Вы находитесь на странице: 1из 19

MAKALAH

PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Disusun oleh:

(NIM. )
(NIM. )
(NIM. )
VINDA RAMADHANI (NIM. )
MUJIATI (NIM. )
KHALIS SYUHADA (NIM. 1505004010004 )
M.ARIZA MITSWARI (NIM. 1505004010006 )

UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2015


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA ini
tanpa ada halangan suatu apapun.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan
teman-teman.

Banda Aceh, 13 Desember 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran
manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Ajaran demokrasi merupakan ide besar
para filsuf untuk mengkonstruksi rasionalitas kekuasaan yang sulit dijinakkan. Kekuasaan
menjadi tema sentral dalam ide demokrasi.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah sejak lama menerapkan
demokrasi sebagai dasar pemerintahan Indonesia. Namun samapai saat ini, negara Indonesia
belum memiliki kejelasan yang tepat tentang arti demokrasi itu sendiri. Jika kita melihat
sistem demokrasi dalam struktur pemerintahan Indonesia dari level negara, provinsi,
kabupaten, hingga kecamatan hampir dapat dipastikan demokrasi ini hanya sampai pada
pembuatan kebijakan. Sementara jika mencari demokrasi yang merupakan ciri bahwa negara
Indonesia mempunyai ciri demokrasi itu sendiri dapat dilihat di level desa.
Hal ini sebagaimana seperti yang ditulis oleh Moh. Hatta, Di desa-desa sistem yang
demokrasi masih kuat dan hidup sehat sebagai bagian adat istiadat yang hakiki. Dasarnya
adalah pemilikan tanah yang komunal yaitu setiap orang yang merasa bahwa ia harus
bertindak berdasarkan persetujuan bersama. Struktur demokrasi yang hidup dalam diri
bangsa Indonesia harus berdasarkan demokrasi asli yang berlaku di desa. Gambaran dari
tulisan ini tidak lain merupakan pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan oleh
musyawarah dalam pencapaian keputusan dan gotong royong dalam pelaksanaan
keputusannya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa demokrasi desa memuat baik
kepemimpinan.
Mungkin jika kita menanyakan tentang arti demokrasi, kebanyakan orang akan
mengatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini sering
diartikan sebagai semua keinginan rakyat adalah yang paling benar. Dan ada juga yang
mengatakan bahwa kehendak rakyat adalah kehendak Tuhan. Hal ini tentunya tidak sesuai
dengan konsep demokrasi itu sendiri. Sebagai contoh bila ada dua pendapat yang saling
bertentangan dari rakyat, pastinya kedua pendapat itu tidak mesti dilaksanakan. Oleh karena
itu, perlu adanya sosok pemimpin yang dapat memimbing dan memutuskan pendapat yang
terbaik yang bisa digunakan.
Untuk itu, makalah yang kami susun ini akan membahas tentang bagaimana
pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini, yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar
1945.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian dari demokrasi itu?
2. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian demokrasi.
2. Mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DEMOKRASI
Beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli secara lengkapnya dijelaskan seperti
dibawah ini:
1. Menurut Henry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan
politik.
2. Menurut Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di
dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh
penduduk dewasa dapat memberikan suara.
3. Menurut Yusuf Al-Qardhawi
Demokrasi adalah wadah masyarakat untuk memilih sesorang untuk mengurus
dan mengatur urusan mereka. Pimpinanya bukan orang yang mereka benci,
peraturannya bukan yang mereka tidak kehendaki, dan mereka berhak meminta
pertanggungjawaban penguasa jika pemimpin tersebut salah. Merekapun berhak
memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak boleh dibawa ke sistem ekonomi,
sosial, budaya, atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan tidak mereka sukai
4. Menurut Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat
telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam
melaksanakan kekuasaan negara.
5. Menurut John L. Esposito
Pada dasarnya kekuasaan adalah dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya,
semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah
terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
6. Menurut Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
7. Menurut Kranenburg
Demokrasi terbentuk dari dua pokok kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
Demos (rakyat) dan Kratein (memerintah) yang maknanya adalah cara memerintah
oleh rakyat.
8. Menurut Prof. Mr. Koentjoro Poerbobranoto
Demokrasi adalah suatu negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat.
Maksudnya, suatu sistem dimana suatu negara diikutsertakan dalam pemerintahan
negara.
9. Menurut Abraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(Democracy is government of the people, by the people, and for the people). Hal ini
berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat
mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan
pemerintahan.
10. Menurut International Commission of Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil
yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu
proses pemilihan yang bebas.
11. Menurut Merriam, Webster Dictionary
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh
mayoritas pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan
oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang
biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara
periodik.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa demokrasi
adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan suatu negara di pegang oleh
rakyat, karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.

B. SEJARAH DEMOKRASI
Kata demokrasi pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di
negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang
umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes
disebut sebagai Bapak Demokrasi Athena.
Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama:
pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di
pemerintahan, dan majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena. Semua warga
negara yang memenuhi ketentuan boleh berbicara dan memberi suara di majelis, sehingga
tercipta hukum di negara-kota tersebut.
Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh
majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule, dan
pengadilan, mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus
terlibat dalam urusan publik. Meski hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena
dalam arti modern (bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk menyebut hak), penduduk
Athena menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di
sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan menahan diri untuk tidak tunduk pada
perintah orang lain.
Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella
merupakan majelis rakyat yang diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta
memilih pemimpin dan melakukan pemungutan suara dengan cara pemungutan suara
kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria berusia 30 tahun boleh ikut serta. Aristoteles
menyebut hal ini kekanak-kanakan, berbeda dengan pemakaian kotak suara batu layaknya
warga Athena. Tetapi Sparta memakai cara ini karena kesederhanaannya dan mencegah
pemungutan bias, pembelian suara, atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-
pemilihan demokratis pertama.
C. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
Dalam menjalankan demokrasi dalam suatu negara, harus mengacu pada prinsip
prinsip dasar demokrasi sebagaimana berikut ini:
1. Pemerintahan berdasarkan konstitusi.
2. Pemilihan Umum yang bebas, jujur, dan adil.
3. Adanya jaminan Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Diakuinya persamaan kedudukan di hadapan hukum.
5. Terciptanya peradilan yang bebas dan tidak memihak.
6. Dijaminya kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
7. Kebebasan pers.

D. UNSUR-UNSUR DEMOKRASI
1. Partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara
Dalam demokrasi, setiap warga negara berhak menentukan kebijakan publik,
seperti penentuan anggaran, peraturan peraturan, dan kebijakan-kebijakan publik lainya.
Namun karena secara praktis tidak mungkin melibatkan semua warga suatu negara
dalam pengambilan keputusan, maka digunakan prosedur pemilihan wakil rakyat.
Warga negara memilih wakil-wakil mereka di pemerintahan.
Para wakil inilah yang diberi mandat untuk mengelola masa depan bersama warga
negara melalui berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan. Pemerintahan
demokratis diberi kewenangan membuat keputusan melalui mandat yang diperoleh
lewat pemilu.
2. Kebebasan
Unsur ke dua dan bahkan lebih mendasar dalam demokrasi adalah kebebasan,
yaitu kebebasan berekspresi, berkumpul, berserikat, dan media (koran, radio, TV).
Kebebasan memungkinkan demokrasi berfungsi. Kebebasan memberi oksigen agar
demokrasi dapat bernafas.
a. Kebebasan berekspresi memungkinkan segala masalah bisa diperdebatkan,
memungkinkan pemerintah dikritik, dan memungkinkan adanya pilihan-pilihan
lain.
b. Kebebasan berkumpul memungkinkan rakyat berkumpul untuk melakukan diskusi.
c. Kebebasan berserikat memungkinkan orang-orang untuk bergabung dalam suatu
partai atau kelompok penekan untuk mewujudkan pandangan atau cita-cita politik
mereka.
Ketiga kebebasan ini memungkinkan rakyat mengambil bagian dalam proses
demokrasi. Media yang bebas artinya media tidak dikendalikan oleh penguasa,
membantu rakyat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat pilihan
mereka sendiri. Tanpa Media yang bebas dan tanpa kebebasan berekspresi yang luas
(melalui percakapan, buku buku, film film, dan bahkan poster-poster dinding), rakyat
sering kali sulit mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan sulit
membuat keputusan yang berbobot mengenai apa yang harus mereka pilih demi
mencapai suatu keadaan masyarakat yang mereka inginkan.
3. Supremasi hukum (Daulat hukum)
Unsur penting lainya, yang sering kali dianggap sudah semestinya ada di negara
negara yang tradisi demokrasinya sudah lama adalah supremasi hukum (rule of law).
Tidak ada gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut di atas
bertumbuh apabila pemerintah menginjak-injaknya. Pengalaman yang banyak negara
menunjukan banyak pengkritik dijebloskan ke dalam penjara, banyak demonstran yang
menentang kebijakan pemerintah dibubarkan dengan cara kekerasan, dan bahkan ada
banyak diantara mereka ditembak mati secara diam-diam oleh agen-agen rahasia
negara.
Agar kebebasan dapat tumbuh subur, rakyat harus yakin bahwa kebebasan itu
berlaku tetap. Rakyat baru yakin akan hal itu apabila pihak-pihak yang bertugas untuk
menegakkannya, terutama para hakim dan polisi, tidak dikendalikan oleh penguasa.
4. Pengakuan akan kesamaan warga negara
Dalam demokrasi semua warga negara diandaikan memiliki hak-hak politik yang
sama, jumlah suara yang sama, hak pilih yang sama, dan akses atau kesempatan yang
sama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun mempunyai pengaruh
lebih besar dari pada orang lain dalam proses pembuatan kebijakan. Kesamaan disini
juga termasuk kesamaan di depan hukum dari rakyat jelata sampai pejabat tinggi.
Semuanya sama di hadapan hukum.
a. Di bidang ekonomi, setiap individu memiliki hak yang sama melakukan usaha
ekonomi (berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb.) untuk memenuhi dan
meningkatkan taraf hidupnya.
b. Di bidang budaya, setiap individu mempunyai kesamaan hak dalam
mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni musik,
seni pahat, seni bangunan, dan sebagainya.
c. Di bidang politik, setiap orang memilih hak politik yang sama, yakni setiap
individu berhak secara bebas memilih, menjadi anggota salah satu partai politik,
atau mendirikan partai politik baru sesuai perundang-undangan yang berlaku. Juga
memiliki hak dalam pengambilan keputusan baik dalam lingkup keluarga atau
masyarakat melalui mekanisme yang disepakati dengan tidak membedakan status,
kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
d. Di bidang hukum, setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak
untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan.
e. Di bidang pertahanan dan keamanan, setiap individu mepunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam pembelaan negara.
5. Pengakuan akan supremasi sipil atas militer
Dalam sebuah negara yang benar-benar demokratis, sipil mengatur militer, bukan
sebaliknya. Hal ini mengandung dua arti. Pertama, sipil mengendalikan militer. Kedua,
militer aktif tidak diperkenankan menjadi pejabat negara (lurah, camat, walikota, bupati,
gubernur, presiden, dan sebaliknya). Militer hanya bertanggung jawab mengamankan
negara terhadap ancaman dari luar.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA


Dalam sejarah Negara Republik Indonesia, perkembangan demokrasi telah mengalami
pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial politik yang
demokratis dalam masyarakat. Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat
periode:
1. Demokrasi pada masa Revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik.
Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih
terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan
dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa
negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan:
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai
Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensiil menjadi parlementer.
2. Demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Masa demokrasi liberal atau parlementer, presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai kepala negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan:
1) Dominannya partai politik.
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.
Atas dasar kegagalan itu maka presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
1) Bubarkan konstituante.
2) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1) Dominasi presiden.
2) Terbatasnya peran partai politik.
3) Berkembangnya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan.
2) Peranan parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR.
3) Jaminan HAM lemah.
4) Terjadi sentralisasi kekuasaan.
5) Terbatasnya peranan pers.
6) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur).
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang
menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
3. Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998)
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11
Maret 1966. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
b. Rekrutmen politik yang tertutup.
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
d. Pengakuan HAM yang terbatas.
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
a. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi).
b. Terjadinya krisis politik.
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba.
d. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun
jadi Presiden.
4. Demokrasi pada masa Reformasi (1998-sekarang)
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi.
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum.
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN.
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI.
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
f. Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
B. DEMOKRASI ERA REFORMASI
Sampai saat ini, hampir seluruh negara di dunia mengklaim menjadi penganut paham
demokrasi. Demokrasi yang dilaksanakan di masing-masing negara tentunya berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lainnya. Demokrasi dilaksanakan harus berdasarkan
kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara dikelola oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk
rakyat.
Prinsip demokrasi di Indonesia tercantum dalam suatu Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea IV yang berbunyi:
.maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, prinsip demokrasi Indonesia juga
tercantum dalam Pancasila sila keempat serta secara eksplisit tercantum dalam UUD 1945
Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD. Selain itu juga tercantum dalam Pasal UUD 1945 hasil amandemen dengan
mewujudkan sistem penentuan kekuasaan pemerintahan negara secara langsung dalam
memilih presiden dan wakil presiden, Pasal 6A ayat (1).
Sistem demokrasi dalam penyelenggaraan negara Indonesia diwujudkan dalam
penentuan kekuasaan negara yaitu dengan menentukan dan memisahkan tentang kekuasaan
eksekutif Pasal 4-16, legislatif Pasal 19-22, dan yudikatif Pasal 24 UUD 1945.
Secara filosofis, demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat sebagai asal mula
kekuasaan negara dan sebagai tujuan kekuasaan negara. Rakyat merupakan penjelmaan sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

C. PEMILU SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI


Salah satu perwujudan pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah dengan
diadakannya Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilihan Umum merupakan suatu ajang aspirasi
rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat. Masalah Pemilu diatur dalam UUD 1945
tentang Pemilihan Umum Bab VII B Pasal 22E sebagai hasil dari amandemen UUD 1945
ke-3 Tahun 2001 yang berbunyi:
1. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali.
2. Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
3. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai Politik.
4. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah perseorangan.
5. Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang Pemilu diatur dengan Undang-Undang.
Tujuan diselenggarakannya Pemilu adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil
daerah serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh
dukungan rakyat dalam rangka mencapai tujuan nasional sesuai dengan UUD 1945.
Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri. Komisi ini bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemilu dan dalam
pelaksanaannya menyampaikan laporan kepada Presiden dan DPR.

D. INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI)


Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang sangat penting dan terus
diupayakan oleh pemerintah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk
dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan
akurat. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi di
Indonesia sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lainnya
merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).
IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di
Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah
aspek demokrasi, diantaranya adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), hak-Hak Politik
(Political Rights), dan Lembaga-Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).
Pada dasarnya IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan
demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga
aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran
perkembangan demokrasi di level provinsi seluruh Indonesia.
Tahun 2013, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) nasional sebesar 63,72 dari skala 0
sampai 100, angka ini naik 1,09 poin dibandingkan dengan IDI nasional tahun 2012 sebesar
62,63. Meskipun mengalami peningkatan, tingkat demokrasi Indonesia masih tetap berada
pada kategori sedang.
Perkembangan IDI dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi (2009 sebesar
67,30; 2010 sebesar 63,17; 2011 sebesar 65,48; 2012 sebesar 62,63; dan 2013 sebesar
63,72). Meskipun demikian, tingkat demokrasi Indonesia berdasarkan perhitungan indeks
sejak tahun 2009 hingga 2013 masih tetap berada pada kategori sedang.
Jika kita bandingkan dengan indeks pada tahun 2009, nilai indeks pada tahun 2013
justru lebih rendah sebesar 3,58 dibandingkan IDI pada tahun 2009. Hal ini kemungkinan
dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk
demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan seperti merusak, memblokir,
membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah, dll.

E. KECACATAN DAN SISI GELAP DEMOKRASI


Satu poin yang perlu dicermati dari sistem demokrasi adalah penentuan calon
pemimpin atau wakil rakyat yang kelak menyuarakan kehendak rakyat. Demokrasi tidak
mengatur detil dari poin ini. Semua diserahkan pada negara atau wilayah guna
menyesuaikan sesuai dengan kepentingan. Mengingat azas kebebasan yang berlaku dalam
sistem demokrasi, maka setiap warga negara punya hak dipilih dan memilih sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Celakanya jika dalam penetapan ini bermuatan kepentingan segelintir orang atau
kelompok, maka akan dibuat kriteria selonggar mungkin. Ini yang terjadi ketika
Aburrahman Wahid (Gus Dur) dicalonkan sebagai presiden RI. Atau standar minimum
pendidikan SMA pada penetapan calon anggota legislatif indonesia. Itulah muncul
kekhawatiran dari beberapa kalangan akan munculnya sosok-sosok boneka. Mereka yang
sebenarnya jauh dari kompeten namun memenuhi syarat minimal berhak mencalonkan diri.
Sisi lain yang tak kalah menakutkan adalah proses pra pemilihan umum. Mengingat
calon harus memenangkan suara terbanyak untuk bisa duduk di tempat yang ia inginkan,
maka mau tak mau harus ada usaha untuk merebut hati rakyat. Kampanye sebagai
mekanisme beriklan harus dimanfaatkan betul. Mereka yang lolos Fit and Proper Test ini
dan berkampanye, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Diperbolehkan menggalang dana
dan mencari sponsor dari individu atau kelompok. Dan tentu saja harus ada transaksi atau
semacam kesepakatan antara kedua belah pihak. Intinya harus ada simbiosis mutualisme
antara kerduanya.
Maka jadilah kampanye tidak sekedar pra pesta demokrasi melainkan pesta bisnis di
sisi lain. Inilah poin berbahaya yang dimaksud. Celah ini sangat dipahami betul para pemilik
modal. Mereka yang ingin mempertahankan hegemoni bisnisnya rela merogoh kocek lebih
dalam guna mendukung salah satu calon yang dianggap menguntungkan bisnisnya kelak.
Uang dan kekuatan sering menjadikan proses Pemilihan Umum menjadi tidak fair.
Afiliasi kekuatan militer dan industri menjadi sangat digdaya, terlebih setelah mengadopsi
semboyan perang melawan terorisme. Lobi dan korupsi mencemari berbagai proses
pemerintahan. Singkat kata, demokrasi tengah berada dalam kondisi yang tidak baik alias
sakit (Simon Jenkins, mantan editor The Times, Guardian, 2010).
Analisa Simon Jenkins di atas memberikan gambaran jelas tentang cacat demokrasi.
Selain prosesnya sering tidak fair, mekanisme dan hasilnya pun tak jarang menimbulkan
petaka. Namun sayangnya kehebatan media dan marketing demokrasi yang dimiliki
tangan-tangan tersembunyi, membuat demokrasi seolah batu karang gagah yang tak
tergoyahkan.
Di sisi lain, pelaku-pelaku politik yang sudah jauh tenggelam dalam dahaga duniawi
dan kekuasaan semakin banyak bermunculan. Individu hasil didikan tangan-tangan inilah
yang akan dijadikan boneka dan atau wayang. Inilah cacat bawaan dan sisi gelap demokrasi
yang sudah banyak memakan korban. Pelan tapi pasti, dunia saat ini sedang berjalan ke arah
proses destruktif massal. Satu per satu negara teracuni. Satu per satu pula negara-negara
tersebut dikuasai secara kasat mata melalui tangan-tangan tersembunyi lewat mekanisme
pemilu dalam sistem demokrasi.
F. KONDISI DEMOKRASI SAAT INI
Tahun 2014 menjadi tahun ketiga pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil Presiden
secara langsung oleh rakyat, yang sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2004 dan
2009. Selain itu juga telah dilaksanakan Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, dan
DPRD yang juga dilakukan secara langsung oleh rakyat. Hal ini telah mencerminkan bahwa
negara Indonesia telah berhasil menerapkan paham demokrasi terutama Demokrasi
Pancasila yang telah diterapkan oleh negara Indonesia.
Namun yang menjadi titik perhatian saat ini adalah pro-kontra di Gedung DPR atas
diputuskannya Pilkada melalui DPRD atau tidak langsung saat sidang paripurna anggota
DPR akhir-akhir ini. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan sistem demokrasi yang
diterapkan oleh negara Indonesia yaitu Demokrasi Pancasila. Apalagi keputusan diambil
melalui proses voting, bukan musyawarah mufakat sesuai dengan Demokrasi Pancasila.
Mekanisme pengambilan keputusan anggota DPR seperti itu justru lebih mengarah kepada
sistem liberal barat, bukan Pancasila.
Menurut Ahmad Amran Nur, Sekertaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Provinsi Sulawesi Barat, pilkada langsung dengan melibatkan rakyat lebih sesuai dengan
perwujudan Demokrasi Pancasila. Pancasila memiliki jiwa dan semangat integrasi bangsa,
yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia bukan lagi mengenai jumlah sila yang terdapat
dalam pancasila, lebih dari itu yang perlu dijalankan adalah implementasi dari makna yang
terkandung dalam kelima sila itu sendiri.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa bukanlah ideologi
yang ingin menguasai bangsa di atas bangsanya sendiri, sehingga semangat DPR
memutuskan pilkada tidak lansung bertentangan dengan nilai demokrasi dalam pancasila,
karena tidak melibatkan masyarakat secara utuh, katanya. Sila keempat Pancasila,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
sebenarnya dapat dipahami bahwa keputusan sejatinya diambil melalui proses berpikir
secara kolektif seluruh masyarakat.
Kesimpulannya, dengan diputuskannya RUU Pilkada lewat DPR atau tidak langsung
ini, tentunya telah menghilangkan hak-hak rakyat untuk ikut serta dalam mewujudkan
negara Indonesia yang demokratis sesuai dengan yang telah dicantumkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah kami susun, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan suatu negara di
pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya berasal dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2. Demokrasi di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang terbagi
menjadi empat periode, yakni: Demokrasi Parlementer (1945-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), Demokrasi Pancasila Era Orba (1966-1999), dan Demokrasi
Pancasila Era Reformasi (1999-sekarang).
3. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah cukup baik sesuai dengan yang tercantum
dalam UUD 1945. Namun, pada akhir-akhir ini demokrasi di Indonesia sedikit
mengalami kecacatan dengan keputusan DPR yang telah mengusulkan pilkada tidak
langsung. Sehingga hak kedaulatan rakyat untuk menentukan pemimpinnya akan hilang.

B. SARAN
Sebagai warga negara Indonesia yang telah menerapkan Demokrasi Pancasila,
hendaknya kita dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta berpartisipasi secara aktif
dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Sudah seharusnya kita saling bergotong royong
demi mewujudkan bangsa Indonesia yang demokratis seperti yang telah dicita-citakan oleh
pahlawan-pahlawan bangsa ini.

Вам также может понравиться