Вы находитесь на странице: 1из 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI PUS TENTANG

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)


DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB
DI DESA SIALAGUNDI KECAMATAN SIPIROK
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2017

Mifrayana 1 Enda Mora Dalimunthe 2 Nurul Rahmah Siregar 2


1
Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Padangsidimpuan
2
Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan
Padangsidimpuan

ABSTRACT

Family planning actions that help couples to get certain objectives, avoid unwanted births, get a
desired birth, set the interval between pregnancies, control the time of birth in relation to the age
of husband and wife and determine the number of children in the family.
The purpose of this research is to know the correlation between knowledge of fertile
age couple about long term contraception method (MKJP) with participation as KB acceptor in
Sialagundi Village Sipirok Sub District South Tapanuli Regency 2017. This research type is
descriptive correlational with cross-sectional approach. The population in this study as many as
162 people. Sampling using purposive sampling technique counted 32 respondents. And the
statistical test used in this research is Chi-Square.
After the data were analyzed from 32 respondents based on the statistical test on the
variables of knowledge by using chi-square test, p-value was 0.000 (<0,05). This means that this
research is related to the knowledge of husband of EFA about long term contraception method
(MKJP) participation to become KB acceptor in Sialagundi Village Sipirok Sub-district, South
Tapanuli Regency 2017.

Keywords: Knowledge, PUS Husband, Long Term Contraception Method

PENDAHULUAN

Menurut WHO (World Health Organisation) memang diinginkan, mengatur interval


expert Committe 1970 Keluarga berencana diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
tindakan yang membantu pasangan suami kelahiran dalam hubungan dengan umur
istri untuk mendapatkan objektif-objektif suami istri serta menentukan jumlah anak
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak dalam keluarga ( Hartanto, 2010).
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

1
Jumlah penduduk Indonesia yang sudah banyak menggunakan alat kontrasepsi non
mengetahui tentang program KB mencapai 95 MKJP.
%, tetapi yang memiliki kesadaran megikuti Berdasarkan data yang diperoleh Jumlah
program KB hanya 61 %, dan dari sekian pasangan usia subur di Sialagundi tahun 2016
banyak warga yang tidak ber-KB hanya 9 % berjumlah 1381 orang, jumlah pemakaian
di antaranya memiliki keinginan untuk ber- kontrasepsi suntik 323 orang (23,4 %), pil 359
KB, tetapi urung karena berbagai orang (26 %), kondom 54 orang (3,91 %),
pertimbangan. Berdasarkan dari beberapa sementara jumlah pasangan subur yang
kasus yang ada, diperoleh alasan keengganan memakai metode kontrasepsi jangka panjang
yang disebabkan karena takut akan efek seperti IUD 30 orang (2,17 %), implan 54
samping atau prosedurnya, atau takut kepada orang (3,91 %), MOW 42 orang (3,04 %),
tenanga medis yang menangani (BKKBN, MOP 8 orang (0,57 %). Berdasarkan data
2012). yang ada, penggunaan MKJP sebanyak 9,69
Pola pemakaian KB di Indonesia dari %, sedangkan penggunaan non MKJP
61,4 % pengguna metode kontrasepsi, dan sebanyak 53,31 %. Sehingga mayoritas
31,6 % menggunakan suntik. Sedangkan pil pasangan usia subur yang memakai KB lebih
hanya 13,2 %, memakai IUD ( Intra Uterine banyak menggunakan alat kontrasepsi non
Device) atau spiral 4,8 % , implant 2,8 %, dan MKJP.
kondom 1,3 % sisanya vasektomi dan Berdasarkan wawancara untuk
tubektomi (kontap) 7,7 % (BKKBN, 2010). kebutuhan survey awal peneliti dengan 10
Berdasarkan data yang ada, penggunaan pasangan usia subur tentang metode
MKJP sebanyak 15,3 %, sedangkan kontrasepsi jangka panjang, hanya 4 pasangan
penggunaan non MKJP sebanyak 46,1 %. usia subur yang mengetahui metode
Sehingga mayoritas masyarakat Indonesia kontrasepsi jangka panjang. Sedangkan 6
yang memakai KB lebih banyak pasangan usia subur tidak mengetahui tentang
menggunakan alat kontrasepsi non MKJP. metode kontrasepsi jangka panjang. Dan dari
Hasil pelayanan Peserta KB Baru di 10 pasangan usia subur hanya 4 yang
Sumatera Utara sampai dengan bulan menggunakan metode kontrasepsi jangka
Desember 2014 mencapai 419.691 peserta panjang
atau 101,1 %, dari perkiraan permintaan
masyarakat sebagai peserta KB Baru tahun Rumusan Masalah
2014 sebanyak 414.958 peserta, berarti
Rumusan masalah pada penulisan ini
pencapaian rata-rata per bulan diatas 8 % dan
adalah apakah ada hubungan pengetahuan
apabila presentase pencapaian rata-rata ini di
suami pasangan usia subur tentang metode
pertahankan, maka sasaran pencapai peserta
kontrasepsi jangka panjang dengan
KB Baru tahun 2014 tercapai. Dari
keikutsertaan menjadi akseptor KB di Desa
pencapaian sebanyak 419.691 peserta KB
Sialagundi Kecamatan Sipirok Kabupaten
Baru tersebut, peserta KB IUD mencapai 30.
Tapanuli Selatan Tahun 2017?
612 peserta atau 7,3 %, KB metode Medis
Operasi Pria (MOP) mencapai 3.671 peserta Tujuan Penelitian
atau 0,87 %, dan KB metode Medis Operasi
Wanita (MOW) mencapai 10. 176 peserta Untuk mengetahui hubungan
atau 2,42 %, KB Kondom mencapai 49.431 pengetahuan suami pasangan usia subur
peserta atau 11,77 %, KB Implant mencapai tentang metode kontrasepsi jangka panjang
58.034 peserta atau 13,8 %, KB Suntik dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di
mencapai 135.252 peserta atau 32,22% dan Desa Sialagundi Kecamatan Sipirok
KB PIL mencapai 132.515 peserta atau 31,57 Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017.
% (BKKBN, 2010). Berdasarkan data yang
ada, penggunaan MKJP sebanyak 10,59 %,
sedangkan penggunaan non MKJP sebanyak
89,36%. Sehingga mayoritas masyarakat di
Sumatera Utara yang memakai KB lebih
Manfaat Penelitian Karakteristik Responden
1.Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan Tabel 1: Karakteristik Responden
Masyarakat
Dapat dijadikan bacaan dan referensi Karakteristik Jumlah Persentase
No
untuk penelitian selanjutnya tentang Responden (%) (%)
hubungan pengetahuan pasangan usia subur
Umur (tahun)
tentang metode kontrasepsi jangka panjang
dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB 1 <20 Tahun 5 15,62
di Desa Sialagundi Kecamatan Sipirok
Kabupaten Tapanuli Selatan. 2 21-35 Tahun 14 43,75

2.Bagi Tempat Penelitian 3 >35 Tahun 13 40,62


Dapat dijadikan sebagai bahan masukan
Total 32 100
bagi pasangan usia subur untuk peningkatan
di Desa Sialagundi Kecamatan Sipirok Pendidikan
Kabupaten Tapanuli Selatan untuk
meningkatkan pemakaian metode kontrasepsi 1 SD 15 46,87
jangka panjang dimasa yang akan datang.
2 SMP 6 18,75
Kerangka Konsep 3 SMA 7 21.87
Variabel Independen Variabel Dependen 4 PT 4 12,5

Pengetahuan Keikutsertaan Total 32 100


Pasangan Usia Menjadi Akseptor
Subur Tentang KB Pekerjaan
MKJP - MKJP
1 Berdagang 3 9,38
- Baik - Non
- Sedang MKJP 2 Wiraswasta 10 31,25
- Kurang
Skema 2.1 Kerangka Konsep
3 Petani 17 53,12
Pegawai
METODE PENELITIAN 4 2 6,25
Negeri
Sesuai dengan tujuan penelitian yang Total 32 100
telah dikemukakan sebelumnya, maka
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
korelasional yaitu survei atau penelitian yang bahwa paling banyak responden berada pada
mencoba menggali bagaimana dan mengapa kategori umur 21-35 tahun sebanyak 14 orang
fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini (43,75%) dan paling sedikit responden berada
menggunakan pendekatan cross-sectional pada kategori umur <20 tahun sebanyak 5
yaitu dinamika korelasi antara faktor-faktor orang (15,62%). Tingkat pendidikan paling
risiko dengan efek dengan cara pendekatan, banyak dari responden adalah SD sebanyak
observasi dan pengumpulan data 15 orang (46,87 %) dan paling sedikit
(Notoatmodjo, 2010), yang bertujuan untuk responden adalah Perguruan Tinggi sebanyak
mengetahui Hubungan Pengetahuan Pasangan 4 orang (12,5%). Pekerjaan responden paling
Usia Subur (PUS) tentang Metode banyak adalah Petani sebanyak 17 orang
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan (53,12%) dan paling sedikit adalah Pegawai
keikutsertaan menjadi akseptor KB. negeri sebanyak 2 orang (6,25%).
HASIL PENELITIAN Pengetahuan Responden
Tabel 2:Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Pasangan Usia
Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur Subur di Desa Sialagundi Kecamatan
Tentang Metode Kontrasepsi Jangka Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
Panjang di Desa Sialagundi Kecamatan 2017
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2017 Berdasarkan karakteristik umur, paling
banyak responden berada pada kategori umur
Tingkat Fre 20-30 tahun sebanyak 14 orang (43,75%) dan
Persentase
No Pengeta kue paling sedikit responden berada pada kategori
(%)
huan nsi umur <20 tahun sebanyak 5 orang (15,62%).
Cukup
1 10 Selain itu, diasumsikan umur
31,25
2 Kurang 22 68,75 seseorang mempengaruhi pengetahuan
Total 32 100 mengenai Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP).

Berdasarkan tabel diatas Umur sangat berpengaruh terhadap


daya tangkap dan pola pikir seseorang.
menunjukkkan bahwa dari 32 responden yang
Semakin bertambah usia maka semakin
diteliti menunjukkan bahwa tingkat berkembang pula daya tangkap dan pola
pengetahuan responden paling banyak berada pikirnya, sehingga pengetahuan yang
pada kategori kurang sebanyak 22 orang diperoleh semakin membaik (Prohealt, 2009).
(68,75%) dan tingkat pengetahuan paling Selain itu, diasumsikan umur seseorang
sedikit responden berada pada kategori cukup mempengaruhi pengetahuan mengenai
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
sebanyak 10 orang (31,25 %).
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa
Keikutsertaan Responden tingkat pendidikan dari responden paling
banyak adalah SD sebanyak 15 orang (46,87
Tabel 3 : Distribusi Responden
%) dan tingkat pendidikan responden paling
Berdasarkan Keikutsertaan Pasangan
sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 4
Usia Subur Menjadi Akseptor KB di Desa
orang (12,5%). Tingkat pendidikan seseorang
Sialagundi Kecamatan Sipirok Kabupaten
juga mempengaruhi bagaimana tingkat
Tapanuli Selatan Tahun 2017
perilaku terutama pengetahuannya. Dengan
tingkat pendidikan menengah keatas maka
Keikuts Frekuen Persentasediasumsikan pemahaman seseorang tentang
No
ertaan si (%) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
sudah baik, tetapi di Lingkungan II Kelurahan
1 MKJP 8 Ujung Padang SD adalah adalah yang
terbanyak yang menyebabkan kategori
2 Non MKJP 24 pengetahuan mereka tentang Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berada
Total 32
pada kategori kurang.
Berdasarkan Tabel diatas
Hasil penelitian dapat dilihat
menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
diteliti paling banyak akseptor KB Pekerjaan responden paling banyak adalah
menggunakan Non MKJP sebanyak 24 Ibu Rumah tangga sebanyak 12 orang
orang (75%) dan paling sedikit akseptor KB (37,5%) dan pekerjaan responden paling
menggunakan MKJP sebanyak 8 orang sedikit adalah Pegawai negeri sebanyak 2
(25%). orang (6,25%).
PEMBAHASAN Menurut Notoatmodjo (2007),
pekerjaan merupakan sesuatu yang
dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan Keikutsertaan
bermacam-macam, berkembang dan berubah
bahkan sering kali tidak disadari oleh Dari segi keikutsertaan menjadi akseptor
pelakunya. Seseorang bekerja karena ada KB dapat dilihat bahwa paling banyak
sesuatu yang hendak dicapainya dan orang akseptor KB menggunakan Non MKJP
tersebut berharap bahwa aktivitas kerja yang sebanyak 24 orang (75%) dan paling sedikit
dilakukan akan membawa kepada suatu akseptor KB menggunakan MKJP sebanyak 8
keadaan yang lebih memuaskan dari pada orang (25%).
sebelumnya, pada umumnya semakin baik Dapat diasumsikan bahwa masih
pekerjaan seseorang akan semakin baik rendahnya pemakaian Metode Kontrasepsi
pemahaman dan pengetahuan tehadap Jangka Panjang (MKJP) di Lingkungan II
sesuatu. Kelurahan Ujung Padang, dikarekan masih
Pengetahuan kurangnya pengetahuan pasangan usia subur
tentang bagaimana Metode Kontrasepsi
Dilihat dari segi pengetahuan tentang Jangka Panjang (MKJP), sehingga mengalami
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), kesulitan dalam menentukan pemilihan atau
tingkat pengetahuan responden paling banyak pemakaian alat kontrasepsi.
berada pada kategori kurang sebanyak 22
orang (65,62%) dan tingkat pengetahuan Hubungan antara pengetahuan pasangan
usia subur tentang metode kontrasepsi
responden paling sedikit berada pada kategori jangka panjang dengan keikutsertaan
cukup sebanyak 10 orang (31,32%). menjadi akseptor KB.
Banyaknya responden yang berada dalam Dari 32 responden dapat dilihat hasil
kategori kurang menunjukkan bahwa pegujian hipotesa dengan menggunakan uji
pengetahuan responden tentang Metode chi-square diperoleh p = 0,000 (<0,05)
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) masih artinya ada hubungan antara pengetahuan
belum baik. pasangan usia subur tentang metode
kontrasepsi jangka panjang dengan
Menurut Notoatmodjo (2003),
keikutsertaan menjadi akseptor KB.
pengetahuan merupakan hasil dari tahu
setelah melakukan penginderaan terhadap Dari hasil penelitian ini tentang
objek tertentu. Perilaku seseorang akan lebih pengetahuan pus dengan keikutsertaan
baik dan dapat bertahan lama apabila didasari menjadi akseptor kb, bahwa 9 orang (28,1 %)
oleh pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang berpengetahuan cukup, 7 orang (21,8 %)
yang baik tentang Metode Kontrasepsi Jangka diantaranya menunjukkan keikutsertaan
Panjang (MKJP) sangat dibutuhkan agar menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
responden dapat memahami manfaat dan (MKJP), dan 3 orang (9,3 %) yang
keuntungan dari Metode Kontrasepsi Jangka menunjukkan tidak ikutserta menggunakan
Panjang (MKJP) serta menggunakan atau alat kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP).
memakai Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Sementara 22 orang (68,9 %) yang
(MKJP) yang sangat efektif. Oleh karena itu berpengetahuan kurang, 1 diantaranya
perlu dilakukan suatu upaya peningkatan menunjukkan keikutsertaan menggunakan alat
pengetahuan pasangan usia subur. Salah satu kontrasepsi jangka panjang (MKJP), dan 21
upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan orang (65,5 %) yang menunjukkan tidak ikut
pemberian informasi dan penyuluhan dari serta menggunakan alat kontrasepsi jangka
tenaga kesehatan. panjang (Non MKJP). Dari hasil penelitian
diatas terdapat masih banyaknya pasangan
usia subur yang berpengetahuan kurang, dan sebanyak 4 orang (12,5%). Pekerjaan paling
pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang banyak responden adalah Ibu Rumah tangga
yang masih rendah atau sedikit, karena masih sebanyak 12 orang (37,5%) dan pekerjaan
paling sedikit responden adalah Pegawai
kurangnya pengetahuan pasangan usia subur
negeri sebanyak 2 orang (6,25%).
tentang metode kontrasepsi jangka panjang 2. Pengetahuan pasangan usia subur
tersebut. Dan pengetahuan dipengaruhi oleh tentang metode kontrasepsi jangka panjang ),
tingkat pendidikan, berdasarkan hasil paling banyak responden berada pada kategori
penelitian terhadap responden paling banyak kurang yaitu 21 orang (65,62%) dan tingkat
responden berpendidikan SD sebanyak 15 pengetahuan paling sedikit responden berada
orang (46,87%). Melihat tingkat pendidikan pada kategori cukup sebanyak 10 orang
(31,25%).
responden yang masih rendah maka
3. Keikutsertaan pasangan usia subur
pengetahuan responden tentang MKJP masih menjadi akseptor KB, paling banyak akseptor
kurang, sehingga banyak responden yang KB menggunakan Non MKJP sebanyak 24
tidak menjadi akseptor KB, hal ini dapat orang (75%) dan paling sedikit akseptor KB
dilihat dari persentase pemakaian MKJP menggunakan MKJP sebanyak 8 orang
hanya 8 orang (25%). Penelitian ini sejalan (25%).
dengan penelitian Friska Junita Yanti Siregar 4. Ada hubungan antara pengetahuan
pasangan usia subur dengan keikutsertaan
(2015) yang memperoleh hasil hubungan
menjadi akseptor KB p=0,000 (<0,05).
pengetahuan dengan keikutsertaan di wilayah
kerja puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Saran
Medan Sunggal tahun 2015 dengan p= 0,023
(<0,05). Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka ada beberapa saran
Pengetahuan menurut Notoatmodjo yaitu :
(2012) adalah merupakan hasil dari tahu dan 1. Bagi Tenaga Kesehatan
ini setelah orang melakukan penginderaan Diharapkan kepada tenaga medis
terhadap objek tertentu.Pengindraan terjadi ataupun petugas kesehatan agar lebih sering
melalui pancaindra manusia, yakni: indera melakukan penyuluhan atau promosi kepada
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa masyarakat terutama kepada pasangan usia
subur (PUS) tentang metode kontrasepsi
dan raba. Sebagian besar pengetahuan
jangka panjang (MKJP) agar pengetahuan
manusia di peroleh melalui mata dan telinga. masyarakat khususnya pasangan usia subur
lebih baik lagi dan bersedia menjadi akseptor
KESIMPULAN DAN SARAN
KB, kemudian diharapkan kepada petugas
Kesimpulan kesehatan dilakukannya safari KB secara
gratis.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan Hasil penelitian ini dapat menjadi
bahwa : dasar bagi penelitian selanjutnya, serta
menjadi referensi tentang hubungan
1. Karakteristik responden berada pada pengetahuan pasangan usia subur tentang
kategori umur pada umumnya berumur 21-35 metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
tahun yaitu sebanyak 14 orang (43,75%) dan dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB.
paling sedikit responden berada pada kategori
umur <20 tahun sebanyak 5 orang (15,62%).
Tingkat pendidikan paling banyak dari DAFTAR PUSTAKA
responden adalah SD sebanyak 15 orang
(46,87 %) dan tingkat pendidikan paling
sedikit responden adalah Perguruan Tinggi
BKKBN. 2012. Laporan Pencapaian KB
Aktif Kota Padangsidimpuan. BKKBN.
Padangsidimpuan.
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Jakarta. Pustaka Sinar
Harapan.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan


dan Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rineka
Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan dan Prilaku Kesehatan.
Jakarta. Rineka Cipta.
Prohealth. 2009.Pengetahuan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi, internet:
http : // Forbetterhealth. Wordpress. Com/
2009/ 04/ 19/ Pengetahuan-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi.(Diakses pada
tanggal 08 Januari 2016).

Вам также может понравиться