Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada tahun 2015, menimbang data dan fakta adanya keragaman kebudayaan dan
bahasa di Provinsi Papua, tim Papua melakukan kajian untuk mengidenti kasi
kebudayaan dan kebahasaan orang Skouw yang diakui sebagai salah satu penduduk
asli kota Jayapura. Kajian kebudayaan dan kebahasaan yang menempatkan fokus pada
orang Skouw ini bertujuan menggali nilai dan praktik masyarakat yang memiliki potensi
mendukung terciptanya integrasi sosial antara komunitas etnik tersebut dengan
kelompok etnik.
Hasil penelitian tim di tahun 2015, dari sisi kebahasaan, memperlihatkan individu yang
menjadi anggota masyarakat tersebut memiliki kemampuan memilih kode
(baca:bahasa) yang digunakan sebagai strategi komunikasi. Survei sosiolinguistik
memperlihatkan bahwa pada dasarnya ranah penggunaan bahasa Indonesia lebih luas
dibandingkan ranah penggunaan bahasa Skouw. Hal ini terjadi karena (1) intensitas
kontak bahasa yang tinggi, (2) tingginya angka kawin campur, dan (3) sikap bahasa yang
kurang positif dari penduduk Skouw. Posisi bahasa Indonesia bisa berperan sebagai
vernacular (bahasa asli, dialek dari penduduk asli) sekaligus vehicular (alat komunikasi
antarkelompok). Di sisi lain, bahasa Skouw, meskipun masih memiliki tempat di
kalangan penuturnya tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa vitalitas bahasa tersebut
berangsur-angsur mengalami degradasi. Hal ini terlihat dari mulai membesarnya
kesenjangan penggunaan yang terjadi antara bahasa Indonesia dan bahasa Skouw.
Selain kedua bahasa tersebut, bahasa Tok Pisin ditengarai juga mulai masuk ke dalam
aktivitas kebahasaan penduduk di sekitar orang Skouw terutama mereka yang
berkaitan langsung dengan akitivitas perdagangan di perbatasan IndonesiaPNG.
Sementara itu di sisi kebudayaan, persentuhan dengan berbagai nilai dan tradisi diakui
masyarakatnya mempengaruhi praktik tradisi mereka saat ini banyak acara adat yang
memang sudah tidak lagi dilakukan oleh orang Skouw, seperti tidak berfungsinya Tangfa
dan Paa (keduanya berarti rumah adat) sebagai tempat berkumpul dan juga tempat
untuk mendidik anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa.
Berlanjut dari penelitian tahun sebelumnya, pada tahun 2016 fokus penelitian
diarahkan untuk memahami interaksi internal dan eksternal dari komunitas kultural
penutur bahasa Skouw melalui kajian bahasa, kependudukan, kepemimpinan dan
adat/tradisi. Penelitian di tahun 2016 ini dilakukan melalui wawancara kepada anggota
masyarakat, Ondoa (pemimpin adat tertinggi), pemangku kebijakan seperti anggota
Majelis Rakyat Papua (MRP), stakeholder Pemerintah Provinsi Papua, Stakeholder
Pemerintah Kota Jayapura, Kepala Pemerintahan Kampung (KPK), serta informan dari
lembaga swadaya masyarakat (LSM). Selain wawancara, penelusuran artikel dan buku
buku yang terkait dengan bahasa dan budaya masyarakat asli Skouw maupun Port
Numbay dilakukan oleh tim peneliti.
Penelitian tahun 2016 menyasar tujuan teoritis dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan sosial dan humaniora, khususnya pada kajian bahasa dan kebudayaan,
mengenai batas-batas sosial budaya dalam konstruksi identitas masyarakat di kawasan
perbatasan Indonesia-PNG. Sementara itu, tujuan praktis penelitian ini adalahsebagai
bahan untuk penyusunan rekomendasi kebijakan pemerintah mengenai pemetaan
kekayaan kebudayaan kelompok etnik di kawasan perbatasan Indonesia yang
kemudian diharapkan dapat menyumbang pemikiran dalam perumusan strategi
kebudayaan Indonesia. (Luis Feneteruma)
*Sumber: disarikan dari Laporan Penelitian Tim Papua tahun 2015 dan makalah
Rancangan Penelitian Tim 15 Juni 2016
(Ed/Ranny Rastati)
Post Views: 171
Cari
Kategori
Kategori
Pilih Kategori
Pos-pos Terbaru
Memotret Toronto Melalui Kata-Kata
Lipi
PADAT-PUSTADIG P2KK
Hadhrami Conference
Meta
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.org
Map
Jumlah Kunjungan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia