Вы находитесь на странице: 1из 9

Hormon Endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang diproduksi sendiri oleh tubuh.

Endorfin memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, atau
bahagia. Hormon ini diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar hipofisis.
Hormon Endorfin terdiri dari neuropeptida opioid endogen. Kata Endorphin terdiri dari dua
kata: endo dan -orphin; yang merupakan bentuk singkat dari kata-kata endogen dan morfin,
hal ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa neuropeptida ini bekerja seperti zat morfin
namun berasal dari dalam tubuh.
Pada kenyataannya di dalam tubuh tidak hanya terdapat satu jenis, setidaknya terdapat 20
jenis endorfin. Salah satunya disebut dengan beta-endorfin yang telah diketahui memiliki
potensi efek yang lebih kuat daripada morfin. Namun, endorfin memiliki kelebihan yaitu
bersifat non-adiktif atau tidak menyebabkan kecanduan, tidak seperti obat opiat (morfin dan
kodein). Fungsi Hormon Endorfin Di dalam tubuh manusia hormon endorfin memiliki
beberapa fungsi diantaranya : Meredakan nyeri. Merupakan fungsi utama hormon ini yaitu
memblokir reseptor opioid yang terdapat pada sel sel saraf. Hal ini kemudian
menyebabkan terganggunya penghantaran sinyal rasa sakit. Mengurangi Stres. Pada saat
stres jumlah endorfin dalam tubuh dapat mengalami peningkatan dan menghasilkan euforia
sehingga membantu Anda mengatasi stres. Meningkatkan Mood. Endorfin dapat
menenangkan saraf Anda dengan menciptakan perasaan tenang dan damai, sehingga
terjadi perbaikan pada suasana perasaan anda. Meningkatkan imunitas. Hormon ini dapat
memicu pembentukan natural killer cell yang merupakan bagian dari sistem kekebalan
tubuh. sehingga hormon ini juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Mempengaruhi Sel
Otak. Hormon ini juga dipercaya dapat berpengaruh terhadap sel otak dan membantu
meningkatkan daya ingat dan konsentrasi. Sebagai zat anti penuaan. Endorfin juga
dipercaya dapat menghilangkan superoksida yang menyebabkan proses penuaan pada
tubuh. Kelebihan Hormon Endorfin Endorfin dapat menghasilkan perasaan euforia yang
sangat mirip dengan yang dihasilkan oleh opioid lainnya. Namun apabila kadarnya terlalu
banyak, maka dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang selalu merasa
tersudutkan atau terancam, dan memicu refleks cemas dan ketakutan untuk setiap hal kecil.
Hal ini terjadi karena tubuh yang dibanjiri endorfin akan secara alami mengasumsikan
bahwa akan datang sesuatu yang menyakitkan. Pada autisme diduga terjadi kekurangan
enzim yang memetabolisme endorphin sehingga terdapat salah satu teori yang menyatakan
bahwa individu autis terjadi karena memiliki terlalu banyak beta-endorfin dalam sistem saraf
pusat mereka. Kelebihan Endorfin juga diduga berperan dalam gangguan depersonalisasi,
hal ini terlihat dari adanya perbaikan terhadap pasien gangguan depersonalisasi setelah
mendapatkan pengobatan dengan antidotum opiat naloxon ataupun naltrekson.
Kekurangan Hormon Endorfin Kadar Endorfin yang rendah dapat menyebabkan gangguan
kepribadian terutama dalam regulasi suasana perasaan dan mood. Kekurangan endorfin
diketahui berhubungan dengan beberapa kelainan seperti depresi, ambang rangsang yang
rendah terhadap rangsang nyeri dan sensasi nyeri kronis yang tidak jelas penyebabnya.
Gejala gejala yang muncul pada saat seseorang mengalami depresi akibat kekurangan
endorfin antara lain, timbulnya perasaan sedih dan murung, yang berlangsung terus
menerus, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, merasa bahwa dirinya tidak berguna,
pada kondisi yang berat dapat timbul ide atau gagasan untuk segera mengakhiri hidup atau
bunuh diri. Terapi Hormon Endorfin Hormon Endorfin paling banyak dilepaskan ke dalam
tubuh manusia selama kondisi stres atau pada saat saat kesakitan. Masuknya endorfin ke
dalam sistem pada saat bersamaan sering menimbulkan perasaan mual atau perasaan
gugup di perut. Namun, jumlah endorfin dilepaskan bervariasi antara individu yang satu
dengan yang lainnya sehingga suatu kejadian yang merangsang sekresi neurohormon ini
dapat meningkatkan kadar endorfin secara signifikan pada beberapa orang namun tidak
selalu demikian pada sebagian orang lainnya. Selain stres dan rasa sakit, sekresi endorphin
juga dipicu oleh konsumsi makanan tertentu, seperti cokelat dan cabai. Memang,
peningkatan karakteristik kadar endorphin tubuh yang disebabkan oleh cokelat diyakini
memainkan peran penting yang menyatakan bahwa cokelat adalah makanan kenyamanan
pada saat stres. Selain itu, karena pelepasan endorphin yang terkait dengan cabai,
menyebabkan cabai telah digunakan dalam berbagai macam perawatan medis, terutama
sebagai bagian dari terapi untuk nyeri kronis. Beberapa jenis aktivitas fisik terutama aerobik
juga telah dikaitkan dengan peningkatan sekresi endorfin dalam beberapa tahun terakhir ini.
Menjalani terapi pijat atau akupunktur juga diyakini merangsang produksi hormon ini. Dalam
dunia psikiatri, percobaan terhadap penggunaan hormon endorfin sebagai terapi terhadap
gangguan jiwa telah banyak dilakukan. Hormon endorfin sintestis disuntikkan ataupun
diberikan secara infus pada pasien depresi dan skizofrenia. Setelah diberikan secara
intavena, pasien tersebut dinilai dan diukur tingkat perubahan perilaku yang dihasilkan.
Hasilnya pasien depresi dapat mengalami perbaikan perilaku secara signifikan dalam waktu
dua sampai empat jam setelah pengobatan menggunakan beta-endorphin. Namun,
pengobatan endorfin tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada pasien skizofrenia.
Gerakan aerobic low impact membutuhkan sebuah kaki yang selalu berada dilantai
setiap waktu. Gerakan-gerakan aerobic low impact adalah sebagai berikut:

a. Cha-cha-cha

Berdiri pada kaki kanan, melangkah dengan cepat di pusat kaki kiri kemudian jejakkan
lagi kaki kanan. Iramanya adalah menginjak lantai (hitungan 1), pusat telapak kaki kiri
(hitungan 2), ganti kaki (hitungan 3).

b. Grapevina

Langkahkan kaki kanan ke arah kanan, silangkan kaki kiri ke belakang, jejakkan kaki kiri
ke samping kanan.

c. Mengankat lutut

Lakukan sebuah gerakan dengan dua hitungan dimana pada hitungan 1 lutut di angkat,
dan kaki turun ke lantai pada hitungan ke dua. Gerakan-gerakan variasi termasuk
menedang ke depan dari lutut. Dan menedang ke belakang dengan pangkal paha dan
lutut melingkar.

d. Menyergap

Pada hitungan 1. Pinggul menghadap kesamping kiri sambil menepukkan ibu jari kaki
kanan. Pada hitungan 2. Kaki dan pinggul bergerak bersamaan. Dan lakukan gerakan
sebaliknya dengan kaki kiri.

e. Mambo

Hitungan 1 kaki kanan melangkah ke depan


Hitungan dua kaki kiri diam di tempat
Hitungan 3 kaki kanan melangkah ke belakang
Hitungan 4 kaki kiri melangkah ditempat.

f. Berbaris

Angkat lutut saat berjalan, setiap kaki menginjak tanah pada tiap irama music. Satu kaki
selalu menyentuh lantai setiap waktu. Ketika nada membawa kaki kelantai, gulingkan
telapak kaki dengan gerakan ibu jari kaki pusat tumit.

g. Menyeret kaki

Untuk rangkaian gerakan pusat kaki ini, pada hitungan 1 injakkan kaki kanan, hitungan 2
ganti kaki kiri, hitungan 3 pusat kaki kiri, hitungan 4 ganti kaki kanan, hitungan ke 5 kaki
kiri menedang ke depan. Teruskan rangkaian gerakan ini dengan kaki kiri memimpin.

h. Gesesr-geser pusat ganti kaki kanan


Pada hitungan 1 melangkah ke kanan dengan kaki kanan
Pada hitungan 2 geer kaki kiri
Hitungan 3 melangkah ke belakang denga pusatkan kaki kiri
Hitungan 4 langkahkan kaki kanan di tempat
Kembalikan gerakannya kea rah kiri

i. Berjongkok

Mulailah dengan kaki kaki rata di dilantai dan di bawah pinggul. Kemudian tekuklah lutut,
juga dapat dilakukan ke kanan atau ke kiri.

j. Langkah sentuh ke kanan

Dengan kaki kanan melangkah ke kanan, kemudian injaklah kaki kiri di samping kaki
kanan. Lakukan kebalikan langkah sentuh atau step thouch kiri. Juga dapat dilakukan
kea rah depan dan ke belakang.

k. Sentuh langkah ke kanan

Sentuhkan ibu jari kaki kanan atau tumit ke samping, depan, atau belakang. Kemudian
bawa kembali ke tengah. Tempatkan berat badan di kaki kanan seperti meletakkannya
kemudian di kaki kiri. Gerakan kaki ini juga dapat dilakukan dengan ibu jari kaki kiri atau
tumit (langkah sentuh ke kaki kiri)

l. Triplet

pada hitungan 1 Pada gerakan variasi, langkah sentuh yang berirama ini,
melangkah ke kanan dengan kaki kanan , kemudian injakkan pusat kaki kiri disamping
kaki kanan
pada hitungan ke dua jaga agar berat badan berada di tengah sementara
memindahkan berat badan ke samping kanan.
Lakukan urutan kebalikannya dengan kaki kiri

m. Langkah V

Langkahkan kaki kanan ke depan secara diagonal kea rah kanan, kemudian kaki kiri ke
depan kea rah kiri secara diagonal. Mundur ke belakang dengan sudut yang sama
dengan kaki kanan, kemudian mundur dengan sudut yang sama denga kaki kiri.
Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak diakibatkan
oleh ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar,
mengambil hak milik orang lain (mencuri, merampok, korupsi), vandalism, penyalahgunaan
obat terlarang dan free sex merupakan contoh perilaku yang timbul karena ketidakmampuan
dalam mengendalikan diri (self control).

Perkembangan self control pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia


seseorang. Semakin dewasa diharapkan mempunyai self control yang lebih baik dibanding
saat remaja dan anak-anak. Namun demikian beberapa kasus menunjukkan hal yang
sebaliknya, dimana beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh orang yang sudah
dewasa. Mahasiswa yang telah beranjak dewasa (bertambahnya usia dan ilmu) tentunya
diharapkan oleh masyarakat mempunyai self control yang lebih tinggi dibanding anak-anak
SMA. Tentunya akan aneh jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan kemampuan
mengendalikan diri, bahkan berbuat sesuka hati dengan membiarkan perilaku yang lebih
mementingkan egosime tanpa menghiraukan konsekuensi yang akan diperoleh.
Dalam pandangan Zakiyah Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat
menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari
keinginan-keinginan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam pengertian
yang umum pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan perbuatan yang akan
merugikan dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang dengan cara menunda
kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control
adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan
untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum,
mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah
konsekuensi positif.
Kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan
individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang
terdapat dilingkungan yang berada disekitarnya, para ahli berpendapat bahwa kontrol diri
dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-
efek psikologis yang negative dari stressor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri
memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
(Calhoun dan Acocela, 1990).
Mengapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan
penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan
kita senantiasa hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian.
Seluruh kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula
kebutuhan psikologis dan social kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat
berlangsung dengan baik jika kita mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan
orang lain. Kedua, Kontrol diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri).
Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek penting dalam mengelola dan
mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam aktualisasi pola
pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap situasi. Seseorang yang dapat
mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan memperoleh penilaian yang
positif dari orang lain (lingkungan sosial), begitu pula sebaliknya. Ketiga, kontrol diri
berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat membantu
seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa seseorang
yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain akan
lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan yang
memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka kita
akan dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat menyusun tindakan
yang berdimensi jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat
luas. Kemampuan mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku
buruk yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan
kenegaraan karena banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan
diri.
Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu
sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila seseorang dalam berperilaku
cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar khusus terhadap perilaku yang
dipilih, memberikan ganjaran bila dapat mencapai tujuan dan memberikan hukuman sendiri
apabila melakukan kesalahan, maka hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber
dari diri sendiri (internal). Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan
sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau hukuman juga
diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa self control yang
dimiliki bersumber dari luar diri (eksternal)

A. Jenis-Jenis Kontrol Diri


Kontrol diri yang digunakan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan
yang tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah
atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau
membatasi intensitas munculnya situasi tersebut
b. Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan
informasi yang dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, individu
berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi
positif secara subyektif atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c. Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan
berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk
memilih berbagai kemungkinan (alternative) tindakan
d. Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang
menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya. Kontrol informasi ini
dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam memprediksi dan
mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi
sesuatu yang tidak diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
e. Retrospective control, Kemampuan untuk menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa
atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi.
Individu berusaha mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini
bukan berarti individu mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha
memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.

B. Ciri-ciri control diri


Ciri-ciri seseorang mempunyai kontrol diri antara lain :
a. Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi
situasi yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu
mengatasi frustasi dan ledakan emosi.
b. Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku agar dapat
mencapai sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan
secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu
keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif
e. Kemampuan mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus
reaktif (terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit). Sedangkan orang yang tinggi
kemampuan mengendalikan diri akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih
yang positif). Untuk mengecek sejauh mana kita punya kemampuan mengendalikan diri, kita
bisa melihat petunjuk di bawah ini:

Rendah Sedang Tinggi


Anda mudah kehilangan Anda sudah sanggup Anda bisa memberikan
kendali, mudah frustasi, memberikan respon dengan respon secara konstruktif:
mudah meluapkan ekspresi tenang dan bisa membangun hubungan
emosi secara meledak- mendiskusikannya secara yang lebih positif dan
ledak, atau tidak efektif fair mengantisipasi problem
dalam menjalankan
aktivitas karena emosi yang
tidak terkontrol
Anda tidak tahan terhadap Anda sudah bisa mengelola Anda sudah bisa
berbagai tekanan atau tekanan secara efektif, tidak menenangkan diri anda dan
himpitan mempengaruhi hasil orang lain atau sanggup
pekerjaan atau tidak memainkan peranan
mempengaruhi proses sebagai leader
pekerjaan
Anda sudah bisa
mengontrol emosi tetapi
belum bisa
menggunakannya secara
konstruktif
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
a. Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang
dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada
hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan
hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang
yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara
psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
b. Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap
orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut
memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap
orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan
mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai
karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh
seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran,
dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara
seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-
nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga
seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda
dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri
seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga
memegang peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada
masa selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks
dan pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga
pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan
pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.
e. Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan
dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih
banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap
situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih baik
dibanding orang yang lebih muda.
D. Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri
1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya,
misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan,
tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada dorongan hati untuk
melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan. Apakah
yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Saat terjadi
konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada prinsip moral di
atas.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu bentuk
pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran
atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka.
Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah. Nah, kalau kita tidak sadar
atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai
kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul,
menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan merugikan diri kita dan
orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan
pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan diri, maka kita
dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
3. Prinsip perenungan. Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi karena
amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa
menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah
benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah benar.
Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri. Secara
sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan, sehingga saat kita
melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau keinginan
kita akan cenderung menurun.
4. Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang
bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa kondisi
ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah mudah karena perlu adanya
kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam emosi. Salah satu
cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi negatif tersebut surut
kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan bertanggung jawab (reaksi
yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis sering
menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk menghadapinya.
Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha menghadapi namun
masih sulit untuk mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan
diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita disibukkan dengan pikiran positif yang
lain, maka situasi yang menekan tersebut akan terabaikan. Begitu pula manakala kita menyibukkan
diri dengan aktifitas lain yang positif, maka emosi yang ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita
sukai tersebut akan menurun bahkan hilang. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-
hal yang positif maka emosi kita akan ikut berubah kearah yang positif juga.

Daftar Pustaka
Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang
Gunawan W. Adi. Jurus Pengendalian Diri.http://adiwgunawan.com/awg.php?co
http://azrl.wordpress.com/2008/10/26/mengendalikan-diri/

Вам также может понравиться