Вы находитесь на странице: 1из 34

LAPORAN SMALL PROJECT

ANALISIS RISIKO PADA YURI KOSMETIK

SITI AISYAH (NRP 2815100041)


DISTA RIZKY DWI YANTI (NRP 2815100043)
HANNA IFTITA GUERIN (NRP 2815100059)
MICHAEL ANGGAJAYA (NRP 2815100061)

Dosen Pembimbing :
Nugroho Priyo Negoro, S.T., S.E., M.T

DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS


FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
LAPORAN SMALL PROJECT

ANALISIS RISIKO PADA YURI KOSMETIK

SITI AISYAH (NRP 2815100041)


DISTA RIZKY DWI YANTI (NRP 2815100043)
HANNA IFTITA GUERIN (NRP 2815100059)
MICHAEL ANGGAJAYA (NRP 2815100061)

Dosen Pembimbing
Nugroho Priyo Negoro, S.T., S.E., M.T

DEPARTEMEN MANAJEMEN BISNIS


FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis mampu mneyelesaikan laporan tugas manajemen
risiko dengan judul PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM YURI
KOSMETIK. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas Small
Project mata kuliah Manajemen Risiko di Departemen Manajemen Bisnis Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Selama pengerjaan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
segi moril dan materiil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak, yaitu :
1. Bapak Imam Baihaqi, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Departemen
Manajemen Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,
2. Bapak Nugroho Priyo Negoro, S.T., S.E., M.T. selaku Sekertaris Departemen
Manajemen Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya sekaligus
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Risiko,
3. Lintang Kusuma Dewi, selaku Asisten Laboratorium yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam menyusun laporan ini,
4. Orangtua dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, semangat, serta doa agar penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik,
5. Rekan-rekan MB-05 yang telah memberikan semangat dan pembagian ilmunya
kepada penulis dalam menyusun laporan ini.
Semoga hasil penyusunan laporan ini dapat dijadikan pembelajaran bagi
semua pihak serta dapat dilanjutkan untuk penelitian selanjutnya. Atas perhatian
dan perbaikan yang diberikan, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Surabaya, Mei 2017

Penulis
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 3

1.5 Ruang Lingkup............................................................................................... 3

1.5.1 Batasan ..................................................................................................... 4

1.5.2 Asumsi ...................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 5

2.1 Analisis Manajemen Risiko ........................................................................... 5

2.1.1 Risiko dan Manajemen Risiko ............................................................... 5

2.1.2 Proses Manajemen Risiko ...................................................................... 5

2.2 Manajemen Risiko Operasional ................................................................... 7

2.2.1 Risiko Operasional .................................................................................. 7

2.2.2 Manajemen Risiko Operasional............................................................. 8

2.2.3 Tahapan Manajemen Risiko Operasional ............................................ 8

2.2.4 Kategori Risiko Operasional .................................................................. 9

2.3 Jenis-jenis Tata Letak .................................................................................. 10

2.4 Risk Matrix Chart ........................................................................................ 12

2.5 Analisis Proses Bisnis ................................................................................... 13


2.5.1 Konsep Value Chain .............................................................................. 13

2.5.2 Kategori Aktivitas Bisnis ...................................................................... 13

2.6 Diagram Fishbone ........................................................................................ 15

2.6.1 Definisi Diagram Fishbone ................................................................... 15

2.6.2 Manfaat Diagram Fishbone .................................................................. 16

2.6.3 Langkah Menyusun Diagram Fishbone .............................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 19

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 19

1.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data .................................................... 19

1.8 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 20

1.8.1 Mencari Objek Amatan ........................................................................ 20

1.8.2 Studi Literatur ....................................................................................... 20

1.8.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 21

1.8.4 Pembuatan Value Chain ....................................................................... 21

1.8.5 Pembuatan ISO 31000........................................................................... 21

1.8.6 Pembuatan risk matrix .......................................................................... 21

1.8.7 Membuatan Rancangan Mitigasi ......................................................... 21

1.8.8 Kesimpulan dan Saran.......................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tahapan Manajemen Risiko Menurut ISO 31000 .............................. 7
Gambar 2. 2 Matrix Chart ..................................................................................... 12
Gambar 2. 3 Diagram Value Chain ....................................................................... 15
Gambar 2. 4 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 20
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang kenapa penulis memilih
UKM Yuri Kosmetik, perumusan masalah dari bagian risiko di UKM Yuri
Kosmetik, tujuan dilakukannya penelitian sekaligus ruang lingkup dari penelitian
terhadap UKM Yuri Kosmetik.
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di negara berkembang sangat dipengaruhi oleh
jumlah wirausaha yang terus bermunculan, salah satu bentuk dari bisnis tersebut
adalah Usaha Kecil Menengah. Merujuk kepada Undang Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil Menengah adalah
bisnis yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
Adanya UKM yang tersebar di seluruh daerah dapat membantu melaksanakan
pemerataan, mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat, serta
menciptakan stabilitas ekonomi nasional. Banyak juga UKM yang belum memiliki
sistem penanganan risiko yang baik, mulai dari risiko finansial hingga risiko
operasional baik itu bergerak dibawah naungan BUMN maupun BUMD. Oleh
karena itu dibutuhkan dukungan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh
perlindungan dan pengembangan seluas mungkin sebagai wujud keberpihakan
pemerintah terhadap perekonomian masyarakat tanpa mengesampingkan
kepentingan peranan dari Badan Usaha Milik Negara ataupun Badan Usaha Milik
Daerah.
Pada saat memulai bisnis kosmetik, pemilik mengalami jatuh bangun yang
luar biasa dimana adanya perubahan tren boneka pada saat itu dan perlunya modal
untuk mendapatkan produk yang memiliki prospek dan nilai jual yang tinggi. Satu
hal yang membuat start-up bisnis kosmetik ini mendapatkan tanda positif adalah
beberapa perusahaan kosmetik yang bersedia menjadi partner dalam hal memasok,
memberikan bantuan berupa desain maupun tenaga kerja, dan lainnya. Yuri
Kosmetik juga merupakan toko yang sangat digemari oleh kaum hawa sebab di toko
ini mereka dapat konsultasi panjang lebar mengenai perawatan kecantikan mulai
dari rambut hingga ujung kuku kaki. Sehingga tidak salah apabila toko ini sering
ramai pengunjung khususnya pada saat akhir pekan.
Dalam menjalankan proses bisnis, tidak semua sesuai dengan rencana.
Banyak faktor yang menyebabkan terhambatnya capaian tersebut. Begitupula pada
UKM Yuri Kosmetik yang mengalami permaslahan atau yang biasa disebut sebagai
kendala pada bagian operasional dan sumber daya manusia. Dalam hal operasional,
Yuri Kosmetik masih kurang teratur dalam hal mobilisasi barang antar gudang dan
toko dikarenakan ruangan yang kurang luas. Pada saat proses mobilisasi barang
mengalami kendala, maka terjadi penumpukan barang di bagian paling dalam rak
etalase. Karyawan yang tidak bisa terus menerus meninjau dan menata barang
sesuai dengan tanggal kedatangan. Hal ini menyebabkan adanya barang-barang
yang kadaluwarsa di toko semakin banyak.
Sumber daya manusia di Yuri Kosmetik juga perlu diperhatikan, karena
sebesar apapun usaha yang telah berjalan di Yuri Kosmetik masih terjadi
kekacauan. Di UKM tersebut beberapa pekerjaan di rangkap atau dikerjakan oleh
satu orang saja. Contohnya yaitu bagian distribusi, keuangan, promosi dan
kerjasama hanya dikerjakan oleh satu orang yang ada di kantor gudang saja.
Multitasking yang ada di perusahaan tidak seharusnya terjadi dikarenakan mampu
mengurangi efektifitas kerja dari tiap orang dan menyebabkan penurunan
keuntungan dari perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini dibahas mengenai
bagaimana mengendalikan dan mengatasi risiko yang ada di kegiatan usaha UKM.
Karena pada dasarnya tidak ada kegiatan usaha yang tidak memiliki risiko dan
risiko tersebut harus dikendalikan dengan melihat seberapa besar peluang yang
mampu dihadapi dari adanya risiko itu.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diulas di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja risiko yang selama ini dihadapi oleh obyek amatan Yuri Kosmetik?
2. Bagaimana evaluasi manajemen risiko yang dihadapi di Yuri Kosmetik?
3. Bagaimana mitigasi dari risiko yang terjadi di Yuri Kosmetik?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai penerapan dari keilmuan Manajemen Risiko
2. Mengidentifikasi risiko yang selama ini dialami oleh Yuri Kosmetik
3. Mengevaluasi risiko yang dihadapi oleh Yuri Kosmetik
4. Menerangkan mitigasi yang dapat dijalankan untuk menangani risiko di Yuri
Kosmetik

1.4 Manfaat Penelitian


Berikut merupakan manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah
mengenai manajemen risiko di UKM Yuri Kosmetik :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penulisan laporan observasi ini diharapkan dapat
menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen serta dapat
menambah kajian ilmu manajemen khususnya ilmu manajemen risiko.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan
dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan khususnya
teori mengenai identifikasi risiko dan cara mitigasi risiko dalam skala usaha kecil
menengah.
b. Bagi Pengamat Selanjutnya
Hasil observasi ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
ilmu manajemen risiko bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
tentang identifikasi risiko dan mitigasinya.
c. Bagi Yuri Kosmetik
Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi risiko-
risiko yang ada dan memberikan solusi untuk melakukan mitigasi yang tepat bagi
penanganan risiko dalam perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dari penelitian di dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.5.1 Batasan
Untuk mempermudah penulisan laporan hasil observasi ini dan agar lebih
terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah.
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan laporan
ini, yaitu :
1. Pengamat hanya membahas tentang identifikasi risiko-risiko dan cara mitigasi
risiko dalam skala usaha kecil menengah.
2. Pengamat hanya mengakses informasi seputar kegiatan bisnis dari UKM Yuri
Kosmetik melalui narasumber Mas Yendi sebagai pemilik dari UKM Yuri
Kosmetik
3. Hanya mengamati UKM Yuri Kosmetik yang ada di Ruko Pandugo Surabaya.
1.5.2 Asumsi
Informasi yang benar atau salah mengenai yang didapatkan dari narasumber
yaitu Christian Yendi K.K dengan asumsi berdasarkan pengamatan dan observasi
yang dilakukan langsung dari UKM Yuri Kosmetik yang ada di Ruko Pandugo
Surabaya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan tahap untuk menindaklanjuti permasalahan yang telah
dirumuskan pada tahap identifikasi perumusan masalah yang ada. Penulis
melakukan studi literatur dengan sumber referensi dari buku maupun sumber lain
seperti jurnal dan thesis yang digunakan sebagai pedoman dalam memecahkan
masalah yang dianalisis dari Yuri Kosmetik.
2.1 Analisis Manajemen Risiko
Dalam memahami permasalahan yang ada di UKM, maka diperlukan teori
mengenai apa saja hal yang ada di manajemen risiko sebagai berikut :
2.1.1 Risiko dan Manajemen Risiko
Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu (Williams & Richard, 1965). Variasi variasi dari hasil tersebut disebabkan
karena adanya ketidakpastiaan yang memiliki tingkatan yang berbeda. Secara
umum risiko dapat dikategorikan lagi kedalam dua kategori, yaitu risiko murni dan
risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang hanya menyebabkan
kerugian pada perusahaan, tanpa adanya kemungkinan menguntungkan. Dilain sisi,
risiko spekulatif adalah risiko yang memiliki dua kemungkinan. Bisa
mengakibatkan kerugian, bisa juga mengakibatkan keuntungan.
Secara umum, semakin besar risiko yang dihadapi, makan semakin besar juga
tingkat pengembalian yang akan diterima. Tindakan tindakan yang diambil oleh
individu maupun perusahaan dengan upaya untuk menangani risiko yang timbul
dalam bisnis mereka (Merna & Al-Thani, 2008). Manajemen risiko adalah proses
pendekatan secara sistematis yang berkaitan dengan mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon risiko risiko dari suatu proyek untuk mencapai hasil
yang optimal dalam mengeleminasi risiko ataupun mengontrolnya berdasarkan
tingkatan tingkatan tertentu.
2.1.2 Proses Manajemen Risiko
Berdasarkan ISO 31000, tahapan dari manajemen risiko adalah sebagai
berikut:
1. Establish the context
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi sasaran organisasi,
lingkungan sasaran, stakeholders yang terlibat, dan keberagaman kriteria risiko.
Terdapat dua konteks yang perlu ditentukan, yaitu:
Konteks internal
Konteks eksternal
2. Identify risk
Mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian
sasaran organisasi.
3. Analyze risk
Menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi.
4. Evaluate risk
Membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan
bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan.
5. Treat risk
Pengambilan keputusan terhadap penanganan risiko yang tepat sesuai dengan
tingkatan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Ada empat penanganan risiko yang
dapat dilakukan :
Menghindari risiko (risk avoidance)
Mitigasi risiko (risk reduction)
Transfer risiko (risk transfer)
Menerima risiko (risk acceptance)
6. Monitor and review risk
Memonitor kembali proses penanganan risiko dan meninjau ulang
keefektifan dari tindakan yang diambil.
7. Communication and consultation
Mengkonsultasikan dan mengkomunikasikan proses manajemen risiko yang
telah dilakukan terhadap pihak internal dan eksternal untuk menindaklanjuti
keputusan yang telah diambil.
Gambar 2. 1 Tahapan Manajemen Risiko Menurut ISO 31000
Sumber : (Merna & Al-Thani, 2008)
2.2 Manajemen Risiko Operasional
Pada berbagai bagian manajemen, ada beberapa bahasan khusus yang
dilakukan. Yang akan dibahas di bab ini adalah mengenai definisi risiko
operasional, manajemen risiko operasional, tahapan manajemen operasional, dan
kategori risiko operasional.
2.2.1 Risiko Operasional
Risiko operasional terjadi karena tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan atau kecurangan manusia, dan kegagalan sistem atau proses. Dalam
menghadapi risiko tersebut, dengan cara pemahaman tentang risiko, pengukuran
pemantauan, dan pengendalian yang dilakukan harus tepat sesuai dengan risiko
yang dihadapi. Perusahaan melakukan manajemen risiko bertujuan untuk
memperkirakan skenario terburuk suatu risiko yang mungkin terjadi dan cara
mitigasinya. Perusahaan akan mulai memikirkan proses manajemen risiko karena
hal tersebut adalah salah satu pondasi sebuah bisnis agar mengurangi tingkat
kerugian yang terlalu berlebihan
Risiko operasional ini merupakan potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, sumber daya manusia, dan
teknologi yang terjadi dalam internal suatu bisnis. Karena potensi penyimpangan
yang terjadi kemungkinan besar terjadi maka perusahaan tidak akan mungkin bisa
mengabaikan atau menghilangkan tentang pemikiran mitigasi dari risiko
operasional ini sendiri. Risiko operasional bisa terjadi pada bagian teknis dan
organisasi pada sebuah usaha bisnis terutama bisa terjadi pada kegiatan teknis dan
organisasi pada usaha kecil menengah (UKM). Pada ranah teknis biasanya risiko
operasional yang terjadi pada UKM berupa kesalahan sistem informasi, kesalahan
pencatatan, informasi yang didapat tidak mendukung dan tidak memadai, serta
pengukuran risiko yang kurang akurat. Pada ranah organisasi risiko operasional bisa
terjadi karena kesalahan pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur yang tidak
sesuai, serta kebijakan yang tidak dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2.2 Manajemen Risiko Operasional
Dalam meminimasi terjadinya risiko operasional sebuah usaha, tentunya
harus dilakukan sebuah mitigasi yang tepat atau bisa disebut sebagai manajemen
risiko operasional. Peran stakeholder dari sebuah bisnis UKM sangatlah penting
bagi penerapan manajemen risiko operasional dalam memberikan gambaran
tentang kerugian yang terjadi di masa mendatang. Penerapan manajemen risiko juga
bisa mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang terjadi serta
bisa menjadi dasar penilaian dalam menjalankan strategi dan fokus pengawasan
kinerja usaha.
2.2.3 Tahapan Manajemen Risiko Operasional
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tahapan apa saja yang ada di
manajemen risiko operasional. Tahapan tersebut meliputi :
1. Identifikasi dan pengumpulan data
Pada tahapan ini dilakukan pemetaan pada berbagai tipe risiko operasional
yang sudah di identifikasi dalam sebuah UKM dan menciptkan sebuah proses untuk
pengumpulan data dan menggambarkan kerugian yang akan terjadi.
2. Penyusunan matrix dan tracking
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan matrix dan indikator-indikator risiko
pada tiap risiko operasional yang telah diidentifikasi, serta melakukan penyusunan
sistem tracking data dan informasi suatu risiko.
3. Pengukuran
Tahapan ini dilakukan untuk menyusun suatu metode untuk mengetahui
berapa ukuran kuantitatif suatu risiko operasional.
4. Manajemen
Pada tahapan ini dilakukan penggabungan antara ketiga tahapan agar
mendapatkan perhitungkan alternatif solusi untuk mengurangi risiko yang terjadi
dan dilakukan analisis kinerja berbasis risiko untuk menyesuaikan profil risiko
perusahaan.
2.2.4 Kategori Risiko Operasional
Pada sebuah UKM ada beberapa kategori risiko operasional yang bisa muncul
dalam kegiatan usaha ini. Kategori risiko operasional dalam skripsi yang dikutip
dari (Jayanti, 2009) dapat dibagi dalam beberapa sub-kategori, seperti :
1. Risiko proses internal
Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang terjadi karena adanya kegagalan
proses atau sistem yang ada di internal usaha bisnis.
2. Risiko manusia
Risiko ini dapat diartikan sebagai risiko yang terkait dengan sumber daya
manusia yang ikut andil di dalam kegiatan usaha bisnis tersebut. Kejadian risiko
manusia dapat terjadi pada fungsi manajemen risiko, dimana kualifikasi dan
keahlian dari karyawan pada fungsi tersebut merupakan hal penting yang
diutamakan. Bagian yang terkait dengan risiko manusia seperti halnya
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan karyawan yang tidak
memadai, aktivasi penggunaan sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya.
3. Risiko sistem
Saat ini semua jenis usaha bisnis sangat bergantung pada sistem dan teknologi
yang mendukung kegiatan proses produksi. Risiko ini biasanya terkait dengan
penggunaan teknologi dan sistem. Terjadinya kegagalan menyeluruh pada
teknologi yang digunakan akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi
keberlangsungan usaha bisnis. Kejadian risiko sistem ini bisa disebabkan karena
kurangnya pengendalian perubahan data sehingga adanya sistem yang kurang
dikendalikan secara maksimal, serta adanya ketidaklengkapan data yang
dilaporkan.
4. Risiko kejadian dari luar / eksternal
Risiko ini bisa diartikan sebagai sebuah risiko yang terkait dengan kejadian
yang diluar kendali pihak UKM secara langsung yang kerugiannya tidak bisa
diperkirakan.
5. Risiko hukum dan ketentuan regulator yang berlaku
Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian
tindakan hukum dalam penerapan suatu perjanjian, peraturan atau ketentuan.
2.3 Jenis-jenis Tata Letak
(Monks, 1987) Tata letak fasilitas merupakan bagian dari perancangan
fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang
dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Aturan
atau logika pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya total jarak
atau total biaya perpindahan bahan. Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu.
Menurut (Heizer, 2011), jenis-jenis tata letak adalah dikategorikan sebagai
berikut :
1. Tata letak kantor
Tata letak kantor bertujuan untuk menentukan posisi karyawan dan peralatan
agar menjamin kelancaran arus pekerjaan dan komunikasi antara semua pegawai
dan manajer yang ada. Tata letak modern difokuskan pada keterbukaan dan
fleksibilitas yang tinggi. Ruangan kerja setiap karyawan harus disesuaikan luasnya
dengan volume pekerjaannya. Dengan cara demikian, ruangan yang tersedia akan
terpakai secara efisien. Karyawan dituntut untuk dapat bekerja secara produktif atau
efektif.
2. Tata letak toko eceran
Tata letak ritel adalah tata letak dari usaha eceran besar, seperti Department
Store dan Supermarket. Tata letak toko eceran (retail layout) merupakan sebuah
pendekatan yang berkaitan dengan aliran pengalokasian ruang dan merespon pada
perilaku konsumen. Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan dan
keuntungan bervariasi kepada produk yang menarik perhatian konsumen.
3. Tata letak gudang dan penyimpanan
Tata letak gudang sangat penting untuk diperhatikan, karena tata letak gudang
yang baik akan memudahkan penanganan dan pengendalian persediaan yang dapat
meminimumkan kerusakan barang serta memudahkan penerimaan dan penyerahan
barang. Tata letak gudang disesuaikan sistem persediaan yang dipergunakan,
seperti sistem persediaan barang dengan FIFO (first in first out), artinya barang
yang pertama diterima harus siap untuk dikeluarkan pertama kali, sehingga tata
letak harus diatur sedemikian rupa, agar barang mudah untuk dimasukkan dan
dikeluarkan.
4. Tata letak posisi tetap
Tata letak tetap sering juga disebut tata letak proyek. Proyek adalah sistem
produksi yang dirancang untuk memproduksi hanya satu unit produk dalam satuan
waktu tertentu, atau sejumlah kecil tugas dengan volume dan keragaman elemen
pekerjaan yang tinggi. Pada tata letak ini, proyek tetap berada di posisinya di suatu
tempat pengerjaan yang dipilih, sementara para pekerja, peralatan dan
perlengkapan, serta bahan, baik tenaga terampil maupun tenaga ahli dibawa ke
tempat pengerjaan proyek tersebut
5. Tata letak berorientasi proses
Tata letak berorientasi proses (process oriented layout) yang digunakan
dalam perusahaan jasa memerlukan ruang yang memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi para pelanggan. Sebagian besar perusahaan jasa atau pelayanan
menggunakan tata letak berorientasi proses karena adanya variasi dalam permintaan
pelayanan.
6. Tata letak sel sel kerja
Pengaturan sel kerja digunakan di saat volume memerlukan pengaturan
khusus mesin dan peralatan. Dalam lingkungan manufaktur, teknologi kelompok
mengidentifikasi produk yang memiliki karakteristik sama dan memungkinkan
tidak hanya batch tertentu tetapi juga sekumpulan batch, untuk diproses dalam sel
kerja tertentu.
7. Taat letak berorientasi produk
Tata letak yang berorientasi pada produk disusun di sekeliling produk atau
keluarga produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan bervariasi rendah.
Produksi yang berulang dan kontinu atau berkesinambungan, menggunakan tata
letak produk. Asumsi yang digunakan adalah:
a. Volume yang ada mencukupi untuk ruang peralatan yang tinggi.
b. Permintaan produk cukup stabil untuk memberikan kepastian akan penanaman
modal yang besar untuk peralatan khusus.
c. Produk distandarisasi atau mendekati sebuah fase dalam siklus hidupnya, yang
memberikan penilaian adanya penanaman modal pada peralatan khusus.
d. Pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dan mempunyai kualitas yang
seragam untuk memastikan bahwa pengerjaannya dapat dilaksanakan dengan
peralatan khusus tersebut.
2.4 Risk Matrix Chart
Risk matrix chart seringkali digunakan untuk memisahkan risiko yang
berdampak tinggi dan risiko yang berdampak rendah juga digunakan untuk
menggambarkan dampak yang dirasakan, serta kemungkinan terjadinya dari risiko
risiko yang ada.

Gambar 2. 2 Matrix Chart


Sumber : (Lindland, 2007)
Terdapat tiga kategori warna hijau, kuning, dan merah.
Hijau: Menandakan tingkat risiko masih bisa ditangani atau diterima. Karena
tidak berdampak langsung secara signifikan, dan kemungkinan terjadinya tidak
terlalu besar.
Kuning: Menandakan tingkat risiko perlu diperhatikan secara lebih karena
dampak yang diberikan cukup besar, dan kemungkinan risiko tersebut untuk terjadi
cukup besar.
Merah: Menandakan tingkat risiko sangat besar dan perlu tindakan segera dari
pihak manajemen. Dampak yang diberikan sangat signifikan dan kemungkinan
terjadinya juga sangat tinggi, dalam beberapa kasus risiko pada tingkat ini sama
sekali tidak bisa dihindari.
2.5 Analisis Proses Bisnis
Untuk memahami permasalahan yang dimiliki oleh Yuri Kosmetik,
diperlukan adanya analisa proses bisnis melalui :
2.5.1 Konsep Value Chain
(Porter, 1985) mendefinisikan konsep analisis rantai nilai atau Value Chain
Analysis (VCA) sebagai suatu kerangka yang sesuai untuk menjelaskan bagaimana
suatu kesatuan organisasi dapat mengelola pertimbangan yang substansial dalam
mengalokasikan sumber dayanya, menciptakan pembedaan dan secara efektif
mengatur biaya-biayanya. Sehingga Value Chain Analysis diartikan sebagai
rangkaian dari semua aktivitas dalam sebuah perusahaan yang kemudian
menciptakan nilai bagi produk atau jasa. Nilai-nilai yang diciptakan tersebut akan
dikembangkan dan digunakan untuk menentukan suatu strategi yang dapat
mengatasi hambatan perusahaan.
Konsep Value Chain lebih menekankan pada fungsi-fungsi bisnis dalam
perusahaan yang memberikan nilai pada produk atau jasa dalam memberikan
pendapatan bagi perusahaan, yang disusun secara sistematis dalam suatu rangkaian.
Perusahaan bisa melakukan identifikasi mengenai proses kunci apa yang penting,
dan proses mana yang sekadar pendukung karena secara eksplisit Value Chain
Analysis menunjukkan bahwa aktivitas yang meningkatkan nilai suatu produk
memiliki sifat saling ketergantungan. Kemudian perusahaan dapat pula
menentukan aktivitas strategis yang perlu dikembangkan dan menentukan besarnya
alokasi biaya untuk setiap aktivitas dalam perusahaan. Dalam perspektif
perencanaan strategis, konsep value chain menggaris bawahi tiga bagian yaitu
keterkaitan dengan pemasok, keterkaitan dengan pelanggan, dan proses terkait
dalam rantai nilai perusahaan.
2.5.2 Kategori Aktivitas Bisnis
Dalam sebuah proses bisnis, aktivitas-aktivitasnya dibagi menjadi dua
kategori. Yaitu kegiatan utama dan kegiatan pendukung.
a. Kegiatan utama (primary activities)
1. Logistik Masuk (Inbound Logistics)
Aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan
dan penyebaran bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol
inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier.
2. Operasional (Operations)
Kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input atau bahan baku
menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan,
perawatan perlengkapan, uji coba, pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan
dengan proses operasi atau produksi.
3. Logistik Keluar (Outbound Logistics)
Kegiatan yang diasosiasikan dengan pengumpulan, penyimpanan dan
distribusi produk ke pembeli, seperti pergudangan produk jadi, penanganan
material, operasi pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan.
4. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales)
Kegiatan dalam membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti
pengiklanan, promosi, tenaga penjual, quota dan harga.
5. Pelayanan (Service)
Kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan layanan untuk meningkatkan
dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan
penambahan produk.
b. Kegiatan Pendukung (Secondary Activities)
1. Procurement atau pengadaan,
Berkaitan dengan bagaimana bahan baku untuk produk yang diperoleh. Ini
mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah, persedian dan
jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-mesin,
perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.
2. Technology Development atau pengembangan teknologi,
Terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha
untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting
untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri.
3. Human Resource Management,
Pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan,
pengembangan SDM. Hal ini berkaitan dengan kegiatan dalam mempekerjakan dan
mempertahankan karyawan yang tepat untuk membantu desain, membangun dan
memasarkan produk.
4. Firm Infrastructure,
Aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas termasuk
pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, dan manajemen kualitas.

Gambar 2. 3 Diagram Value Chain


Sumber : (Merna & Al-Thani, 2008)

Diagram diatas merupakan diagram dari value chain yang menjelaskan


bagian mana yang termasuk dalam kegiatan utama dan bagian mana yang termasuk
dalam kegiatan pendukung
2.6 Diagram Fishbone
Pada subbab ini akan dibahas mengenai apa itu diagram fishbone, manfaatnya, dan
langkah membuat diagram fishbone.
2.6.1 Definisi Diagram Fishbone
Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) sering juga disebut dengan istilah
Diagram Ishikawa, adalah bentuk analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh
Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar Tahun 1960-an yang menggambarkan
permasalahan dan penyebabnya dalam suatu kerangka tulang ikan yang bagian-
bagiannya meliputi kepala, sirip, dan duri (Asmoko, 2013). Diagram fishbone
merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara
grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan
suatu permasalahan. Konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan
mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari
kerangka tulang ikannya (Scarvada, 2004).
Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori
penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi
materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower
(sumber daya manusia), methods (metode), mother nature/environment
(lingkungan), dan measurement (pengukuran). Penyebab lain dari masalah selain
6M tersebut dapat dipilih jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari
permasalahan, baik yang berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun
penyebab yang mungkin lainnya dapat digunakan teknik brainstorming (Scarvada,
2004).

Gambar 2. 4 Diagram Fishbone atau Ishikawa


Sumber : (Scarvada, 2004)

2.6.2 Manfaat Diagram Fishbone


Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone
ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara
lain:
1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.
Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis
permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan
pada masalah prioritas.
2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan
tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama
secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.
3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan
menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan
sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai sumbang
saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari penyebab tersebut yang
berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang
dominan.
4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan
lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.
5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan
lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.
6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan
ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.
7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan
diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya
2.6.3 Langkah Menyusun Diagram Fishbone
Dalam menyusun Diagram Fishbone atau yang biasa disebut Diagram
Ishikawa, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone meliputi
kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini
nantinya akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian kedua
merupakan sirip, yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok penyebab
permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan digunakan untuk
menyatakan penyebab masalah.
2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi
yang ada dengan kondisi yang diinginkan (Robbins, 2012). Masalah juga dapat
didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja sekarang
dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada
bagian kanan dari Diagram Fishbone atau ditempatkan pada kepala ikan.
3. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada
permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik Masalah Kelompok
Penyebab 6M (Scarvada, 2004). (Gaspersz, 2011) mengelompokkan penyebab
masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan),
methods (metode), materials (bahan baku), media, motivation (motivasi), dan
money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini kita tempatkan di Diagram
Fishbone pada sirip ikan.
4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah.
Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan.
5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita
dapat menggambarkannya dalam Diagram Fishbone.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan penjelasan penulis dalam melakukan proses penelitian
diantaranya dalam menentukan objek observasi, lokasi pengambilan data, waktu
observasi, teknik pengumpulan data, serta diagram alir penelitian.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan observasi langsung suntuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam menganalisis risiko di UKM. Tujuannya untuk mengidentifikasi
permasalahan secara langsung, serta apa saja yang diperlukan untuk menunjang
penyelesaian dari masalah yang ada.
Objek penelitian dilakukan pada UKM Yuri Kosmetik tepatnya di Ruko Merr
Boulevard B22-23. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini
dilakukan selama bulan April sampai Mei 2017.
1.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Dalam melakukan observasi, penulis memerlukan data penunjang untuk
membantu menyelesaikan masalah yang ada. Cara yang dilakukan penulis adalah
dengan melakukan wawancara secara langsung kepada pemilik UKM Yuri
Kosmetik yaitu Yendi Christian K.K. Teknik wawancara yang digunakan adalah
metode semi tersruktur agar bisa menemukan atau menganalisis permasalahan
secara lebih luas ruang lingkupnya. Wawancara semi terstruktur di dalam
pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuannya untuk menggali informasi dan memperoleh kebenaran yang sekiranya
berkesesuaian dengan data yang diperoleh dapat digunakan untuk menunjang
keperluan penyelesaian masalah (Sugiyono, 2010).
Dalam melakukan observasi ini data yang diperoleh penulis adalah data
primer, karena data diperoleh secara langsung dari sumber asli berdasarkan
informasi dari narasumber. Data primer ini mengacu pada sumber data informasi
yang diperoleh dari tangan pertama secara langsung pada saat melakukan
wawancara oleh peneliti untuk memenuhi tujuan spesifik tertentu (Sekaran, 2011).
Dalam observasi ini penulis menggunakan analisis data menggunakan ISO 31000
karena analisis tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada di UKM Yuri
Kosmetik.
1.8 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian digunakan untuk membuat sebuah rancangan sistem
dari proses penelitian yang akan dilakukan. Diagram alir ini akan menjelaskan
beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis.

Mulai

Mencari objek amatan

Studi literatur

Pengumpulan data

Pembuatan value chain

Pembuatan ISO 31000

Pembuatan risk matrix

Membuat rancangan mitigasi

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 2. 5 Diagram Alir Penelitian

1.8.1 Mencari Objek Amatan


Kegiatan pertama kali dalam observasi ini adalah mencari objek amatan
yang akan digunakan dalam penulisan laporan ini. Penulis mencari informasi dari
salah satu mahasiswa Manajemen Bisnis tentang UKM Yuri Kosmetik dan juga
melakukan searching di internet untuk mengetahui alamat lengkap dari UKM Yuri
Kosmetik. Setelah itu penulis mendapat informasi mengenai kantor dari UKM Yuri
Kosmetik yang baru terletak di Ruko Merr Boulevard B22-23.
1.8.2 Studi Literatur
Dalam tahapan ini penulis mencari informasi melalui studi literatur untuk
mencari referensi yang digunakan sebagai pedoman dan landasan untuk melakukan
pengumpulan data dalam memecahkan permasalahan yang ada.
1.8.3 Pengumpulan Data
Setelah mencari sumber referensi dari studi literatur serta mengetahui UKM
yang menjadi objek amatan dalam penelitian, penulis melakukan pengumpulan data
menggunakan teknik pengumpulan data secara langsung melalui wawancara
kepada narasumber untuk mengetahui profil UKM Yuri Kosmetik, proses bisnis
yang digunakan, identifikasi risiko, dsb.
1.8.4 Pembuatan Value Chain
Dalam tahap pembuatan value chain, penulis terlebih dahulu melakukan
identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas yang tergolong dalam aktivitas utama dan
pendukung.
1.8.5 Pembuatan ISO 31000
Setelah proses pembuatan value chain, penulis melakukan analisis risiko
menggunakan ISO 31000. Kerangka kerja manajemen risiko berdasarkan ISO
31000 ini mencakup tentang pemahaman mengenai organisasi dan konteksnya,
menetapkan kebijakan manajemen risiko, menetapkan akuntabilitas manajemen
risiko, mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis organisasi,
alokasi sumber daya manajemen risiko, dan menetapkan mekanisme komunikasi
internal dan eksternal. Setelah itu dilakukan proses penerapan manajemen risiko.
1.8.6 Pembuatan risk matrix
Risk matrix merupakan sebuah matriks yang digunakan untuk menentukan
ukuran besaran risiko. Dengan penggunaan risk matrix akan memudahkan dalam
melihat kategori suatu risiko.
1.8.7 Membuatan Rancangan Mitigasi
Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa pertimbangan risiko,
digunakan untuk memberikan perlakuan atau tindak lanjut atas risiko yang terjadi.
1.8.8 Kesimpulan dan Saran
Setelah semua tahap dilakukan penulis akan membuat kesimpulan sesuai
dengan tujuan awal pembuatan laporan dan memberikan saran yang tepat.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
DAFTAR PUSTAKA
Asmoko, H. (2013, May 2). Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementrian Keuangan. Diambil kembali dari BDPim Magelang:
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang/images/unduh/teknik_ilust
rasi_masalah.pdf
Gaspersz, V. d. (2011). Integrated Management Problem Solving Panduan bagi
Praktisi Bisnis dan Industri. Vinchristo.
Heizer, J. d. (2011). Operation Management Tenth Edition. Pearson Inc.
Jayanti, S. (2009). Pengukuran Risiko Operasional Dengan Metode Aggregating
Value At Risk. Risiko Operasional.
Lindland, J. (2007). The Seven Failure Modes. The Bella Group Inc.
Lutfia, A. (2012, Januari). Analisa Pengaruh Value Chain Terhadap Persaingan
dalam Mencapai Kepuasan Pelanggan pada Perusahaan Precast di
Indonesia. Depok, Jawa Barat, Indonesia: Universitas Indonesia.
Mangifera, L. (2015). Analisis Rantai Nilai (Value Chain) pada Produk Batik Tulis
di Surakarta. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 19 , No. 1, 24-
33.
Merna, T., & Al-Thani, F. (2008). Corporate Risk Management 2nd Ed. England:
John Willey and Son.
Monks, J. G. (1987). Operation Management : Theory and Problems, International
Edition Management. McGraw Hill.
Porter, E. M. (1985). Competitive Advantage-Creating and Sustaining Superior
Performance. New York: Free Press.
Robbins, S. d. (2012). Management. Pearson Education, Prentice Hall.
Scarvada, A. T.-C. (2004). A Review of the Causal Mapping Practice and Research
Literature, Second World Conference on POM and 15th Annual. Cancun:
Mexico.
Sugiyono. (2010). Metode *enelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tjandrawan, D. I. (2005). Analisis Value Chain dalam Rangka Peningkatan
Efisiensi dan Laba. Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol.5 , No 2, 127-
132.
Williams, A., & Richard. (1965). Risk Management and Insurance.

Вам также может понравиться