembaga tertentu. Adapun bentuk kemitraan yang
dijalankan oleh PT Sayuran Siap Saji dengan petani adalah Pola Kemitraan Inti
Plasma.

Kendala kendala dalam Kemitraan

Berbagai kasus kemitraan dalam agribisnis selama ini sering didengarkan


keberhasilan hubungan kemitraan, tetapi sering pula diberitakan banyaknya
kegagalan dari kemitraan tersebut, sehingga banyak hal yang menarik untuk
dikaji. Kegagalan jalinan kemitraan dalam agribisnis disebabkan oleh berbagai
kelemahan dari para pelaku agribisnisnya dan juga dikarenakan lemahnya aturan,
mekanisme dan manajemen dari kemitraan itu sendiri. Menurut Hafsah (2000),
13

beberapa kelemahan yang menjadi hambatan masih ditemukan antara lain sebagai
berikut :
1. Lemahnya posisi petani karena kurangnya kemampuan manajerial,
wawasan,dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani
kurang dapat mengelola usahatani secara efisien dan komersial.
2. Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi, dan akses
pasar. Kondisi ini menyebabkan pengelolaan usahatani kurang mandiri
sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak yang lebih kuat.
3. Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung
permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan menjadi kesulitan
mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas di kalangan
pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor yang akan
menanamkan investasinya di bidang agribisnis.
5. Etika bisnis kemitraan yang berprinsip win win solution di kalangan
investoragribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia
agribisnis.
6. Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang
sehingga mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Penyebab lain kegagalan kemitraan adalah lemahya aspek manajerial dan
sumberdaya manusia yang mengelola jalinan kemitraan itu, baik di tingkat
perusahaan maupun petani atau yang memadukan kedua belah pihak yang
bermitra. Kegiatan agribisnis yang menerapkan pola kemitraan memerlukan
tenaga manajer dengan tingkat pengelolaan yang memadai tidak untuk aspek
ekonomi dan teknik agribisnis, tetapi juga aspek sosial. Oleh karena itu,
pembenahan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang
agribisnis dan keterkaitan antar subsistem agribisnis perlu terus dilakukan.

Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura

Secara teoritis maupun empiris di perlukan beberapa syarat dalam


membangun kemitraan usaha hortikultura yang dapat memadukan antara aspek
pertumbuhan dan pemerataan dalam hubungan yang saling membutuhkan,
memperkuat, dan menguntungkan (Daryanto, H dan Saptana (2009). Syarat-syarat
kemitraan tersebut yaitu :
1. Membangun kemitraan harus didasari adanya saling kesetaraan (equality)
sehingga ada posisi tawar yang seimbang baik dalam membangun kesepakatan-
kesepakatan kerja dan kontrak kerjasama usaha.
2. Membangun kemitraan harus ada saling kepercayaan. Menurut Dyer et
al(2002) dalam Daryanto, H dan Saptana (2009) terdapat empat isu mengenai
kepercayaan, yaitu 1) kepercayaan menyangkut risiko dan ketidakpastian,
2)kepercayaan untuk menerima saran dan kritikan, 3) kepercayaan di artikan
pihak lain adalah harapan dan saling ketergantungan, 4) kepercayaan adalah
berbagi nilai. Oleh karena itu kemitraan akan berhasil di tentukan oleh
kepercayaan dan ketaatan terhadap apa yang telah disepakati dalam perjanjian
(kontrak).
14

3. Kemitraan di bangun harus didasarkan keterbukaan, terutama dalam hak-


hakdan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Contoh hal yang mendasar
bagi perusahaan mitra adalah adanya jaminan bahan baku dengan jumlah,
kualitas dan kontinuitas yang diperlukan dalam setiap periode produksi
sedangkan bagi petani adalah kepastian harga dan jaminan pasar.
4. Dalam membangun kemitraan usaha maka setiap tindakan yang dilakukana
ntar pihak harus dapat di pertanggung jawabkan. Hal ini sering dilakukan
petani ketika harga naik tinggi maka produksi akan di jual ke pasar bebasdan
perusahaan mitra mengambil produk dari petani di luar mitra.
5. Kemitraan dibangun harus melakukan proses sosialiasasi yang matang dan
memerlukan waktu, kesabaran, keterbukaan, kearifan dan ketekunan antar
pihak
6. Kemitraan harus didasari atau dilakukan perencanaan produksi misalnya
melakukan pengaturan produksi berupa kesepakatan jenis tanaman, pola
tanaman, dan skala yang harus di usahakan.
7. Membangun kemitraan diperlukan adanya manajemen mutu dan standar
kualitas.
8. Kemitraan usaha perlu memahami jaringan agribisnis hortikultura, sistem
jaringan agribisnis menyangkut terhadap pola-pola, skala pengusahaan,
usahatani dan pasca panen yang berbeda antara kemitraan usaha besar dengan
kemitraan yang beskala menengah dan kecil.
9. Pentingnya konsolidasi kelembagaan di tingkat petani agar petani tetapberada
pada posisi yang menguntungkan dalam kemitraan.
10.Meletakan integrasi koordinasi vertikal secara tepat.
11.Kemitraan juga harus mengandung kewirausahaan agar dapat menghasilkan
produk hortikutura yang berdaya saing (Syahyuti, 2006 dalam Daryanto,
H,2009), dan
12.Kemitraan usaha harus memiliki dukungan sistem informasi yang baik.

Konsep Usahatani

Usahatani merupakan setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaksanaan organisasi itu
sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang-orang. Dari batasan
definisi tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani
beserta keluarganya, tanah beserta fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan-
bangunan atau saluran air serta tanaman ataupun hewan ternak (Soeharjo dan
Patong, 1973). Menurut Soekartawi (2002) menyatakan bahwa ilmu usahatani
pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dana memadukan
sumber daya yang ada seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan
(manajemen) yang terbatas ketersediaanya untuk mencapai tujuannya. Sedangkan
Suratiyah (2009) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengusahakan serta mengoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga dapat memberikan
manfaat sebaik-baiknya. Pengertian lain bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu
yang didalamnya mempelajari bagaimana seseorang dapat mengalokasikan
sumber daya yang dimilkinya secara efektif dan efisien agar mencapai tujuan dan
memperoleh keuntungan yang tinggi.
15

Kegiatan usahatani dapat berjalan jika didalamnya terdapat manajemen


yang baik dari adanya peran petani sehingga petani dapat dikatakan sebagai
manajer. Petani dengan kreatifitas yang tinggi akan lebih mampu mengelola
usahataninya dengan lebih baik. Hasil akhir yang dicapai dari adanya pengelolaan
yang baik ini adalah jumlah produksi yang meningkat dan keberhasilan usahatani.
Sebagai manajer untuk usahataninya sendiri, petani harus mampu mengatasi
permasalahan dan mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam kegiatannya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Konsep
memaksimumkan keuntungan adalah mengalokasikan sumber daya dengan
jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan yang maksimum, sedangkan
konsep meminimumkan biaya yaitu dengan menekan biaya produksi sekecil-
kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi, 1986).
Soekartawi (2002) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari
faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dikelola
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh hasil dari lapangan
pertanian. Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) mendefinisikan usahatani
sebagai suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur
lahan yang mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota
keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengolahan
atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani.
Dalam hal ini, istilah usahatani mencakup kebutuhan keluarga, sampai pada
bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan atau laba. Soekartawi
(2005) mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan pengeluaran. Konsep
memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya
dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan
maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana
menekan pengeluaran produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi
tertentu.

Unsur unsur Pokok Usahatani


1. Unsur Lahan

Unsur lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan


bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu:
1. Tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian (usaha bercocok
tanamdan pemeliharaan hewan ternak).
2. Tempat pemukiman keluarga petani.Bentuk dan sifat lahan merupakan
manifestasi dari pengaruh faktor-faktoralam lainnya seperti topografi, iklim,
(curah hujan, suhu, penyinaran matahari,dan gelombang nisbah, jenis tanah) yang
ada di sekelilingnya (Tjakrawiralaksanadan Soeriatmaja, 1983). Hernanto (1989)
menjelaskan bahwa pada umumnya di Indonesia tanah merupakan faktor produksi
yang: (a) relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, (b)
distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Sifat-sifat lahan antara lain:
(a) luas relatif tetap atau dianggap tetap, (b) tidak dapat dipindah-pindahkan, (c)
dapat dipindah tangankan dan atau diperjualbelikan. Karena sifatnya yang khusus
tersebut tanah kemudian dianggap sebagai salah satufaktor usahatani meskipun di
16

bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atauunsur modal usahatani. Empat
golongan petani berdasarkan luas tanah yang dimiliki yaitu:
1. Golongan petani luas (kepemilikan lahan >2 hektar),
2. Golongan petani sedang (antara 0,5 2 hektar),
3. Golongan petani kecil (kepemilikan lahan 0,5 hektar),
4. Golongan buruh tani tidak memiliki lahan.

2. Tenaga Kerja

Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) menyatakan bahwa unsur


tenagakerja dalam usahatani diperlukan untuk menyelesaikan berbagai
macampekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani menurut sifatnya dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Pekerjaan yang bersifat produktif (mengolah lahan, menyiangi, memupuk dan
mencegah hama dan penyakit),
2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat investasi (membuka hutan untuk lahan
pertanian, memperbaiki pematang, membuat teras),
3. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat umum (memperbaiki alat-alat, menjemur
hasil produksi, membeli sarana produksi dan menyelenggarakan akuntansi
usahatani).
Dalam usahatani unsur kerja dapat diklasifikasikan dalam tenaga kerja
manusia dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja manusia dibedakan lagi ke dalam
jenisnya tenaga kerja pria, tenaga wanita, tenaga anak-anak (berumur di bawah
15tahun). Menurut Soekartawi (2002), umur tenaga kerja di pedesaan juga sering
menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong di bawah usia
dewasa akan menerima upah juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga
kerja dewasa. HOK (hari orang kerja) atau setara hari kerja pria (HKP) adalah
upah tenaga kerja yang bersangkutan dibagi upah tenaga kerja pria. Menurut
Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) pengukuran tenaga kerja dalam
usahatani umumnya diukur dengan jumlah hari. Dalam satu hari biasanya
selama 7 jam dan ukurannya biasa dibulatkan kepada satuan hari kerja.

3. Modal

Hernanto (1989) menyatakan bahwa modal merupakan unsur pokok


usahatani yang penting. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau
uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta
pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian. Pada
usahatani yang dimaksud dengan modal adalah: (a) Tanah, (b) Bangunan, (c)Alat-
alat pertanian, (d) Tanaman, ternak, dan ikan di kolam, (e) Bahan-bahan
pertanian, (f) Piutang di Bank, (g) Uang tunai. Sedangkan menurut sifatnya modal
dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap, meliputi tanah dan bangunan.
Modal tetap diartikan modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis
modal ini memerlukan pemeliharaan agar tetap berdaya guna dalam jangka waktu
yang lama. Jenis modal ini terkena penyusutan.
17

4. Pengelolaan

Hernanto (1989) menyatakan bahwa pengelolaan usahatani adalah


kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor
faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan
produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan tunai usahatani dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang


diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986). Pinjaman dalam
usahatani tidak termasuk ke dalam penerimaan tunai begitu pula dengan bunga
pinjaman dan jumlah pokok pinjaman. Penerimaan tunai usahatani yang didapat
akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan
atau keperluan petani seperti untuk biaya produksi berikutnya, tabungan, dan
pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani.
Bentuk penerimaan tunai usahatani dapat menggambarkan tingkat kemajuan
ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya proporsi
penerimaan tunai dari total penerimaan termasuk natura dapat digunakan sebagai
perbandingan keberhasilan petani satu terhadap petani yang lain (Hernanto, 1991).
Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka
waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi
rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih, dan yang
digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan
perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut
Soekartawi et al (1986), penerimaan total usahatani (farm receipt) didefinisikan
sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Penerimaan
tunai usahatani tidak mencakup uang untuk keperluan usahatani. Pendapatan kotor
usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani
dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah
lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi (value of production)
atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Dalam menaksir pendapatan
kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga
pasar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam usahatani (Soekartawi etal, 1986). Penerimaan usahatani
adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan
hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil
produksi tersebut (Hernanto 1986). Penerimaan usahatani dibagi menjadi :
1. Penerimaan Tunai Usahatani
Penerimaan tunai usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk
usahatani.
2. Penerimaan Total Usahatani
Penerimaan total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu (biasanya
satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual
(tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan ternak).
Ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil
adalah penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Angka ini diperoleh dari
pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan
18

kepada modal pinjaman (Soekartawi et al, 1986). Pendapatan yang besar tidak
selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan
yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, dalam
analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Menurut
Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983), analisis hubungan penerimaan dan
biaya (R/C) dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari kegiatan cabang
usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini akan diuji
seberapa jauh setiap nilai rupiah, biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang
usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan
sebagai manfaatnya. Jika unsurpenerimaan dan biaya total telah diperoleh maka
R/C dapat dihitung.

Konsep Biaya Usahatani

Pengeluaran total usahatani (total farm expense) merupakan nilai semua


masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, termasuk tenaga
kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total
usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat
digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri
atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu,
pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat
dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani
(Soekartawiet al, 1986).
Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya
produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian
(Hernanto,1989):
A. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari:
1. Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
2. Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya
tenaga kerja.
B. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan
terdiri dari:
1. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai.
Biaya tetap misalnya pajak tanah dan Bunga pinjaman, sedangkan biaya
variabel misalnya biaya untuk pengeluaran benih, obat-obatan, pupuk, dan
tenaga kerja. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang
dimiliki petani.
2. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat
pertanian,sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam
keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana
manajemen suatu usahatani.
19

Analisis Pendapatan Usahatani

Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di


lahan pertanian, akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang
diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Petani
dalam kegiatan ini bertindak sebagai pengelola, pekerja, sekaligus penanam
modal dalam usahanya, sehingga dapat digambarkan balas jasa dari kerjasama
faktor-faktor produksi (Soeharjo dan Patong, 1973).
Menurut Hernanto (1986), pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama
faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Pendapatan
dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh
dari biaya yang dikeluarkan. Untuk mengukur keberhasilan usahatani dapat
dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan
analisis ini maka dapat diketahui gambaran usahatani saat ini sehingga dapat
melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan
datang.
Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik
faktor produksi. Terdapat dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu (1)
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi petani analisis
pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya
pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Berdasarkan analisis
pendapatan usahatani, petani akan terdorong untuk mengalokasikan
pendapatannya untuk berbagai pemenuhan kebutuhan, seperti biaya produksi
periode berikutnya, tabungan, serta pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga petani.
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), suatu kegiatan usahatani dikatakan
sukses apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya
angkutan dan biaya administrasinya.
2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran
sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal.
3. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar tunai atau bentuk-
bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

Ukuran Pendapatan Usahatani

Kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai dapat diiukur oleh


adanya pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih
antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan
usahatani juga meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih
Pendapatan kotor usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor
tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai didefinisikan
sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang tidak
mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan
yang dikonsumsi. Sedangkan pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan
bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi atau pembayaran
yang dilakukan dalam bentuk benda.
20

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran


usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-
faktor produksi. Pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan
usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa
usahatani lainnya. Ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani adalah dengan
penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan
bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan, dan
penyusutan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kemitraan antara petani tomat di Desa Sukamanah, Kabupaten


Bogordengan PT Sayuran Siap Saji diawali dari program yang dimiliki oleh PT
Sayuran Siap Saji untuk mengembangkan tomat sebagai salah satu jenis sayuran
yang dibudidayakan di tempat penelitian. Melalui program kemitraan ini
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bermitra.
Dalam melaksanakan program kemitraan ini banyak sekali kendala yang dihadapi,
baik oleh pihak petani maupun perusahaan. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas
menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini.
Hasil yang diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah terjaminnya
pasar bagi tomat yang diproduksinya serta dapat meningkatkan pendapatan
mereka. Sedangkan bagi perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Agar program kemitraan ini dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan bentuk
pola kemitraan yang tepat sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
oleh masing-masing pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga
diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang
timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan. Dalam evaluasi
pelaksanaan kemitraan antara petani tomat dan PT Sayuran Siap Saji ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua belah pihak yang
bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan petani selama
mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada PT Sayuran Siap Saji
pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para
petani tomat yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji dibandingkan dengan
para petani tomat yang tidak menjalin kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji
sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi
kesejahteraan petani dilihat dari segi pendapatan usahatani (Gambar 1)
21

Permasalahan

1. Permintaan tomat yang tinggi di PT. Sayuran Siap Saji sehingga tidak
dapat memenuhi permintaan konsumen
2. Tidak adanya kepastian harga jual tomat sehingga apabila harganya
turun maka petani mengalami kerugian .
3. Ketidakpastian pasar untuk penjualan tomat di daerah Sukamanah
sehingga petani mengalami kebingungan dalam menjual hasil
produksinya, oleh karena itu diadakan kemitraan dengan PT Sayuran
Siap Saji

1. Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani tomat


dengan PT Sayuran Siap Saji.
2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani
tomat yang bermitradan yang tidak bermitra dengan PT
Sayuran Siap Saji.

Usahatani, Input, proses Usahatani, Input ,proses


produksi, output, biaya dan produksi, output, biaya dan
pendapatan petani mitra pendapatan petani non mitra

Penerimaan usahatani sayuran,


biaya produksi, pendapatan
usahatani dan Analisis R/C

Rekomendasi

Gambar 1Kerangka Pemikiran Operasional


22

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sukamanah, Kecamatan


Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara
sengaja (purposive) karena merupakan salah satu penghasil tomat di Kabupaten
Bogor. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi besar untuk membudidayakan
tomat. Waktu pengumpulan data dilaksanakan bulan Desember hingga Januari
2014.Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan
pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Wawancara dilakukan
dengan petani tomat dan lembaga-lembaga yang terkait seperti dinas pertanian.
Data sekunder diperoleh dari informasi tertulis perusahaan dan dari literatur-
literatur yang relevan seperti buku, majalah pertanian, internet, Dinas Pertanian
Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya
yang dapat membantu untuk ketersediaan data.

Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Penentuan
responden petani tomat mitra dilakukan secara sensus, sedangkan penentuan
responden petani tomat non mitra dilakukan secara purposive (sengaja). Populasi
petani sayuran yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji berjumlah 43 orang
petani yang menanam berbagai macam jenis sayuran seperti tomat, saycin, lobak,
daun bawang, kol, bunga kol, dan lain sebagainya. Adapun dari 43 orang petani
tersebut, terdapat 16 orang petani yang menanam tomat. Jumlah petani responden
yang diambil pada penelitian ini sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 orang
petani tomat mitra PT Sayuran Siap Saji dan 16 orang petani tomat non mitra.
Responden yang merupakan petani tomat non mitra dipilih berdasarkan letak
kepemilikan lahan yang berlokasi disekitar lahan petani tomat yang bermitra
dengan PT Sayuran Siap Saji. Data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengisian kuesioner, baik kepada pihak perusahaan maupun petani. Pihak
perusahaan dipilih orang yang dianggap paling mengetahui teknis pelaksanaan
kemitraan. Pihak petani, sampel yang dipilih adalah 16 orang petani tomat yang
mengikuti kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji dan 16 petani di luar
kemitraan. Data sekunder diperoleh dari data dan laporan yang dimiliki
perusahaan serta berbagai laporan yang terkait dengan topik kemitraan.

Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan
selanjutnya diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Pengolahan data secara
kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan dan
pengolahan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program komputer
Excel. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan perhitungan
23

pendapatan usahatani dan R/C untuk melihat adakah perbedaan nyata antararata-
rata pendapatan petani mitra dan non mitra.

Metode Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis depkriptif. Pada
penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang
proses penelitian berlangsung yang terdiri dari pengumpulan data, analisis data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan. Kemudian data-data tersebut direduksi
melalui proses pemilihan dan pengkategorian data-data yang sesuai. Reduksi data
bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dari penelitian ini dapat dirancang dengan tepat.
Adapun analisis data kuantitatif menggunakan analisis keragaan usahatani
meliputi analisis pendapatan usahatani, dan analisis R/C . Kelayakan
pengembangan usahatani sayuran secara finansial dianalisis dengan menggunakan
R/C rasio. Perhitungan data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer
dengan menggunakan Software Microsoft Office Excel.

Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk


mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang
dilakukan oleh petani. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan
rumus:
Pendapatan () = TR TC
Pendapatan () = (P x Q) (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)
Dimana:
TR : Total Penerimaan
TC : Biaya Tunai + Biaya yang Diperhitungkan

Pendapatan dikatakan positif atau mengalami keuntungan apabila nilai


pendapatan () bernilai positif yang berarti total penerimaan yang diterima petani
lebih besar dibandingkan total biaya yang dikeluarkan petani. Sebaliknya jika
nilai pendapatan () bernilai negatif, maka dapat dikatakan petani mengalami
kerugian yang berarti total biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan total
penerimaan yang diperoleh petani.
Pada penelitian ini komponen biaya atau pengeluaran usahatani meliputi
biaya pengadaan atau penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari lahan,
pupuk kandang, pupuk kimia (Urea, TSP, KCL, NPK, dan lainnya), benih sayuran
(tomat), tenaga kerja (tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga), obat-obatan
(obat padat dan obat cair), penyusutan peralatan, dan biaya pasca panen.
Sementara komponen penerimaan berasal dari satu faktor tunggal yaitu penjualan
sayuran hasil panen petani. Pendapatan diperoleh dengan mengurangkan total
penerimaan yang diperoleh petani dengan total biaya yang dikeluarkan petani.
24

Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan (Analisis R/C )

Analisis R/C bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh
dari usaha tertentu cukup menguntungkan atau sebaliknya. Analisis R/C
membandingkan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan
pada satu periode tertentu yang diterima oleh pelaku usaha. Perhitungan R/C
dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas
biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan total
penerimaan dengan biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan R/C atas biaya total
didapatkan dengan membandingkan total penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan. Dimana biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dengan
biaya diperhitungkan. Secara lebih singkat rumus untuk mendapatkan nilai R/C
rasio adalah sebagai berikut.
R/C atas biaya tunai =

R/C atas biaya total =

Dalam melaksanakan kegiatan usahatani petani harus mendapatkan


/imbangan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan harus lebih
besar dari satu (R/C > 1). Jika nilai R/C kurang dari satu petani akan mengalami
kerugian karena hal ini menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih
besar daripada total penerimaan yang diterima petani. Nilai R/C juga digunakan
untuk mengukur tingkat keuntungan petani yaitu dengan mengukur besarnya
rupiah pengembalian dari setiap Rp. 1 yang dikeluarkan petani.

Uji Beda

Analisis Paired t-Test digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan


pendapatan petani tomat setelah melakukan kegiatan kemitraan. Pertimbangan
yang dilakukan yaitu :
H0 : X2 X1 = 0
H1 : X2 X1 0
Dimana:
H0 : Rata rata kondisi sebelum dan sesudah adanya kemitraan adalah identik
(tidak berpengaruh nyata)
H1 : Rata rata kondisi sebelum dan sesudah adanya kemitraan adalah tidak
identik (berpengaruh nyata)

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai P-


value dengan nilai , yaitu jika probabilitas atau P-Value > , maka H0 diterima
tetapi jika P-Value < maka H0 ditolak. Besarnya selang kepercayaan () yang
akan menjadi batas penerimaan maupun penolakan H0 adalah 0,05.
25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di


bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan Trading Company di bidang
sayuran potong. Tatang (Theo) Hadinata adalah pemilik dan pimpinan PT
Sayuran Siap Saji yang pada awalnya adalah seorang pengusaha
konstruksi.Perkembangan dunia pertanian dan agribisnis yang begitu pesat
dandinamis mendorong PT Sayuran Siap Saji melakukan langkah-langkah
strategis dalam memenuhi tuntutan pasar terhadap kebutuhan sayuran, baik
sayuran konvensional maupun organik yang semakin tinggi. Tidak saja mutu
jumlah, dan kontinuitasnya, namun lebih daripada itu, kecepatan dan ketepatan
distribusi merupakan suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Maksud dan tujuan
dibentuknya kelompok tani PT Sayuran Siap Saji adalah untuk membantu dan
memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih tekhnologi
melalui pelatihan, dan pemagangan, terutama budidaya termasuk di dalamnya
sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran, penyiapan
benih-benih unggul yang berkualitas, sehingga petani dapat menghasilkan produk
sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.
Perkembangan dunia pertanian dan agribisnis yang begitu pesat dan dinamis
mendorong PT Sayuran Siap Saji melakukan langkah-langkah strategis dalam
memenuhi tuntutan pasar terhadap kebutuhan sayuran, baik sayuran konvensional
maupun organik yang semakin tinggi. Tidak saja mutu jumlah, dan
kontinuitasnya, namun lebih daripada itu, kecepatan dan ketepatan distribusi
merupakan suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Maksud dan tujuan
dibentuknya kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani adalah untuk
membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih
tekhnologi melalui pelatihan, dan pemagangan, terutama budidaya termasuk di
dalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran,
penyiapan benih-benih unggul yang berkualitas, sehingga petani dapat
menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.
Permintaan pasar terhadap produk sayuran potong yang terus meningkat
dan bervariasi mengharuskan petani membentuk kelompok atau jaringan yang
terorganisir agar mampu memenuhi spesifikasi kebutuhan dan permintaan
konsumen dan pasar. Berdasarkan hal itu,tujuan utama dan muara dari usaha
agribisnis ini tercapai :
1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani.
2. Membuka lapangan dan peluang kerja baru.
3. Penyerapan tenaga kerja produktif yang putus dan tidak mampu melanjutkan
sekolah.
4. Memperluas pasar dan memperbesar produksi agar dapat sebanyak-banyaknya
membuka dan menyerap tenaga kerja.
26

Karakteristik Petani Responden Tomat

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria


diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status
kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

Status Usahatani Tomat

Sebagian besar responden petani menganggap bahwa kegiatan usahatani


yang mereka lakukan adalah sebagai pekerjaan utama. Dari 32 petani responden
yang status usahataninya adalah pekerjaan utama memiliki pekerjaan sampingan
antara lain sebagai buruh bangunan, peternak ikan, pedagang dan tukang ojek.
Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan
memiliki pekerjaan utama sebagai aparatur desa.

Usia Petani Tomat

Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok


angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31
sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun. Kegiatan usahatani dilakukan oleh
petani berusia empat puluh lima tahun ke atas, hal tersebut terjadi dikarenakan
kebanyakan masyarakat di PT Sayuran Siap Saji yang berumur produktif (15-30
tahun) memilih untuk bekerja di sektor lain seperti perdagangan, buruh pabrik,
guru, pegawai negeri sipil, dan karyawan swasta. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa petani responden pada penelitian ini berasal dari kalangan
petani usia tidak produktif.

Tingkat Pendidikan Petani Tomat

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang cukup penting


dikarenakan dari pendidikan petani dapat belajar bagaimana menggunakan input-
input produksi khususnya pupuk dan obat-obatan agar sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, dikarenakan petani menggunakan input-input produksi berdasarkan
pengalaman, sehingga penggunaan input-input produksi ini tidak sesuai dengan
dosis yang ada. Hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi tomat yang akan
dihasilkan. Responden petani tomat di Desa Sukamanah rata rata adalah lulusan
SMP namun ada beberapa responden yang lulusan SMA, sesuai dengan penelitian
tidak ada responden yang merupakalan lulusan perguruan tinggi.

Pengalaman Berusahatani Tomat

Jika dilihat dari tingkat pengalaman, para petani tomat responden


padaumumnya tergolong cukup berpengalaman dengan tingkat pengalaman rata-
ratatiga tahun. Pengalaman berperan penting dalam menjalankan usahatani
termasuktomat karena dengan pengalaman, para petani memiliki skill
(keterampilan) yangdiperlukan dalam usahanya. Pengalaman dapat memberikan
petani gambaran mengenai dinamika usahatani sayuran termasuk usahatani tomat
sehingga menjadi bekal bagi petani dalam mengambil keputusan usaha.
27

Proses Produksi

Budidaya hortikultura pada PT. Sayuran Siap Saji terdiri dari budidaya
sayuran yang secara umum melingkupi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Pembibitan
Pembibitan tanaman tomat di lakukan sebelum tahap pengolahan tanah.
Untuk benih, harus memilih buah tomat yang sehat dan sudah matang
sepenuhnya. Buah tidak keriput atau cacat. Buah media semai dengan
menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 lalu
tambahkan kurang lebih 1,5% pupuk NPK halus. Sebelum di semai benih tomat
sebaiknya didesinfektan dengan cara merendamnya kedalam larutan fungisida,
agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mati, setelah itu baru
disemai di persemaian. Setelah biji berkecambah, dan memiliki daun semu
berjumlah dua, pindahkan bibit kecil tersebut kedalam polibag plastik yang telah
berisi media semai. Untuk melindungi bibit dari air hujan, sebaiknya di buatkan
sungkup persemaian. Setelah benih tumbuh dan berumur 7 10 hari, lakukan
penyemprotan fungisida. Dan setelah bibit tomat memiliki daun sejati berjumlah 4
buah, tanaman tersebut siap di tanam di lahan.

b. Pengolahan Tanah
Tahap pengolahan lahan berhubungan dengan penyiapan tanah yang akan di
tanami buah tomat. Persiapan lahan meliputi penggemburan tanah, pemberian
pupuk kandang, dan hal-hal lain yang mendukung pertumbuhan tanaman tomat
sehingga berbuah maksimal. Tahap pengolahan tanah untuk budidaya tanaman
tomat meliputi:
Penggeburan tanah dapat di lakukan dengan cara mencangkul atau membajak
atau mengaru
Pembuatan bedengan, umumnya dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 25 cm
dan lebar parit kurang lebih 60 cm.
Untuk tanah yang pH nya di bawah 6,5 dilakukan pengapuran dengan
menggunakan dolomit dengan dosis 200 kg/ha
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang (40 ton/ha) dan pupuk NPK
(150 kg/ha) lalu aduk dengan media tanah hingga bercampur rata
Pemasangan mulsa PHP dan pembuatan lubang tanam dengan jarak 60 cm x 60
cm.

c. Penanaman tomat
Bibit siap tanam setelah memiliki daun sejati berjumlah 4 helai. Bawa
polibag berisi bibit tomat dan gunting ke lahan yang akan di tanami tomat.
Gunting polibag plastik lalu masukan tanah beserta bibit kedalam lubang tanam.
Timbun kembali dengan tanah. Setelah proses penanaman selesai, siram dengan
air secukupnya.

d. Pemasangan ajir
Ajir di buat dari bambu dengan panjang di sesuaikan dengan tinggi
tanaman. Pemasangan ajir dianjurkan dengan sistem ajir tegak. Hal ini tergantung
28

dari tipe buah tomat yang ditanam. Apakah yang bertipe determinate atau
indeterminate.

e. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan merupakan tahap yang paling panjang dalam proses
budidaya tanaman tomat. Pada tahap ini di lakukan banyak kegiatan seperti:
Penyulaman, dilakukan jika ada tanaman yang mati.
Perempelan, yaitu pembuangan tunas samping baik yang di bawah cabang
utama maupun cabang produksif untuk menjaga kelembaban dan
mengoptimalkan produksi.
Pengikatan tanaman, agar batang dapat berdiri tegak, maka batang-batang
tomat harus di ikatkan pada ajir agar batang tidak merunduk dan buah
menyentuh tanah sehingga kotor dan mudah busuk.
Sanitasi lahan dan pengairan meliputi pengendalian gulma dan rumput liar
serta menjaga lahan tanam agar tidak kekeringan pada musim kemarau dan
tergenang pada musim hujan.
Pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berusia 15, 25 dan 35 hari
setelah masa tanam. Dosis pupuk yang diberikan adalah NPK yang dilarutkan
dalam air dengan dosis 1,5 kg/100 liter air. Dan tiap tanaman di siram pupuk
sebanyak 200ml.
Pengendalian hama dan penyakit.

f. Pemanenan
Tanaman tomat biasanya telah siap panen pada umur antara 65 dan 75 hari
setelah masa tanam. Untuk pemetikan buah sebaiknya di gunakan gunting stek
untuk memotong tangkai buah agar tidak merusak batang. Setelah buah terkumpul
baru di pisahkan buah dari tangkainya dengan cara diputil satu persatu. Untuk
menjaga kualitas buah tomat sebaiknya pemanenan di lakukan secara bertahap.
Agar hanya buah yang sudah tua saja yang di petik. Sedangkan yang muda
ditinggalkan terlebih dahulu. Tomat adalah salah satu jenis buah klimaterik, yaitu
buah yang setelah di panen akan mengalami pematangan. Biasanya setelah di
panen, buah ini dapat bertahan hingga lima hari pada suhu ruang, dan lebih dari 2
minggu jika di simpan di dalam lemari pendingin.
29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Tomat

Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Desa Sukamanah


Kecamatan Megamendung adalah buncis mini, pakchoi baby, tomat cherry,tomat
jenis TW, wortel, letus, kol,brokoli dan bawang daun.
Areal lahan yang dimiliki PT. Sayuran Siap Saji ternyata belum dapat
memenuhi jumlah target permintaan dari pasar. Pihak perusahaan menyadari akan
keterbatasan-keterbatasannya terutama di dalam hal luas lahan, jumlah
penanaman, dan biaya investasi masih sangat kurang untuk mencapai target dan
kontinuitas produksi. Salah satu strategi PT Sayuran Siap Saji untuk mencapai
target dan kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar adalah dengan
membentuk suatu pola kerjasama, yaitu sistem kemitraan dengan para petani.
Kemitraan dalam berbagai konsep dan bentuk implementasinya, mensyaratkan
hubungan saling percaya, saling memiliki, saling melindungi dan saling
menguntungan. PT Sayuran Siap Saji menginginkan kehadirannya bermanfaat
bagi petani, dengan nilai jual dan harga komoditi yang pasti. Petani dapat
memproyeksikan atau menganalisis laba ruginya karena biaya produksi yang jelas
dan harga jual yang pasti dibandingkan dengan menjual ke pasar lokal.
Sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT Sayuran Siap Saji terdiri atas dua
macam, yaitu mitra tani dan mitra beli. Mitra tani merupakan kerjasama yang
dilakukan dengan cara petani menanam komoditi sesuai yang telah diprogramkan
dengan mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian perusahaan dan seluruh
hasil produksi yang memenuhi standar kualitas perusahaan wajib dijual ke PT
Sayuran Siap Saji. Jenis komoditi yang ditanam meliputi lima macam, yaitu
tomat, wortel, buncis mini, letucce,brokoli dan pakchoi hijau. Mitra beli
merupakan kerjasama yang dilakukan dengan pengumpul atau petani yang
produknya hanya dibutuhkan saat hasil produksi dari perusahaan dan mitra tani
tidak mencukupi jumlah pemesanan dari konsumen.
Mekanisme untuk bergabung menjadi mitra dilakukan dengan memenuhi
beberapa persyaratan, diantaranya mengisi formulir perjanjian kemitraan dan
menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).Setelah petani resmi
menjadi mitra, maka terdapat kewajiban yang harus dilaksanakan kedua belah
pihak. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan perusahaan dan mitra tani
dapat dilihat pada tabel 5.
Produk yang dihasilkan oleh mitra harus memenuhi strandar kualitas yang
telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sesuai dengan standar yang tertera dalam
dokumen penerimaan sayur yang terdapat di bagian penerimaan PT Sayuran Siap
saji. Jika produk petani tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan,
maka produk tersebut kemudian dijual ke pasar lokal, dengan harga yang lebih
rendah dibandingkan PT Sayuran Siap Saji.
30

Tabel 5 Kewajiban dalam Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Mitra Tani
Tahun 2012
Kewajiban Perusahaan N Kewajiban Mitra Tani
1Memprogram semua lahan 1 Membayar kebutuhan bibit/benih
yang akan dimitrakan. yang jumlahnya sesuai dengan
2Menyedi akan benih-benih kebutuhan lahan.
yang direncanakan tanam. Membiayai kebutuhan operasional
3Membantu dalam teknis 2 Menyediakan tenaga kerja sesuai
budidaya. dengan kebutuhan.
4Membeli semua produk yang 3 Mengikuti petunjuk dari penyuluh
dihasilkan oleh mitra tani lapangan tentang teknis budidaya.
yang memenuhi standar 4 Mengikuti program tanam dan
kualitas yang ditentukan oleh panen yang ditentukan perusahaan.
perusahaan. Menjual seluruh hasil produksi
5 yang memenuhi standar kualitas
yang ditentukan perusahaan.
Mengantar sendiri hasil panen ke
6 tempat penerimaan PT Sayuran
Siap Saji yang berlokasi di
Kp.Pasir Muncang, Desa
Sukamanah, Kecamatan
Megamendung, Bogor.

Mekanisme Suplai Benih kepada Petani Tomat

Benih tomat merupakan salah satu benih yang relatif mudah dalam
pengadaannya. Keperluan benih untuk penanaman tomat petani disuplai oleh
perusahaan dalam bentuk benih. PT Sayuran Siap Saji memiliki teknik serta
sarana teknologi yang mendukung dalam proses pembenihan. Pembenihan yang
dilakukan perusahaan memudahkan petani dalam penanaman. Kemudahan
pembenihan dirasa penting karena sangat sulit dan membutuhkan ketelitian serta
peralatan lengkap dalam melakukan pembenihan. Petani tomat dapat menghemat
waktu, tenaga dan juga dapat meminimalisir kegagalan dalam proses pembenihan.
Petani tomat mendapatkan benih dalam bentuk pinjaman. Pinjaman benih
tersebut akan dihitung dalam rupiah yang dibayar oleh petani dengan cara potong
panen. Uang hasil penjualan tomat akan dipotong sebesar biaya pinjaman benih.
Pemotongan hasil panen dilakukan oleh pihak perusahaan sehingga petani
langsung menerima pendapatan bersih setelah dipotong pinjaman benih.
Perusahaan memberikan kebijakan pelunasan pinjaman benih dilakukan dengan
pembayaran secara bertahap apabila terjadi kegagalan panen pada petani. Petani
tomat sebelumnya harus melaporkan terlebih dahulu kebutuhan benih yang akan
ditanam.

Sistem Panen dan Hasil Pembayaran Panen

Jadwal tanam tomat telah direncanakan terlebih dahulu oleh perusahaan,


sehingga kegiatan panen akan sesuai jadwal. Petani dapat menghubungi pihak
perusahaan untuk memberitahukan bahwa pada hari tertentu mereka akan
31

melakukan panen. Penjadwalan tanam tomat untuk petani tomat akan


memudahkan PT Sayuran Siap Saji dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Pihak perusahaan akan menyediakan armada angkutan untuk mengangkut hasil
panen kepada pelanggan yang terdiri dari restoran siap saji yang ada di daerah
Jabodetabek. Petani tomat tidak melakukan penyortiran terlebih dahulu di lokasi
penanaman, sehingga penyortiran dilakukan oleh pihak perusahaan. Tomat hasil
panen petani tomat segera diangkut ke PT Sayuran Siap Saji untuk dilakukan
proses pascapanen. Pada proses sortir, tomat yang termasuk kriteria berdasarkan
standar kualitas yang telah ditetapkan akan diterima oleh PT Sayuran Siap Saji.
Grade atau standar kualitas tomat ditetapkan oleh PT Sayuran Siap Saji.
Penetapan harga pun dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan analisis usahatani
tomat yang dibuat oleh perusahaan. Rencana perubahan harga langsung
diinformasikan kepada petani satu minggu sebelum perubahan harga ditetapkan.
Harga yang ditetapkan saat penelitian yaitu Rp 2.000 per kg untuk Grade A.
Pembayaran hasil panen petani akan dilakukan seminggu setelah panen. Pihak
perusahaan akan membayar hasil panen sesuai dengan jumlah tomat yang masuk
ke PT Sayuran Siap Saji setelah penyortiran. Jumlah produk petani yang
masukakan dikalikan dengan harga jual, kemudian dipotong jumlah benih yang
harus dibayar pada pihak perusahaan.

Alasan alasan Petani Bermitra

Tujuan petani menjadi mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan.


Harapan petani mengikuti kemitraan agar pendapatan usahatani dapat meningkat,
sehingga sangat cocok bagi petani untuk menanam tomat. Alasan-alasan petani
bermitra menanam tomat disamping memperoleh peningkatan pendapatan yaitu
adanya jaminan pemasaran produk, mudah pengusahaannya, cocok diusahakan di
daerah tinggal petani dan harga yang sesuai. Berdasarkan wawancara, seratus
persen petani tomat responden menjawab alasan menjalin kemitraan dan
menanam tomat yaitu keuntungan lebih tinggi dan cocok diusahakan di daerah
tempat tinggal petani. Terjaminnya pasar membuat petani memiliki harapan akan
jaminan pasar terhadap produknya, sehingga petani hanya perlu konsentrasi pada
budidaya. Usahatani tomat cocok diusahakan di daerah tempat tinggal petani dan
merupakan suatu alasan logis petani dalam kemudahan budidayanya.
Alasan alasan petani bermitra dan tidak bermitra sesuai dengan 32 responden
adalah sebagai berikut :
Alasan petani bermitra : Alasan petani tidak bermitra :
1. Petani tidak memiliki modal sendiri 1. Ingin menjual hasil produksinya
langsung agar mendapatkan harga yang
lebih tinggi
2. Petani tidak memiliki pasar yang pasti 2. Petani tidak mau hasil produksinya hanya
sehingga kesulitan untuk menjual hasil dijual kemitra saja
produksinya
3. Harga yang fluktutif 3. Petani menganggap bermitra
mendatangkan kerugian karena harga
ditetapkan oleh mitra
4. Petani menginginkan cara budidaya 4. Petani ingin menjual hasil produksinya
yang bagus agar dapat menghasilkan sendiri tanpa harus dengan kemitraan
produk yang bagus
32

Manfaat Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan tomat PT sayuran Siap Saji semakin berkembang


terlihat pada jumlah mitra yang meningkat. Sistem kemitraan yang dilakukan
bertujuan untuk memudahkan dalam pemenuhan permintaan tomat. PT Sayuran
Siap Saji tidak harus mengelola usahatani sendiri untuk memproduksi tomat,
sehingga dapat menghemat dalam penggunaan sumberdaya lahan, modal, dan
sumberdaya manusia. Pihak petani mendapatkan manfaat-manfaat dari jalinan
kemitraan. Manfaat tersebut ada pula yang sejalan dengan alasan petani untuk
bergabung dengan kemitraan. Manfaat yang sudah pasti diperoleh oleh petani
selaku mitra antara lain dapat membantu dalam pengadaan benih. Petani
memperoleh kemudahan untuk benih karena tidak harus melakukan pembenihan
sendiri, sehingga mengurangi resiko kegagalan karena benih sudah siap tanam.
Manfaat jaminan pemasaran memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan
akan langsung dapat terjual. Seratus persen petani tomat responden menjawab
memperoleh manfaat dalam kemudahan pemasaran. Sejalan dengan alasan dan
harapan awal untuk bergabung yaitu petani tidak harus mencari pasar untuk
menjual produknya. Jaminan pemasaran pun dapat menjadi motivasi petaniuntuk
memproduksi sesuai dengan kriteria PT Sayuran Siap Saji agar produknya
diterima.
Harga yang ditetapkan memberikan manfaat dalam fluktuasi harga pasar
yang tidak dapat diprediksi. Petani tidak khawatir dengan anjloknya harga
dipasaran karena penetapan harga tomat yang tetap sesuai kesepakatan.
Keuntungan atau pendapatan lebih tinggi dirasa menjadi suatu manfaat bagi
petani. Petani tomat merasa memperoleh keuntungan yang tinggi dalam usahatani
tomat. Hal ini disebabkan permintaan terhadap komoditas tomat dari pelanggan
tetap tinggi sehingga pasokan terhadap pelanggan harus tetap terjaga karena harus
dapat menjaga permintaan pelanggan yang terdiri dari restoran siap saji yang
berada di daerah Jabodetabek. Manfaat bantuan modal juga diperoleh petani
tomat. Petani tomat umumnya mengatakan bantuan modal sebagai manfaat.
Perusahaan memberikan bantuan berupa penyediaan benih. Manfaat lainnya yang
diperoleh petani yaitu adanya bimbingan teknis budidaya dari PT Sayuran Siap
Saji. Mitra tani responden menyatakan mereka mendapatkan bimbingan teknis
budidaya. Bimbingan budidaya sangat penting bagi perawatan tanaman tomat.
Manfaat sosial program kemitraan yaitu terjalinnya ikatan antara pihak PT
Sayuran Siap Saji dengan petani serta ikatan antara petani tomat dengan petani
tomat lainnya. Ikatan kekerabatan tersebut membuat petani dapat bertukar
pengalaman dalam masalah pertanian, sehingga dapat saling belajar dengan petani
lainnya. Tomat produksi PT Sayuran Siap Saji tergolong sayuran eksklusif karena
pasar yang dituju merupakan pasar yang terdiferensiasi.

Analisis Pendapatan Petani Responden

Pengukuran keberhasilan pengusahaan usahatani tomat dapat diukur dengan


perolehan laba yang dihitung menggunakan analisis pendapatan. Analisis
pendapatan usahatani yang akan dibahas yaitu menguraikan komponen-komponen
penerimaan, biaya, pendapatan, serta perhitungan nilai efisiensi dari penerimaan
33

untuk tiap rupiah yang dikeluarkan dengan menggunakan rumus R/C. Pendapatan
usahatani tomat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan
pendapatan usahatani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan
petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani tomat. Biaya total
adalah penjumlahan antara biaya tunai usahatani tomat dan biaya non tunai. Biaya
tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani
sehingga masuk ke dalam biaya yang diperhitungkan.

Penerimaan Petani Responden Tomat per Musim Tanam

Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil penjualan tomat petani. Hasil


penjualan yang diterima petani tomat dengan cara menghitung jumlah tomat yang
diproduksi dikalikan harga per kilogram tomat, dimana untuk petani mitra
diketahui harga jual tomat sebesar Rp 2.000/kg sedangkan untuk petani nonmitra
seesar Rp 1.500/kg. Faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan petani
responden yaitu harga dan produksi. Jumlah produksi tomat rata-rata petani mitra
sekitar 761,875 kilogram per musim tanam, sedangkan petani nonmitra sebesar
673,75 kilogram. Perbandingan jumlah produksi tomat sertabesaran penerimaan
secara relevan antara petani mitra dan non mitra dilakukan dengan cara
mengkonversi rata-rata luasan lahan petani non mitra dengan luasan lahan petani
responden yang bermitra. Setelah dilakukan konversi kedalam luasan lahan
sebesar 331 m2 , maka didapat jumlah produksi tomat petani non mitrasebesar
728,75. Adapun penerimaan petani tomat per musim tanam dengan jelas dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Penerimaan petani tomat per musim tanam
No Petani Mitra Petani Non Mitra
Luas Produksi Harga Penerima Luas Produksi Harga Penerimaan
Lahan (Kg) (Rp) an Lahan (Kg) (Rp) (Rp)
(m2) (Rp) (m2)
1 400 920 2000 1.840.000 300 660 1500 990.000
2 500 1150 2000 2.300.000 350 770 1800 1.115.000
3 300 690 2000 1.380.000 200 440 1500 660.000
4 450 1035 2000 2.070.000 300 660 1750 990.000
5 350 805 2000 1.610.000 400 880 1400 1.320.000
6 250 575 2000 1.150.000 250 550 1600 825.000
7 350 805 2000 1.610.000 300 660 1300 990.000
8 400 902 2000 1.840.000 400 880 1900 1.320.000
9 300 690 2000 1.380.000 350 770 1300 1.155.000
10 200 460 2000 1.610.000 250 550 1500 825.000
11 300 690 2000 920.000 200 440 1750 660.000
12 350 805 2000 1.380.000 300 660 1850 990.000
13 200 460 2000 920.000 400 880 1600 1.320.000
14 200 460 2000 920.000 250 550 1500 825.000
15 400 920 2000 1.840.000 350 660 1500 990.000
16 350 805 2000 1.610.000 300 770 1450 1.155.000
Rata- 331 761,875 2000 1.523.750 306,25 673,75 1625 1.010.625
Rata
Konversi penerimaan Petani Non Mitra pada 331 728,75 1625 1.093.125
Lahan 331 m2
34

Pengeluaran Petani Tomat Responden per Musim Tanam

Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai atau yang
diperhitungkan. Petani menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai
tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran. Petani tidak memperhitungkan
biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usahatani
seperti mencangkul, memupuk, dan lain-lain. Analisis dengan memperhitungkan
biaya tidak tunai penting dilakukan untuk mengetahui keuntungan sebenarnya
yang diperoleh dari usahatani tomat yang diusahakan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dilakukan analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya
non tunai per musim tanam tomat. Pengeluaran petani responden dihitung
berdasarkan nilai rata-rata setiap petani, dan mengkonversikan pada luasan lahan
yang sama pada petani tomat yang bermitra maupun yang tidak bermitra.

Tabel 7 Total Biaya Usahatani Petani Tomat Mitra dan Non Mitra Per Musim
Tanam
Biaya Petani Tomat Non Mitra Petani Tomat Mitra
Total Nilai Persentase Total Nilai Persentase
(Rp) (%) (Rp) (%)
Saprotan 160.108 25,49 160.108 26,26
Tenaga Kerja 258.375 41,14 238.375 39,17
Sewa Lahan 198.750 31,65 198.750 32,60
Penyusutan 10.781 1,72 12.031 1,97
Jumlah 628.014 100 609.764 100

Berdasarkan Tabel 7 total nilai biaya petani tomat mitra lebih besar dari
petani tomat non mitra. Jumlah biaya total petani tomat mitra sebesar Rp 628.014
dan petani tomat non mitra sebesar Rp 609.764. Alokasi biaya usahatani tomat
tersebut dipergunakan untuk saprotan, tenaga kerja, lahan, dan penyusutan.
Pengeluaran total usahatani petani tomat mitra dan non mitra sebagian besar
dialokasikan pada biaya tenaga kerja yaitu petani tomat mitra sebesar 41,14
persen dan petani tomat non mitra sebesar 39,17 persen. Alokasi biaya terbesar
setelah tenaga kerja yaitu biaya sewa lahan, dimana persentase alokasi biaya sewa
lahan pada petani tomat mitra sebesar 31,65 persen dan petani tomat non mitra
sebesar 32,60 persen. Persentase saprotan terhadap biaya total yaitu petani tomat
mitra sebesar 25,49 persen dan petani tomat non mitra sebesar 26,26 persen. Nilai
persentase tersebut menunjukkan bahwa alokasi untuk biaya saprotan pada petani
tomat mitra lebih besar dibanding petani tomat non mitra. Hal tersebut terjadi
karena petani tomat non mitra menggunakan jumlah saprotan lebih banyak untuk
kegiatan produksi dalam budidaya tanaman tomat. Alokasi biaya terendah yaitu
biaya penyusutan di mana petani tomat mitra sebesar 1,72 persen dan petani tomat
nonmitra sebesar 1,97 persen. Nilai dari persentase menunjukkan alokasi biaya
penyusutan petani tomat mitra dan petani tomat non mitra tidak jauh berbeda.

Biaya Tunai
Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani responden selama
kegiatan usahatani berlangsung mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran
hasil. Biaya tunai usahatani tomat pada petani tomat terdiri dari biaya sewalahan,
35

saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Pengeluaran biaya tunai
berdasarkan Tabel 8, pengeluaran tunai petani tomat mitra lebih besar dari
nonmitra dengan selisih sebesar Rp 10.115.

Tabel 8 Komponen Biaya Tunai Usahatani Tomat Petani Mitra dan Non Mitra
Pada Luasan Lahan 331 m2
Uraian Biaya Petani tomat Mitra Petani tomat Non Mitra
Tunai Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%)
Saprotan 160.108 32,47 160.108 33,16
TKLK 134.156 27,22 124.031 25,69
Sewa Lahan 198.750 40,31 198.750 41,15
Jumlah 493.014 100,00 482.899 100,00

Komponen biaya tunai masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:


Saprotan

Biaya Benih
Petani tomat mitra mendapatkan benih dari PT Sayuran Siap Saji dengan
pembayaran sistem potong panen. Harga benih yang disuplai oleh PT Sayuran
Siap Saji yaitu Rp 250.000/Kg dimana harga tersebut sama dengan harga benih
yang diperoleh petani non mitra dari kios penyedia sarana produksi pertanian.
Petani umumnya sudah mengetahui kebutuhan benih untuk luasan yang akan
digarap, sehingga dapat menyesuaikan penyediaan luasan lahan untuk ditanami
dengan jumlah benih yang diajukan. Komponen biaya yang dikeluarkan untuk
pembenihan yaitu biaya benih, tenaga kerja, pupuk, dan media plastik. Total
biayabenih rata-rata pada petani tomat mitra dan non mitra sebesar Rp 74.531,25.
Mortalitas atau tingkat kematian tanaman saat pembenihan pada petani responden
berbeda-beda yaitu antara 10-20 persen. Petani tomat harus membeli benih
dengan jumlah yang lebih banyak dari target produksi, karena tidak semua benih
berhasil menjadi benih siap tanam. Harga benih yang ditetapkan PT Sayuran Siap
Saji terhitung lebih mahal dibandingkan melakukan pembenihan sendiri.
Walaupun demikian, para petani mitra berpendapat bahwa dengan memperoleh
suplai benih dari PT Sayuran Siap Saji, mereka lebih merasa dimudahkan dalam
hal penyediaan benih, sehingga tidak perlu mencari untuk membeli benih ataupun
melakukan pembenihan sendiri.

Biaya Pupuk dan Obat-obatan


Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai di dalam
biaya yang dikeluarkan petani tomat. Biaya pupuk masing-masing petani berbeda
karena variasi jenis pupuk, jumlah pupuk dan harga pupuk yang digunakan serta
luasan lahan uyang dilakukan untuk kegiatan budidaya. Keterbatasan modal
mempengaruhi masing-masing petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan.
Petani dengan modal rendah akan menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan
kualitas rendah dan jumlah yang sedikit. Biaya pupuk dan obat-obatan petani
tomat mitra lebih besar dibanding petani tomat non mitra. Nilai biaya pupuk dan
obat-obatan petani tomat mitrasebesar Rp 85.577 dan non mitra sebesar Rp
79.118. Pupuk dan obat-obatan tersebut terdiri dari pupuk kandang, pupuk kimia,
obat-obatan padat, dan obat-obatan cair. Jenis pupuk dan obat-obatan yang
36

digunakan petani tomat mitra dan nonmitra relatif sama sehingga dosis yang
digunakanpun relatif sama. Hal tersebut yang diduga menyebabkan produksi dan
produktivitas petani mitra dan nonmitra cenderung tidak memiliki perbedaan yang
mencolok. Setelah dilakukan konversi rata-rata luasan lahan petani mitra dan non
mitra kedalam luasan lahan 331 m2 maka nilai biaya pupuk dan obat-obatan
sebesar Rp 85.577 baik untuk petani mitra maupun non mitra.

Tenaga Kerja Luar Keluarga


Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari Tenaga Kerja Luar
Keluarga (TKLK) atau buruh tani. TKLK termasuk dalam komponen biaya tunai.
Kebutuhan tenaga kerja usahatani tomat cenderung besar. Tenaga kerja yang
digunakan baik petani tomat mitra maupun non mitra lebih banyak berasal dari
luar keluarga atau buruh yang harus dibayar upahnya sebesar Rp 13.000/hari. Hal
tersebut disebabkan oleh keterbatasan jumlah anggota keluarga yang dapat
berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani tomat. Unit ratarata tenaga kerja
masing-masing petani berbeda. Jumlah biaya TKLK petani tomat mitra sebesar
Rp 2.665.000 dan petani tomat nonmitra sebesar Rp 2.678.000. Nilai biaya tenaga
kerja luar keluarga didapat dengan cara mengkalikan jumlah jam kerja dengan
upah biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp 13000/hari.

Sewa Lahan
Penggunaan lahan petani responden untuk usahatani tomat yaitu lahan sewa.
Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya tunai
untuk lahan sewa. Biaya rata-rata sewa lahan per musim tanam yang dikeluarkan
petani tomat mitra sebesar Rp 198.750 dan non mitra sebesar Rp 183.750, namun
jika dilakukan konversi luasan lahan yang dibudidayakan kedalam luasan 331 m2,
maka didapat biaya sewa lahan sebesar Rp 198.750 baik untuk petani mitra
maupun petani non mitra.

Biaya Non Tunai


Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak diperhitungkan sebagai biaya
yang telah dikeluarkan. Biaya non tunai yang dihitung pada usahatani tomat
petani responden terdiri dari biaya penyusutan alat pertanian dan tenaga
kerjapetani itu sendiri (tenaga kerja keluarga). Jumlah biaya non tunai petani
tomat mitra sebesar Rp 135.000 dan non mitra sebesar Rp 126.875. Jumlah biaya
non tunai menunjukkan bahwa petani tomat mitra lebih besar dibanding nonmitra.
Oleh karena itu, baik jumlah biaya tunai maupun non tunai, pengeluaran pada
petani tomat mitra relatif lebih besar dari non mitra. Rincian biaya non tunai
petani responden usahatani tomat per musim tanam yaitu Rp 11.232,03 untuk
petani mitra dan Rp 12.166,67 untuk petani non mitra.
37

Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani tomat per satu musim
tanam dibebankan pada biaya penyusutan peralatan. Penyusutan peralatan yaitu
dengan menghitung penyusutan alat pertanian yang digunakan dalam usahatani
tomat. Peralatan usahatani terdiri dari cangkul dan arit. Peralatan yang digunakan
memiliki umur ekonomis selama satu tahun sehingga dapat digunakan beberapa
periode tanam. Biaya yang dibebankan atas pemakaian peralatan tersebut dihitung
sebagai biaya penyusutan selama periode satu musim tanam (tiga bulan).
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi
peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi dimana untuk
harga cangkul sebesar Rp. 20.000 sedangkan untuk arit sebesar Rp 10.000.
Penggunaan jumlah peralatan pada masing-masing petani responden berbeda. Hal
tersebut berdampak pada biaya penyusutan masing-masing petani yang berbeda
pula. Biaya rata-rata untuk penyusutan peralatan per satu musim tanam
tomat,untuk petani tomat mitra sebesar Rp 10.781 dan petani tomat non mitra
sebesarRp 12.032. Biaya penyusutan peralatan petani tomat mitra lebih kecil dari
petani tomat non mitra.Perbedaan persentase alokasi biaya penyusutan peralatan
antara petani tomat mitra dengan petani tomat non mitra tidak jauh berbeda.
Persentase alokasi biaya penyusutan peralatan terhadap biaya non tunai petani
tomat mitra sebesar 7,99 persen dan petani tomat non mitra sebesar 9,48 persen.

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani dan Analisis R/C Petani


Tomat Mitra dengan Petani Tomat Non Mitra

Berdasarkan analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen


penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta R/C. Nilai pendapatan usahatani
diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
petani. Pendapatan rata-rata usahatani tomat per satu musim tanam yang dihitung
adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan
atas biaya tunai diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya
tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh dengan mengurangi penerimaan
totaldengan biaya total. Perbandingan pendapatan rata-rata dan R/C petani tomat
dengan petani tomat dapat dilihat pada lampiran 5.

Pada dasarnya usahatani tomat mitra maupun non mitra sama-sama


mendatangkan keuntungan bagipetani, namun bila dilakukan perbandingan,
terlihat bahwa pendapatan tunai dan non tunai petani tomat mitra lebih besar
dibandingkan dengan petani tomat nonmitra, sehingga dapat diketahui bahwa
usahatani tomat mitra dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar. Oleh
karena itu, kemitraan tomat dapat dikatakan mampu memberikan manfaat
pendapatan kepada petani. Berdasarkan perolehan nilai penerimaan dan nilai
biaya dapat diketahui nilai R/C kedua kelompok petani responden. Perhitungan
analisis R/C yaitu pendapatan dibagi biaya. Rasio tersebut diperoleh dengan cara
membagi penerimaan total dengan biaya tunai untuk memperoleh R/C atas biaya
tunaidan biaya total untuk memperoleh R/C atas biaya total. Perolehan R/C atas
biaya tunai petani tomat mitra adalah sebesar 3,1 dan petani tomat non mitra
38

sebesar 2,3. Besarnya R/C tersebut artinya setiap 1 rupiah biaya tunai yang
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,1 untuk petani tomat
mitra dan Rp 2,3 untuk petani tomat non mitra. Nilai R/C atas biaya total petani
tomat mitra sebesar 3,0 dan petani tomat non mitra sebesar 2,3. Artinya, setiap 1
rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,0
untuk petani tomat mitra dan Rp 2,3 untuk petani tomat non mitra.Nilai R/C atas
biaya tunai maupun biaya total petani tomat mitra lebih besar jika dibandingkan
petani tomat non mitra. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa melalui
kemitraan dapat lebih mendatangkan keuntungan dan lebih efisien bagi petani
tomat, secara rinci dapat dilihat pada lampiran 5.

Analisis Pengaruh Uji Beda Terhadap Pendapatan Petani Tomat

Pengaruh adanya kemitraan terhadap pendapatan petani jika mengacu


terhadap analisa pendapatan memberikan pengaruh yang positif, yaitu pada saat
kondisi adanya kemitraan pendapatan yang diterima oleh petani lebih besar, hal
ini membuktikan bahwa kemitraan berpengaruh terhadap penerimaan petani.
Untuk lebih membuktikan hasil bahwa kemitraan berpengaruh terhadap
penerimaan petani maka dilakukan pengujian penerimaan yang diterima oleh
petani mitra dan non mitra dengan uji beda. Setelah dilakukan analisis dengan
mtode uji beda (uji t berpasangan) diperoleh nilai P-value 0,000244 yaitu lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H0. Hal
ini berarti bahwa penerimaan petani akan lebih menguntungkan apabila dilakukan
dengan kemitraan dibandingkan dengan non mitra, dengan kata lain kemitraan
lebih efisien dilakukan oleh petani dibandingkan dengan non mitra . Untuk
pendapatan yang diterima setelah petani bermitra dapat dilihat pada lampiran 5
39

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Pada dasarnya pola kemitraan yang diterapkan PT Sayuran Siap Saji dengan
petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA (Kerjasama Operasional
Agribisnis. PT Sayuran Siap saji sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan
pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya dan jaminan
pasar. Petani mitra menyediakan sarana, tenaga kerja dan lahan. Kerjasama
kemitraan berhasil dijalankan dengan konsep strategis dan saling menguntungkan
serta didasari azas kesetaraan di dalam menikmati keuntungan. Manfaat teknis
lainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit, sehingga petani
mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Adapun bantuan jaminan pasar
yang diperoleh petani kitra yakni berupa harga jual tomat yang lebih besar
daripada harga jual pasar yang ada di wilayah tersebut, dimana harga jual tomat
petani mitra sebesar Rp 2000, sedangkan harga jual pasar setempat rata-ratanya
sebesar Rp 1625.
Berdasarkan perbandingan pendapatan usahatani antara petani tomat mitra
dan non mitra menjelaskan bahwa kegiatan usahatani tomat melalui kemitraan
yang dilakukan dengan PT Sayuran Siap Saji lebih efisien dan lebih
mendatangkan keuntungan bagi petani.

Saran

Saran yang dapat diajukan adalah melalui program kemitraan, petani


mendapatkan bantuan teknis serta posisi pasar yang baik dari pihak mitra jika
dibandingkan dengan petani yang tidak bermitra, maka sebaiknya bagi petani
yang tidak bermitra sebaiknya mempertimbangkan kembali untuk dapat ikut
bergabung dalam program kemitraan yang ada agar kegiatan usahatani yang
dilakukan menjadi lebih efisien sehingga dapat memberikan peningkatan dari segi
pendapatan.
40

DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, Ratna. W. 2009. Pemasaran Produk Produk Pertanian. Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor: IPB Press.
Hafsah, Muhammad Jafar. 2000.Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press).
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Analisa perencanaan, Implementasi
dan control Edisi Kesembilan, Jilid 1 dan Jilid 2. Prehalindo. Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran: Edisi 1.2,
Jilid-2. PT. Indeks, Jakarta.
Limbong, W.H. dan Sitorus, P. 1985. Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rismayani. 2007. Analisis saluran distribusi sebagai penentu harga dan laba pada
produk hasil pertanian sayuran buah tomat. jurnal ilmu-ilmu social. Vol.
13 No. 1. 2007 : 47-56.
Sabang J, Naomi N, Wijayanti T. 2009. Sistem pemasaran tomat (lycopersicum
esculentum l. Mill) di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP. Vol 8. No.2. 2011: 41-47.
Setyowati. 2004. Analisis Pemasaran Jambu Mete Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal
Sosek Panen Dan Agrobisnis. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 1.
No 1. September 2004. Surakarta Soekartawi. 2001. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press
Taylor dan Fearne . 2009. Demand management in fresh food value chains: a
framework for analysis and improvement. Supply Chain Management: An
International Journal, 14 : 379 392.
Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Edisi Ketigapuluh. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sari, Sukma. 1996. Dampak Pola Kemitraan Contract Farming Terhadap
Pendapatan Petani dan Eksportir Kopi di Kecamatan Sumber Jaya,
Lampung Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
41

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Mitra


42

Lampiran 2 Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Non Mitra


43

Lampiran 3 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Mitra Per Musim Tanam (Rp)
44

Lampiran 4 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Non Mitra Per Musim Tanam
Lampiran 5 Perbandingan pendapatan rata- rata dan R/C petani tomat mitra dengan non mitra

Petani Mitra
Petani Mitra
Responden Penerimaan (Rp/Kg) Biaya Tunai Biaya Non Tunai Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C Total Biaya Tunai R/C Biaya Total
Petani 1 1.840.000 595.338 7.500 602.838 1.244.662 1.237.162 3,1 3,1
Petani 2 2.300.000 744.173 7.500 751.673 1.555.827 1.548.327 3,1 3,1
Petani 3 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 4 2.070.000 579.755 15.000 594.755 1.490.245 1.475.245 3,6 3,5
Petani 5 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 6 1.150.000 372.086 7.500 379.586 777.914 770.414 3,1 3,0
Petani 7 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 8 1.804.000 595.338 15.000 610.338 1.208.662 1.193.662 3,0 3,0
Petani 9 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 10 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 11 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 12 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 13 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 14 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 15 1.840.000 595.338 15.000 610.338 1.244.662 1.229.662 3,1 3,0
Petani 16 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Rata-rata 1.521.500 487.389 10.781 498.171 1.034.111 1.023.329 3,1 3,0
45
46

Petani Non Mitra


Petani Non Mitra
Responden Penerimaan Biaya Tunai Biaya Non Tunai Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C Total Biaya Tunai R/C Biaya Total
Petani 1 990.000 446503 15000 461503 543.497 528.497 2,2 2,1
Petani 2 1.386.000 520920 7500 528420 865.080 857.580 2,7 2,6
Petani 3 660.000 297669 7500 305169 362.331 354.831 2,2 2,2
Petani 4 1.155.000 446503 15000 461503 708.497 693.497 2,6 2,5
Petani 5 1.232.000 595338 15000 610338 636.662 621.662 2,1 2,0
Petani 6 880.000 372086 15000 387086 507.914 492.914 2,4 2,3
Petani 7 858.000 446503 15000 461503 411.497 396.497 1,9 1,9
Petani 8 1.672.000 595338 7500 602838 1.076.662 1.069.162 2,8 2,8
Petani 9 1.001.000 520920 12500 533420 480.080 467.580 1,9 1,9
Petani 10 825.000 372086 15000 387086 452.914 437.914 2,2 2,1
Petani 11 770.000 297669 7500 305169 472.331 464.831 2,6 2,5
Petani 12 1.221.000 446503 7500 454003 774.497 766.997 2,7 2,7
Petani 13 1.408.000 595338 15000 610338 812.662 797.662 2,4 2,3
Petani 14 825.000 372086 15000 387086 452.914 437.914 2,2 2,1
Petani 15 990.000 446503 7500 454003 543.497 535.997 2,2 2,2
Petani 16 1.116.500 520920 15000 535920 595.580 580.580 2,1 2,1
Rata-rata 1.061.844 455.805 12.031 467.837 606.038 594.007 2,3 2,3
47

Lampiran 6 Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional


48

Lampiran 7 Produk Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional


49

Lampiran 8 Proses Produksi Tomat Taiwan pada PT. Saung Mirwan


50
1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tangal 31 Desember


1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Eddy Zufnal dan Ibu Sushelmi serta saudara
perempuan dari Dita Midia Sari.
Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak
Aisyiah Payakumbuh pada tahun 1995. Pendidikan Tingkat
Dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SD Negeri 48 Pandam
Gadang hingga lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikannya ke tingkat Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 2 Payakumbuh selama 3 tahun. Setelah itu penulis
melanjutkan sekolah di tingkat Menengah Atas, yaitu di SMA Negeri 2
Payakumbuh pada tahun 2005dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008,
penulis diterima pada Program Diploma III Institut Pertanian Bogor pada Program
Keahlian Manajemen Agribisnis melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).
Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul Kajian Pengembangan Bisnis
Tomat Taiwan dengan Menggunakan Greenhouse Dibandingkan dengan Lahan
Konvensional diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan mengantarkan penulis
lulus pada tahun yang sama. Penulis melanjutkan studikembali pada Program
Sarjana Alih Jenis Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Selama masa pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi seperti
Paskibra, Kegiatan Rohani, Pramuka, Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK),
Paduan Suara, dan Palang Merah Remaja (PMR) selama Sekolah Dasar (SD)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Selama masa perkuliahan, penulis aktif
dalam mengikuti seminar-seminar yang berkaitan dengan pendidikan. Penulis juga
pernah bekerja di PT Bank Mega Tbk Bogor pada tahun 2011, dan pada
pertengahan 2012 penulis bekerja di PT AXA Indonesia Jakarta dan pada Maret
2014 sampai saat ini, penulis bekerja di PT AJ Manulife Indonesia Sampoerna
Strategic Jakarta. Berbagai pelajaran banyak diperoleh penulis selama menempuh
masa pendidikan yang dapat dijadikan sebagai bekal dan pengalaman.

Вам также может понравиться