Вы находитесь на странице: 1из 17

TUGAS SEMINAR KEPERAWATAN DASAR PROFESI

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PERSONAL HYGIENE


PADA PASIEN DI RUANG DAHLIA
RS PARU JEMBER

Oleh

Rofidatul Inayah NIM 132311101025


Novita Nurkamilah NIM132311101028
Yulia Martha FandianiNIM 132311101029
Rizka Inna Safitri NIM 132311101047
Afriezal Kamil NIM 132311101054
Arfajah NIM 132311101335

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017
A. Latar Belakang Ruangan
Ruangan Dahlia merupakan salah satu ruangan rawat inap di Rumah Sakit
(RS) Paru Jember yang menampung klien dengan Tuberkulosis ataupun tidak baik
wanita maupun pria. Ruang tersebut juga memiliki ruangan yang khusus untuk
klien isolasi dengan B24. Sejak Senin 4 September 2017 hingga Rabu 13
September 2017, sedikitnya lebih dari sepuluh klien telah dirawat inap di ruangan
Dahlia dengan berbagai macam diagnosa medis yang dideritanya. Sebagian besar
diagnosa yang diangkat adalah penyakit-penyakit pulmonal yang paling banyak
adalah Tuberkulosis.
Klien dengan penyakit pulmonal yang menjalani rawat inap secara otomatis
telah terhospitalisasi. Hospitalisasi pada klien akan berdampak pada kemampuan
klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas fisiknya. Sebagian besar klien yang
terhospitalisasi akan mengalami imobilisasi yang merupakan suatu kondisi ketika
klien berbaring lama di tempat tidur, tidak dapat bergerak secara bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan atau aktivitas, terutama aktivitas perawatan
diri. Imobilisasi ini dapat menurunkan motivasi klien dalam beraktivitas memenuh
kebutuhan perawatan dirinya. Suardana (2007) menjelaskan bahwa imobilisasi
akibat hospitalisasi menjadi penyekat dari keterbatasan pemenuhan kebersihan
diri yang terjadi pada klien yang sakit sehingga klien membutuhkan modifikasi
dalam perawatan dirinya. Turunnya motivasi seperti yang dijelaskan diatas,
merupakan salah satu faktor yang menjadikan klien memiliki masalah dalam
perawatannya. Nanda (2015) menjabarkan beberapa faktor yang berhubungan
dengan defisit perawatan diri, beberapa diantaranya adalah penurunan motivasi,
gangguan fungsi muskuloskeletal, nyeri, dan kelemahan.
Klien dengan penyakit pulmonal yang memiliki gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan diri sebagian besar mengeluhkan lemah, nyeri pada saluran
pernafasan seperti tenggorakan hingga dada, batuk dan sesak. Keluhan-keluhan
tersebut merupakan faktor presipitasi yang menghambat kemampuan klien dalam
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (Wartonah, 2006). Hal
tersebut didukung dengan data subyektif yang didapatkan dari klien-klien dengan
penyakit pulmonal di ruang Dahlia yang mengatakan bahwa merasa lemah dan
tidak bisa mandi di kamar mandi. Meskipun demikian, satu dari tujuh klien yang
dirawat di ruangan Dahlia mengaku telah mandi sendiri atas permintaan sendiri.
Seluruh klien mengaku telah diseka dan dibasuh badannya di atas kasur dengan
dibantu oleh keluarga, namun sebagian besar dilakukan atas inisiatif keluarga
bukan kemauan klien. Beberapa dari klien juga menambahkan bahwa dirinya
kesulitan mengakses kamar mandi dan melakukan aktivitas mandi seperti
membasuh, menyiram dan sebagainya karena keluhan sesak yang dideritanya dan
kondisi badannya yang lemas, sehingga klien cenderung merasa tidak yakin, pasif
dan menunggu keluarga bersedia menyeka atau membasuh klien di atas tempat
tidur setelah perawat memberikan air seka hangat kepada klien. Selain itu, hampir
seluruh klien mengatakan selalu memakai masker dengan benar, namun
kenyataannya lebih dari separuh klien yang dirawat tidak memasang masker
dengan benar dengan alasan bermacam-macam seperti gatal, basah, dan sesak. Hal
tersebut menandakan bahwa klien memiliki efikasi diri dan motivasi yang rendah
dalam perawatan dirinya sehingga kemudian klien menunjukkan suatu perilaku
yang tidak mematuhi aktivitas sehat, sehingga besar potensinya untuk jatuh dalam
Pengabaian diri (Nanda, 2015).
Berdasarkan uraian masalah diatas, perlu untuk dipertimbangkan pembaharuan
sistem dan rencana pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien melalui
peningkatan manajemen diri, efikasi diri dan motivasi perawatan diri klien
berdasarkan jurnal-jurnal yang akan dibahas dalam makalah ini

B. Kebutuhan Dasar yang Diambil


Kebutuhan dasar yang diambil adalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perawatan Diri dan Personal Hygiene dengan Masalah Keperawatan Defisit
Perawatan Diri: Mandi dan Pengabaian Diri dalam NANDA 2015

C. Intervensi yang diambil: Program Manajemen Diri dan Teknik APBC


Berdasarkan jurnal yang diangkat, maka program manajemen diri memiliki
beberapa elemen inti, diantaranya adalah promosi kesehatan dan informasi terkait
penyakit, edukasi untuk peningkatan pengetahuan, keterampilan dan strategi
untuk mengatur konsekuensi dari suatu penyakit, pembinaan perubahan perilaku
kesehatan menggunakan perencanaan pribadi, dukungan sosial melalui
komunikasi dengan rekan sejawat dan profesional, dan pelatihan fungsional. Salah
satu yang dapat dipilih dari sekian jenis elemen inti yang terdapat pada program
manajemen diri adalah promosi kesehatan pada klien dengan peningkatan efikasi
diri dan motivasi pada klien dan keterampilan serta strategi untuk mengatur
konsekuensi dari suatu penyakit menggunakan teknik APBC.
D. Identitas Jurnal
No. Judul Jurnal Tahun Penulis Nama Penerbit Isi Jurnal Hasil
Jurnal

1. A patient-centered 2013 Jensen LA, Journal of Blackwell Pembahasan pada jurnal ini Hasil penelitian pada jurnal
approach to Vedelo WT, Clinical Publishing berfokus pada: ini yaitu:
assisted personal Lomborg K. Nursing Perawatan diri pasien PPOK yang Mengeksplorasi
body care for mengalami sesak nafas dengan pengalaman pasien terkait
patients menggunakan teknik pengkajian perawatan dirinya dan
hospitalised with APBC (Assisted Personal Body dapat
chronic obstructive Care) mendokumentasikan
pulmonary disease APBC dilakukan dengan cara perubahan dalam hal
membanguan hubungan perilaku perawatan diri
terapeutik antara perawat dan pasien saat di rawat di
pasien. rumah sakit.
APBC juga dapat dijadikan alat Pengkajian APBC
untuk menilai dan memonitor berpusat pada pasien.
sesak napas, mengatur sesi Perubahan yang paling
APBC, memonitor keamanan dan mendasar pada pasien
kemampuan pasien PPOK untuk yang dilakukan
ikut dalam kegiatan perawatan pengkajian APBC adalah
dirinya. pasien dapat berperan
Pengkajian APBC dilakukan aktif menjadi bagian dari
dengan empat fase mulai dari perawatan dirinya.
menentukan pasien yang akan Pengalaman perawatan
dilakukan dokumentsi (memilih diri pasien ini meliputi
pasien yang sesuai), wawancara tiga dimensi: tanda
pasien untuk mengetahuii kondisi peringatan yang jelas,
umum dan stadium penyakit, waktu, seta keamanan dan
negosiasi mengenai perawatan kenyamanan pasien.
diri yang akan dilakukan,
pemenuhan perawatan diri, serta
evaluasi.
Program APBC didasarkan pada
tiga prinsip menyeluruh: (1)
fokus pada pasien secara
individual, dan perhatian khusus
harus diberikan pada pasien yang
mengalami sesak napas; (2)
membangun hubungan saling
percaya antara pasien dan
perawat; dan (3) sesi APBC harus
terstruktur.
2. Effects of self- 2016 Bolscher, Internatio Elsevier Jurnal berisi tentang pengaruh Dukungan pada manajemen
management Marjolein nal dukungan terhadap manajemen diri berupa promosi
support EM, Vocht Journal of diri tekait aktivitas sehari-hari kesehatan, informasi
programmes on MH, Francke Nursing pada lansia. Para lansia akan tentang penyakit,
activities of daily LA Studies mengalami penurunan kemampuan pendidikan ditujukan untuk
living of older dalam melakukan aktivitas sehari- meningkatkan pengetahuan
adults: A sysmatic harinya, hal ini dikarenakan terjadi klien, keterampilan dan
review penurunan fisik dan fungsi strategi untuk mengelola
kognitif. Perawat maupun tenaga komplikasi dari penyakit
kesehatan lainnya diharapkan atau kecacatan, pembinaan
memberikan perawatan secara untuk perubahan perilaku
profesional untuk mendukung kesehatan menggunakan
kemampuan klien dalam rencana pribadi atau tujuan
melakukan aktivitas kesehariannya individu, dukungan sosial
secara mandiri serta meningkatkan melalui komunikasi dengan
kemampuan beradaptasi dan teman sebaya. Namun
manajemen diri pada klien yang kegiatan prioritas yang
mengidap penyakit kronis. dilakukan merupakan
Menurut kebanyakan orang, kombinasi antara
kehidupan di usia lanjut adalah pemberian informasi yang
menyenangkan, akan tetapi di usia spesifik terkait penyakit,
lansia, banyak juga yang pendidikan pengetahuan,
mengidap penyakit kronis maupun keterampilan dan
masalah kesehatan lainnya yang pembinaan perubahan
memiliki dampak terhadap perilaku kesehatan atau
kemampuan dalam melakukan pemecahan masalah yang
aktivitasnya kesehariannya. telah digunakan. Terdapat
Kegiatan aktivitas sehari-hari tiga jenis program
didefinisikan sebagai kegiatan manajemen diri yang akan
rutin yang seharusnya dapat dilakukan, yaitu:
dilakukan secara mandiri. 1. Program intensif
Kegiatan aktivitas sehari-hari dengan durasi pendek
terdiri dari aktivitas dasar yaitu <6 bulan dengan
kehidupan sehari-hari, seperti kelompok sesi
makan, mandi, berpakaian, mingguan;
toileting, berjalan, dan sebagainya. 2. Program yang kurang
intensif (< satu sesi
sebulan) dengan durasi
panjang (> satu tahun)
dengan menggunakan
pendekatan individual;
3. Program yang kurang
instensif dengan durasi
antara 6-12 bulan yang
dapat dilakukan pada
pendekatan individu
atau kelompok.
E. Analisis Jurnal
1. A Patient-Centered Approach to Assisted Personal Body Care for Patients
Hospitalised with Chronic Obstructive Pulmonary Disease
a. Isi jurnal
Jurnal berisi tentang Perawatan diri pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) yang mengalami sesak napas. Kualitas Perawatan diri
pasien sangat bergantung pada pengenalan gejala, manajemen penyakit dan
kemampuan perawat dalam interaksi perawat-pasien secara terapeutik. Penelitian
dalam jurnal ini menggunakan teknik pengkajian APBC Pengkajian
menggunakan teknik APBC (Assisted Personal Body Care) dilakukan dengan
komunikasi yang efektif dan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai dan
memonitor sesak napas dan untuk mengatur sesi APBC, kesadaran jeda,
kemampuan, keamanan dan kemampuan pasien PPOK untuk ikut dalam kegiatan
perawatan dirinya. Pengkajian APBC dilakukan dengan empat fase mulai dari
menentukan pasien yang akan dilakukan dokumentsi (memilih pasien yang
sesuai), wawancara pasien untuk mengetahuii kondisi umum dan stadium
penyakit, negosiasi mengenai perawatan diri yang akan dilakukan, pemenuhan
perawatan diri, serta evaluasi. Sesi APBC berpusat pada pasien dilakukan oleh
tujuh perawat dan enam asisten perawat yang telah selesai program pelatihan
APBC yang berpusat pada pasien Program ini didasarkan pada tiga prinsip
menyeluruh: (1) fokus pada pasien secara individual, dan perhatian khusus harus
diberikan pada pasien yang mengalami sesak napas; (2) membangun hubungan
saling percaya antara pasien dan perawat; dan (3) sesi APBC harus terstruktur.
b. Tujuan
Tujuan dalam jurnal ini yaitu untuk mengeksplorasi dan mendokumentasikan
pengalaman pasien terakit perbahan perawatan dirinya sebelum dan selama
perawatan dirumah sakit. Studi ini menunjukkan pentingnya Mencapai interaksi
terapeutik antara perawat dan pasien, yakni dalam hal: (1) mencapai kesamaan
persespi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi sesak nafas yang daialmi
pasien, khususnya terkait dengan kondisi penyakit yang dialaminya) (2) mengkaji
tentang perawatan diri pasien dan bernegosiasi terakit pelaksanaanya (3)
mengklarifikasi peran.
Teknik APBC juga dilakukan untuk mengatasi sesak napas pada pasien PPOK
terutama selama kegiatan seperti perawatan diri berlangsung. Teknik pengkajian
APBC memungkinkan pasien untuk mengambil bagian dalam perawatan diri
untuk mereka sendiri. APBC memiliki struktur yang jelas, mulai dari pertukaran
informasi dengan perawat yang kompeten seingga pasien tidak merasa khawatir
selama sesi berlangsung. Kedua, dapat membangun saling pengertian tentang
bagaimana perawatan diri pada pasien harus dilakukan. Perasaan saling mengerti
ini dapat membuat peserta terlibat dan mengikuti sesi ini sampai selesai dan
melindungi pasien dari kontaminasi. APBC merupakan teknik pengkajian terkait
perawatan diri yang berpusat pada pasien yang berguna untuk meningkatkan
perawatan diri mereka, keterlibatan pasien dapat dicapai tanpa mengorbankan
prinsip-prinsip kebersihan dan keselamatan pasien, APBC juga sebagai prosedur
interaktif antara perawat dan pasien
c. Teknik pelaksanaan
APBC dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Wawancara dilakukan
dengan mengikuti panduan terstruktur empat tema: (1) hidup dengan PPOK, (2)
menjadi pasien, (3) menerima bantuan untuk perawatan diri (4) pengalaman
pribadi mengenai perawatan diri. Pengkajian menggunakan teknik APBC
menampilkan empat fase mulai dari menentukan pasien yang akan dilakukan
dokumentsi (memilih pasien yang sesuai), wawancara pasien untuk mengetahuii
kondisi umum dan stadium penyakit, negosiasi mengenai perawatan diri yang
akan dilakukan, pemenuhan perawatan diri, serta evaluasi. APBC dilakukan
dengan komunikasi yang efektif dan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai
dan memonitor sesak napas dan untuk mengatur sesi APBC, kesadaran jeda,
kemampuan, keamanan dan kemampuan pasienPPOK untuk ikut dalam kegiatan
perawatan dirinya. Kemudian dari pengkajian tersebut dievaluasi menggunakan
metode QOA (qualitative outcome analysis ) yang merupakan metode kualitatif
untuk memeriksa terkait proses dan mengevaluasi masalah klinis serta intervensi
yang dilakukan. penelitian dilakukan dalam lima langkah: pertama, menguraikan
intervensi yang dilakukan, kedua mengidentifikasi data yang sudah terkumpul,
menggambarkan data yang sudah terkumpul, analisis data, yang kelima
melaporkan hasil temuan.
Penelitian ini melibatkan 11 pasien yang terdiri dari 11 orang berjenis
kelamin perempuan dan 2 orang pasien berjenis kelamin laki-laki. Profik setiap
peseta dikategorikan berdasarkan usia, jenis kelamin, prosesur APBC (A= mandi,
B= membersihkan sebagian tubuh,duduk di bak mandi samping tempat tidur, C=
membersihkan sebagian tubuh, duduk didepan wastafel), derajat penyakit PPOK,
dan waktu dilakukan APBC
d. Implikasi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dan inovasi
keperawatan yang dilakukan perawat sebagai care giver (pemberi asuhan
keperawatan) dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia khusunya dalam hal
personal hygiene. Untuk mengeksplorasi pengalaman pasien dalam menerima
perawatan pada pasien dan untuk mendokumentasikan perubahan dalam hal
perilaku perawatan diri pasien sebelum di rawat di rumah sakit.
e. Kelebihan dan kekurangan jurnal
1) Kelebihan
a) Jurnal ini dapat diaplikasikan dengan mudah, dan jurnal ini dapat menjadi
salah satu referensi untuk mendokumentasikan dalam hal perilaku
perawatan diri pasien saat di rawat di rumah sakit.
b) Teknik pendokuementasian perawatan diri pada pada pasien cukup mudah
yakni dengan cara wawancara dan observasi yang tentunya tidak butuh
biaya yang mahal.
c) Pengkajian menggunakan teknik APBC (Assisted Personal Body Care)
Jurnal menampilkan empat fase mulai dari menentukan pasien yang akan
dilakukan dokumentsi (memilih pasien yang sesuai), wawancara pasien
untuk mengetahuii kondisi umum dan stadium penyakit, negosiasi mengenai
perawatan diri yang akan dilakukan, pemenuhan perawatan diri, serta
evaluasi.
d) APBC dilakukan dengan komunikasi yang efektif dan dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai dan memonitor sesak napas dan untuk mengatur
sesi APBC, kesadaran jeda, kemampuan, keamanan dan kemampuan pasien
PPOK untuk ikut dalam kegiatan perawatan dirinya.
2) Kekurangan
a) Penulis hanya berfokus pada pasien dan tidak melibatkan peran keluarga
dalam pengkajian maupun tindakapn perawatan diri pasien.
b) Dalam jurnal tidak dijelaskan secara spesifik metode yang digunakan dan
rentang skor yang digunakan dalam menilai dan memonitor kondidi pasien
dalam pengkajian APBC

2. Effects of self-management support programmes on activities of daily living


of older adults: A sysmatic review
a. Isi jurnal
Jurnal berisi tentang pengaruh dukungan terhadap manajemen diri tekait
aktivitas sehari-hari pada lansia. Para lansia akan mengalami penurunan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, hal ini dikarenakan
terjadi penurunan fisik dan fungsi kognitif. Perawat maupun tenaga kesehatan
lainnya diharapkan memberikan perawatan secara profesional untuk mendukung
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri serta
meningkatkan kemampuan beradaptasi dan manajemen diri pada klien yang
mengidap penyakit kronis. Menurut kebanyakan orang, kehidupan di usia lanjut
adalah menyenangkan, akan tetapi di usia lansia, banyak juga yang mengidap
penyakit kronis maupun masalah kesehatan lainnya yang memiliki dampak
terhadap kemampuan dalam melakukan aktivitasnya kesehariannya. Kegiatan
aktivitas sehari-hari didefinisikan sebagai kegiatan rutin yang seharusnya dapat
dilakukan secara mandiri. Kegiatan aktivitas sehari-hari terdiri dari aktivitas
dasar kehidupan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, toileting,
berjalan, dan sebagainya.

b. Tujuan
Tujuan dalam jurnal ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri pada klien yang berusia lebih
dari 65 tahun, klien yang mengidap demensia, gangguan kejiwaan atau penyakit
kronis maupun klien dengan penyakit osteoarthritis, osteoporosis, penyakit
jantung, penurunan pada organ penglihatan.
c. Teknik pelaksanaan
Manajemen diri didefinisikan sebagai pengelolaan gejala, pengobatan pada
fisik maupun psikososial dan perubahan hidup pada klien dengan kondisi
mengidap penyakit kronis. Manajemen diri mencakup pemantauan kondisi dan
kemampuan seseorang secara kognitif, perilaku, dan emosional yang diperlukan
untuk mempertahankan kualitas hidup yang memuaskan. Namun seseorang
membutuhkan dukungan dari tenaga kesehatan yang profesional dan orang-orang
terdekat disekelilingnya agar klien meningkatkan keterampilan diri dan memiliki
kepercayaan diri untuk melakukan segala aktivitasnya secara mandiri. Dukungan
pada manajemen diri berupa promosi kesehatan, informasi tentang penyakit,
pendidikan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien, keterampilan dan
strategi untuk mengelola komplikasi dari penyakit atau kecacatan, pembinaan
untuk perubahan perilaku kesehatan menggunakan rencana pribadi atau tujuan
individu, dukungan sosial melalui komunikasi dengan teman sebaya. Namun
kegiatan prioritas yang dilakukan merupakan kombinasi antara pemberian
informasi yang spesifik terkait penyakit, pendidikan pengetahuan, keterampilan
dan pembinaan perubahan perilaku kesehatan atau pemecahan masalah yang telah
digunakan. Terdapat tiga jenis program manajemen diri yang akan dilakukan,
yaitu:
4. Program intensif dengan durasi pendek yaitu <6 bulan dengan kelompok sesi
mingguan;
5. Program yang kurang intensif (< satu sesi sebulan) dengan durasi panjang (>
satu tahun) dengan menggunakan pendekatan individual;
6. Program yang kurang instensif dengan durasi antara 6-12 bulan yang dapat
dilakukan pada pendekatan individu atau kelompok.
d. Implikasi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dan inovasi
keperawatan yang dilakukan perawat sebagai care giver (pemberi asuhan
keperawatan), educator, dan konselor dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
e. Kelebihan dan kekurangan jurnal.
1) Kelebihan
Jurnal ini dapat diaplikasikan dengan mudah, dan jurnal ini dapat
menjadi salah satu referensi untuk dapat menigkatkan kinerja dan kualitas
perawat maupun tenaga medis lainnya dalam melakukan perawatan.
2) Kekurangan
Dalam jurnal tidak dijelaskan secara spesifik bagaimana penerapan
manajemen diri yang digunakan, pemantauan untuk menilai dan memonitor
kondisi pasien yang termasuk kategori dapat melakukan manajemen diri
yang baik maupun yang tidak

F. Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dibahas dan dipaparkan dalam
poinpoin sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar klien memiliki efikasi diri dan motivasi yang rendah dalam
perawatan dirinya sehingga lebih cenderung kurang inisiatif untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya secara mandiri.
2. Kualitas Perawatan diri pasien sangat bergantung pada pengenalan gejala,
manajemen penyakit dan kemampuan perawat dalam interaksi perawat-pasien
secara terapeutik.
3. Teknik pengkajian APBC merupakan teknik pengkajian terkait perawatan diri
yang berpusat pada pasien yang berguna untuk meningkatkan perawatan diri
mereka, keterlibatan pasien dapat dicapai tanpa mengorbankan prinsip-prinsip
kebersihan dan keselamatan pasien, APBC juga sebagai prosedur interaktif
antara perawat dan pasien.
4. Manajemen diri didefinisikan sebagai pengelolaan gejala, pengobatan pada
fisik maupun psikososial dan perubahan hidup pada klien.
5. Manajemen diri mencakup pemantauan kondisi dan kemampuan seseorang
secara kognitif, perilaku, dan emosional yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas hidup yang memuaskan. Harapannya dapat
meningkatkan keterampilan diri dan memiliki kepercayaan diri untuk
melakukan segala aktivitas dalam pemenuhin kebutuhan perawatan diri
secara mandiri
Rekomendasi yang dapat diberikan pada rumah sakit khususnya ruangan
Dahlia adalah, perlu adanya suatu sistem yang dapat memfasilitasi peningkatan
manajemen diri, efikasi diri, dan motivasi diri klien dalam perawatan diri dan
pemenuhan personal hygiene sehingga terdapat peran aktif dari klien disamping
peran perawat sebagai care giver dan keluarga yang merawat klien. Rekomendasi
dapat diberikan secara bertahap dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan perawatan
diri yang ada di dalam ruangan
2. Melakukan intervensi peningkatan manajemen diri melalui salah satu elemen
inti program manejemen diri, yaitu promosi kesehatan pada klien dengan
peningkatan efikasi diri dan motivasi perawatan diri pada klien dan
keterampilan serta strategi untuk mengatur konsekuensi dari suatu penyakit
atau keluhan sesak nafasnya menggunakan teknik APBC.
3. Ukur keberhasilan program atau outcome dengan menggunakan skala yang
direkomendasikan oleh jurnal, yaitu skala pengukuran efikasi diri oleh
Friedman dan Bandura yang ada di dalam NOC 2013.
4. Memulai melakukan pengkajian APBC dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Fokuskan pada klien individu, berikan perhatian khusus terhadap klien
dengan keluhan utama sesak nafas
b. Tenaga keperawatan harus dapat menciptakan hubungan yang baik dengan
klien
c. Sesi APBC harus terstruktur
d. APBC dapat diterapkan pada semua jenis intervensi perawatan diri yang
ada
5. APBC dilakukan bersamaan dengan berbagai jenis intervensi bantuan
perawatan diri: mandi dengan memperhatikan kondisi dan respon klien
terhadap sesak dengan langkah sebagai berikut:
a. Mendorong klien untuk mengukur level sesak pada klien sendiri dengan
menggunakan Modified Borg Scale (terlampir).
b. Rencana tindakan bantuan perawatan diri: mandi bergantung pada skor
sesak klien. lakukan jeda tindakan ketika klien menunjukkan respon tinggi
terhadap sesak (lebih dari 7).
c. Identifikasi outcome bantuan perawatan diri pada klien selama program
berlangsung. Lakukan kontrak waktu dengan klien untuk sesi APBC
berikutnya.
d. Lama APBC bergantung pada teratasinya diagnosa Defisit perawatan diri
atau Pengabaian diri pada klien.

Lampiran:
SKALA BORG (THE BORG SCALE)

Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0


sampai dengan 10. Skala BORG digunakan untuk mengukur sesak napas selama
melaksanakan kegiatan/pekerjaan. Pemantauan sesak napas dapat membantu
dalam menyesuaikan aktivitas dengan mempercepat atau memperlambat gerakan.
Hal ini juga dapat memberikan informasi penting kepada dokter. Skala BORG ini
disediakan untuk menstandarisasikan suatu perbandingan-perbandingan antar
individu dalam melaksanakan tugas yang sama. Indikasi nilai pada skala yang
digunakan adalah besarnya perasaan kelelahan, kesakitan, ataupun kadar
berkurangnya kemampuan tubuh dalam melakukan pekerjaanya. Semakin besar
perasaan sakit yang dirasakan pada otot maka semakin besar nilai BORG yang
digunakan. Skala ini dapat dilakukan pada pengukuran-pengukuran fisiologis
seperti intensitas latihan meningkat (laju deyut jantung), juga ada korelasi yang
tinggi untuk pengukuran lainnya seperti respirasi yang meningkat, CO2 produksi,
akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat sampai dengan kelelahan otot. Skala ini
memiliki keterbatasan yaitu pengukuran dilakukan secara subyektif, sehingga
penilaian yang digunakan oleh seorang tersebut dilakukan secara menaksir secara
wajar baik dari denyut jantung selama kerja fisik.
Korelasi antara nilai Skala BORG dengan laju denyut jantung adalah
dengan menggunakan nilai Skala BORG, laju denyut jantung dapat diketahui
dengan cara mengalikan nilai ordinal dari Skala BORG dengan nilai 10, seperti
contoh jika nilai seorang pekerja terhadap kelelahan yang dirasa (Skala BORG)
adalah 12, lalu untuk menghitung laju denyut jantung adalah 12 x 10 = 120;
sehingga laju denyut jantung harus kira-kira 120 denyut per menit. Namun,
perhitungan seperti yang telah dijelaskan, merupakan suatu perkiraan awal saja,
pada faktanya laju denyut jantung seseorang akan berbeda tergantung pada usia
dan kondisi badan.
Prinsip dasar penggunaan atau pengisian data Skala BORG adalah pada
saat melakukan pekerjaan, peneliti akan menanyakan presepsi tingkat keluhan yang
dirasakan operator pada otot yang bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat
keluhan dapat mencerminkan seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena
semakin besar beban kerja maka semakin maksimal otot akan berkontraksi. Persepsi
tingkat keluhan dilakukan secara terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat
pekerjaan berlangsung banyak otot yang bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan
berasal dari otot yang akan diteliti. Penilaian tingkat keluhan dilakukan secara jujur,
tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara individu lain atau menyamakan nilainya
dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat keluhan yang dirasa kemudian diubah
menjadi satuan nilai.

SCALE SEVERITY
0 Tidak ada Sesak napas sama
sekali
Sangat Sangat Sedikit (Hanya
0.5
Terlihat)
1 sangat Sedikit
2 sedikit Sesak napas
3 sedang
4 agak berat
5 Sesak napas parah
6
7 Sesak napas sangat parah
8
Sangat Sangat parah (Hampir
9
Maksimum)
10 Maximum
(Sumber:Borg.BORG RPE-Scale, 1998)
Nilai 0 merupakan nilai terendah yang dapat diberikan, nilai ini memiliki
arti tidak dirasakan sakit sama sekali. Nilai ini menunjukkan bahwa otot operator
tidak merasakan sakit sama sekali. Biasanya nilai ini merupakan nilai awal
sebelum melakukan pekerjaan ataupun baru melakukan pekerjaan. Nilai 1
memiliki arti rasa sakit yang sangat lemah sekali. Nilai ini diperuntukkan bagi
operator yang baru melakukan kerja dalam beberapa menit. Nilai 3 memiliki arti
sakit yang dirasakan adalah sedang. Dalam hal ini operator menilai bahwa rasa
sakit pada ototnya kadang terasa kadang tidak. Biasanya perasaan ini timbul pada
waktu 5-7 menit setelah memulai pekerjaan. Nilai 4, operator sudah merasakan
rasa sakit pada ototnya. Hal ini dapat terjadi apabila operator sudah melakukan
pekerjaan yang cukup lama. Nilai 7 merupakan nilai kritis, karena rasa sakit yang
dirasakan sudah mulai mengganggu kinerja otot pada khususnya dan mengganggu
pekerjaan pada umumnya. Pekerjaan dapat diteruskan apabila operator terus
bersemangat dalam bekerja.

Вам также может понравиться

  • Angket Penyakit Menular TB Kunci
    Angket Penyakit Menular TB Kunci
    Документ5 страниц
    Angket Penyakit Menular TB Kunci
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Yg Kuning Yg Dimasukkan
    Yg Kuning Yg Dimasukkan
    Документ8 страниц
    Yg Kuning Yg Dimasukkan
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Clinical Pathways
    Clinical Pathways
    Документ1 страница
    Clinical Pathways
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Bab 1 Bab 2 Seminar
    Bab 1 Bab 2 Seminar
    Документ33 страницы
    Bab 1 Bab 2 Seminar
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Tumor Supracella
    Laporan Pendahuluan Tumor Supracella
    Документ60 страниц
    Laporan Pendahuluan Tumor Supracella
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Pathway Yyy
    Pathway Yyy
    Документ11 страниц
    Pathway Yyy
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Jurnal Rofida
    Jurnal Rofida
    Документ3 страницы
    Jurnal Rofida
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Jurnal Rofida
    Jurnal Rofida
    Документ3 страницы
    Jurnal Rofida
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • NUTRISI UNTUK PENYEMBUHAN PATAH TULANG
    NUTRISI UNTUK PENYEMBUHAN PATAH TULANG
    Документ2 страницы
    NUTRISI UNTUK PENYEMBUHAN PATAH TULANG
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Langkah Foot Reflexology Sis
    Langkah Foot Reflexology Sis
    Документ2 страницы
    Langkah Foot Reflexology Sis
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Analisa Jurnal Pendukung
    Analisa Jurnal Pendukung
    Документ3 страницы
    Analisa Jurnal Pendukung
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Resume Hari 3
    Resume Hari 3
    Документ3 страницы
    Resume Hari 3
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Langkah Foot Reflexology Sis
    Langkah Foot Reflexology Sis
    Документ2 страницы
    Langkah Foot Reflexology Sis
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Materi Yang Mau Dimasukkan
    Materi Yang Mau Dimasukkan
    Документ15 страниц
    Materi Yang Mau Dimasukkan
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Resume Hari 2
    Resume Hari 2
    Документ3 страницы
    Resume Hari 2
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Cover Kumpulan Askep
    Cover Kumpulan Askep
    Документ3 страницы
    Cover Kumpulan Askep
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Resume Hari 1
    Resume Hari 1
    Документ3 страницы
    Resume Hari 1
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Tugas Diagnosa-1
    Tugas Diagnosa-1
    Документ4 страницы
    Tugas Diagnosa-1
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Spiritual Care Plan
    Spiritual Care Plan
    Документ4 страницы
    Spiritual Care Plan
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Discharge Plann
    Discharge Plann
    Документ8 страниц
    Discharge Plann
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Latar Belakang Ruangan
    Latar Belakang Ruangan
    Документ18 страниц
    Latar Belakang Ruangan
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • BAB 4 (Lili) Revisi
    BAB 4 (Lili) Revisi
    Документ31 страница
    BAB 4 (Lili) Revisi
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • BAB 1 - Rofida
    BAB 1 - Rofida
    Документ1 страница
    BAB 1 - Rofida
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Patient (P)
    Patient (P)
    Документ1 страница
    Patient (P)
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Dan Rekomendasi
    Kesimpulan Dan Rekomendasi
    Документ5 страниц
    Kesimpulan Dan Rekomendasi
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Cover Kumpulan Askep
    Cover Kumpulan Askep
    Документ5 страниц
    Cover Kumpulan Askep
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Tugas Diagnosa-1
    Tugas Diagnosa-1
    Документ4 страницы
    Tugas Diagnosa-1
    RofidaUpit
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ1 страница
    Kata Pengantar
    RofidaUpit
    Оценок пока нет