Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TUMOR SINONASAL
Tutor : 3 (tiga)
Ruangan : Kemuning IV
Disusun Oleh:
ERNA MARYAMA
220110130006
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang
jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, angka kejadian jenis yang
ganas hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di
kepala dan leher. Asal tumor primer juga sulit untuk ditentukan, apakah dari hidung atau
sinus karena biasanya pasien berobat dalam keadaan penyakit telah mencapai tahap lanjut
dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan seluruh sinus. Tumor sinonasal adalah
penyakit dimana terjadinya pertumbuhan sel (ganas) pada sinus paranasal dan rongga
hidung. Lokasi hidung dan sinus paranasal (sinonasal) merupakan rongga yang dibatasi
oleh tulang-tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindungi, sehingga tumor yang
timbul di daerah tersebut sulit diketahui secara dini. Sekitar 60-70% dari keganasan
sinonasal terjadi pada sinus maksilaris dan 20-30% terjadi pada rongga hidung sendiri.
Diperkirakan 10-15% terjadi pada sel-sel udara ethmoid (sinus), dengan minoritas sisa
neoplasma ditemukan di sinus frontal dan sphenoid.
Tumor sinonasal diperburuk oleh fakta bahwa manifestasi awal yang terjadi
(misalnya epistaksis unilateral, obstruksi nasi) mirip dengan kondisi awal yang umum
dikeluhkan tanpa adanya keluhan spesifik lainnya. Oleh karena itu, pasien dan dokter
sering mengabaikan atau meminimalkan presentasi awal dari tumor dan mengobati tahap
awal keganasan sebagai gangguan sinonasal jinak.
1.1 Tujuan
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya
serta tidak berguna bagi tubuh. Tumor sinonasal adalah penyakit dimana terjadinya
pertumbuhan sel (ganas) pada sinus paranasal dan rongga hidung. Lokasi hidung dan
sinus paranasal (sinonasal) merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah
yang merupakan daerah yang terlindungi, sehingga tumor yang timbul di daerah
tersebut sulit diketahui secara dini. Kebanyakan tumor ini berkembang dari sinus
maksilaris dan tipe histologi yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
skuamosa.
2.2 Epidemiologi
1. Penggunaan tembakau
Penggunaan tembakau (termasuk di dalamnya adalah rokok, cerutu, rokok pipa,
mengunyah tembakau, menghirup tembakau) adalah faktor resiko terbesar
penyebab kanker pada kepala dan leher.
2. Alkohol
Peminum alkohol berat dengan frekuensi rutin merupakan faktor resiko kanker
kepala dan leher.
3. Inhalan spesifik
Menghirup substansi tertentu, terutama pada lingkungan kerja, mungkin dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker kavum nasi dan sinus paranasal, termasuk
diantaranya adalah :
- Debu yang berasal dari industri kayu, tekstil, pengolahan kulit/kulit sintetis dan
tepung. Paparan yang terjadi pada pekerja industri, terutama debu kayu keras
seperti beech dan oak merupakan faktor resiko utama yang diketahui untuk
tumor sinonasal. Peningkatan resiko (5-50 kali) ini terjadi pada adenokarsinoma
dan tumor gnas yang berasal dari sinus. Efek paparan ini mulai timbul setelah
40 tahun atau lebih sejak pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian
paparan.
- Debu logam berat : Kronium, asbes
- Uap isoprofil alkohol, pembuatan lem, formaldehyde, radium
- Uap pelarut yang digunakan dalam memproduksi forniture dan sepatu
4. Virus
Virus HPV dan virus epstein-barr
5. Usia
Penyakit keganasan lebih sering didapatkan pada usia antara 45-85 tahun.
6. Jenis kelamin
Keganasan pada kavum nasi dan sinus paranasalis ditemukan dua kali lebih sering
pada pria dibandingkan pada wanita.
Metastase sel
Tumor Sinonasal
Mendesak tulang hidung menekan nasofaring obstruksi hidung perluasan tumor ke intrakranial perluasan tumor ke rongga mulut
Hidung tersumbat Pernafasan melalui mulut epistaksis peningkatan TIK gigi goyah ulkus di palatum
Oksigen yang masuk perdarahan dan ingus Nyeri kepala perdarahan masa di palatum
berbau jaringan nekrotik
Sesak CO2 yang masuk ke dlm Nyeri tidak bisa mengunyah susah menelan
paru-paru Infeksi
Inflamasi intake makanan menurun intake cairan menurun
nafas cepat dan dangkal Gangguan pertukaran gas
merangsang hipotalamus ketidakseimbangan nutrisi kekurangan volume
kurang dari kebutuhan cairan
Ketiadakefektipan pola nafas Meningkatkan patok suhu (set point)
O2 yang masuk ke otak Meningkatkan suhu basal
Defisit perawatan diri
Penurunan kesadaran Hipertermi
T1 Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa erosi dan destruksi
tulang.
T2 Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum dan atau
meatus media tanpa melibatkan dinding posterior sinus maksilaris dan fossa
pterigoid.
T3 Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksilaris, jaringan
subkutaneus, dinding dasar dan medial orbita, fossa pterigoid, sinus
etmoidalis.
T4a Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa pterigoid, fossa
infratemporal, fossa kribriformis, sinus sfenoidalis atau frontal.
T4b Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, duramater, otak, fossa
kranial medial, nervus kranialis selain dari divisi maksilaris nervus
trigeminal V2, nasofaring atau klivus.
Kavum Nasi dan Ethmoidal
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan.
T1 Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau tanpa invasi tulang
T2 Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau tumor meluas dan
melibatkan daerah nasoetmoidal kompleks, dengan atau tanpa invasi tulang .
T3 Tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita, sinus maksilaris,
palatum atau fossa kribriformis.
T4a Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior orbita, kulit hidung atau
pipi, meluas minimal ke fossa kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus
sfenoidalis atau frontal.
T4b Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura, otak, fossa kranial
medial, nervus kranialis selain dari V2, nasofaring atau klivus.
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
0 Tis N0 MO
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
Iva T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
Semua T N3 M0
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
J.K : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Gol. Darah :-
Alamat : Jln. Mungpulung Raya No. 09 Riung Bandung
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 43 tahun
J.K : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pasir Inpun, Bandung
Hubungan dengan Klien : Anak
2. Riwayat Psikologis
a. Status Emosional
Tn. S mengatakan bahwa beliau memilki banyak pikiran. Klien ingin segera
dilakukan operasi dan ingin segera keluar dari rumah sakit. Istri klien mengatakan
bahwa Tn. S selalu mengigau. Klien terlihat gelisah dan cemas.
b. Gaya Komunikasi
Klien berkomunikasi kurang jelas dan ketika menjawab pertanyaan klien dibantu
oleh anaknya.
c. Dampak Rawat di Rumah Sakit
Istri klien mengatakan bahwa semenjak dibawa ke rumah sakit klien hanya
berbaring di kasur, sebelumnya klien aktif.
d. Kondisi Emosi/Perasaan Klien
Istri klien mengatakan bahwa selama di rumah sakit klien ingin segera cepat
pulang ke rumah karena khawatir pasiennya menunggu dirumah untuk dilakukan
terapi batu giok.
3. Riwayat Sosial
Ibu klien mengatakan orang yang dekat dan dipercaya oleh klien adalah keluarganya.
4. Riwayat Spiritual
a. Support keluarga: keluarga selalu mendukung setiap ada anggota keluarga yang
sakit untuk dilakukan tindakan pengobatan.
b. Kegiatan keagamaan : keluarga klien beragama islam, selalu berdoa untuk
kesembuhan Tn. S. Selama di rawat di rumah sakit Tn. S selalu shalat dengan
cara tayamum dan berbaring.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien memiliki kesadaran composmentis, tampak lemah dan klien juga tampak
bersih.
3. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD : 140/100 mmHg Suhu : 37,8OC
Nadi: 66 x/mnt Respirasi: 22 x/mnt
3. Antropometri
BB : 60 Kg TB: 170 cm BMI: 20, 76
LLA : tidak terkaji LP: tidak terkaji
4. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Lengkap dan simetris (+)
Peradangan, benjolan (+)
Konjungtiva: anemis
Penonjolan mata bagian kiri
Sklera: ikterik
Warna iris: Hitam
Hidung
Perdarahan, Terdapat bekas luka post
pembengkakan (+) op maksilektomi
Kotoran (+)
c. Mulut
Warna bibir: pucat Gusi kemerahan
Mukosa bibir: kering Lidah kemerahan
Perdarahan (+) Refleks menelan (+)
d. Telinga Tidak ada serumen
Pendengaran normal
Bentuk telinga simetris
5. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Kepala
Bentuk kepala bulat Nyeri tekan (tidak terkaji)
Simetris (+)
b. Leher
Simetris (+)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Nyeri tekan (-)
6. Pemeriksaan Thoraks/Dada
a. Pemeriksaan Paru
Inspeksi: Bentuk thoraks: Palpasi: tidak terkaji
normal chest Perkusi: tidak terkaji
Bentuk dada simetris (+) Auskuliasi: Tidak terkaji
b. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: Tidak terkaji Perkusi: Tidak terkaji
Palpasi: Tidak terkaji Auskultasi: Tidak terkaji
7. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada masa dan lesi
Palpasi : tidak terkaji
Auskultasi : tidak terkaji
7. Pemeriksaan Genitalia dan Rektal
Tidak terkaji.
8. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang
Tidak terkaji.
9. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas
Ekstremitas hangat Fraktur/Traksi (-)
Pergerakan terbatas Simetris (+)
Ektremitas Bawah
Ekstremitas hangat
Simetris (+)
Tidak terkaji.
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Tidak terkaji.
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Tidak terkaji.
13. Pemeriksaan Kulit/Integumen
a. Kulit
Warna kulit cokelat, agak Turgor (tidak terkaji)
pucat dan kekuningan Nyeri tekan (tidak terkaji)
Tekstur halus, bersih
b. Rambut
Penyebaran merata Rontok (-)
Warna rambut : putih
c. Kuku
Warna kuku agak pucat
Kebersihan kuku :
bersih
CRT (tidak terkaji)
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Darah lengkap
Hb : 10,9 g/dL (13,5-17,5)
Ht : 31% (40-52)
Eritrosit : 3,83 juta/uL (4,5-6,5)
Leukosit : 29.000/mm3 (4.400-11.300)
Trombosit : 46.000/mm3 (150.000-450.000)
MCV : 80,2 fL (80-100)
MCH : 28, 5 pg (26-34)
MCHC : 35,5% (32-36)
b. Kimia darah
c. Analisagas darah
d. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
VII.TINDAKAN DAN TERAPI
a. Dexamethasone
b. Ranitidine
c. Paracetamol 500 mg
d. Metformin
e. Levofloxacin
f. Ceflazidime
g. Oksigenasi
h. Pemasangan NGT
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Nyeri (kepala) tumor sinonasal
Klien mengatakan
nyeri kepala, nyeri pertumbuhan sel
kepala dirasakan abnormal
meningkat ketika di
malam hari perluasan tumor ke
DO: intrakranial
RR :26 x/menit
N :60 x/menit volume intrakranial
T :37,8 0C
TD : 140/100 mmHg peningkatan TIK
nyeri (kepala)
Infeksi
5. DS : anak klien Tn. S Hipertermi tumor sinonasal
mengatakan bahwa
suaminya demam dan pertumbuhan sel
berkeringat. abnormal
DO :
37,8 0C mendesak tulang hidung
Tubuh klien
berkeringat menekan nasofaring
Suhu kulit hangat
Hb : 10,8 g/dL perdarahan dan ingus
inflamasi
merangsang hipotalamus
meningkatkan titik patok
suhu (set point)
hipertermi
6. DS : - Gangguan perfusi Ketidakefektipan pola
DO : serebral nafas
Penilaian status
mental GCS : O2 yang masuk ke otak
E:2
M:4 Penurunan kesadaran
V:2
Hb :10,9 g/dL Gangguan perfusi
serebral
7. DS : istri klien Ketidakseimbangan tumor sinonasal
mengatakan bahwa Tn. nutrisi kurang dari
S susah untuk makan kebutuhan. perluasan tumor ke
dan makanan tidak rongga mulut
masuk.
DO : gigi goyah
Klien mengalami
kesulitan untuk perdarahan
menelan makanan
disertai mulutnya tidak bisa mengunyah
infeksi tertekan massa
tumor. kemampuan menelan
Hb : 10,8 g/dL
Ht : 31% intake makanan menurun
ketidaksimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
8. DS : istri klien Kekurangan tumor sinonasal
mengatakan bahwa Tn. volume cairan
S susah untuk menelan perluasan tumor ke
sehingga minuman tidak rongga mulut
masuk
DO : ulkus di palatum
Klien mengalami
kesulitan untuk massa di palatum
menelan.
Membran mukosa susah menelan
kering.
Peningkatan suhu intake cairan menurun
tubuh : 37,8C
kekurangan volume
cairan
9. DS : - Defisit perawatan Ketidakefektipan pola
DO : diri nafas
Klien tidak
memungkinkan O2 yang masuk ke otak
untuk melakukan
personal hygine Penurunan kesadaran
sendiri.
Kebersihan kulit Defisit perawatan diri
klien kurang bersih.
Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan massa di intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pembesaran massa di rongga
tulang hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak adekuat.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
f. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan kurangnya oksigen masuk ke
dalam otak.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan.
h. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang menurun.
i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia.
II. RENCANA KEPERAWATAN
2. Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara 1. Auskultasi suara nafas, S : klien masih mengalami
n pola nafas tindakan nafas, catat adanya catat adanya suara gangguan pernafasan
berhubungan keperawatan suara tambahan tambahan O : frekuensi pernafasan
dengan diharapkan pola 2. Perhatikan gerakan Hasil : masih ada suara klien masih tinggi, RR:
pembesaran nafas klien efektif dada, adakah tambahan, bernafas melalui 28 x per menit
massa di dengan kriteria pengguanan otot mulut. A : masalah keperawatan
rongga tulang hasil: bantu serta retraksi 2. Perhatikan gerakan masih belum teratasi
hidung. - Menunjukan dinding dada dada, adakah P : intervensi dilanjutkan
pola nafas 3. monitoring TTV pengguanan otot bantu
efektif 4. Longgarkan pakaian serta retraksi dinding
- TTV dalam klien dada
batas normal 5. Kolaborasi pemberian Hasil: terdapat pengguaan
- Tidak ada O2 sesuai dengan otot bantu tambahan
suara nafas kebutuhan 3. monitoring TTV
tambahan Hasil : TTV
N:72 x permenit
RR : 28 x permenit
T : 36,6 C
4. Longgarkan pakaian
klien
5. Kolaborasi pemberian
O2 sesuai dengan
kebutuhan
Hasil : klien sudah
terpasang oksigen.
Dengan kebutuhan 5,7
L memakai simple
mask.
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Monitoring TTV S : klien mengatakan sudah
pertukaran gas tindakan vital pasien. Hasil : TTV mulai bisa bergerak.
berhubungan keperawatan 2. Auskultasi suara nafas, N:72 x permenit O : klien nampak sudah bisa
dengan diharapkan catat adanya suara RR : 28 x permenit duduk di tempat tidurnya.
gangguan tambahan. T : 36,6 C A : masalah keperawatan
pertukaran gas 3. Monitor respirasi dan TD : 135/100 mmHg masih belum teratasi
klien sudah teratasi saturasi oksigen. 2. Catat pergerakan dada, P : intervensi dilanjutkan
kriteria hasil : 4. Atur intake untuk amati kesimetrisan dan
- Tanda-tanda cairan penggunaan otot
vital dalam mengoptimalkan tambahan.
rentang normal. keseimbangan. Hasil : pergerakan dada
- Nilai Ph, PCO2, 5. Catat pergerakan dada, cepat, dada simetris,
HCO3, TCO2 amati kesimetrisan dan adanya penggunaan otot
dalam rentang penggunaan otot tambahan.
normal. tambahan. 3. Monitor suara nafas..
- Bebas dari 6. Monitor suara nafas. Hasil : adanya suara
tanda-tanda nafas tambahan (ngorok).
distress
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik 1. Mempertahankan
berhubungan tindakan aseptif. teknik aseptif.
dengan keperawatan 2. Batasi pengunjung bila 2. Membatasi pengunjung
pertahanan diharapkan resiko perlu. bila perlu.
primer yang infeksi klien sudah 3. Cuci tangan sebelum 3. Mencuci tangan
tidak adekuat. teratasi dengan dan sesudah tindakan sebelum dan setelah
kriteria hasil : keperawatan. tindakan keperawatan.
- Klien bebas dari 4. Monitor tanda dan 4. Melakukan inspeksi
tanda dan gejala gejala infeksi sistemik kulit, membaran
infeksi. dan lokal. mukosa terhadap
- Jumlah leukosit 5. Inspeksi kulit, mukosa kemerahan, panas dan
dalam batas terhadap kemerahan, drainase.
normal. panas dan drainase. Membersihakan area
- Status imun, 6. Monitor adanya luka. wajah yang kotor dan
gastrointestinal. 7. Dorong masukan bercampur dengan
Genitourinaria cairan. darah.
dalam batas 8. Kaji suhu badan pada 5. Mengkaji suhu badan.
normal. pasien neutropenia Hasil :
setiap 4 jam. T : 39, 1C
9. Kolaborasi terapi T : 36,6 C
antibiotik. T : 36,6 C
T : 36, 4 C
Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Roezin A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher: edisi 6. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Carrau RL, MD. Malignant Tumor of the Nasal Cavity and Sinuses.
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Maset Maturbongs
Tanggal lahir : 11 Agustus 1953
Usia : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Aga m a : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Pensiunan Guru)
Gol. Darah :-
Alamat : Jl. Veteran RT 11, Kelurahan Kaimana Kota, Kecamatan
Kaimana, Papua Barat
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Husein Kelaminggo
Tanggal lahir : 28 November 1951
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jl. Veteran RT 11, Kelurahan Kaimana Kota, Kecamatan
Kaimana, Papua Barat
II. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Klien mengeluh m nyeri hebat di perut bagian tengah
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengeluh nyeri post-operasi di perut bagian tengah, nyeri tersa seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 6, waktu nyerinya sering
Pola Eliminasi Jumlah BAK: 500 cc/hari Jumlah BAK :500 cc/hari
mempermudah tidur :
apabila nyeri berkurang
dan lingkungan tenang
Hal-hal yang
mempermudah bangun:
nyeri
2. Riwayat Psikologis
a. Status emosi
Pasien tampak gelisah saat dilakukan pengkajian karena ada nyeri
b. Gaya komunikasi
Pola komunikasi klien lambat, pasien mau diajak berkomunikasi namun klien
terbatas dalam menjawab pertanyaan karena pasien mudah lelah dan menahan sakit
3. Riwayat Sosial
Klien sering berinteraksi dengan keluarga, aktif di lingkungan rumah dan organisasi
4. Riwayat Spriritual
Sudah ada keinginan dari pasien untuk melakukan ibadah, namun belum terlaksana
dikarenakan menurut pasien masih merasakan sakit dan sulit bergerak.
6. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : terdapat luka post- Operasi tertutup di abdomen bagian tengah,
panjang jahitan 20 cm, jenis sayatan horizontal, terdapat drain di abdomen
kanan
b. Auskultasi : bising usus 6x / menit
c. Palpasi : saat diraba terasa lunak, permukaan tidak halus karena terdapat luka
bekas operasi, pasien mengatakan nyeri saat ditekan.
d. Perkusi : pasien mengeluh nyeri
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Frekuensi BAK normal, tidak ada nyeri, tidak ada perdarahan
8. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang
Tidak ada luka, tidak ada bengkak, tidak ada benjolan, bentuk tulang belakang
normal.
9. Pemeriksaan Ekstremitas/ Muskuloskeletal
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada bengkak, tidak ada fraktur, tidak
ada oedema. Kaki kanan sedikit sakit untuk digerakan
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/ Penghidu/ tenggorokan
Fungsi pendengaran normal pasien mampu mendengar dan menjawab pertanyaan
dengan baik, ketajaman penciuman normal, tenggorokan tidak ada nyeri.
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Ketajaman penglihatan normal, pemeriksaan lapang pandang normal, tidak ada
nyeri pada mata.
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
a. Tingkat kesadaran dengan GCS
- Mata : 4 (pasien mampu membuka mata dengan spontan)
- Verbal : 5 (bisa berkomunikasi dengan baik)
- Motorik : 6 (pasien mampu menahan tekanan yang diberikan)
- Kesadaran : Compos Mentis
b. Pemeriksaan rangsangan otak
Tidak ada kejang, tidak ada penurunan tingkat kesadaran
c. Pemeriksaan nervus cranialis : normal
d. Pemeriksaan fungsi motorik : ukuran otot simetris
e. Pemeriksaan fungsi sensorik : normal
f. Pemeriksaan reflek kedalaman tendon : normal
Analisis Data
DO :
RR=32x permenit
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
. KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
-Lakukan teknik
masage
-
-kolaborasi obat
analgetik,
Mungkin diberikan
secara profilaktik atau
Kolaborasi dengan menurunkan jumlah
pemberian antibiotik organisme dan untuk
sesuai indikasi menurunkan
penyebaran dan
penyembuhan pada
rongga abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.
Jakarta : EGC.