Вы находитесь на странице: 1из 18

Nicolas Brotodewo

Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan pada Kawasan Metropolitan di Indonesia


Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm.165 182

PENILAIAN INDIKATOR TRANSPORTASI BERKELANJUTAN PADA KAWASAN


METROPOLITAN DI INDONESIA

Nicolas Brotodewo

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum,


Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
Email: brotodewonicolas@yahoo.co.sg

Abstrak

Pertumbuhan yang pesat di kawasan-kawasan metropolitan yang ditunjukkan dengan


peningkatan proporsi penduduk menimbulkan permasalahan transportasi. Keberadaan
penyediaan transportasi baik dari segi prasarana maupun sarana jauh dari karakteristik
ideal sebuah kawasan metropolitan. Artikel ini bertujuan untuk menilai indikator transportasi
berkelanjutan pada kawasan metropolitan di Indonesia. Pembahasan dalam menilai indikator
transportasi berkelanjutan pada kawasan metropolitan di Indonesia ini dilakukan dengan
pendekatan pencapaian indikator-indikator transportasi berkelanjutan. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah survei data-data sekunder yang terkait dengan
sektor transportasi, Sedangkan metode analisis artikel ini adalah analisis isi terhadap
beberapa literatur dalam merumuskan indikator transportasi berkelanjutan dan juga analisis
deskriptif untuk menggambarkan penilaian indikator-indikator transportasi berkelanjutan
pada kawasan metropolitan di Indonesia. Penilaian keberlanjutan transportasi melalui
pendekatan indikator-indikator transportasi keberlanjutan tersebut menunjukkan bahwa
belum ada kawasan metropolitan di Indonesia yang mampu menciptakan sistem transportasi
yang berkelanjutan. Kawasan metropolitan Medan, Jakarta, Semarang, dan Denpasar telah
memenuhi 4 indikator dari 14 indikator yang dioperasionalisasikan. Sedangkan kawasan
metropolitan lainnya hanya memenuhi 3 indikator saja.

Kata Kunci: transportasi berkelanjutan, penilaian indikator transportasi berkelanjutan,


kawasan metropolitan

Abstract

The rapid growth in metropolitan areas are indicated by increases of population proportion
has caused transportation problems. The provision of transport in terms of infrastructure and
facilities are far from the ideal characteristics of a metropolitan area. This article aims to
assess sustainable transport indicators in the metropolitan area in Indonesia. A discussion of
indicators in assessing sustainable transport in metropolitan areas in Indonesia is done with
performance indicators approach to sustainable transport. The method of data collection was
a secondary data survey related to the transport sector, while the method of analysis of this
study is a contents analysis of the literature in the development of sustainable transport
indicators and descriptive analysis to describe the assessment of sustainable transport
indicators in the metropolitan area in Indonesia. Sustainability assessment approach to
transport through transport sustainability indicators shows that there is no metropolitan area
in Indonesia that is capable to creating sustainable transport system. Metropolitan areas of
Medan, Jakarta, Semarang, and Denpasar have met the four indicators of the 14 indicators
that operationalized. While other metropolitan areas only meet three indicators.

Keywords: sustainable transport, sustainable transport indicators assessment, the


metropolitan area

1. Pendahuluan Kawasan Metropolitan di Indonesia. Terlebih


lagi dengan perkembangan dan pertumbuhan
Peranan transportasi merupakan elemen yang kawasan metropolitan, baik secara alami
sangat penting dalam menunjang aktivitas maupun migrasi (urbanisasi). mempengaruhi

165
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

perubahan struktur kawasan metropolitan yang Fenomena-fenomena yang terjadi pada aspek
cenderung mengarah pada pembentukan transportasi tersebut bila tanpa dilakukan
struktur ruang dengan banyak pusat, terutama intervensi baik berupa perangkat lunak
di sepanjang jalan penghubung pusat-pusat (software/kebijakan) mapun perangkat keras
aktivitas dalam metropolitan dan lintas wilayah (hardware/prasarana dan sarana) dari
administratif (Winarso, 2006). Terdapat pula pemerintah ataupun badan pengelola kawasan
fenomena urban sprawl yang dicirikan dengan metropolitan akan menghambat kedinamisan
perkembangan kawasan dengan kepadatan suatu kawasan metropolitan sebagai pusat
yang rendah serta gejala perubahan lahan di pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kawasan pinggiran keluar wilayah sebuah intervensi untuk mengarahkan
administratif kota inti (Neumann, 2005 dalam pembangunan transportasi ke arah konsep
Kurniadi, 2007) membuat besar jarak dan transportasi yang berkelanjutan. Namun,
waktu yang ditempuh dari tempat tinggal ke sejauh ini belum terdapat kajian empiris
tempat kerja atau tempat aktivitas lainnya. mengenai kebeadaan keberlanjutan transportasi
pada kawasan metropolitan di Indonesia ini
Tuntutan terhadap mobilitas yang tinggi pada yang menjadi masukan dalam perencanaan
kawasan metropolitan tersebut, tidak sebuah sistem transportasi yang mengarah
diimbangi dengan pelayanan sistem pada konsep transportasi berkelanjutan
transportasi yang baik dengan konsep (sustainable transportation). Penelitian ini
transportasi berkelanjutan sehingga berfokus pada penilaian transportasi
menyebabkan transportasi pada kawasan berkelanjutan pada kawasan metropolitan di
metropolitan tersebut menimbulkan Indonesia sesuai Peraturan Presiden Nomor 26
eksternalitas negatif seperti tidak efisien, tidak Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
merata dan tidak ramah lingkungan. Fenomena Wilayah Nasional. Dalam penilaian ini
yang muncul terkait ketidakseimbangan hal dilakukan komparasi antar metropolitan di
tersebut antara lain kecenderungan Indonesia dengan melihat penilaian indikator-
membengkaknya jumlah kepemilikan dan indikator transportasi berkelanjutan tersebut.
perjalanan kendaraan pribadi yang tidak
diimbangi dengan pertumbuhan infrastruktur 2. Konsep Transportasi Berkelanjutan
jaringan jalan mengakibatkan kemacetan
(congestion), tundaan, pemborosan energi dan Transportasi berkelanjutan didefinisikan
biaya, serta pencemaran udara dan suara sebagai suatu sistem transportasi yang
(kebisingan). Ditambah pula, keberadaan penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan,
transportasi publik yang tidak memadai dan tingkat keamanan, kemacetan, serta akses
jauh dari kesan efisien karena masih memiliki sosial dan ekonominya tidak akan
kapasitas yang rendah sehingga megakibatkan menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat
pemborosan biaya dan sumber daya energi diantisipasi oleh generasi yang akan datang
yang berlebih. Padahal keberadaan transportasi (Richardson, 2000). Transportasi berkelanjutan
publik yang bersifat missal ini merupakan (sustainable transportation) merupakan
penting untuk skala kawasan metropolitan refleksi dari konsep pembangunan yang
yang mobilitas penduduknya tinggi (Tamim, berkelanjutan dalam sektor transportasi. Ada
2006). beberapa faktor pemicu perlunya strategi
transportasi berkelanjutan dalam pembangunan
sistem transportasi, yaitu:

166
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

a. Selama ini kebijakan pemeritntah masih keadilan sosial dan tingkat kesehatan
berorientasi pada pengembangan jaringan dalam komunitas (transportasi yang dapat
jalan yang pro terhadap penggunaan mendukung terwujudnya lingkungan sosial
kendaraan bermotor pribadi (private yang sehat, komunitas yang layak untuk
automobile); didiami dan kaya akan modal sosial).
b. Kurangnya kajian transportasi yang
komprehensif; Aspek Dalam Transportasi Berkelanjutan
c. Pertumbuhan cepat dalam era ekonomi
global lebih menuntut pelayanan Berpedoman pada definisi transportasi
transportasi yang lebih beragam baik berkelanjutan di atas, pada dasarnya terdapat
kualitas maupun kuantitas; tiga aspek dalam transportasi berkelanjutan,
d. Kekhawatiran akan mengancam penurunan yaitu keberlanjutan dalam aspek lingkungan,
kualitas lingkungan. sosial, dan ekonomi. Transportasi
berkelanjutan dalam aspek ekonomi adalah
Bila dikaitkan dengan pengertian transportasi yang terjangkau, beroperasi secara
pembangunan berkelanjutan, konsep efisien, mampu menyediakan berbagai
tansportasi berkelanjutan pada dasarnya alternatif pilihan moda transportasi,
merupakan pengembangan perkotaan secara meningkatkan aksesibilitas dan mendukung
berkelanjutan dengan tidak merugikan generasi laju pertumbuhan ekonomi (CST, 1999).
yang akan datang. Organization Of Economic Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa
Transportation Dan National Round Table On transportasi tersebut harus dapat menjamin
The Environment And The Economy (OECD, pemenuhan biaya transportasi melalui
1996 dan NRTEE, 1996) mendefinisikan pembebanan ongkos yang layak bagi
transportasi berkelanjutan dalam tiga aspek, masyarakat pengguna sarana transportasi dan
yaitu: juga dapat menciptakan transportasi yang
a. Lingkungan, transportasi yang tidak produktif (OECD, 1996; NRTEE, 1966).
membahayakan kesehatan publik dan Dengan demikian, secara umum transportasi
ekosistem serta menyediakan sarana berkelanjutan dalam aspek ekonomi
mobilitas dengan memanfaatkan sumber menyangkut efisiensi aktivitas transportasi,
daya yang dapat diperbaharui atau dengan peningkatan aksesibilitas, dan peningkatan
kata lain transportasi yang tidak produktivitas. Hal ini terkait dengan sektor
menimbulkan polusi air, udara, dan tanah transportasi yang pada dasarnya memiliki
serta menghindari penggunaan sumber tujuan dalam menunjang pembangunan
daya yang berlebihan; ekonomi wilayah.
b. Ekonomi, transportasi yang dapat
menjamin pemenuhan biaya transportasi Dalam aspek sosial, transportasi berkelanjutan
melalui pembebanan ongkos yang layak perkotaan dapat didefinisikan sebagai suatu
bagi masyarakat pengguna sarana sistem yang menyediakan akses terhadap
transportasi dan dapat mewujudkan kebutuhan dasar individu atau masyarakat
keadilan dalam sistem transportasi; dan secara aman, dan menciptakan keadilan
c. Sosial, transportasi yang dapat masyarakat saat ini dan masa datang (CST,
meminimalisasi tingkat kebisingan, 1999). Dikatakan pula, transportasi
kecelakaan, waktu tempuh kerugian akibat berkelanjutan merupakan transportasi yang
kemacetan, dan dapat meningkatkan dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan, dan

167
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

dapat meningkatkan keadilan sosial serta menggunakan komponen terdaur ulang,


tingkat kesehatan dalam komunitas meminimalisasi penggunaan lahan serta
(transportasi yang dapat mendukung memproduksi polusi suara yang sekecil
terwujudnya lingkungan sosial yang sehat, mungkin (CST,1999) atau transportasi yang
komunitas yang layak didiami, dan kaya akan tidak membahayakan kesehatan publik dan
modal sosial ) (OECD, 1996; NRTEE, 1996). ekosistem dan menyediakan sarana mobilitas
Dengan demikian dalam aspek sosial, dengan memanfaatkan sumber daya yang dapat
transportasi berkelanjutan didefinisikan diperbaharui. Dengan kata lain, transportasi
sebagai sistem transportasi yang mampu yang tidak menimbulkan polusi air, udara, dan
menciptakan kesetaraan secara horizontal tanah dan menghindari penggunaan
maupun vertical terhadap penggunaan sumberdaya yang berlebihan (OECD, 1996;
transportasi, menciptakan transportasi dengan NRTEE, 1996). Beberapa hal yang akan dilihat
tingkat keselamatan tinggi, serta dapat sistem lebih lanjut yang berkaitan dengan transportasi
kelembagaan yang mampu mendukung berkelanjutan dalam aspek lingkungan ini
terciptanya sistem transportasi berkelanjutan. antara lain pencemaran udara, tingkat
kebisingan, dan tingkat penggunaan sumber
Keberlanjutan dalam aspek lingkungan dapat daya yang tidak dapat diperbaharui, seperti
didefinisikan dalam hal membatasi emisi dan bahan bakar minyak dan juga lahan, bagi
buangan agar tidak melampaui kemampuan kegiatan pada sektor transportasi serta juga
absorbs bumi, meminimumkan penggunaan minimasi dampak kesehatan masyarakat terkait
energi dari sumber yang tak terbarukan, kegiatan transportasi.

Tabel I
Konsep Transportasi Berkelanjutan
Aspek Dalam
Transportasi Deskripsi Kriteria
Berkelanjutan
Transportasi berkelanjutan pada aspek ekonomi
mengupayakan pelayanan sistem transportasi yang dapat Aksesibilitas wilayah yang baik
Ekonomi menunjang aktivitas ekonomi khususnya perkotaan dengan Transportasi yang produktif
mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah, menciptakan Aktivitas transportasi yang efisien
transportasi yang produksti dan efisien
Transportasi berkelanjutan pada aspek sosial mengupayakan
Pelayanan tranportasi yang
adanya kesetaraan antara masyarakat secara vertikal maupun
setara/adil
horizontal dalam pelayanan transportasi dan terdapatnya
Keselamatan transportasi yang
kelembagaan-kelembagaan yang menunjang sistem
Sosial baik
transportasi berkelanjutan, mellaui kebijakan/peraturan dan
partisispasi masyarakat dalam perencanaan. Di samping itu Terdapat sistem kelambagaan
juga, pada aspek sosial ini keamanan dan keselamatan yang menunjang transportasi
transportasi juga mendapat perhatian khusus. berkelanjutan
Penggunaan sumber daya pada
Transportasi berkelanjutan pada aspek sosial mengupayakan
kegiatan transportasi yang
penggunaan sumber daya yang tidak berlebih untuk
seimbang
Lingkungan kepentingan kini dan mendatang, dan juga menciptakan
Pencemaran lingkungan akibat
lingkungan yang nyaman tanpa eksternalitas negatif dari
aktivitas transportasi dampak dari transportasi yang
minim
Sumber: Hasil Analisis, 2009

168
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

3. Tahapan Perumusan Indikator Kesesuaian dengan konsep transportasi


Transportasi Berkelanjutan berkelanjutan;
Kesesuaian dengan konteks wilayah lokal
Kajian mengenai transportasi berkelanjutan ini (wilayah artikel).
akan mengembangkan indikator-indikator yang
sesuai dan relevan untuk digunakan dalam Secara garis besar, tahapan dari indikator
melakukan penilaian keberlanjutan dari sistem transportasi berkelanjutan pada artikel ini
transportasi perkotaan pada kawasan terdapat pada Gambar 1.
metropolitan di Indonesia dengan
mempertimbangkan konsep dan prinsip-prinsip Gambar 1
Tahapan Perumusan Indikator Transportasi
transportasi berkelanjutan. Jenis-jenis indikator Berkelanjutan pada Kawasan Metropolitan di
yang umumnya digunakan dalam kebijakan Indonesia
adalah (Newton, 2001):
1. Indikator kinerja (performance indicators),
yang mengukur aspek kinerja organisasi,
sektor, atau kota-kota dan dimaksudkan
untuk mengidentifikasi departemen,
distrik, atau kebijakan yang mencapai
tujuan yang diinginkan;
2. Indikator berdasarkan isu (issue-based
indicators), yang dimaksudkan untuk
memberikan perhatian pada isu-isu
tertentu; Sumber: Hasil Analisis, 2009
3. Indikator kebutuhan (needs indicators),
yang mengukur kebutuhan atau kerugian, Ketersediaan data merupakan kendala yang
dan secara umum bertujuan untuk dialami pada artikel ini sehingga terdapat
mengalokasikan sumber daya untuk indikator yang tidak dapat
kelompok-kelompok yang benar-benar dioperasionalisasikan dalam artikel ini, karena
membutuhkan indikator kemiskinan dan artikel ini lebih ditekankan pada penggunaan
kerugian adalah contoh utama dari data yang bersifat sekunder yang terdapat pada
indikator jenis ini. instansi-instansi terkait dengan data-data
transportasi. Hal lain yang menyebabkan
Artikel ini lebih menekankan pada bentuk terdapatnya indikator-indikator tidak dapat
indikator berdasarkan kinerja (performance- dioperasionalisasikan adalah penekanan artikel
based indicators) yang berkaitan dengan pada data yang bersifat kuantitatif. sehingga
kinerja transportasi terhadap keberlanjutannya. tolok ukur dilihat berdasarkan trend
Indikator yang akan digunakan dalam artikel perkembangan pada masing indikator, terdapat
ini ditujukan khusus untuk mengidentifikasi pula indikator yang bersifat hanya binary,
keberadaan keberlanjutan dari transportasi yaitu ada atau tidak ada. Berdasarkan kajian
perkotaan yang akan digunakan dalam literatur dan pertimbangan-pertimbangan serta
penelititian ini. Pertimbangan yang digunakan keterbatasan pada artikel ini, maka terdapat
dalam menentukan indikator dalam artikel ini empat belas indikator yang digunakan dalam
antara lain: menentukan kinerja transportasi berkelanjutan

169
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

ini. Tabel 2 berikut merupakan indikator dan tolok ukur yang digunakan dalam artikel ini.

Tabel 2
Indikator Transportasi Berkelanjutan Dalam Artikel Ini
Kriteria Indikator Variabel Data Tolok Ukur
EKONOMI
Panjang jalan (km)
Indeks aksesibilitas jalan Tren Meningkat1
Luas wilayah (km2)
Panjang jalan (km)
Indeks mobilitas jalan Tren Meningkat1
Jumlah penduduk (jiwa)
Panjang jalan kondisi baik (km)
Aksesibilitas wilayah yang baik Kemantapan jalan Panjang jalan kondisi sedang (km) Tren Meningkat
Panjang jalan (km)
Panjang jalan terlayani (km)
Indeks aksesibilitas angkutan umum jalan Tren Meningkat
Panjang jalan (km)
Jumlah tempat duduk (unit)
Indeks kapasitas angkutan umum jalan Tren Meningkat
Jumlah penduduk (jiwa)
Jumlah kendaraan (unit)
Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor Tren Menurun
Jumlah penduduk (jiwa)
Laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor Jumlah kendaraan Tren Menurun
Efisiensi aktivitas transportasi Rasio laju pertumbuhan kendaraan pribadi dengan Jumlah kendaraan pribadi (unit)
Tren Meningkat
laju pertumbuhan kendaraan umum Jumlah kendaraan umum (unit)
Volume rataan
Kinerja ruas jalan Tren Meningkat2
Kapasitas rataan
Transportasi yang produktif Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan PDRB sektor perangkutan darat Tren Meningkat
SOSIAL
Terdapat kelembagaan yang
Program terkait transportasi berkelanjutan Ada/tidak
menunjang transportasi
Jumlah kecelakaan (unit)
Tingkat kecelakaan Tren Menurun
Jumlah kendaraan (unit)
Peningkatan keselamatan transportasi
Jumlah kematian (unit)
Tingkat fatalitas Tren Menurun
Jumlah kecelakaan (unit)
LINGKUNGAN
Konsentrasi CO (microgram/NM3)
Minimasi pencemaran lingkungan
Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan Konsentrasi HC (microgram/NM3) Tren Menurun
akibat dampak dari transportasi
Konsentrasi NO2 (microgram/NM3)
1
Penggunaan Standar Kepmenkimpraswil No. 534/2001 dan Standar International Road Federation
2
Penggunaan Standar Permenhub No. 14/2006
Sumber: Hasil Analisis, 2009

4. Penilaian Indikator Transportasi 4.1 Penilaian Indikator Transportasi


Berkelanjutan pada Kawasan Berkelanjutan Berdasarkan Aspek
Metropolitan di Indonesia Ekonomi

Penilaian keberlanjutan transportasi ini dengan Keberlanjutan transportasi perkotaan pada


menggunakan indikator-indikator trasnportasi aspek ekonomi berusahan menciptakan
berkelanjutan. Dengan kata lain, perbandingan aksesibilitas kawasan metropolitan yang
antara indikator-indikator penilaian transportsi mudah melalui sistem transportasi yang lebih
berkelanjutan/tolok ukur dengan kondisi baik, menciptakan aktivitas transportasi yang
empiris/nyata yang ada pada kawasan efisien bagi pergerakan penduduk internal
metropolitan tersebut. Selain itu,pada bagian in kawasan metropolitan dan juga menciptakan
juga menggambarkan perbandingan penilaian aktivitas transportasi yang produktif.
keberlanjutan transportasi antar kawasan
metropolitan melalui pencapaian indikator
transportasi berkelanjutan.

170
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Tabel 3
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan Aspek Ekonomi Kawasan Metropolitan Di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Kesesuaian indikator transportasi ukur untuk tiap-tiap indikator transportasi


berkelanjutan pada aspek ekonomi tiap berkelanjutan pada aspek ekonomi
kawasan metropolitan Indonesia di atas metropolitan yaitu sebagai berikut.
disusun dengan cara membandingkannya
terhadap kondisi dan tolok ukur. Pada Tabel 4
dapat digambarkan sejauh mana tiap kawasan
metropolitan Indonesia telah memenuhi tolok

171
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Tabel 4
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Ekonomi Kawasan Metropolitan di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa a. Kawasan metropolitan Medan belum


karakteristik keberlanjutan transportasi memenuhi konsep keberlanjutan
berdasarkan aspek ekonomi pada kawasan transportai pada aspek ekonomi. Hal
metropolitan di Indonesia tidak semua tersebut ditunjukkan dengan karakteristik
kawasan metropolitan memenuhi indikator aktivitas transportasi yang tidak efisien
tersebut. Perbedaan yang mendasar terlihat (tidak memenuhi tiga ukuran indikator
pada indikator aktivitas transportasi pada aktivitas transportasi). Pada indikator
masing-masing kawasan. Identifikasi aksesibilitas wilayah pun hanya ukuran
keberlanjutan transportasi berdasarkan aspek indeks aksesibilitas jaringan jalan dan
ekonomi pada masing-masing kawasan ukuran kemantapan jalan (kualitas jaringan
metropolitan antara lain sebagai berikut: jalan) yang telah memenuhi tolok ukurnya,
sedangkan indeks mobilitas jaringan jalan,
indeks aksesibilitas angkutan umum, dan

172
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

indeks kapasitas angkutan umum belum


memenuhi standar dalam melayani d. Kawasan Metropolitan Semarang dapat
pergerakan internal metropolitan. Pada dikatakan belum mengarah kepada
indikator produktivitas, pertumbuhan nilai keberlanjuan transportasi yang mendukung
tambah pada sub sektor angkutan aktivitas perkembangan perekonomian
perkotaan cenderung menurun; wilayah. Hal ini ditunjukkan dengan
karakteristik aktivitas transportasi yang
b. Kawasan metropolitan Jakarta pada tidak efisien (hanya 1 dari 4 indikator
dasarnya belum memenuhi indikator aktivita transportasi terpenuhi). Pada
transportasi berkelanjutan pada aspek indikatro aksesibilitas wilayah pun hanya
ekonomi, yaitu (a) memiliki aktivitas dari sisi rasio pelayanan aksesibilitas
transportasi yang tidak efisien. Hal ini prasarana jaringan jalan dan persentase
diindikasikan kondisi kemacetan yang kemantapan prasarana jaringan jalan yang
ditandai VCR yang relatif tinggi masih mampu mendukung aksesibilitas kawasan
kerap terjadi pada kawasan Metropolitan metropolitan tersebut. Pada indikator
Jakarta. Begitu pula dengan kondisi produktivitas transportasi, pertumbuhan
angkutan umum yang buruk dengan nilai tambah pada sub sektor angkutan
tingkat kapasitas yang menurun; (b) perkotaan cenderung manurun;
memiliki tingkat aksesibilitas wilayah
tidak memadai. Kondisi ini tampak pada e. Kawasan Metropolitan Surabaya belum
prasarana jaringan jalan yang belum memenuhi sistem transportasi perkotaan
memadai dalam mendukung mobilitas yang berkelanjutan pada aspek ekonomi.
penduduk dalam melakukan pergerakan; Pada indikator aksesibilitas wilayah
(c) pertumbuhan nilai tambah pada sub keberadaan dari ukuran indikator tersebut
sektor angkutan perkotaan cenderung tidak mampu menciptakan aksesibilitas
menurun; wilayah yang memadai bagi pergerakan
internal Kawasan Metropolitan Surabaya,
c. Kawasan metropolitan Bandung belum hanya persentase kemantapan prasarana
memenuhi sistem transportasi perkotaan jaringan jalan dan indeks mobilitas yang
yang berkelanjutan pada aspek ekonomi. memenuhi tolok ukur. Sedangkan untuk
Hal tersebut ditunjukkan belum indikator aktivitas transportasi, hanya satu
terpenuhinya beberapa ukuran indikator- ukuran indikator yang terpenuhi, yaitu kaju
indikatornya. Pada indikator aksesibilitas pertumbuhan kendaraan pribadi yang
wilayah pun indeks mobilitas sebagai menunjukkan penurunan. Pada indikator
ukuran dari prasarana jaringan jalan yang produktivitas transportasi, pertumbuhan
mampu mendukung pergerakan penduduk nilai tambah pada sub sektor angkutan
juga belum memenuhi standar pelayanan perkotaan cenderung menurun;
minimal dan untuk ukuran kinerja ruas
jalan, kepadatan pada ruas jalan yang f. Kawasan Metropolitan Denpasar pada
tinggi mengindikasikan tingkat kinerja dasarnya belum memenuhi keberlanjutan
yang kesil. Sedangkan untuk indikator transportasi dilihat dari sisi pendukung
aktivitas transportasi dan produktivitas aktivitas perekonomian wilayah. Hal
tidak ada satupun ukuran indikator yang tersebut ditunjukkan dengan karakteristik
terpenuhi; aktivitas transportasi yang tidak efisien

173
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

(tidak memenuhi 4 ukuran indikator yang kecil serta tingkat aksesibilitas


aktivitas transportasi). Pada indikator angkutan umum yang tidak memadai
aksesibilitas wilayah pun indeks mobilitas dalam mengakses Kawasan Metropolitan
sebagai ukuran dari prasarana jaringan Makassar. Sedangkan untuk indikator
jalan yang mampu mendukung pergerakan aktivitas transportasi, empat ukuran
penduduk juga belum memenuhi standar indikator tersebut juga tidak terpenuhi.
pelayanan minimal dan untuk ukuran Pada indikator produktivitas transportasi,
kinerja ruas jalan, kepadatan pada ruas pertumbuhan nilai tambah pada sub sektor
jalan yang tinggi mengindikasikan tingkat angkutan perkotaan cenderung menurun.
kinerja yang kecil. Namun, sisi dari
kualitas kemantapan prasarana jaringan 4.2 Penilaian Indikator Transportasi
jalan dan tingkat aksesibilitas angkutan Berkelanjutan Berdasarkan Aspek Sosial
umum telah terpenuhi;
Pada dasarnya, keberlanjutan transportasi
g. Kawasan Metropolitan Makassar belum perkotaan pada aspek sosial berusaha
memenuhi sistem transportasi perkotaan menciptakan kelembagaan transportasi yang
yang berkelanjutan pada aspek ekonomi. mampu mendukung terciptanya keberlanjutan
Pada indikator aksesibilitas wilayah pun transportasi melalui peraturan/kebijakan terkait
indeks mobiias sebagai ukuran dari dengan pembangunan sistem transportasi dan
prasarana jaringan jalan yang mampu menciptakan sistem transportasi dengan
mendukung pergerakan penduduk juga keselamatan yang tinggi. Tabel 5
belum memenuhi standar pelayanan memperlihatkan perbandingan antara kondisi
minimal dan untuk ukuran kinerja ruas empiris dengan tolok ukur berkaitan dengan
jalan, kepadatan pada ruas jalan yang aspek sosial.
tinggi mengindikasikan tingkat kinerja

Tabel 5
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Sosial Kawasan Metropolitan Di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009


Keterangan:
Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang

174
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Tolok Ukur:
Ketersediaan program (S.1)
Trend penurunan (S.2 dan S.3)
Kondisi
(+) = Trend peningkatan (V) = Ya
(-) = Trend Penurunan (-) = Tidak ada

Kesesuaian indikator tansportasi berkelanjutan sejauh mana tiap-tiap indikator metropolitan


pada aspek sosial tiap kawasan metropolitan Indonesia terlah memenuhi tolok ukur untuk
Indonesisa di atas disusun dengan cara tiap-tiap indikator transportasi berkelanjutan
membandingkannya terhadap kondisi dan pada aspek sosial metropolitan yaitu sebagai
tolok ukut. Pada Tabel VI dapat digambarkan berikut:

Tabel 6
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Sosial Kawasan Metropolitan Di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009


Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang
Penilaian
V = Terpenuhi
- = tidak terpenuhi

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa menunjukkan keberadaan yang mengarah


karakteristik keberlanjutan transportasi dari kepada keberlanjutan. Hanya pada
aspek sosial pada Kawasan Metropolitan di Metropolitan Jakarta yang memiliki
Indonesia belum memen hi syarat ideal. program relatif lengkap daripada
Penjelasan masing-masing indikator antara metropolitan lainnya.
lain: Perencanaan Pengembangan SAUM,
a. Kelembagaan. Karakteristik kelembagaan terdapat pada seluruh kawasan
yang mampu mendukung terwujudnya metropolitan di Indonesia. Seluruh
keberlanjutan transportasi ini melalui kawasan metropolitan tersebut
kebijakan/peraturan terkait pembangunan merencanakan pembangunan SAUm
SAUM, manajemen lalu lintas/aktivitas berbasis Bus Rapid Transit dan
transportasi, dan lingkungan telah belum jaringan Kereta Api Komuter.

175
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Peraturan terkait manajemen lalu keselamatan transportasi yang rendah


lintas/pembatasan aktivitas sehingga tidak mendukung terciptanya
transportasi, yaitu hanya terdapat pada transportasi yang berkelanjutan. Kondisi
Kawasan Metropolitan Jakarta yang ini dilihat dari keberadaan trend
melakukan pembatasan transportasi perkembangan tingkat kecelakaan lalu
melalui adanya aktivitas Car Free Day lntas per 10.000 kendaraan per tahunnya.
dan sistem 3 in 1. Keberadaan sistem 3 Sedangkan pada ukuran indikator tingkat
in 1 telah dievaluasi dan akan fasilitas kendaraan keadaan pada kawasan
digantikan oleh sistem Road Pricing metropolitan di Indonesia memiliki
pada ruas jalan protokol di kawasan kecenderungan tingkat fatalitas yang
kota ini. Sedangkan untuk kawasan meningkat.
metropolitan lainnya belum terdapat
manajemen lalu lintas ini. 4.3 Penilaian Indikator Transportasi
Kebijakan lingkungan yang ada pada Berkelanjutan Berdasarkan Aspek
kawasan metropolitan di Indonesia, Lingkungan
melalui program Kota Langit Biru dari
Kementerian Lingkungan Hidup. Keberlanjutan transportasi perkotaan pada
Khusus untuk Kawasan Metropolitan aspek lingkungan berusaha menciptakan
Jakarta, yaitu Provinsi DKI Jakarta kualitas lingkungan kawasan metropolitan
merupakan satu-satunua provinsi yang yang bersih dan nyaman tanpa adanya
memiliki peraturan daerah terkait pencemaran yang bersumber dari aktivitas
dengan pengendalian pencemaran transportasi. Idealnya sistem transportasi
udara (Peraturan Daerah Provinsi DKI perkotaan kawasan metropolitan menunjukkan
Jakarta No. 2 tahun 2005). sebuah sistem transportasi yang berkelanjutan
tersebut yang dapat memenuhi indikator-
b. Keselamatan. Karakteristik keselamatan indikator keberlanjutan transportasi. Tabel 7
transportasi pada tujuh kawasan memperlihatkan perbandingan antara kondisi
metropolitan di Indonesia memiliki empiris dengan tolok ukur aspek lingkungan.
kesamaan satu sama lain, yaitu

Tabel 7
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Lingkungan Kawasan Metropolitan Di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009


Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang

176
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Tolok Ukur
- Baku mutu PP No. 41/1999 (L.1) Konsentrasi HC < 100
Konsentrasi HC < 160 mikrogram/m3 mikrogram/m3
Konsentrasi CO < 10.000 Konsentrasi CO < 10.000
mikrogram/m3 mikrogram/m3

Konsentrasi NO2 < 150 mikrogram/m3 Konsentrasi NO2 < 100
- Standar WHO (L.1) mikrogram/m3

Kesesuaian indikator transportasi dapat digambarkan sejauh mana tiap kawasan


berkelanjutan pada aspek lingkungan tiap metropolitan Indonesia telah memenuhi tolok
kawasan metropolitan Indonesia di atas ukur untuk tiap-tiap indikator transportasi
disusun dengan cara membandingkannya berkelanjutan pada aspek lingkungan.
terhadap kondisi dan tolok ukur. Pada Tabel 8

Tabel 8
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Lingkungan Kawasan Metropolitan Di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009


Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang
Penilaian
V = Terpenuhi
- = tidak terpenuhi

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa pada sebagai bentuk pengendalian pencemaran


umumnya karakteristik keberlanjutan udara di kawasan-kawasan metropolitan
transportasi Kawasan Metropolitan di tersebut.
Indonesia pada aspek lingkungan telah
memenuhi ciri transportasi yang berkelanjuta, 4.3 Sintesis Penilaian dan Perbandingan
kecuali satu kawasan metropolitan, yaitu Indikator Transportasi Berkelanjutan Pada
Metropolitan Surabaya. Hal tersebut Kawasan Metropolitan di Indonesia
disebabkan indikator yang menunjukkan
keberlanjutan transportasi perkotaan terpenuhi. Pada dasarnyam belum ada satupun kawasan
Namun, kondisi kualitas udara ini dapat terus metropolitan yang mampu menciptakan sistem
memburuk karena aktivitas transportasi yang transportasi yang berkelanjutan, yang mampu
didominasi oleh kendaraan pribadi yang relatif mendukung perkembangan ekonomi wilayah
besar daripada angkutan umum, dan juga jika melalui aksesibilitas yang baik dan aktivitas
intervensi dari pemerintah terkait dengan emisi transportasi yang efisien; belum mampu
gas buang kendaraan tidak dilaksanakan menciptakan transportasi yang aman dan

177
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

nyaman serta didukung oleh keberlanjutan transportasi kawasan


peraturan/kebijakan terkait transportasi yang metropolitan di Indonesia dapat dilihat pada
berkelanjutan. Namun, usaha menuju Tabel 9.
transportasi yang berkelanjutan telah tampak
pada beberapa kondisi yang ada pada kawasan
metropolitan tersebut. Sintesis penilaian

Tabel 9
Sintesis Penilaian Keberlanjutan Transportasi
Kawasan Metropolitan Di Indonesia
Kawasan Metropolitan Indonesia
Indikator
1 2 3 4 5 6 7
AKSESIBILITAS
E.1 Indeks aksesibilitas v v v v v v v
E.2 Indeks mobilitas (km/1000 Pdd) - - - - - - v
E.3 kemantapan jalan (%) v v v v v v v
E.4 Indeks kapasitas angkutan umum
- - - - - - -
(tduduk/hari/1000pdd)
E.5 Indeks aksesibilitas angkutan umum (% jalan
- - - - - - -
terlayani)
AKSESIBILITAS TRANSPORTASI
E.6 Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor
- - - - - - -
(kend/1000pdd)
E.7 Pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi (%/tahun) - - - v v v -
E.8 Rasio pertumbuhan kendaraan pribadi dengan
- - - - - - -
pertumbuhan kendaraan umum
E.9 VCR Rata-Rata - - - - - - -
PRODUKTIVITAS
E.10 Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan
v - - - - - -
(%/tahun)
KELEMBAGAAN
S.1 Program terkait keberlanjutan transportasi - v - - - - -
KESELAMATAN TRANSPORTASI
S.2 Tingkat kecelakaan (laka/10000/thn) - - - - - - -
S.3 Tingkat fatalitas (%laka) - - - - - - -
KUALITAS LINGKUNGAN
L.1 Kualitas udara v v v v - v v
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang
Penilaian
V = Terpenuhi
- = tidak terpenuhi

178
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Gambar 10
Perbandingan Penilaian Indikator Berkelanjutan
Tujuh Kawasan Metropolitan di Indonesia

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Berdasarkan hasil analisis Tabel 9, kawasan indikator tertentu pada konteks internasional
metropolitan di Indonesia memiliki terkait konsep transportasi berkelanjutan, yaitu
karakteristik transportasi berkelanjutan yang kawasan metropolitan di Indonesia belum
relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari penilaian menunjukkan keberlanjuan.
indikator yang terpenuhi pada tiap-tiap
kawasan metropolitan tersebut. Kawasan Berdasarkan identifikasi terhadap karakteristik
Metropolitan Medan, Metropolitan Jakarta, keberlanjutan transportasi kawasan
Metropolitan Semarang, Metropolitan metropolitan di Indonesia mengindikasikan
Surabaya, dan Metropolitan Makassar terdapat transportasi yang mengarah kepada konsep
empat indikator yang terpenuhi. Sedangkan keberlanjutan dari aspek ekonomi. Dari tujuh
kawasan metropolitan lainnya, Metropolian kawasan metropolitan di Indonesia, Kawasan
Bandung dan Metropolitan Semarang hanya Metropolitan Medan, Makassar, Semarang,
terpenuhi tiga indikator. Namun demikian, dan Surabaya telah memenuhi tida dari
penilaian keseluruhan terhadap kondisi ideal sepuluh indikator yang dilihat kondisinya dan
transportasi berkelanjutan belum dapat dicapai merupakan kawasan metropolitan yang paling
oleh kawasan metropolitan di Indonesia. banyak memenuhi indikator keberlanjutan
transportasi pada aspek ekonomi. Karakteritik
5. Kesimpulan keberlanjutan transportasi dari aspek sosila
pada kawasan metropolitan di Indonesia belum
Profil transportasi pada kawsan metropolitan di memenuhi syarat ideal. Hal tersebut
Indonesia dilihat berdasarkan penilaian empat disebabkan indikator yang menunjukkan
belas indikator transportasi berkelanjutan yang keberlanjutan transportasi dari aspek sosial
diterapkan dalam studi ini belum menunjukkan kawasan metropolitan yang ideal tidak
adanya kawasan metropolitan di Indonesia terpenuhi. Hanya Metropolitan Jakarta yang
yang memiliki kinerja yang mengarah pada memiliki program yang mampu menunjang
transportasi berkelanjutan. Kesimpulan yang keberadaan keberlanjutan transportasi.
sama didapat bila menggunakan dua Sedangkan karakteristik keberlanjutan
perbandingan tolok ukur antara standar-standar transportasi kawasan metropolitan di Indonesia
indikator tertentu pada konteks lokal maupun pada aspek lingkungan telah memenuhi ciri
standar-standar pada indikator tertentu pada transportasi yang berkelanjutan kecuali satu
konteks lokal maupun standar-standar pada

179
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

kawasan metropolitan, yaitu Metropolitan Pengembangan kawasan mixed used


Surabaya. dengan intensitas tinggi untuk
menciptakan konsep zero
Pentingnya penerapan konsep transportasi transportation; Penataan jalur
berkelanjutan juga harus menjadi perhatian pedestrian daan jalur unmotorized
utama bagi seluruh perkotaan yang ada sebagai bagian dari ruang publik dan
termasuk kawasan metropolitan di Indonesia. juga prasarana aksesibilitas kawasan
Oleh karena itu, diperlukan beberapa tanpa moda; Adopsi teknologi untuk
intervensi terhadap beberapa aspek dalam menciptakan konsep konsep zero
keberlanjutan transportasi. transportation melalui: teknologi
telecommuting bagi pekerja harian
a. Aspek Ekonomi. (konsep aktivitas tanpa mobilisasi
Berdasarkan studi mengenai pemenuhan hanya melalui jaringan
indikator keberlanjutan transportasi pada telekomunikasi); Penggunaan
kawasan metropolitan di Indonesia ini instrument ekonomi dalam
menunjukkan kondisi dari sistem pengendalian aktivitas transportasi
transportasi yang belum dapat seperti pajak kendaraan bermotor
meningkatkan aksesibilitas, meningkatkan berlipat, pajak parkir, pakak
efisiensi transportasi, dan produktivitas penggunaan infrastruktur seperti jalan
transportasi kawasan metropolitan subsidi penggunaan transportasi
tersebut. Dengan demikian, rekomendasi umum, pajak parkir, road pricing,
yang dapat dilakukan melalui: program three in one, dan lainnya.

1) Peningkatan aksesibilitas kawasan. 3) Peningkatan produktivitas transportasi.


Penyediaan prasarana jaringan jalan Peningkatan kinerja pelayanan
sesuai dengan standar yang berlaku infrastruktur transportasi melalui
baik kuantitas (aksesibilitas dan pembangunan sistem angkutan massal
mobilitas) maupun kualitas untuk mengalihkan pemakaian
(keselamatan dan kemantapan); kendaraan bermotor pribadi, sifat dari
pengembangan sistem transportasi sistem angkutan massal ini terjangkau
umum dengan konsep transit service masyarakat dan handal; peningkatan
ability yang mencapai kota-kota satelit kerjasama swasta dan pemerintah
untuk mendukung rencana terkait dengan pembiayaan
peningkatan aksesibilitas kawasan dan pembangunan prasarana dan sarana
juga efisiensi pergerakan komuter transportasi melalui konsesi maupun
melalui sistem transportasi massal, BOT; regulasi terkait dengan
pembangunan sistem transportasi peningkatan peran swasta dalam
massal ini diharapakan dalam berbagai pembangunan dan transportasi;
moda dan terintegrasi serta terpisah penggunaan instrument-instrumen
dari transportasi yang bersifat lintas ekonomi terkait dengan upaya
regional keluar kawasan. peningkaan nilai tambah transportasi.

2) Peningkatan efisiensi aktivitas b. Aspek Sosial. Dari aspek sosial, dapa


transportasi. dilihat bahwa kondisi sistem transportasi

180
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

yang ada belum dapat meningkatkan Implementasi regulasi emisi kendaraan


keselamatan transportasi dan belum sebagai alat pengendali sumber
terdapatnya kapasitas kelembagaan yang pencemaran udara; optimalisasi
mampu mendukung terwujudnya pemantauan kualitas udara perkotaan yang
transportasi yang berkelanjutan. Dengan berkala (rutin) seperti Profil Kota Langit
demikian rekomendasi yang dapat Biru atau real time; penggunaan adopsi
dilakukan melalui: teknologi dalam pengendalian pencemaran
1) Kapasitas kelembagaan lingkungan seperti penggunaan teknologi
Pembentukan lembaga pada lingkup kendaraan listrik dan penggunaan bahan
metropolitan terkait dengan bakar ramah lingkungan; penggunaan
pengelolaan sistem transportasi instrument ekonomi seperti pajak dalam
perkotaan, lembaga pengelolaan pengendalian kualitas udara maupun
transportasi ini mengupayakan kebisingan kendaraan bermotor, contoh
pelayanan transportasi pada skala pajak penggunaan kendaraan bermotor,
kawasan metropolitan di Indonesia pajak polusi kendaraan bermotor, dan
bersifat terpadu, efektif dan efisien, lainnya.
sehingga menciptakan pelayanan
transportasi mengarah pada konsep Ucapan Terima Kasih
transportasi berkelanjutan; penyusunan
regulasi, program, standar, maupun Penulis mengucapkan terima kasih kepada
instrument-instrumen kebijakan yang Sugiyantoro, Ir., MIP untuk arahan dan
merujuk pada konsep transportasi bimbingan sehingga artikel ini dapat ditulis.
berkelanjutan. Terima kasih juga kepada dua mitra bestari
yang telah memberikan komentar yang
2) Peningkatan keselamatan transportasi. berharga.
Optimalisasi manajemen keselamatan
Daftar Pustaka
transportasi, upaya manajemen
keselamatan jalan ini antara lain _____. 1993. Indicators For The Integration Of
adalah penambahan fasilitas Environmental Concerns Into Transport
Policies. Paris: OECD Environment
perlengkapan jalan, perbaikan daerah Monographs No. 80, OECD/GD (93) 150.
rawan kecelakaan, pendidikan at www.oecd.org/env/trans
keselamatan jalan dan pembentukan _____. 1999. Toward Sustainable Transportation-
Indicators to Measure progress, OECD
badan koordinasi keselamatan jalan; Workshop held in Rome, December 1999.
sosialisasi terkait dengan program- (Session D: Transport-Environment
program keselamatan transportasi Indicators, OECD). at
www.oecd.org/env/trans
kepada masyarakat.
_____. 2005. Defining Sustainable Transportation.
Toronto: Centre for Sustainable
c. Aspek lingkungan. Artikel ini Transportation;
http://cst.uwinipeg.ca/documents/Defining_
menunjukkan kondisi lingkungan
Sustainable_2005.pdf
dipengarugi oleh aktivitas transportasi, Kurniadi, Ivan. 2007. Pola Spasial Urban
walaupun kondisinya relatif baik. Compaction di Wilayah Metropolitan
Bandung. Tugas Akhir. Bandung : Program
Rekomendasi terkait dengan aspek
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
lingkungan dapat dilakukan melalui: SAPPK, Institut Teknologi Bandung.

181
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Newton, Peter. 2001. Urban Indicators and The Sustainable Transportation Pada Tanggal
Management of Cities (online), 3 Februari 2007. Program Studi
(www.adb.org/Documents/Books/Cities_D Perencanaan Wilayah Dan Kota Institut
ata_Book/02chapter2.pdf, diakases 2 Juni, Teknologi Bandung.
2009) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Richardson, H.W, Cang-He C. Bae & Murtaza Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Baxamusa. 2000. Compact Cities in Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Developing Countries : Assesment and Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Implications. Dalam Mike Jenks & Rod Winarso, Haryo, et al 2006. Metropolitan Di
Burgess (Eds) Compact Cities : Sustainable Indonesia: Kenyataan Dan Tantangan
Urban Forms for Developing Countries. Dalam Penataan Ruang. Jakarta:
London : Spon Press. Dikrektorat Jenderal Penataan Ruang,
Tamim, Ofyar Z. 2006. Menuju Terciptanya Sistem Departemen Pekerjaan Umum.
Transportasi Berkelanjutan Di Kota
Bandung. Prosiding Seminar Sehari

182

Вам также может понравиться