Вы находитесь на странице: 1из 21

TUGAS NEUROBEHAVIOUR

PENATALAKSANAAN TERAPI KOGNITIF

Dosen Pembimbing :
Sri Anik R, S.H., S. Kep, Ns, M. Kes

Oleh :
Kelompok 5

PRODI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016

1
TUGAS NEUROBEHAVIOUR
PENATALAKSANAAN TERAPI KOGNITIF

Oleh :

1. M. Fathur Andreyanto (151.0032)


2. Nadya Wahyu Pratiwi (151.0035)
3. Nanda Devi Kusumaningrum (151.0036)
4. Novelda Febriyanti (151.0037)
5. Novi Triyas Diyanto (151.0038)
6. Octafiansyah Alwan K. W (151.0040)

PRODI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016

2
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi ...................................................................................... 3
2.2 Jenis/klasifikasi ......................................................................... 3
2.3 Indikasi ....................................................................................... 9
2.4 Prosedur Terapi ........................................................................... 9
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Aplikasi teori kognitif dalam permasalahan psikologis . 13
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan . 16
4.1 Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Penyakit Deep
Venous Thrombosis.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran


pada mata kuliah SISTEM NEUROBEHAVIOUR di Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan
materil. Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada :

1. Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep. Selaku ketua STIKES Hang Tuah


Surabaya.
2. Sri Anik R, S.H., S. Kep, Ns, M. Kes selaku penaggung jawab dan
dosen mata kuliah Sistem NeurobehaviourSTIKES Hang Tuah
Surabaya.
3. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES
Hang Tuah Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi


yang membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Surabaya, 27 November 2016

Penulis

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi kognitif merupakan salah satu terapi yang dilakukan terhadap
klien dengan berbagai gangguan kejiwaan. Terapi ini berorientasi
terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh klien dan pemecahannya,
agar klien dapat mengubah pemikirannya secara adaptif.
Bencana alam dan peristiwa traumatik yang dialami dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran tinggi yang
dialami oleh sebagian besar masyarakat. Tekanan yang terus menerus,
tuntutan hidup, dan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari hari
merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
membentuk perilaku maladaptif.
Aplikasi terhadap terapi ini sangat luas. Sehingga dalam
perkembangannya, terapi kognitif dapat dilakukan pada individu,
kelompok, maupun bersamaan dengan pemakaian obat. Terapi kognitif
menjadi salah satu opsi disamping pemakaian obat terhadap klien
dengan gangguan jiwa. Walaupun beberapa obat anti depressan lebih
terjangkau dibandingkan dengan psikoterapi, namun tidak semua klien
memberikan respon positif terhadap pengobatan tersebut. Berdasarkan
data klien depresi yang mendapatkan terapi obat, hanya 60 65 % yang
mengalami perkembangan. Sebesar 30 40 % klien dengan gangguan
depresi tidak bereaksi positif pada percobaan pertama konsumsi obat
anti depresan. Psikoterapi yang dilakukan secara efektif lebih
menunjukkan manfaat dibandingkan dengan penggunaan obat jangka
panjang.
Terapi kognitif membantu klien berpikir dan bertindak secara
realistis dan adaptive terhadap masalah psikologisnya serta mengurangi
gejala yang ditimbulkan.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari terapi kognitif ?
2. Apa saja jenis dan klasifikasi teori kognitif ?
3. Apa saja indikasi dilakukannya teori kognitif ?
4. Bagaimana prosedur terapi kognitif pada klien ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui teori konsep terapi kognitif
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi teori kognitif
2. Mengetahui jenis dan klasifikasi teori kognitif
3. Mengetahui indikasi dilakukannya teori kognitif pada klien
4. Mengetahui prosedur terapi kognitif pada klien

1.4 Manfaat
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber
informasi bagi pihak akademi dan seluruh civitas akademik Hang Tuah
Surabaya.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Terapi kognitif merupakan terapi struktur jangka pendek teratur
yang menggunakan kolaborasi aktif antara pasien dan terapis untuk
mencapai tujuan terapeutiknya yaitu memberikan dasar berpikir pada
klien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya dan memahami
masalahnya, sehingga mampu mengatasi perasaan negatifnya tersebut
dan memecahkan masalahnya.
2.2 Jenis / Klasifikasi
1. Teknik Restrukturisasi Kognisi (Restructuring Cognitive)
Teknik ini digunakan untuk membantu klien untuk
mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul dengan
cara memperluas kesadaran diri. Biasanya digunakan pendekatan 5
kolom, dimana masing-masing kolom terdiri dari perasaan dan
pikiran yang muncul saat menghadapi masalah. Contoh:
Tanggal Situasi Emosi Pikiran Respon Hasil
Otomatis Rasional
Tanggal Kejadian nyata Pikiran Respon Tulis
masalah yang otoma- rasional kembali
dirasakan menimbul-kan tis yang terhadap tingkat
ketidak- muncul, pemikir keperca-
nyamanan khusus- an yaan
emosi nya otomatis terhadap
Pokok pikiran sedih, yang persen-
dan khayalan cemas, muncul tase
yang marah Persenta pikiran
menimbul-kan Skala se otomatis
ketidak- emosi keperca 1-100%
nyamanan dalam ya- Persen-
emosi rentang annya tase

7
0-100% dalam emosi
rentang secara
0-100% khusus
saat ini
dalam
rentang
1-100%
10 Teman Pikiran Mungki Cemas
Nopember kelompok tidak otoma- n ada 15%
2013 ada yang tis yang kejadian Marah
Pukul datang untuk muncul: darurat 20%
22.00 mengerjakan cemas, Mungki Kecewa
WIB tugas, padahal marah, n masih 10%
sudah janjian kecewa, menger- Takut
akan mengerja- takut jakan 5%
kan bersama- Cemas hal lain
sama pukul 25% Mungki
19.00 WIB. Marah n tidak
Tugas harus 40% punya
dikumpul besok Kecewa pulsa
pagi. Tidak ada 20% dan
yang memberi Takut tidak
kabar dan tidak 10% sempat
ada yang bisa telepon.
dihubungi. Tidak
Jangan-jangan mungki
mereka sengaja n teman
membiarkan sengaja
saya mengerja- membo-
kan tugas hongi
sendirian atau saya
mereka kerja karena

8
kelompok tanpa tidak
mengajak saya. pernah
terjadi
sebelum
-nya.
Tim
kami
adalah
tim
yang
kompak.

2. Teknik Penemuan Fakta-fakta (Questioning the Evidence)


Teknik ini bertujuan untuk mencari fakta yang mendukung
keyakinan dan kepercayaan klien, termasuk sumber-sumber data
yang berkaitan. Ini dilakukan karena klien yang mengalami distorsi
kognitif seringkali memberi bobot yang sama terhadap semua data
dan sumber data tanpa disadarinya, sehingga mendukung pemikiran
buruknya. Misalnya saat klien tidak mendapat beasiswa tugas
belajar, maka akan muncul perasaan bahwa dirinya tidak dihargai,
tidak berprestasi dan atasannya tidak menyukai dirinya. Faktanya
adalah dana tugas belajar dibatasi untuk 3 orang sehingga untuk
mencapai target JCI RS memprioritaskan tugas belajar kepada
pegawai dengan usia diatas 25 tahun, masa kerja lebih dari 5 tahun
dan pegawai yang menduduki jabatan fungsional, tanpa memandang
suka atau tidak suka.
3. Teknik Penemuan Alternatif (Examing Alternatives)
Masalah terasa sangat berat karena akumulasi berbagai
masalah dan klien tidak melihat adanya solusi alternatif bagi
masalahnya. Teknik ini akan membantu klien menguraikan
masalahnya dan menemukan alternatifnya dengan cara menuliskan
dan mengurutkan masalah dari yang paling ringan. Misalnya: biaya

9
kuliah belum dibayar, uang tabungan habis, sakit kepala, tugas
kuliah menumpuk, berselisih paham dengan teman kos, putus cinta.
Sebagai contoh alternative biaya kuliah belum dibayar klien boleh
memikirkan tentang: mungkin perlu surat keterangan tidak mampu,
meminta keringanan biaya dari fakultas, mencari pekerjaan free-time
yang tidak mengganggu waktu kuliah, membuka bisnis baju online,
bermusyawarah dengan keluarga yang lebih mampu, dan
sebagainya. Perawat harus merangsang klien berpikir lain dari
biasanya atau berani beda.
4. Dekatastropik (Decatastropizing)
Teknik ini disebut juga teknik bila dan apa (the what-if then)
yang meliputi upaya menolong klien melakukan evaluasi terhadap
situasi dimana klien mencoba memandang masalahnya lebih dari
situasi alamiah agar beradaptasi dengan hal-hal buruk yang mungkin
terjadi. Ini bertujuan untuk menolong klien melihat konsekuensi
dari kehidupan, dimana tidak selamanya sesuatu itu terjadi atau tidak
terjadi. Sebagai contoh klien yang hidup merantau untuk kuliah
harus berani berpikir: Apa yang akan saya lakukan bila tabungan
saya habis sementara beasiswa belum keluar?; tiba-tiba saya sakit;
tidak mampu mengikuti pelajaran?
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam mengubah persepsi klien
terhadap situasi atau perilaku dengan cara fokus pada aspek lain dari
masalah atau melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Hal ini
akan menolong klien melihat masalah secara seimbang dan dalam
prespektif yang baru. Dengan memahami aspek positif dan negatif
suatu masalah maka klien akan memperluas kesadaran dirinya dan
memicu kesempatan untuk mengubah dan menemukan makna baru,
sebab begitu makna berubah maka akan mengubah perilaku klien.
Misalnya, kuliah di luar daerah/negeri dapat dipandang sebagai
stressor, tetapi setelah klien mengubah maknanya maka dia dapat
berpikir bahwa kuliah di luar daerah/negeri merupakan kesempatan

10
untuk mengupgrade ilmu dan keterampilan, menambah teman dan
pengalaman baru, memperluas wawasan tentang daerah lain dan
memperkenalkan daerah kita kepada orang lain.
6. Thought Stopping
Teknik berhenti memikirkannya (thought stoping) sangat
baik digunakan pada saat klien mulai memikirkan sesuatu sebagai
masalah, karena kesalahan berpikir seringkali berdampak seperti
bola salju dimana awalnya masalah tersebut kecil tetapi lama
kelamaan menjadi besar dan sulit dipecahkan. Klien dapat
menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai, bahwa bel
berhenti berbunyi. Untuk memulainya klien diminta untuk
menceritakan masalahnya dan membuat rangkuman masalahnya
dalam khayalan perawat mengatakan keras-keras berhenti untuk
menyela khayalan Klien mencoba melakukan sendiri tanpa selaan
dari perawat klien mencoba menerapkannya dalam situasi
keseharian.
7. Learning New Behavior With Modelling
Modelling adalah strategi mengubah perilaku baru dalam
meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak
dapat diterima. Sasaran perilakunya adalah memecahkan masalah-
masalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitan klien
melakukan observasi pada seseorang yang berhasil mengatasi
masalah serupa dengan cara modifikasi dan kontrol lingkungan
klien meniru perilaku orang yang dijadikan model. Awalnya klien
mengatasi masalah bersama dengan fasilitator, selanjutnya dia
mencoba mengatasi sendiri berdasarkan pengalamannya bersama
fasilitator. Misalnya klien memiliki stressor kesulitan ekonomi,
maka klien bisa ikut magang dulu dengan orang lain sambil belajar
bisnis dan berdagang, setelah berpengalaman maka klien bisa
melakukan sendiri.

11
8. Membentuk Pola (Shaping)
Membentuk pola perilaku baru dengan perilaku yang diberikan
reinforcement. Misalnya anak yang suka terlambat ke sekolah
berniat untuk bangun pagi dan berangkat cepat sehingga bila tidak
terlambat maka klien akan diberi pujian.
9. Token Economy
Token economy merupakan bentuk reinforcement positif
yang sering digunakan pada kelompok anak atau klien yang
mengalami masalah psikiatrik. Misalnya bila berbuat baik akan
mendapat permen dan bila mengganggu temannya mendapat gambar
wajah menangis. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai suatu
saat jumlahnya akan diakumulasi.
10. Role Play
Role play membuat klien belajar menganalisa perilaku
salahnya melalui kegiatan sandiwara yang dapat dievaluasi oleh
klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain.
Klien akan menilai dan belajar membuat keputusan berdasarkan
konsekuensi-konsekuensi yang ada didalam cerita dan melihat
akibat-akibat yang terjadi melalui cerita yang disajikan. Misalnya
klien melihat role play tentang pasien yang suka menunda-nunda
pekerjaan, tidak mau belajar dan suka bermain game online.
11. Social Skill Training
Dasar teknik ini adalah keyakinan bahwa keterampilan
apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip
memperoleh keterampilan baru bagi klien adalah bimbingan,
demonstrasi, praktik dan feedback/umpan balik. Misalnya bagi klien
pemalas (abulia) dapat diajarkan keterampilan merapikan baju di
lemari. Awalnya perawat mendemostrasikan cara melipat dan
meletakkan pakaian di lemari agar rapi, selanjutnya klien harus
mempraktikkan sendiri. Feedback diberikan untuk menilai dan
memperbaiki kegiatan yang belum memennuhhi harapan.

12
12. Aversion Therapy
Tujuan aversion therapy adalah untuk menghentikan
kebiasaan buruk klien dengan cara mengaversikannya dengan
sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan merokok dengan
cara membayangkan bahwa rokok tersebut adalah kotoran kambing
yang menjijikkan.
13. Contingency Contracting
Fokus contingency contracting adalah pada perjanjian
dengan punishment dan reward yang dibuat antara Terapi dan klien.
Misalnya bila klien berhasil tidak berbohong maka pada saat
bertemu dengan Terapi akan diberikan reward. Begitu juga
sebaliknya bila klien masih berbohong maka akan mendapat
hukuman berat yang telah disepakati sebelumnya.

2.3 Indikasi
1. Kecemasan (anxiety)
2. Gangguan afek (affective)
3. Masalah makan (eating)
4. Schizofrenia
5. Ketergantungan zat (substance abuse)
6. Gangguan kepribadian (personality disorder)

2.4 Prosedur Terapi


Terapi kognitif lebih menekankan masa kini daripada masa lalu,
meski bukan berarti mengabaikan masa lalu, karena fokusnya adalah
status kognitif masa kini untuk mengubah hal negatif menjadi positif.
Terapi kognitif berusaha untuk menerima masa lalu klien sebagai
bagian dari hidupnya dan mencoba membuat klien menerima masa
lalunya, untuk tetap berusaha melakukan perubahan pada pola pikir
masa kini demi mencapai perubahan di masa yang akan datang.
Pelaksanaan terapi kognitif terdiri dari :
Sesi I Tujuan: mengungkap pikiran otomatis

13
a. Jelaskan tujuan terapi kognitif
b. Identifikasi masalah : what, where, when, who
c. Diskusikan sumber masalah
d. Diskusikan pikiran dan perasaan
e. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif
Sesi II Tujuan: mencari alasan
a. Review ulang
b. Diskusikan pikiran otomatis
c. Tanya penyebab
d. Beri respon
e. Tanyakan tindakan klien
f. Anjurkan menulis perasaan
g. RTL : hasil tulisan klien akan dibahas
Sesi III Tujuan: memberi tanggapan
a. Diskusikan hasil tulisan
b. Dorong untuk beri pendapat
c. Beri umpan balik
d. Dorong untuk ungkap keinginan
e. Beri persepsi perawat terhadap keinginan
f. Beri reinforcement positif
g. Jelaskan metoda tiga kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metoda tiga kolom
i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaiannya
Sesi IV Tujuan: Menuliskan masalah
a. Tanya perasaan saat menulis buku harian
b. Dorong untuk mengomentari tulisan
c. Beri respon dan umpan balik
d. Anjurkan untuk lakukan
e. RTL : hasil tulisan akan didiskusikan
Sesi V Tujuan: Kemampuan menyelesaikan masalah
a. Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom

14
b. Tanyakan stressor/masalah baru dan respon penyelesaian
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negatif
d. Beri reinforcement positif
e. Anjurkan tulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat
menghadapi masalah
Sesi VI Tujuan: Manfaat dari tanggapan
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional
b. Beri umpan balik
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Tanyakan hambatan yang alami
f. Beri persepsi perawat
g. Diskusikan cara mengatasi hambatan
h. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
i. Beri reinforcement positif
Sesi VII Tujuan: Mengungkap hasil
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapi kognitif
b. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat
c. Diskusikan manfaat yang dirasakan
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi
f. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasi
g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
h. Beri reinforcement positif
Sesi VIII Tujuan: Membuat catatan harian
a. Tanya apakah selalu mengisi buku harian
b. Beri reinforcement positif
c. Diskusikan manfaat buku harian
d. Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi masalah
yang sama
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara menggunaan yang
efektif

15
Sesi IX Tujuan: Membuat support system
a. Jelaskan kepada keluarga tentang terapi kognitif
b. Libatkan keluarga
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimiliki
klien
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi
masalah klien

16
BAB 3

TINJAUAN KASUS

APLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM PERMASALAHAN


PSIKOLOGIS

Contoh Kasus : Terapi Kognitif untuk Gangguan Depresi


Tn. K adalah seorang pengacara 38 tahun yang belum lama ini
mengetahui dia menderita AIDS. Ia menjadi sedih, kesulitan tidur dan
berkonsentrasi, dan menjadi sangat cemas. Menurut Liese dan Larson
(1995), ia mengalami episode depresi utama dengan keparahan moderat.
Sebagai anak tunggal, Tn. K diharapkan untuk tampil baik di sekolah.
Sebagai hasil dari hubungan dengan orang tua dan di sekolah, Tn. K
mengembangkan dua keyakinan yang signifikan tentang dirinya: "Saya
dicintai hanya ketika saya menyenangkan orang lain" dan "Saya layak hanya
ketika orang lain mencintai saya". Tn. K mencari cinta dan mendapatkan
persetujuan melalui hubungan seksual sembarangan dengan pria lain.
Perilaku ini mencerminkan usahanya untuk "menghindari perasaan
kesepian". Ketika ia memasuki terapi, perilakunya tercermin dalam
keyakinan dasar tertentu.
"Sekarang, aku benar-benar tidak dicintai dan rusak."
"Saya telah mengecewakan semua orang yang penting bagiku."
"Aku pantas mendapatkan AIDS karena perilaku saya."
Pada suatu hari ada seorang pasien dating ke ahli psikatri . dia
merasa depresi dengan hal yang dialaminya . Untuk membantu Tn. K
dengan depresi yang dialaminya, terapis menggunakan metode Socratic
(guided discovery). Dengan cara ini Tn. K bisa menyadari bahwa hidupnya
tidak berlebihan.
- Terapi : Bagaimana perasaanmu hari ini? (pertanyaan terbuka)
- Tn. K : Cukup tertekan.
- Terapi : Anda tampak tertekan. (refleksi) Apa yang Anda pikirkan?
(pertanyaan terbuka)
- Tn. K : Hidup saya tampaknya terbuang sia sia sekarang.

17
- Terapi : Apa yang Anda maksud dengan "terbuang"? (pertanyaan
terbuka)
- Tn. K : Tampaknya seperti tidak ada lagi yang membutuhkan saya.
- Terapi : ".Tidak ada" ? Dapatkah Anda mekarang emikirkan apa pun
yang penting dalam hidup anda ? (pertanyaan terbuka)
- Tn. K : (jeda panjang) kurasa.
- Terapi : Anda hanya "menebak"? (refleksi / pertanyaan)
- Tn. K : iya, mungkin !
- Terapi : lalu menurut anda apa yang penting bagi Anda? (pertanyaan
terbuka)
- Tn. K : Saya punya teman saya yang masih penting bagi saya.
- Terapi : Apa yang membuat teman Anda penting bagi Anda?
(pertanyaan terbuka)
- Tn. K : Mereka benar-benar peduli dengan saya.
- Terapi : Jika Anda menganggap teman anda penting bagi ada, apa
yang muncul di pikiran anda? (pertanyaan terbuka)
- Tn. K : Yah aku rasa hidup saya tidak sepenuhnya sia-sia.
- Terapi : Dan bagaimana perasaan Anda ketika Anda berpikir hidup
Anda tidak terbuang sia sia ? (pertanyaan terbuka)
- Tn. K : saya merasa kesedihan saya berkurang.
- Terapis : oke kalua begitu sepertinya cukup untuk hari ini ya pak ?
bagaimana persaan anda setelah kita saling berbagi cerita ?
- Tn. K : sudah sedikit baik
- Terapi : baiklah pak besok kembali lagi ya, kita akan evaluasi
perkembangan anda lagi.
Dalam dialog ini, terapis telah mulai membantu Tn. K pemulihan
emosional hanya dengan mengarahkan dia untuk berpikir tentang hubungan
penting dengan teman-temannya. Metode Socratic memfasilitasi
kemampuan Tn. K untuk menemukan pikirannya sendiri yang positif,
sumber daya, dan kekuatan daripada memiliki terapis menasihati atau
membantah pikiran maladaptif.

18
Untuk mengatasi lebih jauh dengan masalah merasa bahwa hidupnya yang
tidak berguna terapis menggunakan teknik tiga pertanyaan.
[Terapi:] halo pak kita bertemu kembali , bagaimana persaan anda hari ini ,
saya ingin mengulas lagi atau mengevaluai lag nih pak , Anda mengatakan
kepada saya kemarin bahwa hidup Anda tidak berguna (refleksi). Apakah
Anda punya bukti untuk keyakinan tersebut? (pertanyaan # 1)
[Tn. K] saya masih cemas. saya tidak memiliki bukti. Saya hanya merasa
seperti itu.
[Terapi:] Anda "hanya merasakan hal itu" (refleksi) Bagaimana lagi Anda
melihat kenyataan itu ? (pertanyaan # 2).?
[Tn. K] Saya kira hidup saya tidak berguna jika saya tidak penting untuk
teman teman saya.
Terapi : Jika, pada kenyataannya, Anda tidak penting untuk teman anda apa
yang akan menjadi penyebabnya ? (pertanyaan # 3)
Tn. K : Saya kira mungkin diterima, jika teman saya tidak meninggalkan
saya.
Terapis : yang anda lihat sekarang bagaimana temen teman anda ke anda ?
Tn. K : mereka selalu mendukung saya dan peduli dengan saya
Terapis
: nah itu dia buatlah hidup anda berarti dengan melakukan kesibukan
layaknya orang biasa, seperti bekerja bersosialisasi dngan orang lain dan
sharing dengan teman anda . jangan pernah merasa berbeda karena kita
semua sama dan mungkin anda sedang diuji oleh Tuhan. Jangan pernah
berfikiran negative dan merasa sendiri.
Tn. K : baik akan saya lakukan.
Dalam interaksi singkat, terapis membantu Tn. K untuk menjadi
lebih objektif tentang menilai diri sendiri. Bahkan, ketika Tn. K menyadari
bahwa hidupnya memiliki makna tertentu, ia mulai mengalami
kelegaan/pemulihan emosi.

19
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Terapi kognitif merupakan terapi struktur jangka pendek teratur
dengan cara kolaborasi aktif antara pasien dan terapis yang bertujuan
mengganti pikiran dan keyakinan buruk klien dengan konstruksi pola
pikir yang lebih baik, sehingga bisa memecahkan masalahnya.
Beberapa teknik kognitif terapi yang harus dikuasai oleh perawat
jiwa adalah teknik restrukturisasi kognisi, teknik penemuan fakta-fakta,
teknik penemuan alternatif, dekatastropik, reframing, thought stopping,
learning new behavior with modelling, membentuk pola, token
economy, role play, social skill training, aversion therapy dan
contingency contracting.
Teknik kognitif terapi dapat bermanfaat secara efektif terhadap
berbagai masalah klinik untuk semua rentang usia yang meliputi
kecemasan, gangguan afek, masalah makan, schizofrenia,
ketergantungan zat dan gangguan kepribadian.
3.2 Saran
Sebaiknya perawat dalam melakukan terapi kognitif pada klien
gangguan kognitif harus memperhatikan semua aspek secara
komprehensif, tidak terbatas pada jiwanya saja tetapi juga aspek
fisiologi dan psikososial agar hasil yang dicapai optimal.
Perawat jiwa memiliki peran sebagai leader, fasilitator, evaluator
dan motivator dalam pemberian teknik kognitif terapi, sehingga harus
mengetahui berbagai teknik kognitif terapi agar bisa berfungsi secara
optimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, M.A (2008). Efek terapi kognitif dalam mengurangi kecenderungan


perilaku histrionik pada transeksualis. Diakses dari
eprints.unika.ac.id/1256/ pada 16 September 2013

Keltner, L. N., Bostron. C. E., Mc.Guiness. M. T (2011). Psychiatric


Nursing 6th Edition

Nasi,. A., Muhith. A (2011). Dasar dasar keperawatan jiwa. Jakarta :


salemba medika

Setyono, T., Sumarwati. M., Astuti. M. W (2010). Pengaruh terapi kognitif


rekonstrukturisasi terhadap penurunan skor depresi pada pasien
gangguan jiwa. Vol. 2 No. 3. Diakses dari
jks.fkik.unsoed.ac.id/index.php./jks/article/view/310

Suryaningrum, C (2013). Cognitive behavior therapy (cbt) untuk mengatasi


gangguan obsesif kompulsif vol. 1, no.1. diakses dari
ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1352 pada 16
September 2013

Varcarolis and Halter (2010). Foundation of psychiatric nursing mental


health: a clinical approach 6th edition. St.louis: Elsevier saunders

Yosep, Iyus (2010). Keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika aditama

21

Вам также может понравиться