Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STROKE HEMORRHAGIC
A. DEFINISI
Stroke/gangguan peredaran darah diotak adalah gangguan fungsi syaraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Harsono,1996).
Stroke hemorrhagic adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler
(Djoenaidi Widjaja, 1994).
B. KONSEP MEDIS
1. ETIOLOGI
Hipertensi berat
Pecahnya aneurisma pembuluh darah
2. PATOFISIOLOGI
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan
patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa nekrosis fibrinoid
serta timbulnya aneurisma arteriol dari cabang lentikulostriata dan cabang
paramedian.
4. KOMPLIKASI
1.Gagal napas
2.Timbul kematian
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol dan bila perlu analisa gas darah dsb.
b. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan
c. MRI untuk mengetahui adanya edema, Infark, hematom, dan
bergesernya struktur otak.
d. Angiografi untuk mengtahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Secara umum,penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
Tanda - tanda vital diusahakan stabil
Bed rest
Koreksi adanya hiperglikemi atau hipoglikemi
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK.
Nutrisi peroral hanya di berikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
Penatalaksanaan spesifik berupa :
a) mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi
b) Tindakan pembedahan (lihat askep pada pasien tindakan
craniotomi )
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kehilangan Sensasi atau paralysis. Merasa mudah lelah,
susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot)
Tanda : Gangguan tonus otot, paralitik, dan terjadi kelemahan umum.
Gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (penyakit jantung vaskuler,
endokardirtis)
Tanda : Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya emboli/
malformasi vaskuler nadi, frekwensi dapat bervariasi karena
ketidakstabilan fungsi jantung, obat-obatan. Efek stroke: Disritmia,
perubahan EKG, desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka atau
aorta yang abnormal.
c. Integritas Ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : Emosi yang labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin atau
anuria. Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), bising
usus negatif (ileus paralitik).
e. Makanan/Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut
(peningkatan TIK), kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi,
dan tengggorokan, disfagia.
Tanda : Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan
faringeal), obesitas (faktor resiko)
f. Neurosensori
Gejala : Sinkope/pusing, sakit kepala akan sangat berat dengan
adanya perdarahan intraserebaral atau subarachnoid. Kelemahan,
kesemutan, kebas, sisi tubuh yang terkena terlihat seperti
mati/lumpuh, penglihatan menurun, penglihatan ganda (diplopia)
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda - beda
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasia
h. Pernafasan
Gejala : Merokok
Tanda : Ketidamampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas.
Timbulnya pernafasan Sulit dan/atau tidak teratur. Suara nafas
terdengar ronchi (aspirasi sekresi).
i. Keamanan
Tanda : Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh.Tidak mampu
mengenali obyek, gangguan berespon terhadap panas dan
dingin/gangguan regulasi suhu tubuh kesulitan dalam menelan, tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri. Gangguan dalam
memutuskan, tidak sabar/kurang kesabaran diri.
B) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan perfusi serebral berhubungan dengan adanya perdarahan
2. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan degan penumpukan
sputum karena Kelemahan, hilangnya reflek batuk.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, kelemahan Hemiparese.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara, dan penurunan sirkulasi
darah otak
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat, kelemahan otot mengunyah dan
menelan
3. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan :
Perfusi jaringan serebral adekuat
Kriteri hasil :
- Tingkat kesadaran membaik,
- Fungsi kognitif,
- Memori dan motorik membaik,
- TIK normal,
- Tanda - tanda vital stabil, dan
- Tidak ada tanda perburukan neurologis.
Rencana Intervensi :
1. Observasi tanda - tanda vital dan kelainan intrakranial (tiap jam sesuai
kondisi pasien)
Rasional : Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada pasien
secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
2. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi
kepala tempat tidur 15-30 derajat.
Rasional : Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage
vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
Tujuan:
Pasien mempu mempertahankan jalan nafas yang paten
Kriteria hasil:
Bunyi nafas vesikuler, RR normal, tidak ada tanda-tanda sianosis dan
pucat, tidak ada sputum.
Rencana Intervensi:
1. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Menandakan adanya akumulasi sekret/kebersihan jalan
nafas yang tidak efektif
Tujuan:
Pasien dapat mendemonstrasikan mobilisasi aktif
Kriteria hasil:
Tidak ada kontraktur, kontraksi otot membaik, mobilisasi bertahap
Rencana Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan mobilisasi paseien
Rasional : Untuk menentukan kemampuan pasien apakah pasien
tersebut mandiri, memerlukan bantuan/peralatan
Tujuan:
Proses komunikasi pasien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengekspresikan perasaan, memahami maksud dan
pembicaraan orang lain, pembicaraan pasien dapat dipahami
Rencana Intervensi :
1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien jika berat hindari memberi
isyarat non-verbal
Rasional : Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan
kemampuan pasien
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, berat badan dalam batas normal, tonus
otot baik, lab, albumin, Hb dalam batas normal
Rencana Intervensi :
1. Tentukan kemampuan pasien dalam mengunyah, menelan, dan reflek
batuk
Rasional : Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan
pada pasien
2. Letakan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah
makan
Rasional : Untuk pasien lebih mudah menelan karena gaya gravitasi
DAFTAR PUSTAKA
2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta, EGC ,2002
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996