Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya
akhir dengan judul Pelaksanaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT
Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang telah
dilaksanakan dalam jangka waktu tiga bulan pada bulan Januari 2014 hingga
Maret 2014.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama menyusun skripsi.
Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh responden PT Sayuran
Siap Saji serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai
informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga tak hentinya penulis sampaikan
kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis
Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang, dan rasa kebersamaan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para
pembaca sekalian. Amin.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini
memperoleh balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa atas semua wujud
amal baik yang telah disumbangkan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI XV
DAFTAR TABEL XVI
DAFTAR GAMBAR XVI
DAFTAR LAMPIRAN XVII
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Budidaya Tomat 8
Keterkaitan Penelitian Terdahulu 9
KERANGKA PEMIKIRAN 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Konsep Kemitraan 12
Maksud dan Tujuan Kemitraan 12
Kendala kendala dalam Kemitraan 12
Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura 13
Konsep Usahatani 14
Unsur unsur Pokok Usahatani 15
Penerimaan Usahatani 17
Konsep Biaya Usahatani 18
Analisis Pendapatan Usahatani 19
Ukuran Pendapatan Usahatani 19
Kerangka Pemikiran Operasional 20
METODE 22
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Jenis dan Sumber Data 22
Metode Pengolahan Data 22
Metode Analisis Data 23
Analisis Pendapatan Usahatani 23
Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan
(Analisis R/C ) 24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 25
Karakteristik Petani Responden Tomat 26
Status Usahatani Tomat 26
Usia Petani Tomat 26
Tingkat Pendidikan Petani Tomat 26
Pengalaman Berusahatani Tomat 26
Proses Produksi 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 29
Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Tomat 29
Mekanisme Suplai Benih kepada Petani Tomat 30
Sistem Panen dan Hasil Pembayaran Panen 30
Alasan alasan Petani Bermitra 31
Manfaat Pelaksanaan Kemitraan 32
Analisis Pendapatan Petani Responden 32
Penerimaan Petani Responden Tomat per Musim Tanam 33
Biaya Tunai 34
KESIMPULAN DAN SARAN 39
Kesimpulan 39
Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tabel 4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun
2010 - 2013
No Tahun Produksi Tomat Permintaan Tomat Selisih
(kg/tahun) (kg/tahun)
1 Tahun 2010 33 408 44 640 -11 232
2 Tahun 2011 26 784 44 064 -17 280
3 Tahun 2012 24 048 40 464 -16 416
4 Tahun2013 29 280 41 760 -12 480
Sumber : PT Sayuran Siap Saji (Desember 2013)
yang sangat buruk pada beberapa bulan ini. Petani juga tidak mengikuti teknis
yang baik karena tidak memiliki cukup dana sehingga pola budidaya tidak lagi
mempertimbangkan baku teknis tetapi atas dasar kesesuaian dana yang tersedia.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra sudah memiliki kesepakatan
mengenai penyediaan faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam
pembudidayaan tomat. PT Sayuran Siap Saji menyediakan faktor-faktor produksi
yang dibutuhkan oleh para petani tomat mitra. Faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan diantaranya benih tomat dan saprotan lainnya. Dengan demikian,
petani tomat harus dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi tersebut untuk
menghasilkan tomat yang sesuai dengan ketentuan. Adapun tujuan petani menjadi
mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan. Harapan petani mengikuti
kemitraan agar pendapatan usahatani dapat meningkat, sehingga sangat cocok
bagi petani untuk menanam tomat. Alasan-alasan petani bermitra menanam tomat
disamping memperoleh peningkatan pendapatan yaitu adanya jaminan pemasaran
produk, mudah pengusahaannya,cocok diusahakan di daerah tinggal petani dan
harga yang sesuai.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra juga telah membuat kesepakatan
mengenai jumlah tomat yang harus diserahkan petani kepada PT Sayuran Siap
Saji setiap kali panen. Hal tersebut berarti jumlah tomat hasil panen para petani
yang harus diserahkan kepada PT Sayuran Siap Saji sudah ditentukan dengan
jumlah tertentu atau sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh PT Sayuran
Siap Saji. Hal ini berlaku pula untuk semua jenis komoditas sayuran lainnya yang
dihasilkan oleh para petani mitra. Sebelum adanya kemitraan, petani tomat
mengaku mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil panen dan harga jual yang
sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh petani sebagai hambatan yang
berat karena umumnya petani tidak dapat memprediksi pergerakan harga dan
permintaan.
Melalui kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji, para petani tomat
merasakan adanya perubahan karena tomat hasil panen sudah dijamin akan dibeli
oleh PT Sayuran Siap Saji dengan harga yang sudah ditetapkan stabil yaitu Rp
2.000/kg per tahun 2013, sedangkan dari pihak PT Sayuran Siap Saji manfaat
yang diperoleh dariadanya kemitraan ini adalah terjaganya pasokan tomat dan
sayuran jenis lainnyake pasar yang dituju yaitu restoran-restoran oriental yang
memang memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku dari PT Sayuran Siap Saji
secara berkelanjuta, sebelum adanya mitra petani menjual tomat hasil produksinya
dengan harga yang fluktuatif. Oleh karena itu, petani bersedia untuk melakukan
kerjasama kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji karena kerjasama antara PT
Sayuran Siap Saji dengan petani tomat didasarkan pada kepentingan kedua belah
pihak yang diharapkan dapat saling menguntungkan.Hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan kemitraan ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi
pendapatan dan memberikan jaminan pasar yang pasti untuk hasil produksi yang
diusahakan. Bagi perusahaan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar.
Selain itu, diperlukan adanya perbandingan antara petani tomat yang bermitra dan
yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji dengan tujuan untuk
mengetahui manfaat dari kemitraan terhadap pendapatan petani tomat yang
bermitra. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji yaitu:
7
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai
pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi PT Sayuran Siap Saji, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan
dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam
membuat rencana kerja selanjutnya.
2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau
sumber informasi.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal
menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara
sistematis, serta sebagai tugas mata kuliah Metodologi Riset Bisnis.
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tomat
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Kemitraan
beberapa kelemahan yang menjadi hambatan masih ditemukan antara lain sebagai
berikut :
1. Lemahnya posisi petani karena kurangnya kemampuan manajerial,
wawasan,dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani
kurang dapat mengelola usahatani secara efisien dan komersial.
2. Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi, dan akses
pasar. Kondisi ini menyebabkan pengelolaan usahatani kurang mandiri
sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak yang lebih kuat.
3. Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung
permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan menjadi kesulitan
mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas di kalangan
pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor yang akan
menanamkan investasinya di bidang agribisnis.
5. Etika bisnis kemitraan yang berprinsip win win solution di kalangan
investoragribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia
agribisnis.
6. Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang
sehingga mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Penyebab lain kegagalan kemitraan adalah lemahya aspek manajerial dan
sumberdaya manusia yang mengelola jalinan kemitraan itu, baik di tingkat
perusahaan maupun petani atau yang memadukan kedua belah pihak yang
bermitra. Kegiatan agribisnis yang menerapkan pola kemitraan memerlukan
tenaga manajer dengan tingkat pengelolaan yang memadai tidak untuk aspek
ekonomi dan teknik agribisnis, tetapi juga aspek sosial. Oleh karena itu,
pembenahan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang
agribisnis dan keterkaitan antar subsistem agribisnis perlu terus dilakukan.
Konsep Usahatani
Usahatani merupakan setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaksanaan organisasi itu
sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang-orang. Dari batasan
definisi tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani
beserta keluarganya, tanah beserta fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan-
bangunan atau saluran air serta tanaman ataupun hewan ternak (Soeharjo dan
Patong, 1973). Menurut Soekartawi (2002) menyatakan bahwa ilmu usahatani
pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dana memadukan
sumber daya yang ada seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan
(manajemen) yang terbatas ketersediaanya untuk mencapai tujuannya. Sedangkan
Suratiyah (2009) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengusahakan serta mengoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga dapat memberikan
manfaat sebaik-baiknya. Pengertian lain bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu
yang didalamnya mempelajari bagaimana seseorang dapat mengalokasikan
sumber daya yang dimilkinya secara efektif dan efisien agar mencapai tujuan dan
memperoleh keuntungan yang tinggi.
15
bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atauunsur modal usahatani. Empat
golongan petani berdasarkan luas tanah yang dimiliki yaitu:
1. Golongan petani luas (kepemilikan lahan >2 hektar),
2. Golongan petani sedang (antara 0,5 2 hektar),
3. Golongan petani kecil (kepemilikan lahan 0,5 hektar),
4. Golongan buruh tani tidak memiliki lahan.
2. Tenaga Kerja
3. Modal
4. Pengelolaan
Penerimaan Usahatani
kepada modal pinjaman (Soekartawi et al, 1986). Pendapatan yang besar tidak
selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan
yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, dalam
analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Menurut
Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983), analisis hubungan penerimaan dan
biaya (R/C) dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari kegiatan cabang
usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini akan diuji
seberapa jauh setiap nilai rupiah, biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang
usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan
sebagai manfaatnya. Jika unsurpenerimaan dan biaya total telah diperoleh maka
R/C dapat dihitung.
Permasalahan
1. Permintaan tomat yang tinggi di PT. Sayuran Siap Saji sehingga tidak
dapat memenuhi permintaan konsumen
2. Tidak adanya kepastian harga jual tomat sehingga apabila harganya
turun maka petani mengalami kerugian .
3. Ketidakpastian pasar untuk penjualan tomat di daerah Sukamanah
sehingga petani mengalami kebingungan dalam menjual hasil
produksinya, oleh karena itu diadakan kemitraan dengan PT Sayuran
Siap Saji
Rekomendasi
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Penentuan
responden petani tomat mitra dilakukan secara sensus, sedangkan penentuan
responden petani tomat non mitra dilakukan secara purposive (sengaja). Populasi
petani sayuran yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji berjumlah 43 orang
petani yang menanam berbagai macam jenis sayuran seperti tomat, saycin, lobak,
daun bawang, kol, bunga kol, dan lain sebagainya. Adapun dari 43 orang petani
tersebut, terdapat 16 orang petani yang menanam tomat. Jumlah petani responden
yang diambil pada penelitian ini sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 orang
petani tomat mitra PT Sayuran Siap Saji dan 16 orang petani tomat non mitra.
Responden yang merupakan petani tomat non mitra dipilih berdasarkan letak
kepemilikan lahan yang berlokasi disekitar lahan petani tomat yang bermitra
dengan PT Sayuran Siap Saji. Data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengisian kuesioner, baik kepada pihak perusahaan maupun petani. Pihak
perusahaan dipilih orang yang dianggap paling mengetahui teknis pelaksanaan
kemitraan. Pihak petani, sampel yang dipilih adalah 16 orang petani tomat yang
mengikuti kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji dan 16 petani di luar
kemitraan. Data sekunder diperoleh dari data dan laporan yang dimiliki
perusahaan serta berbagai laporan yang terkait dengan topik kemitraan.
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan
selanjutnya diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Pengolahan data secara
kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan dan
pengolahan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program komputer
Excel. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan perhitungan
23
pendapatan usahatani dan R/C untuk melihat adakah perbedaan nyata antararata-
rata pendapatan petani mitra dan non mitra.
Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis depkriptif. Pada
penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang
proses penelitian berlangsung yang terdiri dari pengumpulan data, analisis data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan. Kemudian data-data tersebut direduksi
melalui proses pemilihan dan pengkategorian data-data yang sesuai. Reduksi data
bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dari penelitian ini dapat dirancang dengan tepat.
Adapun analisis data kuantitatif menggunakan analisis keragaan usahatani
meliputi analisis pendapatan usahatani, dan analisis R/C . Kelayakan
pengembangan usahatani sayuran secara finansial dianalisis dengan menggunakan
R/C rasio. Perhitungan data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer
dengan menggunakan Software Microsoft Office Excel.
Analisis R/C bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh
dari usaha tertentu cukup menguntungkan atau sebaliknya. Analisis R/C
membandingkan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan
pada satu periode tertentu yang diterima oleh pelaku usaha. Perhitungan R/C
dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas
biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan total
penerimaan dengan biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan R/C atas biaya total
didapatkan dengan membandingkan total penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan. Dimana biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dengan
biaya diperhitungkan. Secara lebih singkat rumus untuk mendapatkan nilai R/C
rasio adalah sebagai berikut.
R/C atas biaya tunai =
Uji Beda
Proses Produksi
Budidaya hortikultura pada PT. Sayuran Siap Saji terdiri dari budidaya
sayuran yang secara umum melingkupi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pembibitan
Pembibitan tanaman tomat di lakukan sebelum tahap pengolahan tanah.
Untuk benih, harus memilih buah tomat yang sehat dan sudah matang
sepenuhnya. Buah tidak keriput atau cacat. Buah media semai dengan
menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 lalu
tambahkan kurang lebih 1,5% pupuk NPK halus. Sebelum di semai benih tomat
sebaiknya didesinfektan dengan cara merendamnya kedalam larutan fungisida,
agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mati, setelah itu baru
disemai di persemaian. Setelah biji berkecambah, dan memiliki daun semu
berjumlah dua, pindahkan bibit kecil tersebut kedalam polibag plastik yang telah
berisi media semai. Untuk melindungi bibit dari air hujan, sebaiknya di buatkan
sungkup persemaian. Setelah benih tumbuh dan berumur 7 10 hari, lakukan
penyemprotan fungisida. Dan setelah bibit tomat memiliki daun sejati berjumlah 4
buah, tanaman tersebut siap di tanam di lahan.
b. Pengolahan Tanah
Tahap pengolahan lahan berhubungan dengan penyiapan tanah yang akan di
tanami buah tomat. Persiapan lahan meliputi penggemburan tanah, pemberian
pupuk kandang, dan hal-hal lain yang mendukung pertumbuhan tanaman tomat
sehingga berbuah maksimal. Tahap pengolahan tanah untuk budidaya tanaman
tomat meliputi:
Penggeburan tanah dapat di lakukan dengan cara mencangkul atau membajak
atau mengaru
Pembuatan bedengan, umumnya dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 25 cm
dan lebar parit kurang lebih 60 cm.
Untuk tanah yang pH nya di bawah 6,5 dilakukan pengapuran dengan
menggunakan dolomit dengan dosis 200 kg/ha
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang (40 ton/ha) dan pupuk NPK
(150 kg/ha) lalu aduk dengan media tanah hingga bercampur rata
Pemasangan mulsa PHP dan pembuatan lubang tanam dengan jarak 60 cm x 60
cm.
c. Penanaman tomat
Bibit siap tanam setelah memiliki daun sejati berjumlah 4 helai. Bawa
polibag berisi bibit tomat dan gunting ke lahan yang akan di tanami tomat.
Gunting polibag plastik lalu masukan tanah beserta bibit kedalam lubang tanam.
Timbun kembali dengan tanah. Setelah proses penanaman selesai, siram dengan
air secukupnya.
d. Pemasangan ajir
Ajir di buat dari bambu dengan panjang di sesuaikan dengan tinggi
tanaman. Pemasangan ajir dianjurkan dengan sistem ajir tegak. Hal ini tergantung
28
dari tipe buah tomat yang ditanam. Apakah yang bertipe determinate atau
indeterminate.
e. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan merupakan tahap yang paling panjang dalam proses
budidaya tanaman tomat. Pada tahap ini di lakukan banyak kegiatan seperti:
Penyulaman, dilakukan jika ada tanaman yang mati.
Perempelan, yaitu pembuangan tunas samping baik yang di bawah cabang
utama maupun cabang produksif untuk menjaga kelembaban dan
mengoptimalkan produksi.
Pengikatan tanaman, agar batang dapat berdiri tegak, maka batang-batang
tomat harus di ikatkan pada ajir agar batang tidak merunduk dan buah
menyentuh tanah sehingga kotor dan mudah busuk.
Sanitasi lahan dan pengairan meliputi pengendalian gulma dan rumput liar
serta menjaga lahan tanam agar tidak kekeringan pada musim kemarau dan
tergenang pada musim hujan.
Pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berusia 15, 25 dan 35 hari
setelah masa tanam. Dosis pupuk yang diberikan adalah NPK yang dilarutkan
dalam air dengan dosis 1,5 kg/100 liter air. Dan tiap tanaman di siram pupuk
sebanyak 200ml.
Pengendalian hama dan penyakit.
f. Pemanenan
Tanaman tomat biasanya telah siap panen pada umur antara 65 dan 75 hari
setelah masa tanam. Untuk pemetikan buah sebaiknya di gunakan gunting stek
untuk memotong tangkai buah agar tidak merusak batang. Setelah buah terkumpul
baru di pisahkan buah dari tangkainya dengan cara diputil satu persatu. Untuk
menjaga kualitas buah tomat sebaiknya pemanenan di lakukan secara bertahap.
Agar hanya buah yang sudah tua saja yang di petik. Sedangkan yang muda
ditinggalkan terlebih dahulu. Tomat adalah salah satu jenis buah klimaterik, yaitu
buah yang setelah di panen akan mengalami pematangan. Biasanya setelah di
panen, buah ini dapat bertahan hingga lima hari pada suhu ruang, dan lebih dari 2
minggu jika di simpan di dalam lemari pendingin.
29
Tabel 5 Kewajiban dalam Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Mitra Tani
Tahun 2012
Kewajiban Perusahaan N Kewajiban Mitra Tani
1Memprogram semua lahan 1 Membayar kebutuhan bibit/benih
yang akan dimitrakan. yang jumlahnya sesuai dengan
2Menyedi akan benih-benih kebutuhan lahan.
yang direncanakan tanam. Membiayai kebutuhan operasional
3Membantu dalam teknis 2 Menyediakan tenaga kerja sesuai
budidaya. dengan kebutuhan.
4Membeli semua produk yang 3 Mengikuti petunjuk dari penyuluh
dihasilkan oleh mitra tani lapangan tentang teknis budidaya.
yang memenuhi standar 4 Mengikuti program tanam dan
kualitas yang ditentukan oleh panen yang ditentukan perusahaan.
perusahaan. Menjual seluruh hasil produksi
5 yang memenuhi standar kualitas
yang ditentukan perusahaan.
Mengantar sendiri hasil panen ke
6 tempat penerimaan PT Sayuran
Siap Saji yang berlokasi di
Kp.Pasir Muncang, Desa
Sukamanah, Kecamatan
Megamendung, Bogor.
Benih tomat merupakan salah satu benih yang relatif mudah dalam
pengadaannya. Keperluan benih untuk penanaman tomat petani disuplai oleh
perusahaan dalam bentuk benih. PT Sayuran Siap Saji memiliki teknik serta
sarana teknologi yang mendukung dalam proses pembenihan. Pembenihan yang
dilakukan perusahaan memudahkan petani dalam penanaman. Kemudahan
pembenihan dirasa penting karena sangat sulit dan membutuhkan ketelitian serta
peralatan lengkap dalam melakukan pembenihan. Petani tomat dapat menghemat
waktu, tenaga dan juga dapat meminimalisir kegagalan dalam proses pembenihan.
Petani tomat mendapatkan benih dalam bentuk pinjaman. Pinjaman benih
tersebut akan dihitung dalam rupiah yang dibayar oleh petani dengan cara potong
panen. Uang hasil penjualan tomat akan dipotong sebesar biaya pinjaman benih.
Pemotongan hasil panen dilakukan oleh pihak perusahaan sehingga petani
langsung menerima pendapatan bersih setelah dipotong pinjaman benih.
Perusahaan memberikan kebijakan pelunasan pinjaman benih dilakukan dengan
pembayaran secara bertahap apabila terjadi kegagalan panen pada petani. Petani
tomat sebelumnya harus melaporkan terlebih dahulu kebutuhan benih yang akan
ditanam.
untuk tiap rupiah yang dikeluarkan dengan menggunakan rumus R/C. Pendapatan
usahatani tomat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan
pendapatan usahatani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan
petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani tomat. Biaya total
adalah penjumlahan antara biaya tunai usahatani tomat dan biaya non tunai. Biaya
tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani
sehingga masuk ke dalam biaya yang diperhitungkan.
Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai atau yang
diperhitungkan. Petani menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai
tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran. Petani tidak memperhitungkan
biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usahatani
seperti mencangkul, memupuk, dan lain-lain. Analisis dengan memperhitungkan
biaya tidak tunai penting dilakukan untuk mengetahui keuntungan sebenarnya
yang diperoleh dari usahatani tomat yang diusahakan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dilakukan analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya
non tunai per musim tanam tomat. Pengeluaran petani responden dihitung
berdasarkan nilai rata-rata setiap petani, dan mengkonversikan pada luasan lahan
yang sama pada petani tomat yang bermitra maupun yang tidak bermitra.
Tabel 7 Total Biaya Usahatani Petani Tomat Mitra dan Non Mitra Per Musim
Tanam
Biaya Petani Tomat Non Mitra Petani Tomat Mitra
Total Nilai Persentase Total Nilai Persentase
(Rp) (%) (Rp) (%)
Saprotan 160.108 25,49 160.108 26,26
Tenaga Kerja 258.375 41,14 238.375 39,17
Sewa Lahan 198.750 31,65 198.750 32,60
Penyusutan 10.781 1,72 12.031 1,97
Jumlah 628.014 100 609.764 100
Berdasarkan Tabel 7 total nilai biaya petani tomat mitra lebih besar dari
petani tomat non mitra. Jumlah biaya total petani tomat mitra sebesar Rp 628.014
dan petani tomat non mitra sebesar Rp 609.764. Alokasi biaya usahatani tomat
tersebut dipergunakan untuk saprotan, tenaga kerja, lahan, dan penyusutan.
Pengeluaran total usahatani petani tomat mitra dan non mitra sebagian besar
dialokasikan pada biaya tenaga kerja yaitu petani tomat mitra sebesar 41,14
persen dan petani tomat non mitra sebesar 39,17 persen. Alokasi biaya terbesar
setelah tenaga kerja yaitu biaya sewa lahan, dimana persentase alokasi biaya sewa
lahan pada petani tomat mitra sebesar 31,65 persen dan petani tomat non mitra
sebesar 32,60 persen. Persentase saprotan terhadap biaya total yaitu petani tomat
mitra sebesar 25,49 persen dan petani tomat non mitra sebesar 26,26 persen. Nilai
persentase tersebut menunjukkan bahwa alokasi untuk biaya saprotan pada petani
tomat mitra lebih besar dibanding petani tomat non mitra. Hal tersebut terjadi
karena petani tomat non mitra menggunakan jumlah saprotan lebih banyak untuk
kegiatan produksi dalam budidaya tanaman tomat. Alokasi biaya terendah yaitu
biaya penyusutan di mana petani tomat mitra sebesar 1,72 persen dan petani tomat
nonmitra sebesar 1,97 persen. Nilai dari persentase menunjukkan alokasi biaya
penyusutan petani tomat mitra dan petani tomat non mitra tidak jauh berbeda.
Biaya Tunai
Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani responden selama
kegiatan usahatani berlangsung mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran
hasil. Biaya tunai usahatani tomat pada petani tomat terdiri dari biaya sewalahan,
35
saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Pengeluaran biaya tunai
berdasarkan Tabel 8, pengeluaran tunai petani tomat mitra lebih besar dari
nonmitra dengan selisih sebesar Rp 10.115.
Tabel 8 Komponen Biaya Tunai Usahatani Tomat Petani Mitra dan Non Mitra
Pada Luasan Lahan 331 m2
Uraian Biaya Petani tomat Mitra Petani tomat Non Mitra
Tunai Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%)
Saprotan 160.108 32,47 160.108 33,16
TKLK 134.156 27,22 124.031 25,69
Sewa Lahan 198.750 40,31 198.750 41,15
Jumlah 493.014 100,00 482.899 100,00
Biaya Benih
Petani tomat mitra mendapatkan benih dari PT Sayuran Siap Saji dengan
pembayaran sistem potong panen. Harga benih yang disuplai oleh PT Sayuran
Siap Saji yaitu Rp 250.000/Kg dimana harga tersebut sama dengan harga benih
yang diperoleh petani non mitra dari kios penyedia sarana produksi pertanian.
Petani umumnya sudah mengetahui kebutuhan benih untuk luasan yang akan
digarap, sehingga dapat menyesuaikan penyediaan luasan lahan untuk ditanami
dengan jumlah benih yang diajukan. Komponen biaya yang dikeluarkan untuk
pembenihan yaitu biaya benih, tenaga kerja, pupuk, dan media plastik. Total
biayabenih rata-rata pada petani tomat mitra dan non mitra sebesar Rp 74.531,25.
Mortalitas atau tingkat kematian tanaman saat pembenihan pada petani responden
berbeda-beda yaitu antara 10-20 persen. Petani tomat harus membeli benih
dengan jumlah yang lebih banyak dari target produksi, karena tidak semua benih
berhasil menjadi benih siap tanam. Harga benih yang ditetapkan PT Sayuran Siap
Saji terhitung lebih mahal dibandingkan melakukan pembenihan sendiri.
Walaupun demikian, para petani mitra berpendapat bahwa dengan memperoleh
suplai benih dari PT Sayuran Siap Saji, mereka lebih merasa dimudahkan dalam
hal penyediaan benih, sehingga tidak perlu mencari untuk membeli benih ataupun
melakukan pembenihan sendiri.
digunakan petani tomat mitra dan nonmitra relatif sama sehingga dosis yang
digunakanpun relatif sama. Hal tersebut yang diduga menyebabkan produksi dan
produktivitas petani mitra dan nonmitra cenderung tidak memiliki perbedaan yang
mencolok. Setelah dilakukan konversi rata-rata luasan lahan petani mitra dan non
mitra kedalam luasan lahan 331 m2 maka nilai biaya pupuk dan obat-obatan
sebesar Rp 85.577 baik untuk petani mitra maupun non mitra.
Sewa Lahan
Penggunaan lahan petani responden untuk usahatani tomat yaitu lahan sewa.
Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya tunai
untuk lahan sewa. Biaya rata-rata sewa lahan per musim tanam yang dikeluarkan
petani tomat mitra sebesar Rp 198.750 dan non mitra sebesar Rp 183.750, namun
jika dilakukan konversi luasan lahan yang dibudidayakan kedalam luasan 331 m2,
maka didapat biaya sewa lahan sebesar Rp 198.750 baik untuk petani mitra
maupun petani non mitra.
Alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani tomat per satu musim
tanam dibebankan pada biaya penyusutan peralatan. Penyusutan peralatan yaitu
dengan menghitung penyusutan alat pertanian yang digunakan dalam usahatani
tomat. Peralatan usahatani terdiri dari cangkul dan arit. Peralatan yang digunakan
memiliki umur ekonomis selama satu tahun sehingga dapat digunakan beberapa
periode tanam. Biaya yang dibebankan atas pemakaian peralatan tersebut dihitung
sebagai biaya penyusutan selama periode satu musim tanam (tiga bulan).
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi
peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi dimana untuk
harga cangkul sebesar Rp. 20.000 sedangkan untuk arit sebesar Rp 10.000.
Penggunaan jumlah peralatan pada masing-masing petani responden berbeda. Hal
tersebut berdampak pada biaya penyusutan masing-masing petani yang berbeda
pula. Biaya rata-rata untuk penyusutan peralatan per satu musim tanam
tomat,untuk petani tomat mitra sebesar Rp 10.781 dan petani tomat non mitra
sebesarRp 12.032. Biaya penyusutan peralatan petani tomat mitra lebih kecil dari
petani tomat non mitra.Perbedaan persentase alokasi biaya penyusutan peralatan
antara petani tomat mitra dengan petani tomat non mitra tidak jauh berbeda.
Persentase alokasi biaya penyusutan peralatan terhadap biaya non tunai petani
tomat mitra sebesar 7,99 persen dan petani tomat non mitra sebesar 9,48 persen.
sebesar 2,3. Besarnya R/C tersebut artinya setiap 1 rupiah biaya tunai yang
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,1 untuk petani tomat
mitra dan Rp 2,3 untuk petani tomat non mitra. Nilai R/C atas biaya total petani
tomat mitra sebesar 3,0 dan petani tomat non mitra sebesar 2,3. Artinya, setiap 1
rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,0
untuk petani tomat mitra dan Rp 2,3 untuk petani tomat non mitra.Nilai R/C atas
biaya tunai maupun biaya total petani tomat mitra lebih besar jika dibandingkan
petani tomat non mitra. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa melalui
kemitraan dapat lebih mendatangkan keuntungan dan lebih efisien bagi petani
tomat, secara rinci dapat dilihat pada lampiran 5.
Kesimpulan
Pada dasarnya pola kemitraan yang diterapkan PT Sayuran Siap Saji dengan
petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA (Kerjasama Operasional
Agribisnis. PT Sayuran Siap saji sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan
pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya dan jaminan
pasar. Petani mitra menyediakan sarana, tenaga kerja dan lahan. Kerjasama
kemitraan berhasil dijalankan dengan konsep strategis dan saling menguntungkan
serta didasari azas kesetaraan di dalam menikmati keuntungan. Manfaat teknis
lainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit, sehingga petani
mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Adapun bantuan jaminan pasar
yang diperoleh petani kitra yakni berupa harga jual tomat yang lebih besar
daripada harga jual pasar yang ada di wilayah tersebut, dimana harga jual tomat
petani mitra sebesar Rp 2000, sedangkan harga jual pasar setempat rata-ratanya
sebesar Rp 1625.
Berdasarkan perbandingan pendapatan usahatani antara petani tomat mitra
dan non mitra menjelaskan bahwa kegiatan usahatani tomat melalui kemitraan
yang dilakukan dengan PT Sayuran Siap Saji lebih efisien dan lebih
mendatangkan keuntungan bagi petani.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, Ratna. W. 2009. Pemasaran Produk Produk Pertanian. Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor: IPB Press.
Hafsah, Muhammad Jafar. 2000.Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press).
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Analisa perencanaan, Implementasi
dan control Edisi Kesembilan, Jilid 1 dan Jilid 2. Prehalindo. Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran: Edisi 1.2,
Jilid-2. PT. Indeks, Jakarta.
Limbong, W.H. dan Sitorus, P. 1985. Handout Bahan Kuliah Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rismayani. 2007. Analisis saluran distribusi sebagai penentu harga dan laba pada
produk hasil pertanian sayuran buah tomat. jurnal ilmu-ilmu social. Vol.
13 No. 1. 2007 : 47-56.
Sabang J, Naomi N, Wijayanti T. 2009. Sistem pemasaran tomat (lycopersicum
esculentum l. Mill) di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP. Vol 8. No.2. 2011: 41-47.
Setyowati. 2004. Analisis Pemasaran Jambu Mete Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal
Sosek Panen Dan Agrobisnis. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 1.
No 1. September 2004. Surakarta Soekartawi. 2001. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press
Taylor dan Fearne . 2009. Demand management in fresh food value chains: a
framework for analysis and improvement. Supply Chain Management: An
International Journal, 14 : 379 392.
Tugiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Edisi Ketigapuluh. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sari, Sukma. 1996. Dampak Pola Kemitraan Contract Farming Terhadap
Pendapatan Petani dan Eksportir Kopi di Kecamatan Sumber Jaya,
Lampung Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
41
LAMPIRAN
Lampiran 3 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Mitra Per Musim Tanam (Rp)
44
Lampiran 4 Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Non Mitra Per Musim Tanam
Lampiran 5 Perbandingan pendapatan rata- rata dan R/C petani tomat mitra dengan non mitra
Petani Mitra
Petani Mitra
Responden Penerimaan (Rp/Kg) Biaya Tunai Biaya Non Tunai Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C Total Biaya Tunai R/C Biaya Total
Petani 1 1.840.000 595.338 7.500 602.838 1.244.662 1.237.162 3,1 3,1
Petani 2 2.300.000 744.173 7.500 751.673 1.555.827 1.548.327 3,1 3,1
Petani 3 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 4 2.070.000 579.755 15.000 594.755 1.490.245 1.475.245 3,6 3,5
Petani 5 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 6 1.150.000 372.086 7.500 379.586 777.914 770.414 3,1 3,0
Petani 7 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 8 1.804.000 595.338 15.000 610.338 1.208.662 1.193.662 3,0 3,0
Petani 9 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 10 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 11 1.380.000 446.504 7.500 454.004 933.496 925.996 3,1 3,0
Petani 12 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Petani 13 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 14 920.000 297.669 7.500 305.169 622.331 614.831 3,1 3,0
Petani 15 1.840.000 595.338 15.000 610.338 1.244.662 1.229.662 3,1 3,0
Petani 16 1.610.000 520.921 15.000 535.921 1.089.079 1.074.079 3,1 3,0
Rata-rata 1.521.500 487.389 10.781 498.171 1.034.111 1.023.329 3,1 3,0
45
46
RIWAYAT HIDUP