Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan tanaman yang digunakan

sesuai dengan tanaman yang dimaksud. Prosedur determinasi dilakukan

dengan mencocokkan morfologi tanaman dengan kunci determinasi untuk

menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan utama dan mencegah

tercampurnya tanaman yang digunakan dengan tanaman lain. Determinasi

dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi

Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang.

Hasil determinasi tanaman beluntas (Pluchea indica Less.) adalah

sebagai berikut: 1b 2b 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b

14a 15a Golongan 8. Tanaman dengan daun tunggal dan tersebar, 109b -

119b - 120a 121a 122a - Famili 121 : Compositae, 1a 2b 6a Genus

Pluchea Speccies : Pluchea indica (Less.). (Heyne, K. 1987).

Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kesimpulan bahwa tanaman

yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar Pluchea indica Less. atau

tanaman beluntas. Pernyataan berupa surat keterangan mengenai determinasi

tanaman dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Pembuatan Serbuk Daun Beluntas (Pluchea indica Less.)

Tanaman beluntas (Pluchea indica Less.) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daun beluntas yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu

39
40

tua yang diperoleh dari daerah Leyangan Ungaran, Kabupaten Semarang.

Tanaman ini diambil dari satu tempat dengan tujuan agar tidak terjadi

perbedaan suhu, kelembaban dan tempat tumbuh sehingga dapat menghindari

heterogenitas sehingga akan didapatkan zat aktif yang sama.

Daun beluntas (Pluchea indica Less.) dikumpulkan, dibersihkan dengan

air mengalir sampai bersih. Pengeringan dilakukan dengan ditutup kain hitam

sampai kering. Tujuan ditutup dengan kain hitam untuk menghindari

kerusakan zat aktif yang ada didalamnya dan kain hitam ini dapat mencegah

masuknya sinar UV tetapi dapat menyerap panas dibandingkan pemanasan

dengan oven yang dapat merusak zat aktif yang ada didalam simplisia

tersebut.

Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga dapat

mencegah terjadinya penjamuran, reaksi enzimatis serta perubahan kimiawi.

Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel dari simplisia

sehingga semakin luas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut yang

membuat proses ekstraksi semakin efektif. Bahan yang sudah kering diserbuk

menggunakan blender. Kemudian serbuk yang dihasilkan diayak dengan

ayakan 30 mesh.

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less.)

Proses pembuatan ekstrak kental daun beluntas ini dilakukan secara

maserasi dengan memasukan 1500 gram simplisia Kedalam panci kemudian

direndam dengan etanol 70% selama 5 hari sambil diaduk berulang-ulang dan

diletakkan ditempat gelap. Maserat yang diperoleh disaring dengan


41

menggunakan kain flanel kemudian maserat ditampung pada wadah. Ampas di

remaserasi dengan pelarut etanol sebanyak 3750 ml, kemudian disaring

kembali menggunakan kain flannel dan didapatkan maserat II. Kemudian

maserat I dan II dicampur. Metode maserasi dipilih karena pengerjaannya dan

peralatannya yang sangat sederhana, sehingga bahan-bahan yang rusak karena

tidak tahan pemanasan dapat dihindari. Maserat yang sudah disaring dengan

kain flanel diuapkan dengan cawan porselen.

Daun beluntas memiliki kandungan senyawa yang memiliki sifat larut

dalam pelarut polar sehingga digunakan etanol 70% untuk menarik kandungan

senyawanya.

Ekstrak kental diperoleh dengan cara diuapkan diatas waterbath pada

suhu 600 C sampai etanol menguap semua yaitu ditandai dengan tidak adanya

bau etanol. Ekstrak kental yang diperoleh berwarna hijau kehitaman sebanyak

244,6854 gram, serbuk daun beluntas 1500 gram dan rendemen sebanyak

16,31236% yaitu lebih dari 10%, hal ini berarti bahwa tanaman beluntas

tersari dengan baik

D. Hasil Uji Bebas Etanol

Pengujian bebas etanol pada ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.)

menggunakan uji fitokimia dengan menambahkan 2 tetes H2SO4 pekat,

kemudian ditambahkan 1 ml kalium dikromat yang didapatkan hasil berupa

perubahan warna dari jingga menjadi hijau kebiruan (Robinson, 1995).

Sehingga dapat dipastikan bahwa ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.)

yang digunakan untuk penelitian tidak mengandung etanol dari cairan penyari.
42

E. Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Daun Beluntas

Tabel 4.1. Hasil identifikasi Kandungan Kimia Daun Beluntas


No Uji senyawa Hasil Keterangan
1 Ekstrak + aquades panas
dinginkan kemudian kocok Buih atabil + Saponin
kuat 10 detik hasil berbuih
ditambah HCl
2 Ekstrak + methanol panaskan
kemudian tambah H2SO4 Merah + Flavonoid
3 Ekstrak + aquades panaskan
disaring filtratnya tambah Hitam kehijauan + Tanin
FeCl3

F. Pembuatan gel antiseptik tangan

Pembuatan gel antiseptik tangan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica

Less.) dimulai dengan mengembangkan karbopol menggunakan air panas,

kemudian diaduk didalam mortir. Karbopol digunakan sebagai basis gel

karena mudah mengembang dan mengental dalam air, sifat iritasinya rendah

dan banyak digunakan dalam formulasi gel yang memiliki fungsi sebagai agen

pengental dan pensuspensi.

Proses selanjutnya dimasukkan propilen glikol sebanyak 15 gram ke

dalam karbopol yang telah mengembang tersebut sambil diaduk-aduk hingga

homogen. Propilen glikol ini digunakan sebagai humektan atau pelembut agar

kulit tidak kering, selain itu propilen glikol juga dapat mempertahankan

kandungan air dalam sediaan. Aquadest ditambahkan ke dalam campuran

tersebut hingga volume 100 ml, kemudian ditambahkan TEA sampai

terbentuk gel. Penambahan TEA dalam formulasi gel digunakan untuk

mengurangi kekeruhan dan menetralkan karbopol karena setelah karbopol


43

didispersikan ke dalam air akan menghasilkan larutan asam keruh, serta dapat

meningkatkan konsistensi dari karbopol. Ekstrak kental daun beluntas

(Pluchea indica Less.) ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran

basis gel tersebut sambil diaduk hingga homogen (Sari dan Isadiartuti, 2006).

G. Evaluasi stabilitas fisik gel antiseptik tangan

Gel yang sudah dibuat dievaluasi stabilitas fisik yang meliputi pH sediaan

gel, homogenitas, daya sebar, dan organoleptis (Sari dan Isadiartuti, 2006).

1. Pengukuran pH

Tabel 4.2. Rata-rata Nilai pH Sediaan Gel Ekstrak Daun Beluntas


(Pluchea indica Less.) 50% Pada Hari ke-1 Sampai Hari ke-3.

Waktu Rata-rata pH formula sediaan gel


(hari ke- Kontrol F1 F2 F3 Kontrol
) positif (karbopol (karbopol (karbopol negatif
0,5%) 1%) 1,5%)
1 5 5 5 5 5
2 5 4,7 4,7 5 5
3 5 4,7 4,3 5 5

Hasil penelitian menunjukkan nilai pH dari sediaan gel ekstrak daun

beluntas formula 1, formula 2, dan formula 3 pada hari ke-1 mempunyai

pH yang sesuai. Penurunan pH pada formula 1 dan formula 2 pada hari ke-

2 terjadi karena pengaruh udara atau suhu selama penyimpanan. Hasil

pengukuran pH sediaan gel ekstrak daun beluntas selama penyimpanan

menunjukkan sediaan gel memiliki rentang nilai pH 4,7-5. Nilai pH kulit

yaitu berkisar 4-6 (Tranggono dkk, 2007). Sediaan gel ekstrak daun

beluntas berada pada kisaran pH kulit sehingga gel ekstrak daun beluntas

dapat digunakan pada kulit tanpa menyebabkan iritasi karena sediaan tidak
44

terlalu asam dan tidak terlalu basa. Pengukuran pH sediaan gel ekstrak

daun beluntas dilihat pada tabel 4.2.

2. Uji Daya Sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan menggunakan 0,02 ml gel

antiseptik tangan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) yang

diletakkan ditengah plat kaca berukuran 10 x 10 cm, kemudian ditimpa

dengan plat kaca lain lalu diberi beban sebesar 50 gr. Didiamkan selama 1

menit diukur diameter dari berbagai sisi. Rata-rata diameter yang

dihasilkan diasumsikan sebagai daya sebar gel yang dibuat. Pemberian

beban diasumsikan sebagai tekanan yang diberikan pada saat gel

diaplikasikan pada kulit.

Tabel 4.3. Rata-rata Daya Sebar Sediaan Gel Ekstrak Daun Beluntas
(Pluchea indica Less.) 50% Pada Hari ke-1 Sampai Hari ke-3

Waktu Rata-rata daya sebar (cm)


(hari ke- Kontrol F1 F2 F3 Kontrol
) positif (karbopol (karbopol (karbopol negatif
0,5%) 1%) 1,5%)
1 5 5,6 5,3 6,3 4,7
2 5 5 4,3 4,3 3
3 4,7 3,3 3,7 4,3 3

Hasil pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui efek terapi

pada saat pengaplikasian gel pada kulit, kemampuan penyebaran sediaan

gel menjadi suatu karakteristik yang penting pada formulasi sediaan gel

untuk memudahkan aplikasi pada kulit (Garg dkk, 2002). Tabel 4.3

menunjukkan pada hari pertama daya sebar gel ekstrak daun beluntas

diameternya berkisar antara 5-6,3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa gel
45

ekstrak daun beluntas dapat digunakan dengan nyaman dan efek terapi

pada kulit dapat tercapai. Jika sediaan gel memiliki daya sebar yang luas

maka semakin cepat melepaskan efek terapi yang diinginkan di kulit, dan

jika sediaan gel memiliki daya sebar yang kecil maka semakin lama

melepaskan efek terapi yang diinginkan di kulit.

Pada hari ke 3 daya sebar menurun hal ini disebabkan karena

pengaruh penyimpanan seperti suhu dan kontak udara yang menyebabkan

basis gel menjadi kental dan menyatu dengan ekstrak selama

penyimpanan. Tabel 4.3 juga menunjukkan daya sebar yang berbeda pada

setiap formulasi dan mengalami peningkatan yang diikuti dengan

peningkatan konsentrasi karbopol. Pada kontrol negatif daya sebar pada

hari 1 maupun ke 3 paling kecil hal ini disebabkan karena kontrol negatif

hanya berisi basis tanpa ekstrak sehingga teksturnya lebih kental sehingga

daya sebarnya kecil.

3. Homogenitas

Pengujian homogenitas sediaan gel antiseptik ekstrak daun beluntas

dilakukan dengan mengoleskan sejumlah tertentu gel pada plat kaca,

diraba, kemudian saat digosokkan seharusnya gel tidak terasa adanya

bahan padat atau butir-butir kasar pada plat kaca. Hasil uji homogenitas

sediaan gel ekstrak daun beluntas pada hari ke 1 mengalami homogenitas

namun pada hari ke 3 formula 1, formula 2, dan formula 3 tidak homogen,

hal ini ditunjukkan dengan adanya butir-butir, karena pada saat pembuatan

gel cara pengadukannya tidak sekuat pada pengadukan sediaan gel kontrol
46

negatif sediaan gel kontrol negatif dan kontrol positif sangat homogen.

Efek dari tidak homogennya sediaan gel adalah saat pengaplikasiannya

dikulit terasa kasar.

Tabel 4.4. Homogenitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea


indica Less.) 50% Pada Hari ke-1 Sampai Hari ke-3

Waktu homogenitas
(hari ke- Kontrol F1 F2 F3 Kontrol
) positif (karbopol (karbopol (karbopol negatif
0,5%) 1%) 1,5%)
1 + + + + +
2 + - - - +
3 + - - - +

Keterangan :
+ = homogen
- = tidak homogen

4. Organoleptis

Uji organoleptik meliputi warna dan bau dari sediaan gel ekstrak

daun beluntas selama penyimpanan. Hasil pengamatan warna sediaan gel

ekstrak daun beluntas formula 1, 2, 3, berwarna hijau kehitaman,

sementara kontrol negatif memiliki warna bening transparan (Gambar 4.1.)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap keempat

formula sediaan gel ekstrak daun beluntas yang dibuat dengan

penambahan ekstrak daun beluntas menghasilkan sediaan berwarna hijau

kehitaman dan semakin keruh pada penyimpanan hari berikutnya. Sediaan

gel berbau khas daun beluntas.


47

Gambar 4.1. Sediaan Uji Gel Antiseptik Tangan

H. Uji daya hambat gel antiseptik tangan terhadap bakteri E.coli dan

S.aureus

Pengujian efektivitas formulasi ekstrak daun beluntas (Pluchea indica

Less.) sebagai antibakteri ini dilakukan untuk melihat besarnya diameter zona

hambat yang dapat diberikan oleh gel ekstrak daun beluntas (Pluchea indica

Less.) dengan konsentrasi karbopol berbeda terhadap bakteri uji Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus. Uji daya antibakteri tersebut juga digunakan

untuk mengetahui konsentrasi karbopol yang efektif dalam sediaan gel

antiseptik tangan.

Uji daya hambat gel antiseptik tangan ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica Less.) dilakukan dengan metode difusi menggunakan kertas cakram

berdiameter 6 mm, dasar pemilihan metode ini karena sederhana, mudah dan

cepat dalam pengerjaannya. Kontrol positif digunakan untuk membandingkan

apakah formula gel antiseptik tangan daun beluntas mempunyai efek yang

sebanding atau lebih kecil dari zona hambat antiseptik alkohol 60%. Media

yang digunakan yaitu nutrient agar (NA) karena pada media tersebut
48

mengandung sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan bakteri uji sehingga

bakteri bisa tumbuh dengan baik.

Proses uji daya hambat gel antiseptik dimulai dengan menuangkan

nutrient agar ke cawan petri. Suspensi bakteri sebanyak 100 L dimasukkan

ke dalam cawan petri yang sudah berisi media menggunakan mikropipet.

Kertas disk yang sudah dicelupkan pada masing-masing formulasi gel

antiseptik, kontrol positif dan kontrol negatif dimasukkan ke dalam cawan

petri yang telah berisi media NA dan bakteri. Kertas disk diletakkan diatas

permukaan medium yang sudah memadat sesuai dengan kelompoknya.

Medium yang sudah berisi bakteri dan kertas disk yang diujikan selanjutnya

diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam, kemudian pada masing-masing

pengujian diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk menggunakan

jangka sorong, sehingga diperoleh hasil rata-rata seperti yang tercantum pada

tabel 4.5 :

Tabel 4.5. Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea


indica Less.) 50% Tehadap Bakteri Escherichea coli dan
Stapylococcus aureus

Formula gel Rata-rata Diameter zona hambat


terhadap bakteri (mean SD) (mm)
E. coli S. aureus
Kontrol positif 8,001,000 8,670,577
F1 (karbopol 0,5%) 6,670,577 7,330,577
F2 (karbopol 1%) 8,670,577 8,001,000
F3 (karbopol 1,5%) 7,670,577 7,670,577
Kontrol negatif 5,330,577 5,330,577

Berdasarkan data hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap

bakteri Escherichia coli dapat diketahui bahwa pada formulasi gel antiseptik
49

tangan ekstrak daun beluntas dengan konsentrasi karbopol 1% memiliki zona

hambat paling besar dibandingkan dengan konsentrasi karbopol 0,5% dan

1,5%. Demikian juga terhadap bakteri Stapylococcus aures, konsentrasi

karbopol 1% memiliki zona hambat paling besar dibandingkan dengan

konsentrasi karbopol 0.5% dan 1,5%.

Uji normalitas daya antibakteri pada masing-masing perlakuan terhadap

bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aures menggunakan Shapiro-wilk

menghasilkan nilai signifikan >0,05, maka data penelitian pengukuran

diameter zona hambat sediaan gel ekstrak daun beluntas (Pluchea indica

Less.) terdistribusi normal. Uji homogenitas menghasilkan nilai sebesar 0,308

untuk diameter zona hambat Escherichia coli dan diameter zona hambat

Stapylococcus aureus sebesar 0,308. nilai keduanya didapat nilai >0,05, maka

data penelitian tersebut homogen sehingga dilanjutkan uji ANOVA/LSD.

Tabel 4.6. Hasil Uji LSD Zona Hambat Ekstrak Daun Beluntas
(Pluchea indica Less.) 50%Terhadap Bakteri Escherichia coli

Perlakuan signifikan Keterangan


Kontrol positif dan kontrol negatif 0,001 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 0,5% 0,038 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1% 0,260 Tidak Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1,5% 0,563 Tidak Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 0,5% 0,038 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1% 0,000 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1,5% 0,002 Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1% 0,005 Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1,5% 0,103 Tidak Signifikan
Karbopol 1% dan karbopol 1,5% 0,103 Tidak Signifikan
50

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa formula 2 dengan karbopol 1% dan

formula 3 dengan karbopol 1,5% menunjukkan hasil tidak berbeda signifikan

dengan kontrol positif, artinya formula 2 (karbopol 1%) dan formula 3

(karbopol 1,5%) memiliki efek yang sama dengan kontrol positif dalam

menghambat bakteri Escherichia coli. Formula 1 dengan karbopol 0,5% dan

kontrol negatif menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dengan kontrol

positif, artinya formula 1 (karbopol 0,5%) dan kontrol negatif memiliki efek

yang tidak sama dengan kontrol positif dalam menghambat bakteri

Escherichia coli. Aktivitas kontrol positif dalam menghambat bakteri

Escherichia coli lebih besar dibanding formula 1 dan kontrol negatif.

Tabel 4.7. Hasil Uji LSD Zona Hambat Ekstrak Daun Beluntas
(Pluchea indica Less.) 50% Terhadap Bakteri S.aureus

Perlakuan signifikan Keterangan


Kontrol positif dan Kontrol negatif 0,000 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 0,5% 0,038 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1% 0,260 Tidak Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1,5% 0,103 Tidak Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 0,5% 0,005 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1% 0,001 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1,5% 0,002 Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1% 0,260 Tidak Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1,5% 0,563 Tidak Signifikan
Karbopol 1% dan karbopol 1,5% 0,563 Tidak Signifikan
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa formula 2 dengan karbopol 1% dan

formula 3 dengan karbopol 1,5% menunjukkan hasil tidak berbeda

signifikan dengan kontrol positif, artinya formula 2 (karbopol 1%) dan

formula 3 (karbopol 1,5%) memiliki efek yang sama dengan kontrol positif

dalam menghambat bakteri Stapylococcus aureus. Formula 1 dengan


51

karbopol 0,5% dan kontrol negatif menunjukkan hasil yang berbeda

signifikan dengan kontrol positif, artinya formula 1 (karbopol 0,5%) dengan

kontrol negatif memiliki efek yang tidak sama dengan kontrol positif dalam

menghambat bakteri Stapylococcus aureus. Aktivitas kontrol positif dalam

menghambat bakteri Stapylococcus aureus lebih besar dibanding formula 1

dan kontrol negatif.

I. Uji efektivitas gel antiseptik tangan

Tabel 4.8. Rata-rata Persentase Penurunan Jumlah Koloni Bakteri

Rata-rata
Penurunan
penurunan jumlah
Formula gel Replikasi jumlah koloni
koloni (mean SD)
(%)
(%)
1 16.67
Kontrol positif 2 23.91 20,623,67
3 21.28
1 43.75
F1
2 41.30 41,532,12
(karbopol 0,5%)
3 39.53
1 43.14
F2
2 48.98 43,715,01
(karbopol 1%)
3 39.02
1 19.57
F3
2 17.65 17,961,48
(karbopol 1,5%)
3 16.67
1 15.63
Kontrol negatif 2 25.00 21,435,04
3 23.53

Uji efektivitas gel antiseptik tangan ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica Less.) dilakukan dengan metode swabing menggunakan jari tangan

dengan tiga kali pengulangan. Namun metode swab yang digunakan pada

penelitian ini menghasilkan koloni-koloni yang berhimpit satu dengan yang

lain sehingga mempersulitkan pada perhitungan jumlah koloni yang


52

dihasilkan. Efektivitas gel antiseptik dihitung berdasarkan persentase

penurunan jumlah koloni yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut :

Pre-post
% Penurunan jumlah koloni = pre X 100%

Grafik persentase penurunan jumlah koloni pada sediaan gel antiseptik

tangan ekstrak daun beluntas, kontrol positif, dan kontrol negatif dapat dilihat

pada gambar 4.2.

Rata-Rata % Penurunan Jumlah Koloni

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Kontrol + Karbopol karbopol 1% karbopol kontrol -
0.5% 1.5%

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Daya Antiseptik Sediaan Gel

Hasil uji efektivitas gel antiseptik tangan dengan indikator persentase

penurunan jumlah koloni menunjukkan bahwa ekstrak beluntas 50% memiliki

efek antiseptik dalam mengurangi jumlah koloni. Sediaan gel ekstrak daun

beluntas dengan konsentrasi karbopol 0,5%, 1%, dan 1,5% mampu

mengurangi jumlah koloni masing-masing 41,532,12, 43,715,01,


53

17,961,48. Formula gel ekstrak daun beluntas dengan karbopol 1% mampu

menurunkan jumlah koloni tertinggi yaitu sebesar 43,715,01. Formula 1

(karbopol 0,5%) hampir sama dengan formula 2 (karbopol 1%) dalam

mengurangi jumlah koloni, sedangkan formula 3 (karbopol 1,5%) penurunan

jumlah koloninya paling kecil. Hal ini disebabkan karena konsentrasi karbopol

menyebabkan efektivitas daun beluntas sebagai antiseptik menurun. Kontrol

negatif (tanpa ekstrak daun beluntas) memiliki penurunan jumlah koloni yang

sama dengan kontrol positif yang berisi alkohol 60%, karena karbopol

mempunyai efektivitas dalam mengurangi jumlah koloni dan diperkuat dengan

propilen glikol yang berfungsi sebagai pengawet, antibakteri, disinfektan, dan

humektan pada sediaan gel (Rowe dkk, 2009).

Data uji efektivitas gel antiseptik tangan ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica Less.) terdistribusi normal, karena menghasilkan nilai signifikansi

>0,05 pada masing-masing perlakuan. Selanjutnya uji homogenitas

menghasilkan nilai signikansi >0,05, maka data penelitian tersebut homogen.

Kemudian dilakukan uji ANOVA satu arah menghasilkan nilai F sebesar

33.140 dengan signifikansi <0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan

pada masing-masing perlakuan, sehingga dilanjutkan uji ANOVA/LSD.

Hasil uji LSD persentase penurunan jumlah koloni bakteri

menunjukkan bahwa formula 3 dengan karbopol 1,5% menunjukkan hasil

tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif, artinya formula 3 (karbopol

1,5%) memiliki efek yang sama dengan kontrol positif dalam penurunan

jumlah koloni, Formula 1 (karbopol 0,5%) dan formula 2 (karbopol 1%)


54

menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dengan kontrol positif, artinya

formula 1 (karbopol 0,5%) dan formula 2 (karbopol 1%) memiliki efek yang

tidak sama dengan kontrol positif dalam menurunkan jumlah koloni bakteri.

Formula 1 (karbopol 1%) paling baik dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri dibanding formula 3 (karbopol 1,5%) maupun kontrol positif.

Tabel 4.9. Hasil Uji LSD Persentase Penurunan Jumlah Koloni


Bakteri
Perlakuan signifikan Keterangan
Kontrol positif dan Kontrol negatif 0,808 Tidak Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 0,5% 0,000 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1% 0,000 Signifikan
Kontrol positif dan karbopol 1,5% 0,407 Tidak Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 0,5% 0,000 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1% 0,000 Signifikan
Kontrol negatif dan karbopol 1,5% 0,290 Tidak Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1% 0,492 Tidak Signifikan
Karbopol 0,5% dan karbopol 1,5% 0,000 Signifikan
Karbopol 1% dan karbopol 1,5% 0,000 Signifikan

Вам также может понравиться