Вы находитесь на странице: 1из 11

PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN SISTEM ETIKA DALAM BIDANG

POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, KETAHANAN DAN KEAMANAN,


HUKUM

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember


Jl. Kalimantan No. 37, KampusTegalboto, Sumbersari, Jember

ABSTRAK

Pancasila sebagai dasar negara bagi kehidupan berbangsan dan bernegara.


Manusia membutuhkan pedoman moral dan norma yang baik agar kehidupannya
berjalan dengan baik. Etika merupakan ilmu yang membahas mengenai nilai
benar dan salah yang ada dalam masyarakat. Etika yang bersumber dari niali-nilai
pancasila dapat dijadikan acuan dalam kehidupan. Sistem etika yang bersumber
pada Pancasila juga berhubungan dengan POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM
yang berkembang dalam masyarakat. Selain itu, pancasila diimplementasikan
dalam bidang keilmuan, salah satunya koherensi Pancasila dengan Fakultas
Teknologi Pertanian yang memuat prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam rangka
pendayaguaan secara ekonomis hasil pertanian dan sumber alam untuk
kesejahteraan manusia.

Keyword : Sistem Etika Pancasila, Bidang poleksosbudhamkam hukum, Fakultas


Teknologi Pertanian

PENDAHULUAN

Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber, pedoman dan tolok ukur
dari segala norma hukum, norma moral, atau norma kenegaraan lainnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Pada hakikatnya etika
merupakan ilmu atau refleksi sistematis mengenai pendapat-pendapat, norma-
norma, dan istilah-istilah moral. Setiap kehidupan manusia membutuhkan
pedoman moral dan norma-norma agar dapat berjalan dengan baik. Etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral
(Kamus Besar bahasa Indonesia, 1989). Lebih rinci dijelaskan etika adalah nilai
yang berkenaan dengan moral yang mengandung nilai tentang nilai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Terciptanya tatanan masyarakat yang baik membutuhkan pedoman nilai-
nilai yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat. Nilai baik dan nilai buruk yang
mengatur seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat itulah yang dimaksudkan
dengan etika. Kehidupan berbangsa dan bernegara juga membutuhkan etika
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Etika yang dijadikan acuan bagi
bangsa Indonesia adalah etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Etika
Pancasila sejalan dengan aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada
kewajiban, tujuan tindakan, dan pengembangan karakter moral. Etika Pancasila
adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan.
Sistem etika yang bersumber pada Pancasila juga berhubungan dengan
POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam pelaksanaan aktivitas politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan
dan keamanan membutuhkan etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM dapat terwujud dengan baik apabila
memiliki landasan etika yang kokoh, yaitu etika Pancasila. Dalam kehidupan
berpolitik, etika politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etika
yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat
Indonesia ketika nilai-nilai Pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etika
juga akan lebih berkembang ketika nilai dan moral Pancasila itu dapat di terapkan
kedalam norma-norma yang di berlakukan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang
harus dijadikan pedoman Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus
merupakan cabang dari ilmu kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai cabang
falsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan
moral. Dengan demikian kehidupan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
dapat terwujud.
Etika Pancasila harus dapat dikaitkan dan diimplementasikan dalam
berbagai bidang keilmuan, salah satunya hubungan pancasila dengan bidang ilmu
di Fakultas Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian merupakan bidang
keilmuan yang mampu menopang aspek ekonomi terutama yang terkait dengan
ketahanan pangan. Aspek ekonomi tidak dapat berdiri sendiri karena terkait dalam
satu sistem POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM. Masing-masing unsur saling
menopang sehingga tidak dapat dipisahkan. Politik, ekonomi, sosial budaya,
ketahanan dan keamanan merupakan bidang-bidang yang pelaksanaannya harus
ditopang dengan sistem etika yang bersumber pada Pancasila. Sementara, aspek
pendidikan juga menjadi pilar dalam mewujudkan POLEKSOSBUDHANKAM
HUKUM. Pendidikan di Fakultas Teknologi Pertanian juga membutuhkan sistem
etika yang bersumber pada Pancasila sehingga pendidikan dapat mewujudkan
insan-insan yang menguasai aspek keilmuan dengan dasar etika yang baik.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana sistem etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila ?
2. Bagaimana hubungan sistem etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila
dengan POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM?
3. Bagaimana sistem etika dalam bidang pendidikan di Fakultas Teknologi
Pertanian yang turut menopang POLEKSOSBUD HANKAM HUKUM ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumasan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Memaparkan sistem etika yang bersumber pana nilai-nilai Pancasila
2. Menjelaskan hubungan sistem etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila
dengam POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM
3. Menjelaskan sistem etika dalam perlaksanaan pendidikan di Fakultas
Teknologi Pertanian dan peranannya dalam mewujudkan ketahanan
POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM

TINJAUAN PUSTAKA
Istilah etika dalam makna yang sebenarnya berarti filsadat mengenai
bidang moral (Suseno, 2003). Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani)
dalam bentuk tunggal artinya padang rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-
lain, dan bentuk jamak artinya kebiasaan. Etika berarti ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan. Kata yang dekat dengan etika adalah
moral, berasal dari bahasa Latin mores artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Etika termasuk salah satu
cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri. Etika membahas yang
harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan dengan yang harus dan
tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai dan
norma etis banyak juga berasal dari agama, sehingga setiap orang yang beragama
akan berusaha menjadikan agama sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam
kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003). Etika termasuk kelompok filsafat
praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-aaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahasas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terntentu atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Menurut Sunoto (1982), etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa
adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya
berbuat. Contohnya sejarah etika. Sedangkan etika normatif sudah memberikan
penilaian yang baik dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak. Etika
normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman tentang
nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah
pelaksanaan prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika pergaulan, etika dalam
pekerjaan, dan sebagainya. Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan,
nilai-nilai, normanorma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika
menuntut pertanggung-jawaban yakni karena banyak sekali ajaran moral dan
pandangan moral seperti dalam kitab-kitab suci, petuah, wejangan dari para kyai,
pendeta, orang tua dan sebagainya, dan manusia harus memilih dengan kritis dan
mengikuti ajaran moral tertentu sehingga bisa dipertanggungjawabkan atas
pilihannya. Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral tidak dapat
dipertanggungjawaban. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan
moral(Magnis-Suseno, 1987)

PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pancasila sebagai Etika Diberbagai Bidang
(POLEKSOSBUDHAMKAN, HUKUM)
Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal
pikiran. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Pancasila menjadi semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan
masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normatif Pancasila itu sendiri.
Pengalaman sejarah pernah menjadikan Pancasila sebagai semacam norma etik
bagi perilaku segenap warga bangsa. Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P4
dapat dianggap sebagai etika sosial dan etika politik bagi bangsa Indonesia yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila (Achmad Fauzi, 2003).
Pada era saat ini tampaknya kebutuhan akan norma etik untuk kehidupan
bernegara masih perlu bahkan penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dengan
keluarnya ketetapan MPR No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa,
Bernegara, dan Bermasyarakat. Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat ini bertujuan untuk:
1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berbagai aspek.
2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan bilai-nilai etika dan
moral dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
Etika dibutuhkan dalam rangka mewujudkan tatanan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat. Etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila menopang
kehidupan berbangsa. Etika kehidupan berbangsa meliputi; etika politik, etika
ekonomi, serta etika sosial dan budaya dalam mewujudkan ketahanan dan
keamanan bangsa Indonesia. Etika selalu terkait dengan moral, baik moral
individdu maupun moral sosial.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat
kenyataan sosial.Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral
sosialnya kurang, hal ini terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi
dengan masyarakat yang majemuk. Sikap toleran, suka membantu seringkali
hanya ditujukan kepada orang lain yang menjadi bagian kelompoknya, namun
tidak toleran kepada orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa
moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun
sesungguhnya lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia
yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang sama.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling
tarik-menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas
social, demikian pula sebaliknya.Seseorang yang moralitas individunya baik
ketika hidup di lingkungan masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh
menjadi amoral.Kenyataan seperti ini seringkali terjadi pada lingkungan
pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang orang yang bermoral buruk,
maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil.
Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan
diri dan mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas
individu baik akan tidak terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan
yang bermoral buruk tersebut.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Secara garis besar mengandung makna bahwa negara melindungi setiap
pemeluk agama untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya.
Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, tidak memaksakan
suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain, menjamin berkembang dan
tumbuh suburnya kehidupan beragama dan bertoleransi dalam beragama, yakni
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengandung makna bahwa setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang
sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas egara hukum. mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia, menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan dan bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di
masyarakat.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang mendiami seluruh pulau
yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah membedakan suku,
agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan hendaknya
dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan
segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia.
Mengandung maksud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan
penghidupan yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini
kehidupan. Mengandung arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati dan
menghargai hak-hak orang lain.
Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di
implikasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita
temukan di Negara kita namanya ketidak adilan, terorisme, koruptor serta
kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma
yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga tercapailah cita-
cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar
dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara. Etika yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila juga dibutuhkan bangsa Indonesia dalam mewujudkan
POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang makmur dan berkemajuan jika aspek politik, ekonomi, sosial budaya, serta
ketahanan dan keamanan terwujud secara nyata. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Semua aspek
POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM telah diatur dalam UUD 1945.
Aspek ekonomi jelas diatur dalam Pasal 33 Ayat 1 sampai dengan Ayat 3
serta pasal 23 yang terkait dengan keuangan. Dalam pasal 23 tergambar pula
secara jelas konsep politik dan ekonomi. Sedangkan konsep sosial budaya tampak
pada pasal 31 dan pasal 32 yang mengatur tentang pendidikan , kebudayaan, dan
kehidupan sosial. Sedangkan hankam dan kestabilan dapat ditemukan pada pasal
11 aturan peralihan pasal 30 ayat 1 dan 2 tentang hak dan kewajiban warga negara
dalam pembelaan negara. Terkait dengan POLEKSOSBUD HANKAM HUKUM
dapat disimak pada paparan berikut.
1. Politik
Dalam tatanan politik luar negeri dapat dikaitkan dengan Pembukaan UUD
alenia 1, dimana Pancasila menjadi dasar politik bangsa Indonesia. Hubungan
etika politik dengan pengertian politik harus dipahami dalam pengertian yang
lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan
hidup yang disebut masyarakat negara. Hukum dan kekuasaan negara merupakan
aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum sebagai penataan
masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara sebagai lembaga penata
masyarakat yang efektif pada hakikatnya sesuai dengan struktur sifat kodrat
manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Fungsi etika politik dalam
masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan
serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Tugas etika politik
membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara
obyektif. Etika politik dapat memberikan patokan orientasi dan pegangan normatif
bagi mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik
dengan tolok ukur martabat manusia atau mempertanyakan legitimasi moral
sebagai keputusan politik. Suatu keputus-an bersifat politis apabila diambil
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Prinsip-
prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu negara
adalah adanya cita-cita rule of law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan
hak-hak asasi manusia menurut paham kemanusiaan dan struktur sosial budaya
masyarakat masing-masing serta keadilan sosial (Syarbaini, 2003).
2. Ekonomi
Dasar ekonomi tertuang di dalam Pasal 33 dari ayat 1 sampai ayat 3, dimana
dinyatakan bahwa bentuk badan ekonomi yang sesuai adalah kebersamaan dan
kekeluargaan, yaitu koperasi. Etika ekonomi dimaksudkan agar prinsip dan
perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseorangan, institusi, maupun pengambil
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi
yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja daya tahan ekonomi dan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan
secara berkesinambungan. Etika ini mencegah terjadinya praktik monopoli,
oligopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi,
dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi,
persaingan sehat, keadilan, dan menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara
dalam memeroleh keuntungan (Kaelan, 2004)
3. Sosial Budaya
Budaya daerah dilestarikan dan dikembangkan sebagai wujud jati diri bangsa
Indonesia. Buadaya-budaya asing memperkaya dan mempertinggi nilai budaya-
budaya yang tersebar di Nusantara. Kehidupan sosial masyarakat berdasarkan asas
kekeluargaan dan gotong royong. Etika sosial dan budaya bertolak dari rasa
kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling
peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling
menolong di antara sesama manusia dan warga bangsa. Etika ini dimaksudkan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang
berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya
nasional agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan
tindakan proaktif yang sejalan dengan tuntutan globalisasi (Fudyartanto, 1974).
4. Pertahanan dan Keamanan
Bangsa Indonesia menganut sistem keamanan rakyat semesta yang memiliki
makna seluruh potensi dilibatkan dalam menciptakan stabilitas keamanan. Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara,keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan
bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak
dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.Pertahanan
negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem
pertahanan negara. Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat
dimengerti sebagai suasana bebas dari segala bentuk ancaman bahaya,
kecemasan, dan ketakutan. Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering
ditafsirkan dalam konteks ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Undang-
Undang Dasar 1945 Bab XII berjudul Pertahanan dan Keamanan Negara.
Dalam bab itu, Pasal 30 Ayat (1) menyebut tentang hak dan kewajiban tiap warga
negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2)
menyebut usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.
5. Hukum
Hukum adalah aturan secara resmi yang mengikat masyarakatnya berupa
larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang di buat untuk mengatur
masyarakat suatu negara. Hukum juga dapat di artikan sebagai perantara utama
dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum
pidana dan perdata dan juga sebagai perlindungan hak asasi manusia. Secara
umum fungsi hukum adalah untuk menertibkan dan mengatur masyarakat serta
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Pada pelaksanaan hukum maupun
penegakan hukum di Indonesia masih tergolong memiliki kelemahan yang di
latarbelakangi oleh sanksi hukum. Secara keseluruhan bentuk sanksi yang
diterima oleh pelaku kejahatan yang merugikan banyak orang sering tidak
sebanding dengan kejahatan yang tergolong kecil. Meskipun kecil maupun besar
kejahatan tersebut tetap saja hal tersebut dapat di katakan sebagai kejahatan yang
harus di tegakan keadilannya.
Terwujudnya POLEKSOSBUDHANKAM HUKUM merupakan kehendak
bersama masyarakat dan bangsa Indonesia. POLEKSOSBUDHANKAM
HUKUM akan terwujud jika ditunjang oleh berbagai sistem yang menopang,
yaitu sistem ekonomi, politik, sosial budaya, dan sistem pendidikan. Sistem
pendidikan menjadi unsur penting, karena pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan bangsa Indonesia.

B. Korelasi dengan Pendidikan Teknologi Hasil Pertanian


Pancasila diimplementasikan dalam berbagai hal berkaitan dengan
berbagai bidang keilmuan, salah satunya koherensi Pancasila dengan Teknologi
Hasil Pertanian. Teknologi Hasil Pertanian merupakan memuat prinsip-prinsip
ilmu pengethauan dalam rangka pendayaguaan secara ekonomis hasil pertanian
dan sumber alam untuk kesejahteraan manusia. Teknologi pengolahan hasil
pertanian berdasarkan praktik-empirik dalam menerapkan pengetahuan
pengolahan pangan terhadap hasil pertanian dan sumber pangan guna
pemanfaatan hasil dan nilai ekonomis. Pendidikan Teknologi Hasil Pertanian
merupakan pilar pendidikan yang mewujudkan tatanan ekonomi dan ketahanan
pangan Nasional. Tujuan Pendidikan Teknologi Hasil Pertanian akan terwujud
sebagai penopang ekonomi dan ketahanan pangan nasional jika pelaksanaanya
berdasarkan sistem etika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila yang tercermin dalam aspek industri pertanian, antara
lain:
1. Nilai Ketuhanan yang Maha Esa
Dilihat dari segi pekerja, bahwa kerja bukanlah hanya sekedar mencari
nafkah, akan tetapi kerja sebagai pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Anonim, 2012).
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam bidang industri pertanian, nilai kemanusiaan ini tercermin pada
sifat pihak atasan terhadap bawahan, yaitu tenaga kerja bukan hanya dianggap
sebagai faktor produksi belaka akan tetapi sebagai manusia pribadi sesuai dengan
harkat, martabat, dan kodratnya. Sehingga dapat diketahui bahwasannya pihak
dalam sebuah industri juga harus menghargai hak-hak yang dimiliki para
pekerjanya (Anonim, 2012). Selain itu, dari segi produksi bahan pangan, suatu
industri memerlukan suatu etika dalam memproduksi suatu bahan pangan. Dalam
memproduksi bahan pangan itu, harus sesuai dengan suatu kebijakan dan
peraturan berlaku tentang bahan pangan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sehingga bahan pangan yang diproduksi tersebut terjamin keamanan dan
kesehatannya apabila dikonsumsi oleh para konsumen.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Dalam bidang industri pertanian, nilai persatuan ini ditandai dengan
adanya serikat pekerja. Serikat Pekerja adalah suatu organisasi yang dibentuk
oleh pekerja, dari pekerja dan untuk pekerja yang bertujuan untuk melindungi
pekerja, memperjuangkan kepentingan pekerja serta merupakan salah satu pihak
dalam bekerja sama dengan perusahaan (Yulandini, 2010). Dalam hal ini,
masing-masing pekerja tidak dibedakan karena golongan, keyakinan, politik,
paham, aliran, agama, suku maupun jenis kelamin (Anonim, 2012).
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam bidang industri pertanian, nilai sila keempat ini ditandai dengan
adanya peranan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Keorganisasian dalam suatu industri pertanian disesuaikan dengan prinsip
musyawarah dan mufakat. Hal ini dilakukan karena dapat menghilangkan
perbedaan-perbedaan dan mengembangkan persamaan-persamaan dalam rangka
menciptakan keharmonisan antara pekerja dan pengusaha. Hubungan ini meyakini
bahwa perselisihan yang timbul dapat diselesaikan melalui musyawarah dan
mufakat, serta tidak diselesaikan dengan cara pemaksaan oleh satu pihak kepada
pihak lain (Anonim, 2012).
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Tercermin dalam pembagian hasil secara merata dalam perusahaan.
Mengenai pendapatan yang didapat perusahaan dengan gaji yang diperoleh tenaga
kerja. Dalam hal bagi hasil, pihak perusahaan harus dapat membagi hasil yang
sesuai dengan fungsi dan prestasi masing-masing pekerja. Sehingga hasil yang
didapat bisa dinikmati bersama oleh pengusaha dan para pekerja sesuai dengan
upaya yang telah dilakukan. Pembagian hasil ini diharuskan serasi dan seimbang,
apabila tidak serasi dan seimbang akan muncul berbagai dampak seperti demo
buruh bahkan mogok kerja. Tindakan dalam meratakan keuntungan pada semua
pihak sesuai dengan fungsi dan prestasinya dianggap sangat penting untuk
mencapai suatu keadilan.
Sebagai sebuah ilmu yang bersifat teorik dan terapan, maka Teknologi
Hasil Pertanian tidak semata-mata sebagai ilmu lepas dari berbagai nilai yang
melingkupinya. Salah satu nilai penting yang menyertai Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian adalah nilai etik yang dapat digali sumbernya dari butir-butir
pancasila. Teknologi Hasil Pertanian merupakan bentuk tekonologi pengolahan
hasil pertanian dan sumber pangan bagi masyarakat yang diolah menjadi berbagai
macam produk makanan sehingga bermanfaat bagi kehiupan manusia. Pengolahan
hasil pertanian menjadi aspek penting dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan nasional, ketahanan pangan yang dimaksud yaiu masyarakat tidak semata-
mata bertumpu pada hasil pertanian, tetapi berusaha mengolah berbagai hasil
pertanian tersebut menjadi produk makanan yang dapat bermanfaat. Selain itu
terdapat faktor pendukung yaitu terdapat sumberdaya yang selalu dapat
diperbaharui dan memiliki hubungan dengan tingkat teknologi yang semakin
maju, tenaga kerja yang cukup banyak dan memiliki latar belakang pendidikan
yang memadai, serta produk pertanian dan olahan yang selalu dibutuhkan oleh
pasar domestik dan internasional. Teknologi Hasil Pertanian merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mendapatkan nilai ekonomi yang berasal dari bahan mentah
hasil pertanian dan produk hasil olahanan sehingga menjadi sarana untuk
meningkatkan kemakmuran ekonomi masyarakat

KESIMPULAN
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Pancasila sebagai dasar filsafat negara
serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu
nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat
maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh dan
sistematis.Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Etika, norma dan moral harus senantiasa di terapkan dalam bersikap
dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang
sesuai dengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia. Sistem etika harus
bersumber pada nilai-nilai Pancasila yang menopang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara agar tercipta persatuan dan kesatuan antar warga
Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, A. 2003. Pancasila Ditinjau dari Segi Sejarah, Segi Yuridis


Konstitusional dan Segi Filosofis.Malang:Lembaga Penerbitan Universitas
Brawijaya
Fudyartanto. 1974. Etika. Yogyakarta: Warawidyani
Kaelan.2004. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi. Yogyakarta: Penerbit
Paradigma.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 1989. Jakarta:Balai Pustaka
Kattsoff, L.1986. Element of Philosophy (Terjemahan Soejono Soemargono:
Filsafat). Yogyakarta: Tiara Wancana
Magnis-Suseno, F. 1987. Etika Dasar:Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius
Sunoto.1982. Bunga Rampai Filsafat. Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas
Filsafat UGM.
Suseno, F.1987.Etika Jawa.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Syarbaini, S.2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Вам также может понравиться