Вы находитесь на странице: 1из 32

Askeb Hipoglikemia By Endha Blog

I. DEFINISI
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true
glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa
darah di bawah 60 % disebut sebagai hipoglikemia. Pada umumnya gejala-
gejala
hipoglikemia baru timbul bila kadar glukosa darah lebih rendah dari 45 mg %.

II. PATOFISIOLOGI
Pada waktu makan (absorptive) cukup tersedia sumber energi yang
diserap dari usus. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai makro
molekul, karena itu fase ini dinamakan sebagai fase anabolic. Hormon yang
berperan adalah insulin. 60 % dari glukosa yang diserap usus dengan pengaruh
insulin akan disimpan di hati sebagai glikogen, sebagian lagi akan disimpan di
jaringan lemak dan otot juga sebagai glikogen. Sebagian lain dari glukosa akan
mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk memperoleh energi yang
digunakan seluruh jaringan tubuh terutama otak. Sekitar 70 % dari seluruh
penggunaan glukosa berlangsung di otak. Berbeda dengan jaringan lain otak
tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energi.
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5 6 jam kadar glukosa
darah mulai turun, keadaan ini menyebabkan retensi insulin juga menurun,
sedangkan hormon kontralateral yaitu glikogen, epinefrin, kortisol dan hormon

pertumbuhan meningkat. Terjadilah keadaan sebaliknya (katabolik) yaitu


sintesis glikogen, protein dan trigliserida akan menurun sedangkan pemecahan
zat-zat tersebut akan meningkat. Pada keadaan penurunan glukosa darah
mendadak glukagon dan epinefrin yang berperan. Kedua hormon tersebut akan
memacu glikogenolisis dan glukenogenesis dan proteolisis di otot dan liposis di
jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis yaitu
asam amino terutama alanin, asam laktat, piruvat dan gliserol. Hormon
kontraregulator yang lain berpengaruh sinergistik terhadap glukagon dan
adrenalin tetapi perannya lambat.
Selama homeostasis glukosa tersebut di atas berjalan hipoglikemia tidak
akan terjadi. Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi
glukosa. Ketidakmampuan hati tersebut dapat disebabkan karena penurunan
bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.
Kenaikan penggunaan glukosa di perifer tidak menimbulkan hipoglikemia
selama hati masih mampu mengimbangi dengan menambah produksi glukosa.

III. ETIOLOGI
a. Maka kurang dari diet yang ditentukan.
b. Sesudah olahraga
c. Sembuh sakit
d. Sesudah melahirkan
e. Makan obat yang mempunyai sifat serupa.

IV. GEJALA-GEJALA
Terdiri atas dua fase yaitu:
a. Fase I yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar, dan mual
(glukosa darah turun 50 mg %).
b. Fase II yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan
fungsi otak gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya keterampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran,
kejang-kejang dan koma (Glukosa darah 20 mg %).
Gejala-gejala hipoglikemia yang tidak khas:
- Perubahan tingkah laku
- Serangan sinkop yang mendadak.
- Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
- Keringat berlebihan waktu tidur malam
- Bangun tengah malam untuk makan
- Hemiplegia/afasia sepintas
- Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria.
V. FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA HIPOGLIKEMIA PADA

PASIEN YANG MENDAPAT PENGOBATANiNSULIN

(SULFONILUREA)
A. Faktor yang berkaitan dengan pasien
1. Pengurangan/keterlambatan makan
2. Kesalahan dosis obat
3. Latihan jasmani yang berlebihan
4. Penurunan kebutuhan insulin
a. Penyembuhan dari penyakit
b. Nefropati diabetik
c. Hipotiroidisme
d. Penyakit addison
e. Hipupituitarisme
5. Hari pertama persalinan
6. Penyakit hati yang berat
B. Faktor yang berkaitan dengan dokter

1. Pengendalian glukosa darah yang tetap


2. Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipoglikemia
3. Pergantian jenis insulin

VI. DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA


a. Hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, psikiatrik atau vasomotorik.
b. Kadar glukosa darah < 50 mg %
c. Gejala akan menghilang dengan pemberian gula

VII.TERAPI
a. Pemberian gula murni 30 g (2 sendok makan), sirup, atau makanan yang
mengandung karbohidrat.
b. Pada keadaan koma, berikan larutan glukosa 40 % IV sebanyak 10 25 cc,
setiap 10 20 menit sampai pasien sadar, disertai infus dekstrosa 10 % 6
jam/kolf
c. Bila belum teratasi, dapat diberikan antagonis insulin.

VIII. PENDIDIKAN PASIEN DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN DI


RUMAH
a. Hipoglikemia dicegah dengan mengikuti pola makan, penyuntikan insulin
dan latihan yang teratur.
b. Makan cemilan antara jam-jam makan dan saat akan tidur malam diperlukan
untuk melawan efek insulin yang maksimal.
c. Pasien harus menghadapi saat puncak kerja insulin dengan mengkonsumsi
cemilan dan makanan tambahan pada saat melakukan aktivitas fisik dengan
intensitas yang lebih besar.
d. Pemeriksaan rutin kadar glukosa darah harus dilakukan sehingga perubahan
kebutuhan insulin dapat diantisipasi dan disesuaikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Noer S., Waspadji S., Rahman AM., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
Edisi III, Jakarta, FKUI, 1996.

2. Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,


Volume 2, Jakarta, EGC.

3. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

4. Rumahorbo, Hotma, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin, EGC, Jakarta, 1999.
Diposkan oleh Hendra Patricknya E'enda di 06:32
Kirimkan Ini lewat Email

http://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/06/askeb-hipoglikemia-by-endha-
blog.html

HIPOGLIKEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

A.PENGERTIAN
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45
mg/dl (2,6 mmol/L)
B.PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan
glukosa rendah.
Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih
tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan
sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
mellitus
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama
proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
gangguan pernafasan.
C.DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat besar untuk masa kehamilan (BMK)
Riwayat bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan penyakit jantung bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia :
-Bayi dari ibu diabetes mellitus (IDM)
-Bayi yang besar untuk masa kehamilan, Large for Gestational Age (LGA)
-Bayi yang kecil untuk masa kehamilan, Small for Gestational Age (SGA)
-Bayi prematur dan lewat bulan
-Bayi sakit atau stress (Respiratory Distress Syndrome(RDS), hipotermia)
-Bayi puasa
-Bayi dengan polisitemia
-Bayi dengan eritroblastosis
-Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta
blocker
D.GEJALA KLINIS / PEMERIKSAAN FISIK
Gejala hipoglikemi : tremor, jitteri, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas.
Jitteriness
Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apnea
Tangisan yang lemah / bernada tinggi
Hipotermia
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
E.DIAGNOSIS BANDING
Insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit susunan syaraf pusat
(SSP), sepsis, asfiksia, abnormalitas metabolik (hipokalsemia,
hiponatremia,hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin ).
Penyulit :
Hipoksi otak
Kerusakan sistem syaraf pusat
F.TATALAKSANA
a.Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3
hari pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang / umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam
2 kali pemeriksaan
Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penganganan
hipoglikemia selesai
b.Penanganan hipoglikemia dengan gejala
Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
Pasang jalur IV D 10% sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit)
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg X 6 mg/kg/menit = 18 mg/menit =25920
mg/hari
Bila dipakai D 10% artinya 10 gr/100 cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 gr/hari
berarti perlu 25,9 gr/10 gr X 100 cc = 259 cc D 10%/hari
Atau cara lain dengan Glucosa Infution Rate (GIR)
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5%
digunakan vena sentral.
Untuk mencari kecepatan infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR
Kecepatan infus (GIR) = glucosa infus rate
GIR (mg/kg/menit) = kecepatan cairan (cc/jam) X konsentrasi Dextrose (%)
6 X berat (kg)
Contoh : berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 X 3 = 240 cc/hari = 10 cc/ jam
GIR = 10 X 10 (Dextrose 10 %) = 100 = 6 mg/kg/menit
6X3 18
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti di
atas
Bila kadar glukosa 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
-Infus D 10% diteruskan
-Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
-ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
-Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad b)
-ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
-Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
c.Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :
ASI diteruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti di atas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
-Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi (lihat ad b)
-Kadar 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi minum
-Kadar 45 mg/dl, manajemen sebagai kadar glukosa normal
d.Kadar glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas (lihat ad b)
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali
pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
e.Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
Konsultasi endokrin
Terapi : kortikosteroid hydrocortisone 5 mg/kg/hari 2X/hari IV atau prednisone 2
mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam
Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon,
diazoxide, human growth hormon, pembedahan (jarang dilakukan)

http://annaretna-unipdu.blogspot.com/p/hipoglikemia-pada-bayi-baru-lahir.html

Dhina Blog

Jumat, 11 Februari 2011


ASKEP HIPOGLIKEMIA
BAB I
KONSEP MEDIS

Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar
gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi;
pada hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.
Hypoglikemi adalah konsentrasi glukose darah di bawah 40mg/100ml.
Hypoglikemi merupakan keadaan yang serius dan keadaan semakin gawat jika
anak semakin muda.
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60
mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar
glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan
dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi
dapat terjadi berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan
ibu diabetes dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi
cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak
mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan
pada pemanasan (Rosa M Sacharin, 1986).
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah
yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama.
Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan
melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin
(adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya
dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan
fungsi otak.

Etiologi
Etiologi Hypoglikemi pada diabetes militus (DM)
1. Hypoglikemi pada DM stadium dini
2. Hypoglikemi dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilura
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hypoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimeter pascagastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
d. Tumor ekstrapankreatik.: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat.
Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal.
Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi
kadar gula darah yang rendah. Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa
makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat
sehingga menyebabkan stupor.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun
secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah
yang adekuat. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam
berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia.
Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang
memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami
hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis
hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap
sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang
tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena
memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam
amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati;
leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya
terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan
yang mengandung zat-zat tersebut.
Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol
yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang
berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel
penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang
menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk
antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara
abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi
tersebut. Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.
Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker,
kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa
menyebabkan hipoglikemia.

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi (Arif Masjoer, 2001) terjadi hipoglikemia pada
pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. Pengurangan / keterlambatan makan
b. Kesalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Perubahan tempat suntikan insulin
e. Penurunan kebutuhan insulin
Penyembuhan dari penyakit
Nefropati diabetik
Penyakit Addison
Hipotirodisme
Hipopituitarisme
f. Hari-hari pertama persalinan
g. Penyakit hati berat
h. Gastroparesis diabetik
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. Pengendalian glukosa darah yang ketat
b. Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipogliklemik
c. Penggantian jenis insulin

Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65
mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55
mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan
koma.
Patogenesis (Arif Masjoer, 2001), pada waktu makan cukup tersedia
sumber energi yang diserap dari usus. Kelebihan energi disimpan sebagai
makromolekul dan dinamakan fase anabotik. 60% dari glukosa yang di serap usus
dengan pengaruh insulin akan di simpan di hati sebagai glikogen, sebagian dari
sisanya akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai glikogen juga. Sebagian
lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk energi
seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70% pemakaian glukosa berlangsung
di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energi.
Pencernaan dan penyerapan protein akan menimbulkan peningkatan
asam amino di dalam darah yang dengan bantuan insulin akan disimpan di hati
dan otak sebagai protein. Lemak diserap dari usus melalui saluran limfe dalam
bentuk kilomikron yang kemudian akan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase
menjadi asam lemak. Asam lemak akan mengalami esterifikasi dengan gliserol
membentuk trigliserida, yang akan disimpan di jaringan lemak. Proses tersebut
berlangsung dengan bantuan insulin.
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar glukosa
darah mulai turun keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga menurun,
sedangkan hormon kontraregulator yaitu glukagon, epinefrin, kartisol, dan
hormon pertumbuhan akan meningkat. Terjadilah keadaan kortison sebaliknya
(katabolik) yaitu sintetis glikogen, protein dan trigliserida menurun sedangkan
pemecahan zat-zat tersebut akan meningkat.
Pada keadaan penurunan glukosa darah yang mendadak: glukogen dan
epinefrilah yang sangat berperan. Kedua hormon tersebut akan memacu
glikogenolisis, glukoneogenisis, dan proteolisis di otot dan lipolisis di jaringan
lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis yaitu asam amino
terutama alanin, asam laktat, piruvat, sedangkan hormon, kontraregulator yang
lain berpengaruh sinergistk glukogen dan adrenalin tetapi perannya sangat lambat.
Secara singkat dapat dikatakan dalam keadaan puasa terjadi penurunan insulin
dan kenaikan hormon kontraregulator. Keadaan tersebut akan menyebabkan
penggunaan glukosa hanya di jaringan insulin yang sensitif dan dengan demikian
glukosa yang jumlahnya terbatas hanya disediakan untuk jaringan otak.
Walaupun metabolik rantai pendek asam lemak bebas, yaitu asam
asetoasetat dan asam hidroksi butiran (benda keton) dapat digunakan oleh otak
untuk memperoleh energi tetapi pembentukan benda-benda keton tersebut
memerlulan waktu beberapa jam pada manusia. Karena itu ketogenesis bukan
merupakan mekanisme protektif terhadap terjadinya hipoglikemia yang
mendadak.
Selama homeostatis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia
tidak akan terjadi. Hipoglikemia terjadi jika hati tidak mampu memproduksi
glukosa karena penurunan bahan pembentukan glukosa, penyakit hati atau
ketidakseimbangan hormonal.

Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula
darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan
beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh
tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang
rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke
otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang
tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa
terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada
orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa
semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga
sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia
sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Gejala hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang
diproduksi oleh hormon counterregulatory ( epinefrin / adrenalin dan glukagon)
dipicu oleh glukosa jatuh, dan efek neuroglycopenic dihasilkan oleh gula otak
berkurang.
Manifestasi adrenergik
Kegoyahan, kegelisahan, kegelisahan
Berdebar-debar , tachycardia
Berkeringat , rasa hangat (meskipun kelenjar keringat memiliki reseptor
muscarinic, sehingga "manifestasi adrenergik" tidak sepenuhnya akurat)
Muka pucat , dingin
Dilated murid (mydriasis)
Perasaan mati rasa " kesemutan "(paresthesia)
Manifestasi Glukagon
Kelaparan , borborygmus
Mual , muntah , ketidaknyamanan perut
Sakit kepala
Manifestasi Neuroglycopenic
Abnormal pemikiran, penilaian terganggu
Spesifik dysphoria, kecemasan , kemurungan, depresi, menangis
Negativisme, lekas marah, agresif, combativeness, marah
Kepribadian berubah, lability emosional
Kelelahan , kelemahan, apatis, kelesuan , melamun, tidur
Kebingungan, amnesia , pusing, delirium
Menatap, "kaca" lihat, penglihatan kabur, penglihatan ganda
Otomatis perilaku, juga dikenal sebagai otomatisme
Kesulitan berbicara, bicara cadel
Ataxia , ketiadaan, kadang-kadang keliru untuk " mabuk "
Focal atau umum motor defisit, kelumpuhan , hemiparesis
Paresthesia , sakit kepala
Pingsan, koma, pernapasan abnormal
Generalized atau fokus kejang

Tidak semua manifestasi di atas terjadi dalam setiap kasus


hipoglikemia. Tidak ada urutan yang konsisten untuk munculnya gejala, jika
gejala bahkan terjadi. manifestasi tertentu juga dapat bervariasi menurut umur,
dengan tingkat keparahan hipoglikemia dan kecepatan penurunan. Pada anak-
anak muda, muntah kadang-kadang dapat menyertai hipoglikemia pagi dengan
ketosis . Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, berat hipoglikemia agak
bisa menyerupai mania , penyakit mental, intoksikasi obat, atau mabuk. Pada
orang tua, hipoglikemia dapat menghasilkan fokus stroke seperti efek-atau sulit
menentukan malaise. Gejala satu orang mungkin mirip dari episode ke episode,
tetapi tidak selalu begitu dan mungkin dipengaruhi oleh kecepatan di mana kadar
glukosa yang ditinggalkan, serta kejadian sebelumnya.

Diagnosa
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50
mg/dL. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat
kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana.
Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya
tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama
berpuasa (kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum
pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.

Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah episode selanjutnya
hipoglikemia tergantung pada penyebabnya.
Risiko episode lebih lanjut dari hipoglikemia diabetes sering dapat (tetapi
tidak selalu) akan berkurang dengan menurunkan dosis insulin atau obat lain, atau
dengan perhatian yang lebih cermat untuk menyeimbangkan gula darah pada jam
yang tidak biasa, tingkat yang lebih tinggi dari latihan, atau konsumsi alkohol.
Banyak kesalahan metabolisme bawaan memerlukan menghindari atau
pemendekan interval puasa, atau karbohidrat ekstra. Untuk gangguan yang lebih
berat, seperti jenis penyakit penyimpanan glikogen 1, ini mungkin diberikan dalam
bentuk tepung jagung setiap beberapa jam atau dengan infus lambung terus
menerus.
Beberapa perlakuan digunakan untuk hipoglikemia hyperinsulinemic,
tergantung pada bentuk yang tepat dan tingkat keparahan. Beberapa bentuk
hiperinsulinisme bawaan menanggapi diazoxide atau octreotide . Operasi
pengangkatan bagian terlalu aktif pankreas adalah kuratif dengan resiko minimal
ketika hiperinsulinisme adalah fokal atau karena tumor jinak memproduksi insulin
pankreas.Ketika hiperinsulinisme bawaan longgar dan tahan terhadap obat,
pancreatectomy nyaris total mungkin pengobatan terakhir, namun dalam kondisi
ini kurang konsisten efektif dan penuh dengan komplikasi lebih.
Hipoglikemia karena kekurangan hormon seperti hypopituitarism atau
kekurangan adrenal biasanya berhenti ketika hormon yang tepat diganti.
Hipoglikemia karena sindrom dumping dan kondisi pasca-bedah lainnya
yang terbaik ditangani dengan mengubah diet. Termasuk lemak dan protein dengan
karbohidrat dapat memperlambat pencernaan dan mengurangi sekresi insulin
awal. Beberapa bentuk ini menanggapi pengobatan dengan inhibitor glukosidase ,
yang memperlambat pati pencernaan.
Hipoglikemia reaktif dengan kadar glukosa menunjukkan rendah paling
sering gangguan ditebak yang bisa dihindari dengan mengkonsumsi lemak dan
protein dengan karbohidrat, dengan menambahkan camilan pagi atau sore hari,
dan mengurangi konsumsi alkohol.
Sindrom Idiopathic postprandial tanpa kadar glukosa menunjukkan rendah
pada saat gejala bisa lebih dari tantangan manajemen. Banyak orang menemukan
perbaikan dengan mengubah pola makan (porsi kecil, menghindari gula berlebihan,
makanan campuran daripada karbohidrat sendiri), mengurangi asupan
perangsang seperti kafein , atau dengan membuat perubahan gaya hidup untuk
mengurangi stres.

Penatalaksanaan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.
Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa
dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan
dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil
insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan
dalam porsi kecil
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian
Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel

Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hightpitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr/%

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah
seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf
otonom, koma hipoglikemi
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
3. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan pengeluaran keringat
4. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot

Intervensi
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah
seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf
otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
Monitor vital sign
Monitor kesadaran
Monitor tanda gugup, irritabilitas
Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
Cek BB setiap hari
Cek tanda-tanda infeksi
Hindari terjadinya hipotermi
Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt 2 lt /menit

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh


Rencana tindakan:
Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih
atau steril
Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran
nafas.
Perhatikan kondisi feces bayi
Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.

3. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


peningkatan pengeluaran keringat
Rencana tindakan:
Cek intake dan output
Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
Cek turgor kulit bayi
Kaji intoleransi minum bayi
Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI

4. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot


Rencana Tindakan:
Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
Lakukan fisiotherapi
Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.

Diposkan oleh lanabona di 16:01


Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut

Arsip Blog
2011 (1)
Februari (1)
ASKEP HIPOGLIKEMIA
Mengenai Saya

lanabona
Lihat profil lengkapku

http://lianaharnis.blogspot.com/2011/02/askep-hipoglikemia.html

Askeb Bayi Berat Lahir Rendah


ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS PADA BAYI N
DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO
TANGGAL 15 DESEMBER 2008

No. Register : 371131


Tanggal Lahir : 14 Desember 2008, pukul 07.50 Wita
Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2008, pukul 09.00 Wita

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Anamnese
1. Biodata Bayi
Nama : By N
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : perempuan
Anak ke : 4 ( ke empat )

2. Biodata Orang tua


Nama : Ny. N / Tn. R
Umur : 43 thn / 44 thn
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1/S1
Pekerjaan : PNS / Peg.Swasta
Alamat : Jl. Bourag Blok F No.50 Laosani Palu Timur
Lama Menikah : 12 tahun

3. Riwayat kehamilan
a. GIV PII A1
b. HPHT : ? 05 2008 ; TP : ? 02 2009
c. Periksa hamil
Trimester 1 : 5 kali oleh Dokter di Palu
Trimester 2 : 9 kali oleh Dokter di Palu
Trimester 3 : 9 kali oleh Dokter di Palu
d. Imunisasi TT
TT 1 : tanggal 13 Agustus 2008
TT 2 : tanggal 12 September 2008
e. Saat hamil ibu mengonsumsi tablet Fe, vit.B com, kalk
f. Ibu pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama hamil dan pengeluaran darah melalui jalan
lahir
g. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM, hipertensi, asma, hepatitis & PMS.
h. Ibu mengalami Prolapsus uteri tk. 3 & telah ditangani oleh Dr. T

4. Riwayat Persalinan / Kelahiran


a. Ibu melahirkan tanggal 14 Desember 2008 pukul 07.50 Wita di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo melalui operasi Sc, indikasi prolapsus uteri tingkat 3, plasenta letak rendah.
b. Penolong persalinan : dokter
c. Bayi lahir dengan,
BBL : 2260 gram
PBL : 43 cm
Jenis kelamin : perempuan
d. Apgar Score : 8/9

5. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a. Nutrisi ( cairan )
1) Refleks mengisap lemah dan menelan baik
2) Bayi sudah menetek 2x selama 30 menit

b. Istirahat
1) Lamanya tidur belum bisa diidentifikasi
2) Bayi terbangun jika lapar, diganggu dan BAK/BAB.
c. Eliminasi sejak pukul 09.00 12.00 Wita
1) B A K
Frekuensi : 2 kali
Warna : Kuning muda
Bau : Pesing
2) B A B
Frekuensi : 3 kali
Konsistensi : Lunak
Warna : Mekonium
d. Personal hygiene
1) Bayi nampak bersih
2) Popok bayi diganti setiap kali basah
3) Baju bayi diganti setiap kali kotor dan basah
4) Tali pusat dibersihkan setiap pagi

6. Riwayat Psikososial
a. Kedua orang tua dan keluarga sangat bahagia dengan kelahhiran bayinya.
b. Ibu sudah berinteraksi dengan bayinya.
c. Ibu berharap mampu merawat anaknya setelah kembali ke rumah.
d. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah antara suami dan istri.

7. Riwayat ekonomi
a. Penghasilan orang tua cukup untuk membiayai kebutuhan hidup bayinya sehari-hari.

8. Keadaan ibu dan bayi sekarang


a. Bayi tidak rewel
b. Ibu sulit berinteraksi dengan bayinya karena bayinya dirawat di dalam inkubator.
c. Ibu masih sulit untuk bergerak

B. Pemeriksaan fisik
1. TTV
a. Nadi : 130 x/menit
b. Suhu : 36,5C
( Bayi dirawat dalam inkubator dengan suhu 32,6C )
c. Pernapasan : 68 x/menit
2. Kepala
a. Sutura terpisah / tidak ada molase
b. Ubun ubun rata
c. Tidak ada caput & cephal hematoma
d. Tidak ada luka/ laserasi
3. Mata
a. Simetris kiri dan kanan
b. Tidak ada odema
c. Tidak ada rabas / kotoran
d. Bola mata normal
4. Hidung
a. Lubang hidung simetris kiri dan kanan
b. Gerakan cuping hidung tidak ada
5. Mulut / bibir
a. Bibir simetris
b. Tidak ada kelainan
6. Telinga
a. Simetris kiri dan kanan
b. Lubang telinga (+) kiri kanan
c. Elastisitas (+)
7. Leher
a. Tidak ada pembengkakan
8. Dada
a. Fraktur klavikula (-)
b. Simetris kiri dan kanan
c. Putting terbentuk
d. Areola datar
9. Lengan & tangan
a. Humerus sama panjang
b. Tangan simetris kiri dan kanan
c. Jari lengkap, tidak ada penyelaputan
10. Perut
a. Tali pusat basah
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
11. Genitalia
a. Labia mayora besar, labia minora kecil
b. Orificium uretra (+)
c. Orificium vagina (+)
12. Ekstremitas bawah
a. Simetris kiri kanan
b. Jari lengkap, tidak ada penyelaputan
13. Punggung
a. Penonjolan ()
b. Bercak mongol (-)
14. Reflex
a. Reflek rooting (+)
b. Reflex moro (+)
c. Reflex genggam (+)
d. Reflex babinski (+)
e. Tonik reflex (+)
15. Pengukuran Antropometri tanggal 14 Desember 2008
a. Panjang badan : 43 cm
b. Panjang lengan : 19 cm
c. Panjang kaki : 20 cm
d. Lingkar kepala : 29,5 cm
e. Lingkar dada : 29 cm
f. Lingkar perut : 27 cm
g. Jarak kepala sympisis : 25 cm
h. Jarak sympisis- kaki : 22 cm
i. LILA : 10 cm
16. Ballard Score ( Tanggal 14 Desember 2008 )
a. Kematangan Neuromuskuler :
Postur/ sikap :3
Jendela pergelangan tangan : 2
Rikoil lengan :2
Sudut poplitea :3
Tanda scarf :2
Tumit ke telinga :3
b. Kematangan Fisik :
Kulit : 3 (daerah pucat, retak-retak, vena jarang)
Lanugo : 2 ( menipis )
Lipatan plantar : 2 ( hanya lipatan anterior yang melintang )
Telinga : 2 (bentuknya lebih baik, lunak, mudah membalik )
Payudara : 1 ( areola datar, tidak ada benjolan)
Genitalia : 3 ( labia myora besar, labia minora kecil )
Ballard Score : 28
TUK : 34-36 minggu
Diagnosa : BKB/ SMK

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


BKB /SMK /BBLR

Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan bahwa kehamilannya berumur 8 bulan
Data Obyektif :
a. Bayi lahir tanggal 14 Desember 2008, pukul 07.50 wita
b. BBL : 2260 gr ; PBL : 43 cm
c. TTV ; N : 130 x/menit , S : 36,5C, P : 68 x/menit
d. Ballard Score : 28
e. TUK : 34 - 36
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram.
(Sarwono Prawirohardjo, hal 376). Bayi N termasuk bayi berat lahir rendah karena memilki
berat badan lahir : 2260 gram.
b. Pada kurva pertumbuhan dan perkembangan janin Battaglia dan Lubhenco, bayi dikatakan SMK
jika beratnya di antara 10th dan 90th presentile dan UK kurang dari 37 minggu. (Sarwono
Prawirohardjo, hal 771). Berdasarkan hasil Ballard Score bayi N, maka didapatkan perkiraan
UK 34 36. Bayi N tergolong premature (sesuai untuk masa kehamilan) karena beratnya
berada di antara 10th 90th presentile dan UK 34 36.

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


1. Potensial terjadi infeksi
Data Subyektif :
-
Data Obyektif :
a. BBL : 2260 gram
b. Tali pusat masih basah, terbungkus gaas
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena system kekebalan tubuh bayi belum
sempurna. Terutama dengan adanya tali pusat yang menjadi tempat potensial terjadi infeksi,
tempat ideal terjadinya kolonisasi dan replikasi seperti Staphylococcus aureus.
b. Daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang karena keadaan IgG gamma globulin belum mampu
membentuk zat anti bodi reaksi terhadap peradangan. ( Winkjosastro H. 777 )
2. Potensial Terjadi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Kurang (tidak terpenuhi)
Data subyektif :
Ibu mengatakan ASInya belum banyak keluar
Data obyektif :
a. BBL : 2260 gram
b. BBS : 2240 gram
c. PBL : 43 cm
d. Reflex isap lemah, reflex menelan baik
Analisa dan Interpretasi Data:
Bayi dengan BBLR timbul kelainan seperti gangguan pencernaan dan problem nutrisi
akibat motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah dan kerja dari spingter kardiosofagus belum sempurna menyebabkan
gangguan pemenuhan nutrisi pada bayi (Sarwono Prawirohardjo, hal 776 )

LANGKAH IV TINDAKAN EMERGENCY / KOLABORASI


Tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan segera / kolaborasi

LANGKAH V RENCANA ASUHAN


A. Tujuan
1. Kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi
Kriteria :
a. Penurunan berat badan tidak lebih dari 10 % dari berat badan lahir pada 7- 10 hari pertama
b. BAK > 6x dalam 24 jam
2. Tidak terjadi infeksi tali pusat
a. Tali pusat tidak merah, tidak bengkak, tidak keluar cairan (nanah),tidak panas, tidak berbau
b. S : 36,5 37,5 C
3. Tidak terjadi hipotermi
TTV dalam batas normal
a. N : 120 160 x/menit
b. S : 36,5 37,5 C
c. P : 30 60 x/menit

B. Rencana tindakan
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tuanya (ibu)
Rasional : Meminta persetujuan tindakan (Informed consent) harus selalu dilakukan sebelum melakukan
tindakan. Dengan adanya informed consent diharapkan orang tua akan mengetahui tujuan asuhan
dan lebih kooperatif dalam pemberian asuhan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan di bawah air mengalir dengan sabun.
Rasional : Dapat mengurangi mikro organisme karena cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
dapat membunuh 80 % mikro organisme.

3. Observasi tanda-tanda vital bayi dan timbang berat badan bayi


Rasional : Dengan mengetahui tanda tanda vital bayi antara lain : pernapasan, heart rate dan suhu bayi
dapat disimpulkan keadaan umum bayi tersebut apakah sehat atau sakit.Berat badan bayi dapat
dijadikan sebagai indicator untuk memantau pertumbuhan bayi. Bayi yang mengalami
peningkatan berat badan berarti kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik.
4. Lakukan perawatan tali pusat bayi
Rasional : Pada neonatus sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme sehingga menjaga kebersihan
tubuh dan tali pusat dapat mencegah atau mengurangi resiko terjadinya infeksi.

5. Ganti popok setiap kali basah (BAK/BAB)


Rasional : Urin dan feses adalah kotoran tempat berkembangbiaknya kuman/mikroba sehingga bila kotoran
tersebut tidak dibersihkan dapat menimbulkan iritasi/gatal pada bagian genital.
6. Berikan HE pada ibu tentang pentingnya ASI dan menyusui bayinya sesering
mungkin ( ASI on demand )
Rasional : Pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan kasih saying antara ibu dan bayi serta pemenuhan
nutrisi dapat terpenuhi. ASI mengandung zat-zat gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh. Dan
menyusui sesering mungkin dapat membantu produksi ASI.
7.Observasi tanda-tanda infeksi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda infeksi dapat diketahui dan dapat dilakukan tindakan
selanjutnya.
8. Pertahankan bayi dalam inkubator
Rasional : Perawatan dalam inkubator dapat member kehangatan pada bayi untuk mencegah hipoterni dimana
BBLR rentan terhadap perubahan suhu

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 15 Desember 2008 pukul 09.00-12.00 WITA
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tuanya (ibu)
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan di bawah air mengalir dengan sabun.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi dan timbang berat badan bayi
N : 130 x/menit
S : 36,3C
P : 68 x/menit
BBS : 2240 gram
4. Melakukan perawatan tali pusat bayi. Tali pusat masih basah dan terbungkus gaas.
5. Mengganti popok setiap kali basah (BAK/BAB)
6. Memberikan HE pada ibu tentang pentingnya ASI dan menyusui bayinya sesering mungkin (
ASI on demand ).
7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tali pusat tidak merah, tidak bengkak, tidak berbau, tidak
bernanah.
8. Pertahankan bayi dalam inkubator

LANGKAH VII. EVALUASI


Tanggal 15 Desember 2008, pukul 13.00 Wita
1. KU Bayi baik
2. TTV dalam batas normal,
N : 130 x/i
S : 36,5 C
P : 68 x/i
3. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, berbau dan panas.
4. BBS : 2240 gram, berat badan bayi turun 20 gram dari berat badan lahir.
5. Bayi dirawat dalam inkubator dengan suhu 36,2 C

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PATOLOGIS PADA BAYI N DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO
TANGGAL 15 DESEMBER 2008

No. Register : 371131


Tanggal Lahir : 14 Desember 2008, pukul 07.50 Wita
Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2008, pukul 09.00-12.00 Wita

Identitas Bayi/ Orang Tua


1. Biodata Bayi
Nama : By N
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : perempuan
Anak ke : 4 ( ke empat )
2. Biodata Orang tua
Nama : Ny. N / Tn. R
Umur : 43 thn / 44 thn
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan :S1/S1
Pekerjaan : PNS / Peg.Swasta
Alamat : Jl. Bourag Blok F No.50 Laosani Palu Timur
Lama Menikah : 12 tahun

Data Subyektif (S)


1. Ibu mengatakan bahwa bayinya lahir tanggal 14 Desember 2008 pukul 07.50 Wita melalui
opersai SC.
2. Ibu sulit berinteraksi dengan bayinya karena bayinya dirawat di dalam incubator
3. Ibu masih sulit untuk bergerak

Data Obyektif (O)


1. BBL : 2260 gram
2. BBS : 2240 gram
3. PBL : 43 cm
4. TTV :
a. N : 130 x/menit
b. S : 36,3C
c. P : 68 x/menit
5. Kepala : Sutura terpisah / tidak ada molase, UU rata, tidak ada caput & cephal hematoma,
tidak ada luka/ laserasi
6. Mata : Simetris kiri dan kanan, tidak ada edema, bola mata normal
7. Gerakan cuping hidung tidak ada
8. Mulut / bibir tidak ada kelainan
9. Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga (+) kiri kanan, elastisitas (+)
10. Leher : Tidak ada pembengkakan
11. Dada : Fraktur klavikula (-), simetris kiri dan kanan, putting terbentuk, areola datar
& tangan : Humerus sama panjang, tangan simetris kiri dan kanan, jari lengkap, tidak ada penyelaputan
13. Perut : Tali pusat basah, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
. Genitalia : Labia mayora besar, labia minora kecil, orificium uretra (+), orificium vagina (+)
15. Ekstremitas bawah : simetris kiri kanan, jari lengkap, tidak ada penyelaputan
16. Punggung : Penonjolan ()
17. Reflex : Reflek rooting (+), reflex moro (+), reflex genggam (+), reflex babinski (+), tonik reflex (+)
18. Pengukuran Antropometri tanggal 14 Desember 2008
a. Panjang badan : 43 cm
b. Panjang lengan : 19 cm
c. Panjang kaki : 20 cm
d. Lingkar kepala : 29,5 cm
e. Lingkar dada : 29 cm
f. Lingkar perut : 27 cm
g. Jarak kepala sympisis : 25 cm
h. Jarak sympisis- kaki : 22 cm
i. LILA : 10 cm
19. Ballard Score ( Tanggal 14 Desember 2008 )
Ballard Score : 28
TUK : 34-36 minggu
Diagnosa : BKB/ SMK

Assesment ( A )
Bayi berat lahir rendah
Potensial terjadi infeksi
Potensial terjadi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang (tidak terpenuhi)

Planning(P)
Tanggal 15 Desember 2008, pukul 09.00-12.00 Wita
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tuanya (ibu)
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan di bawah air mengalir dengan sabun.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi dan timbang berat badan bayi
a. N : 130x/menit
b. S : 36,3C
c. P : 68 x/menit
d. BBS : 2240 gram
4. Memandikan dan melakukan perawatan tali pusat bayi. Tali pusat masih basah dan terbungkus
gaas.
5. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok setiap kali basah (BAK/BAB)
6. Memberikan HE pada ibu tentang pentingnya ASI dan menyusui bayinya sesring mungkin ( ASI
on demand).
7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tali pusat tidak merah, tidak bengkak, tidak berbau, tidak
bernanah.
8. Pertahankan bayi dalam inkubator

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PATOLOGIS PADA BAYI N DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO
TANGGAL 16 DESEMBER 2008

Data Subyektif (S)


1. Ibu mengatakan bayinya gelisah

Data Obyektif (O)


1. KU bayi baik
2. BBS : 2020 gram (BBL: 2260)
3. Umur : 3 hari
4. TTV :
N : 154 x/menit
S : 37,3 C
P : 70 x/menit
5. Respon terhadap rangsangan baik
6. Warna kulit kemerah merahan
7. Tali pusat masih basah dan terbungkus gaas steril
8. Reflex isap lemah dan reflex menelan baik
9. Bayi telah keluar inkubator, dirawat di kamar bayi
10. Bayi telah menetek sebanyak 2 kali selama 30 menit
11. BAB 1 x dan BAK 3 x (sejak pukul 08.00 12.30)

Assesment ( A )
Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
Potensial terjadi hiperbirubinemia

Planning(P)
Tanggal 16 Desember 2008, pukul 09.00 Wita
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tuanya (ibu)
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan di bawah air mengalir dengan sabun.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi dan timbang berat badan bayi
a. N : 154 x/menit
b. S : 37,3 C
c. P : 70 x/menit
d. BBS : 2020 gram
4. Memandikan dan melakukan perawatan tali pusat bayi. Tali pusat masih basah dan terbungkus
gaas.
5. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok setiap kali basah (BAK/BAB)
6. Mengobservasi eliminasi, bayi BAB 1 x dan BAK 3 x (sejak pukul 08.00 12.30)
7. Memberikan dukungan pada ibu tentang pentingnya ASI dan menyusui bayinya sesering
mungkin ( ASI on demand).
8. Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tali pusat tidak merah, tidak bengkak, tidak berbau, tidak
bernanah.
9. Pemasangan OGT
10. Memberi P. ASI ( susu formula ) sesuai dengan kebutuhan bayi dengan menggunakan sendok
dan OGT
BB x 80 = 2 x 80 = 160/ 10 = 16 cc / 2 jam
10 x pemberian 10
Waktu pemberian :
Pukul : 09.00 : 16 cc
Pukul : 11.00 : 16 cc
Pukul : 13.00 : 16 cc
Bayi telah minum susu : 25 cc (09.00 13.30)

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PATOLOGIS PADA BAYI N DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI
RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO
TANGGAL 17 DESEMBER 2008

Data Subyektif (S)


-

Data Obyektif (O)


1. KU bayi baik
2. BBS :2000 gram
3. TTV :
N : 175 x/menit
S : 36,5 C
P : 40 x/menit
4. Warna kulit kemerah merahan
5. Tali pusat masih basah dan terbungkus gaas steril
6. Reflex isap dan menelan baik
7. Bayi telah minum susu formula 25 cc (14.00 19.30)
8. BAB 2 x dan BAK 2 x (14.00 19.30)

Assesment ( A )
Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
Potensial terjadi hiperbilirubinemia

Planning(P)
Tanggal 17 Desember 2008, pukul 14.30 Wita
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tuanya (ibu)
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan di bawah air mengalir dengan sabun.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi dan timbang berat badan bayi
a. N : 175 x/menit
b. S : 36,5 C
c. P : 40 x/menit
d. BBS : 2000 gram
4. Memandikan dan melakukan perawatan tali pusat bayi. Tali pusat masih basah dan terbungkus
gaas.
5. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok setiap kali basah (BAK/BAB)
6. Mengobservasi eliminasi, bayi BAB 2 x dan BAK 2 x (14.00 19.30)
7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Tali pusat tidak merah, tidak bengkak, tidak berbau, tidak
bernanah.
8. Memberi P. ASI ( susu formula ) sesuai dengan kebutuhan bayi dengan menggunakan sendok
dan OGT
BB x 100 = 2 x 100 = 160/10 = 20 cc / 2 jam
10 x pemberian 10
Waktu pemberian :
Pukul : 15.00 : 20 cc
Pukul : 17.00 : 20 cc
Pukul : 19.00 : 20 cc
Bayi telah minum susu formula 30 cc (14.00 19.30)
Diposkan oleh Yulianti Yuyu di 05:51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Bayi Dan Anak

http://midcare.blogspot.com/2012/02/askeb-bayi-berat-lahir-rendah.html

Вам также может понравиться