Вы находитесь на странице: 1из 9

1.

Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi


Telah dikemukakan terdahulu para penganut bahwa penganut teori belajar kognitif
berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah.
Sebagian besar dari mereka ini terutama tertarik pada teori yang disebut pemrrosesan
informasi. Bagaimana
informasi ini diproses dalam pikiran dan bagaimana informasi disajikan sehingga dapat
diproses dalam memori kerja.
Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoritis yang dikenal
dengan model pemrosesan informasi. Dalam model ini peristiwa mental diuraikan sebagai
transformasi-transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon).
Teori belajar pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi.Menurut teori ini belajar adalah mengolah
informasi. Sekilas teori ini mirip dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil. Dalam teori pemrosesan informasi, proses memang penting, namun
yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari siswa.
Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar siswa akan
berlangsung, sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari. Dalam teori pemrosesan
informasi tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk
semua siswa.
Pendekatan proses informasi menganalisis cara anak memipulasi informasi,
monitornya, dan menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Siegler, 2001, 2006;
Siegler dan Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi perhatian, memori, dan
proses berfikir.
Sebuah kiasan komputer dapat mengilustrasikan bagaimana pendekatan proses-
informasi dapat diterapkan dalam perkembangan. Proses informasi komputer dibatasi oleh
perangkat keras dan perangkat lunaknya. Proses informasi pada anak juga dibatasi oleh
kapasitas dan kecepatannya serta kemampuannya memanipulasi informasi dengan kata lain,
menerapkan strategi-strategi yang teapt untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan.
Dalam pendekatan proses-informasi, perkembangan kognitif anak merupakan hasil dari
kemampuan mereka untuk menyelesaikan batasan-batasan proses dengan terus-menerus
meningkatkan pelaksanaan operasi-operasi dasar, memperluas kapasitas proses informasi,
dan meraih pengetahuan dan strategi-strategi lain.

2. Perkembangan Teori Pemrosesan Informasi

Tokoh-Tokoh Teori Pemrosesan Informasi

a. Pandangan Robert M Gagne


Menurut Robert M Gagne,belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi.
Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal
dengan penemuannya berupa Condition Of Learning.Teori informasi psikologi muncul dari
temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai
dan meninngkatkan penggiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses
informasi yang berkaitan secara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi
memberikan perspektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar
yang efektif.Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan
penyimpanan di dalam memori jangka panjang.Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat
untuk memecahkan masalah.
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang
bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan
informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang
mendasari teori pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Gagne menggabungkan ide-ide berhaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran.
Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal
adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini
oleh Gagne disebut sebagai Sembilan peristiwa pembelajaran.
Sembilan peristiwa pembelajaran menurut Gagne adalah sebagai berikut.
1. Memberikan perhatian. Contoh sederhana tunjukan es krim, ceritakan kelezatan yang
diperoleh dari memakannya.
2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajara, biarkan siswa mengetahui apa yang akan
dipelajarinya. Contohnya: Hari ini kita akan belajar membuat es krim.
3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu. Contohnya: Apakah ada yang pernah membuat
es krim? Di mana, kapan, dan bahan apa saja yang diperlukan?
4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan. Contoh: Tunjukkan kepada siswa bagaimana
membuat es krim.
5. Memberikan panduan belajar, bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik pada saat pembelajaran berlangsung.
6. Menampilkan kinerja, mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang baru dipelajarinya.
Contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk membuat es krim dan mintalah agar siswa
membuat es krim sendiri.
7. Memberikan umpan balik, beritahu siswa kinerjanya masing-masing. Contoh, guru
berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa membuat es krim sendiri.
8. Menilai kinerja, nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.
Contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika mereka benar cara membuatnya diperbolehkan
memakannya
9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan. Buatlah siswa dalam mengingat-
ingat dan menerapkan keterampilan baru itu. Contoh, siswa ditugasi membuat es krim pada
saat karya wisata sekolah.
Sembilan peristiwa pembelajaran oleh Gagne tersebut secara tidak langsung telah
menggambarkan langkah-langkah pemebelajaran menurut Gagne.
Konsep hirarki pengetahuannya Gagne mengarah pada asumsi bahwa menjadi penting
menghadirkan semua fakta tingkatan paling rendah yang perlu sebelum terus mengajarkan
pada tingkatan yang paling tinggi. yang berkenaan dengan hal ini adalah konsep bahwa orang
bisa menalar dengan konsep tingkatan yang lebih tinggi jika mereka telah mempelajari semua
prasyarat informasi pada tingkat yang lebih rendah.
b. Pandangan Slavin (2000)
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:
175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat
diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi
belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui
beberapa indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk
adalah registrasi penginderaan.Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi
dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik.
Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan,
maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai
dua implikasi penting dalam pendidikan.
Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus
diingat.Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat
dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Interpretasi seseorang
terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi.
Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi
dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor
lain.Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke
komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek
adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik.
Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan
tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan
informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi
memori jangka panjang menjadi tiga bagian:
1. Memori Episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yangmenyimpan gambaran dari
pengalaman-pangalaman pribadi kita,
2. Memori Semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yangmenyimpan fakta dan
pengetahuan umum
3. Memori Prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana
melakukan sesuatu.

c. Pandangan Ausubel (1968)


Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu.Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan
pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang
lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah
perolehan pengetahuan baru yang rinci proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai
dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi
(storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi
dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi:
Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

d. Pandangan Siegler dan STevenso (1993 )


Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum,pertama pikiran
dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi.Kedua individu-
individu memproses informasi dari lingkungannya,dan yang ketiga terdapat keterbatasan
pada kapasitas memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih
menekankan kepada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia
mereka,bagaimana informasi itu masuk kedalam fikiran dan bagaimana informasi disimpan
dan disebarkan dan bagaimana asumsi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-
aktifitas yang komplek seperti memecahkan masalah dan berfikir.Jadiinti dari pendekatan
pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berfikir.Menurutpendekatan ini anak
didik secara bertahap mengembangkan kapasitan memperoleh informasi dan secara bertahap
pula mereka mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Menurut Robert Siegler (1998), ada tiga mekanisme kerja yang bersama-sama
menciptakan perubahan-perubahan pada keahlian kognitif anak : penyandian, otomatisasi,
dan konstruksi strategis.
Pertama, penyandian adalah proses informasi mencapai memori, perubahan-
perubahan dalam keahlian kognitif anak bergantung pada meningkatnya keahlian
menyandikan informasi yang relevan, sekaligus mengabaikan informasi yang tidak relevan.
Contohnya, bagi seorang anak berusia 4 tahun, huruf S tulisan tangan sangat berbeda dengan
huruf S yang dicetak.Akan tetapi, seorang anak berusia 10 tahun (yang telah belajar
menyandikan fakta yang relevan) memahami bahwa huruf tersebut adalah S.
Kedua, otomatisasi mengacu pada kemampuan memproses informasi dengan usaha
minimal atau tanpa usaha sama sekali. Latihan akan memampukan anak menyandikan
informasi secara otomatis, dalam jumlah lebih besar. Contohnya, saat seorang anak telah
mampu membaca dengan baik, mereka tidak membaca huruf demi huruf; melainkan
menyandikan keseluruhan kata.Saat tugas tersebut menjadi otomatis, usaha sadar tidak
diperlukan lagi.Akibatnya, ketika pemrosesan informasi menjadi lebih otomatis, kita dapat
menyelesaikan tugas-tugas lebih cepat dan dapat menangani lebih banyak tugas dibandingkan
sebelumnya.
Ketiga, konstruksi strategi adalah pembentukan prosedur baru pemrosesan informasi.
Contohnya, anak menyerap lebih banyak keuntungan dalam membaca ketika mereka
mengembangkan strategi berhenti sesaat (sembari menyerap apa yang telah dibacanya
sejauh itu).
Sebagai tambahan, Siegler (1998, 2004; Siegler dan alibali, 2005) berpendapat bahwa
pemrosesan informasi pada anak dicirikan oleh modifkasi diri, yaitu anak belajar
memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi sebelumnya ke situasi baru.
Bagian dari modifikasi diri mendekatkan kita pada istilah metakognisi, yakni mengetahui
tentang pengetahuan itu sendiri (Flavell, 1999, 2004; Flavell, Miller, dan Miller, 2002). Salah
satu contoh metakognisi adalah pemahaman anak tentang cara terbaik mengingat apa yang
telah mereka baca. Apakah mereka mengetahui bahwa mereka mampu mengingat apa yang
telah mereka baca bila mereka menghubungkan isi bacaan dengan kehidupan mereka sendiri
?. Jadi dalam penerapan Siegler tentang pendekatan proses informasi, anak memainkan peran
aktif dalam perkembangan kognitif mereka.
e. Diagram Pemrosesan informasi
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur
kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni
proses pengolahan informasi.
Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaandidepan adalah
suatuteori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan Information Processing
LearningTheory. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusiadi saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga
Information-Processing Model oleh Lefrancois atau Model Pemrosesan Informasi.
Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner
(1988) sertaLefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory
atau MemoriInderawi (MI),Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory,
serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model
tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:

Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam


tiga tahap.Menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis
putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal.Dalam model
tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara
ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan
penginderaan jangka pendek.Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu
disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja.Apabila
informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat
dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek
tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang
kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori
jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur
dengan atau tergeser oleh informasi lain.Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan
ingatan, yaitu:
Pelancaran Proaktif : Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang
baru dipelajari memiliki karakter yang sama.
Pelancaran Retroaktif : Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan
informasi yang telah dipelajari

Memori Inderawi (MI)


Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang
terdapatpada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca
inderanya.Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama
tidaklebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
digantidengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui
pancaindera ini biasanya disebut sensory memory atau ingatan inderawi.
Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, sepertiyang
telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat
hilangseluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori
sebagaiingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya
dapatbertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
Pertanyaanpenting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas
keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?
Pertama,orang biasanya memperhatikan rangsangan jika rangsangan tersebut
mengandung sesuatu yang menarik perhatian. Maka sebagai guru kita mungkin membuat
respon yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan.
Kedua, orang lebih memperhatikan jika rangsangan melibatkan pola yang
dikenal. Sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai
presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.

Memori Jangka Pendek (MJPd)


Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda
dariinformasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru
yangmendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai MJPd sebagaimana
dinyatakanGage dan Berliner (1988, p.285) berikut: When we pay attention to a stimulus,
theinformations represented by that stimulus goes into short-term memory or
workingmemory. Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang
stimulusnyamendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk
di dalamotak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd
inimenurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20
detik.Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu
menjadisangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkanselama proses pembelajaran di kelasnya.
Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guruakan
sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para gurutersebut.
Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan,di samping
selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudahseharusnya
mengucapkan kalimat seperti: Anak-anak, bagian ini sangat penting. Tidakhanya itu, aksi
diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh pentingdi papan tulis,
memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materiessensial,
menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampaimenjewer
telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selamaproses
pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih pentinglagi adalah
bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswasendiri, sehingga para
siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selamaproses pembelajaran sedang
berlangsung.

Memori Jangka Panjang (MJPJ)


Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria?Untuk
menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebihsering disebut
dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan,televisi, ataupun
koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besarsudah tersimpan di
dalam MJPJ Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulituntuk hilang, sehingga
Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalahMJPJ yang mendapat
pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanyapengulangan. Dapatlah
disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kuncidalam proses pembelajaran.
Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakankata kunci yang akan sangat
menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatupengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guruberpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untukbelajar 6 10 menit daripada 1 60 menit. Selain
pengulangan atau latihan, beberapa halpenting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru
agar suatu pengetahuan dapatdiingat siswa dengan mudah adalah:
a. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada sesuatu yangtidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akanjauh lebih
mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilanganpertama sudah
dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RIpada 17 Agustus 1945
yang dapat ditulis menjadi 17081945.
b. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswadaripada
hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4,49, 1, 16, 9, 36,
dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikutyang sudah terorganisir
dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
c. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatuyang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akanmemungkinkan para
siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalanceriteranya akan mampu mereka ingat
dengan mudah. Namun hal yang sebaliknyaakan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran
yang tidak menarik perhatianmereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi
para guru.

3. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

1) Strategi pembelajaran daya ingat


Salah satunya adalah dengan Pembelajaran verbal. Pembelajaran verbal adalah
pembelajaran kata-kata (atau fakta yang diungkapkan dalam kata-kata). Dalam banyak studi,
misalnya siswa diminta mempelajari daftar kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.
Ada tiga jenis tugas pembelajaran verbal yang biasanya dilihat diruangan kelas
seperti:
a. Pembelajaran Pasangan-Berkaitan (Paired-Associate Learning)
Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota pasangan ketika diberikan
anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh
pendidikan tugas pasangan-berkaitan meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama
dan tanggal perang saudara, table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.
Dalam pembelajaran pasangan-berkaitan, siswa harus menghubungkan tanggapan
dengan masing-masing rangsangan. Misalnya, kepada siswa tersebut diberikan gambar tulang
(rangsangan) dan harus menjawab tulang kering, atau diberikan symbol Au dan harus
menjawab emas. Salah satu aspek penting pembelajaran rangsangan berkaitan ialah tingkat
pengenalan yang telah dimiliki siswa dengan rangsangan dan tanggapan tersebut.
Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu mengingat hubungan.
Salah satu metode kuno untuk meningkatkan daya ingat dengan menggunakan gambaran
ialah penciptaan cerita-cerita untuk menggabungkan informasi. Misalnya gambar-gambar
dari mitos yunani dan sumber-sumber lain yang telah lama digunakan untuk membantu orang
mengingat peta bintang.
b. Pembelajaran Serial (Serial Learning)
Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan tertentu. Penghafalan not
dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur dalam susunan berat atom, dan puisi serta
lagu adalah tugas-tugas pembelajaran serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam
pengajaran di ruang kelas dari pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.

c. Tugas Pembelajaran Ingatan Bebas (Free-Recall Learning)


Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam urutan khusus. Mengingat
nama ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenis-jenis rangsangan, jenis-jenis penggalan
baris puisi, dan system organ dalam tubuh adalah tugas-tugas ingatan bebas.

2) Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar

a. Membuat Catatan
Strategi studi umum yang digunakan dalam membaca maupun dalam belajar dari
pengajaran dikelas ialah membuat catatan. Pembuatan catatan dapat efektif untuk jenis bahan
tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan gagasan-gagasan utama dalam pikiran,
karena seseorang mengambil keputusan tentang apa yang harus ditulis. Namun efek
pembuatan catatan ditemukan tidak selalu konsisten. Efek positif paling mungkin diperoleh
apabila pembuatan catatan digunakan untuk bahan konseptual yang rumit dimana tugas yang
sangat penting ialah mengindentifikasi gagasan-gagasan utama. Juga, pembuatan catatan
yang memerlukan pengolahan mental akan lebih efektif dari pada sekedar menuliskan apa
yang dibaca. Misalnya Bretzing danKhulhavy menemukan bahwa membuat catatan
paraphrase (menyebutkan gagasan utama dengan kata-kata yang berbeda) dan membuat
catatan sebagai persiapan untuk mengajarkan bahan tersebut kepada orang lain adalah strategi
pembuatan catatan yang efektif, karena hal itu meminta tingkat pengolahan mental yang
tinggi tentang informasi tersebut.
Salah satu sarana yang kelihatannya efektif untuk meningkatkan nilai pembuatan
catatan siswa ialah agar guru menyediakan catatan sebagian sebelum pengajaran atau
membaca, dengan memberi siswa kategori-kategori untuk mengarahkan pembuatan catatan
mereka sendiri. Beberapa studi telah menemukan bahwa praktik ini meningkatkan
pembelajaran siswa.

b. MenggarisBawahi
Barangkali strategi studi yang paling umum ialah menggarisbawahi atau memberi
stabilo. Namun, riset tentang penggarisbawahan pada umumnya menemukan sedikit manfaat.
Persoalannya ialah bahwa kebanyakan siswa tidak berhasil mengambil keputusan tentang
bahan mana yang dianggap penting dan benar-benar menggarisbawahi terlalu banyak. Ketika
siswa diminta menggarisbawahi satu kalimat dalam masing-masing paragraph yang
merupakan yang terpenting, mereka malah mengingat lebih banyak, barangkali karena untuk
memutuskan mana kalimat yang penting diperlukan tingkat pengolahan yang lebih tinggi.

c. Meringkas
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat singkat yang menggambarkan
gagasan utama informasi yang sedang dibaca. Keefektifan strategi ini bergantung pada
bagaimana hal itu digunakan. Salah satu cara yang efektif ialah meminta siswa menuliskan
ringkasan satu kalimat setelah membaca masing-masing alenia. Cara lainnya ialah meminta
siswa menyiapkan ringkasan yang dimaksudkan untuk membantu orang-orang lain
mempelajari bahan tersebut-sebagian karena kegiatan ini memaksa orang yang meringkas
untuk singkat dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apa yang penting dan apa
yang tidak. Namun, penting dicatat bahwa beberapa studi tidak menemukan efek ringkasan,
dan dalam kondisi apa strategi ini meningkatkan pemahaman atau daya ingat tentang bahan
yang ditulis tidak dipahami dengan baik.

d. Menulis untuk Belajar


Makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan bahwa, dengan meminta siswa
menjelaskan secara tertulis isi yang mereka pelajari, mereka akan tentu memahami dan
mengingatnya. Misalnya meminta anak kelas enam dalam suatu pelajaran pengetahuan alam
tentang keadaan zat menuliskan pemahaman mereka tentang konsep dalam beberapa unit
tersebut. Kelompok yang menulis tersebut mengingat jauh lebih banyak hingga ujian. Studi
ini dan yang lainnya menemukan bahwa tugas penulisan yang terfokus membantu anak-anak
mempelajari isi yang sedang mereka tuliskan.

e. Membuat garis besar dan memetakan


Kelompok strategi studi terkait memerlukan siswa menggambarkan bahan yang
dipelajari dalam bentuk kerangka. Strategi ini meliputi pembuatan garis besar, jejaring dan
pemetaan.Garis besar menyajikan butir-butir utama bahan tersebut dalam format herarkis,
dengan masing-masing penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang lebih tinggi.

www.academia.edu/8975414/TEORI_PEMROSESAN_INFORMASI

Вам также может понравиться