Вы находитесь на странице: 1из 3

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena anugrah-Nya
kami bias menyelesaikan makalah mengenai Penerapan Teori Dekontruksi ATB Pada Bangunan
rumah Neo-Vernakular. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur Bali
3.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BABA I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum kita membahas penerapan teori dekontruksi arsitektur bali pada bangunan rumah
neo-vernakular, sebaiknya kita mengetahiu apa itu arsitektur neo-vernakular. Arsitektur neo-
vernakular berasal dari Bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Neo-
vernakular berarti Bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru. Arsitektur Neo-vernakular
adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, kontruksi) maupun
non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah
terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami
pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai
tradisi setempat.
Penerapan teori dekontruksi arsitektur bali pada bangunan neo-vernakular dengan teori
proporsi menyangkut pada permasalahan mengenai bentuk, besar dan keseimbangan suatu
bangunan. Penerapan teori dekontruksi arsitektur bali ini pada bangunan neo-vernakular memiliki
beberapa aspek yang akan menunjang pembuatan banguanan seperti Asta Bhumi dan Asta Kosala-
Kosali sebagai fengsui hindu bali.
Pembangunan rumah neo-vernakular didasari teori proporsi yang menggunakan penerapan
teori dekontruksi arsitektur bali untuk membangun suatu banguanan dengan proporsi yang baik
tidak mengunakan meteran tetapi menggunakan sikut yaitu :

Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang
menghadap ke atas),
Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan
sampai ujung jari tengah yang terbuka)
Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke
kanan)

Dengan menggunakan ukuran tersebut maka akan mendapatkan ukuran bangunan rumah neo-
vernakaular yang baik, seimbang dan juga menyatu dengan lingkungan tanpa mengesampingkan
aspek-aspek atau nilai-nilai tradisi setempat pada bangunan rumah neo-vernakular.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1
Bagaimana penerapan metode dekonstruksi terhadap rumah Tradisional Bali?
1.2.2
Bagaimana pengaruh dekonstruksi rumah tradisional bali terhadap implikasi desain rumah Neo-
Vernakular?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proporsi yang baik menurut
teori dekontruksi Arsitektur Bali pada bangunan rumah Neo-Vernakular sehingga terciptanya
bangunan yang baik, bagus seimbang serta tidak menegesampingkan nilai-nilai dari tradisi
setempat, serta untuk kedepannya kita dapat lebih baik dalam menentukan proporsi suatu
bangunan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk mahasiswa
Menerapkan dan meningkatkan pengetahuan tentang proporsi menurut penerapan teori
dekonstruksi Arsitektur Bali pada suatu bangunan, khususnya bangunan pada rumah Neo-
Vernakular.
1.4.2
Memeberikan tambahan wawasan kepada Bapak/Ibu dosen mengenai penerapan teori
dekonstruksi Arsitektur Bali pada bangunan rumah Neo-Vernakular.
Membantu Bapak/ibu dosen untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam membuat
makalah.

Вам также может понравиться