Вы находитесь на странице: 1из 13

Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 124

Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

PERBEDAAN DERAJAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT


PADA SISWA SD DENGAN PROGRAM UKGS AKTIF DAN
TIDAK AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DENPASAR UTARA II TAHUN 2015
I Nyoman Wirata, Anak Agung Gede Agung, Ni Ketut Nuratni
Poltekkes Kemenkes Denpasar
Email :info@poltekkes-denpasar.org
.
ABSTRACT

School aged students are oral health susceptible group because the 6 12 aged
children are mixed dentition period that occur change from deciduous teeth to
permanent teeth. The purpose of this study is to know the differences of students oral
health level between active UKGS with non active UKGS in elementary schools at
puskesmas II Denpasar Utara in 2015.The sample school used 2 as sample that were
took by purposive sampling from 19 elementary schools that have UKGS program
which of of Puskesmas II Denpasar Utara working area. There is only one elementary
school that have active UKGS. This observational study with cross sectional design use
186 students as sample from both schools and analyzed by MannWhitney-test. Results
showed that the students oral hygiene and DMF-T scores at elementary school that
have active UKGS with non active UKGS in which of Puskesmas II Denpasar Utara
working area have different significantly for each (p<0,05). Conclusion of this study is
the oral health level of students at elementary school that have active UKGS are better
than non active UKGS one. Dental school program in elementary schools should be
given regularly by teachers holders UKGS program so that elementary students have
the attitude, knowledge and behavior about oral health was good
Key words: UKGS, OHI-S, DMF-T and School age children

ABSTRAK

Usia anak sekolah dasar dikatakan rentan terhadap kesehatan gigi dan mulut karena
pada usia 6-12 tahun terjadi peralihan atau pergantian gigi, yaitu dari gigi sulung ke
gigi permanen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat
derajat kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dengan program UKGS aktif dan tidak
aktif di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara tahun 2015. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional analytic.
Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dari 19 SD dengan program
UKGS di Puskesmas II Denpasar Utara hanya satu SD yang aktif selainnya tidak aktif.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 186 siswa. Data penelitian dianalisa dengan uji
Mann Withney. Hasil penelitian menujukkan bahwa kebersihan gigi dan mulut serta
nilai DMF-T pada siswa SD dengan UKGS aktif dengan SD UKGS tidak aktif di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2015 masing-masing berbeda
secara bermakna (p<0,05). Kesimpulan derajat kesehatan gigi dan mulut pada siswa
SD dengan UKGS aktif lebih baik daripada SD dengan UKGS tidak aktif. Program
UKGS di sekolah dasar hendaknya diberikan secara berkala oleh guru pemegang
program UKGS sehingga siswa SD memiliki sikap, pengetahuan dan perilaku tentang
kesehatan gigi dan mulut yang baik.
Kata kunci : UKGS, OHI-S, DMF-T dan Usia Anak Sekolah
124
125 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

PENDAHULUAN 44,4%, dan sembarang waktu sebesar


Penyakit gigi dan mulut yang paling 2,5%.
sering diderita adalah karies gigi dan
Penyakit gigi dan mulut akan
penyakit periodontal, karena prevalensi
berpengaruh pada proses tumbuh
dan insidensinya tinggi di semua tempat
kembang anak dan hasil belajar anak.
(Sriyono, 2009). Penyakit gigi yang saat
Usia anak sekolah dasar dikatakan
ini memiliki tingkat prevalensi tinggi
rentan terhadap kesehatan gigi dan
pada anak usia sekolah di Indonesia
mulut karena pada usia 6-12 tahun
salah satunya adalah penyakit gigi dan
terjadi peralihan atau pergantian gigi,
mulut yaitu 74,4%, akibat kurangnya
dari gigi susu/sulung ke gigi
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
permanen/tetap (Setyaningsih, 2007).
(Kemenkes RI, 2012). Hampir seluruh
anak dengan karies gigi yang tidak Anak usia 12 tahun pada umumnya
dirawat menyebabkan rendahnya massa akan meninggalkan sekolah dasar,
indeks tubuh anak, anemia, kurang tidur sehingga merupakan usia yang mudah
dan berujung pada menurunnya kualitas dijangkau, oleh karena itu usia 12 tahun
hidup anak tersebut (Homsavath, 2013). digunakan sebagai usia untuk memantau
karies gigi secara global (global caries
Hasil RISKESDAS 2007, menyatakan
monitoring age) untuk dibandingkan
bahwa masalah kesehatan gigi dan
secara internasional (Zantika, 2009).
mulut di Provinsi Bali pada tahun 2007
adalah 22,5%, yang menerima Penyelenggaraan kesehatan gigi sebagai
perawatan dari tenaga medis gigi salah satu kegiatan pokok yang
sebanyak 42,4%, dan 1,7% kehilangan dilaksanakan sesuai dengan pola
gigi aslinya. Penduduk Provinsi Bali pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
sebesar 86,2% telah menyikat gigi Kegiatan tersebut terutama ditujukan
setiap hari. Berdasarkan waktu kepada golongan rawan terhadap
menyikat gigi dilaporkan bahwa : gangguan kesehatan gigi yaitu anak pra
penduduk yang menyikat gigi pada pagi sekolah dan anak sekolah dasar, serta
atau sore hari sebesar 74,4%, menyikat ditujukan kepada keluarga dan
gigi sesudah makan pagi 16,1%, masyarakat berpenghasilan rendah, baik
menyikat gigi saat bangun pagi 31,5%, di pedesaan maupun di perkotaan
menyikat gigi sebelum tidur malam (Depkes RI, 2000).
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 126
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah rutin dilakukan setiap tahun untuk
(UKGS) adalah suatu komponen dari semua SD. Bentuk kegiatan yang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan dilakukan hanya pemeriksaan kesehatan
merupakan strategi klinis pelayanan gigi dan mulut saja, sedangkan kegiatan
kesehatan gigi dan mulut bagi anak promotif dan preventif seperti,
sekolah. Pelaksanaannya disesuaikan penyuluhan dan sikat gigi massal
dengan kebutuhan tumbuh kembang jarang dilakukan. Hal ini disebabkan
anak (Depkes RI,1996). karena keterbatasan waktu, tenaga dan
saran prasarana seperti tidak tersedianya
Puskesmas II Denpasar Utara adalah
UKGS kit dan alat diagnostik. Hasil
salah satu Puskesmas yang telah
wawancara dengan guru Pembina
melaksanakan program UKGS sejak
UKGS di wilayah kerja Puskesmas II
tahun 1981 sampai sekarang.
Denpasar Utara, diperoleh informasi
Puskesmas II Denpasar Utara
bahwa diantara 19 SD yang berada di
membawahi 19 sekolah dasar yang
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
tersebar di dua desa dan satu kelurahan.
Utara, hanya satu SD yang secara aktif
Dari hasil penjaringan program UKGS
melaksanakan kegiatan program UKGS
tahun 2012-2014 pada anak sekolah
(5,3%). Berdasarkan permasalahan
dasar di wilayah kerja Puskesmas II
program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Denpasar Utara belum mencapai
(UKGS) serta belum pernah
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dilakukannya evaluasi tentang
100% Pada tahun 2012 murid sekolah
efektivitas program UKGS di
dasar yang menerima perawatan gigi
Puskesmas II Denpasar Utara, maka
dari tenaga medis gigi di Puskesmas II
penulis tertarik melakukan penelitian
Denpasar Utara sebanyak 47,8%, tahun
tentang perbedaan derajat kesehatan
2013 meningkat menjadi 52,2%, dan
gigi dan mulut pada SD program UKGS
tahun 2014 sebanyak 53,6% (Dinkes,
aktif dengan yang tidak aktif di wilayah
2014).
kerja Puskesmas II Denpasar Utara.
Berdasarkan hasil wawancara
Penelitian ini bertujuan untuk
pendahuluan dengan pemegang
mengetahui perbedaan derajat kesehatan
program UKGS di Puskesmas II
gigi dan mulut pada siswa SD dengan
Denpasar Utara, diperoleh informasi
program UKGS aktif dan tidak aktif di
bahwa kegiatan program UKGS sudah

126
127 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Perhitungan besar sampel menggunakan


Utara tahun 2015 rumus (Lwanga dan lameshow,1997)

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
n = {1,96 2. 0,5 (1- 0,5)+0,8 0,21 + 0,25}2
observasional yang dilakukan dengan (0,7 0,5)2
rancangan cross sectional. n = 93

Dilaksanakan di SDNP Tulang


Jumlah sampel untuk masing-masing
Ampiang yang memiliki program
kelompok adalah 93 siswa. Dalam
UKGS aktif dan SD No. 29 Pemecutan
penelitian ini terdapat 2 kelompok
dengan program UKGS tidak aktif dan
sampel, sehingga jumlah sampel
merupakan wilayah kerja Puskesmas II
keseluruhan yang dibutuhkan adalah
Denpasar Utara, pada bulan Januari
186 siswa.
sampai dengan Desember 2015
Pengambilan sampel juga berdasarkan
Populasi penelitian adalah seluruh siswa
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:
kelas V SD yang rata-rata berumur 11-
Kriteria inklusi sampel sebagai berikut :
12 tahun pada SD dengan program
a. Bersedia menjadi responden saat
UKGS aktif dan SD dengan program
penelitian dilakukan
UKGS tidak aktif yang berada di
b. Murid kelas V SD yang berumur 11-
wilayah kerja Puskesmas Denpasar
12 tahun.
Utara II
Kriteria eksklusi sampel sebagai
Sampel penelitian terdiri dari dua
berikut:
kelompok yaitu SD dengan program
a. Sampel menggunakan alat ortodontik
UKGS aktif (SDN P Tulang Ampiang)
b. Sampel tidak memiliki gigi indikator
dan SD dengan program UKGS tidak
yang akan diperiksa kebersihan gigi
aktif (SD no. 29 Pemecutan.
dan mulutnya
Pengambilan sampel didasarkan atas
Pemeriksaan langsung gigi siswa
pertimbangan tertentu yaitu kesamaan
dengan menggunakan indeks DMF-T
karakteristik antara kedua kelompok
dan kebersihan gigi dan mulutnya
dalam hal letak geografis, status sosial
dengan menggunakan indeks OHI-S.
ekonomi, gugus sekolah serta
Pemeriksaan dilakukan pada jam
ketersediaan fasilitas ruang dan guru
pertama sehingga semua siswa masih
UKS.
memiliki gigi yang bersih. Pemeriksaan
menggunakan alat diangnostic set (kaca

127
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 128
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

mulut, pinset, sonde, excavator) dan terletak dalam satu gugus, status
hasilnya dicatat pada lembar kartu pekerjaan orang tua siswa sebagian
status. besar pedagang dan buruh, kurikulum
Data yang telah terkumpul dan telah pendidikan yang sama, dan sama-sama
ditabulasi selanjutnya dianalisa secara mempunyai ruang serta guru UKS.
Univariat digunakan untuk mencari Disamping mempunyai karakteristik
rata-rata (mean) OHI-S dan DMF-T. yang sama, pada UKGS aktif dengan
Analisa Bivariat untuk menganalisis SD UKGS tidak aktif juga mempunyai
perbedaan OHI-S dan DMF-T antara perbedaan yaitu: pada UKGS aktif
SD dengan program UKGS aktif dan melakukan program kegiatan UKGS
UKGS tidak aktif digunakan bila data berupa, pendidikan atau penyuluhan
OHI-S dan DMF-T berdistribusi tidak kesehatan gigi dan mulut, sikat gigi
normal menggunakan uji mann withney bersama, pemeriksaan kesehatan gigi
U test, dan bila berdistribusi normal dan mulut dan melakukan rujukan.
digunakan uji test indevendent. Sedangkan pada SD UKGS tidak aktif,
hanya melakukan program kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN UKGS berupa pemeriksaan kesehatan
1. Karakteristik responden gigi dan mulut, serta melakukan rujukan
Sampel subyek penelitian ini bila diperlukan perawatan lebih lanjut
mempunyai karakteristik yang sama
yaitu: terletak dekat dengan Puskesmas,

Tabel 1
Karakteristik responden
Karakteristik UKGS Aktif UKGS Tidak Aktif
Frekuensi % Frekuensi %
Jenis Kelamin 93 100 93 100
Laki-laki 45 48,4 63 67,7
Perempuan 48 51,6 30 32,3
Umur 93 100 93 100
9 Tahun 1 1,1 1 1,1
10 Tahun 82 88,2 33 35,5
11 Tahun 10 10,8 54 58,1
12 Tahun 0 0 5 5,4

Sebagian besar responden berjenis umur, sebagian besar responden


kelamin laki-laki sebanyak 108 berumur 10 tahun, yaitu sebanyak
orang (58,064%), dan menurut 115 orang (61,83%). Nilai rata-rata

128
129 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

kebersihan gigi dan mulut siswa kategori baik dan pada SD dengan
pada SD dengan UKGS aktif UKGS tidak aktif sebesar 1,8 yang
sebesar 0,9 yang tergolong dalam tergolong dalam kategori sedang.

Tabel 2
Distribusi responden Menurut Kategori Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa
Pada SD Dengan UKGS Aktif dan Tidak Aktif Di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2015
UKGS Aktif UKGS Tidak Aktif
Kebersihan gigi dan mulut
Persentase Persentase
Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
Baik (scor = 0,0 s.d 1,2) 62 66,7 16 17,2
Sedang (scor = 1,3 s.d 3,0) 31 33,3 71 76,3
Buruk (scor =3,1 s,d 6,0) 0 0 6 6,5
Total 93 100 93 100

Tabel 2 menunjukkan SD dengan kebersihan gigi dan mulut dalam


UKGS aktif memiliki status kebersihan katagori buruk.
gigi dan mulut sebesar 66,7% yang
Nilai rata-rata DMF-T siswa pada SD
tergolong dalam kategori baik,
dengan UKGS aktif sebesar 0,3 yang
sedangkan pada SD dengan UKGS
tergolong dalam kategori Baik dan
tidak aktif memiliki status kebersihan
pada SD dengan UKGS tidak aktif
gigi dan mulut sebesar 17,2% yang
sebesar 1,1 yang tergolong dalam
tergolong dalam kategori sedang, dan
kategori sedang.
terdapat 6,5 % siswa memiliki status

Tabel 3
Distribusi Sampel Penelitian Menurut Status DMF-T Target Nasional Siswa
Pada SD Dengan UKGS Aktif dan Tidak Aktif Di Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2015
UKGS Aktif UKGS Tidak Aktif
Status DMF-T
Persentase Persentase
Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
>1( lebih dari 1) 18 19,4 67 72
< 1(kurang atau sama
75 80,6 26 28
dengan 1)
Total 93 100 93 100

129
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 130
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

Tabel 3 menunjukkan pada SD dengan UKGS tidak aktif memiliki status


UKGS aktif memiliki status DMF-T DMF-T sebesar 72,0% siswa, dan
sebesar 19,4% siswa, berada dibawah berada lebih dari target Nasional yaitu
target Nasional yaitu kurang atau sama lebih dari 1.
dengan 1 Sedangkan pada SD dengan

Tabel 4
Perbedaan Rerata OHI-S Dua Sampel Pada Kelompok UKGS Aktif dan UKGS
Tidak Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2015

Kelompok UKGS Mean Rank Asym.sig.(2-tailed)


Aktif 58,48
0,000
Tidak Aktif 128,52

Perbedaan rerata OHI-S pada kelompok pada rerata kelompok UKGS tidak aktif
UKGS Aktif dan kelompok UKGS sebesar 128,52, dengan nilai p= 0,00 <
tidak aktif. Berdasarkan hasil penelitian 0,005.Dapat disimpulkan bahwa ada
terdapat perbedaan nilai rata-rata perbedaan rata-rata nilai kebersihan gigi
kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) dan mulut pada siswa SD dengan
pada kelompok UKGS aktif dan tidak UKGS aktif dengan SD UKGS tidak
aktif. Rerata OHI-S sebesar 58,48 pada aktif di wilayah kerja Puskesmas II
kelompok UKGS aktif lebih rendah dari Denpasar Utara Tahun 2015.

Tabel 5
Perbedaan Rerata DMF-T Dua Sampel Pada Kelompok UKGS Aktif dan
UKGS Tidak Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun
2015
Kelompok UKGS Mean Rank Asym.sig.(2-tailed)
Aktif 56,95
0,000
Tidak Aktif 130,05

Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebesar 130,05 dengan nilai p= 0,00 <
perbedaan nilai rata-rata DMF-T pada 0,005.
kelompok UKGS aktif dan tidak aktif.
Dapat disimpulkan bahwa ada
Rerata DMF-T kelompok UKGS aktif
perbedaan rata-rata nilai DMF-T pada
sebesar 59,95 lebih rendah dari pada
siswa SD dengan UKGS aktif dengan
rerata kelompok UKGS tidak aktif

130
131 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

SD UKGS tidak aktif di wilayah kerja Hasil penelitian ini sejalan dengan
Puskesmas II Denpasar Utara Tahun penelitian yang dilakukan oleh
2015. Astriliana (2011) di wilayah kerja
Puskesmas Babakansari Kota Bandung
Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Tahun 2011, yang menyebutkan bahwa
merupakan salah satu upaya kesehatan
anak usia sekolah dasar yang mendapat
yang sangat relevan, dalam mengatasi
program usaha kesehatan gigi sekolah
pencegahan masalah kesehatan gigi dan
rata-rata indeks oral hyigiene (OHI-S)
mulut siswa sekolah dasar. Upaya-
sebesar 2,76 yang tergolong dalam
upaya yang dilakukan berupa
kategori sedang. Sedangkan sekolah
pendidikan dan penyuluhan anak
dasar yang tidak mendapatkan
sekolah yang dilakukan tiga bulan
pelayanan program usaha kesehatan gigi
sekali, sikat gigi bersama yang
sekolah memilki rata-rata indeks oral
dilakukan satu bulan sekali.
hyigiene (OHI-S) sebesar 3,05 yang
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
tergolong dalam kategori buruk.
anak sekolah yang dilakukan satu tahun
sekali serta melakukan rujukan apabila Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
ditemukan kasus pada waktu dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Sirat
pemeriksaan anak sekolah (Depkes RI, (2011) pada siswa SD di wilayah kerja
2004). Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun
2011, menemukan bahwa siswa SD
Hasil penelitian tingkat kebersihan gigi
yang mendapat pelayanan asuhan
dan mulut siswa SD di wilayah kerja
kesehatan gigi dan mulut mempunyai
Puskesmas II Denpasar Utara, rata-rata
nilai OHI-S dengan kreteria baik,
nilai kebersihan gigi dan mulut pada
dengan OR sebesar 9,930 kali
siswa SD dengan program UKGS aktif
dibandingkan dengan siswa SD UKGS
sebesar 0,9 (tergolong dalam kategori
yang tidak mendapatkan pelayanan
baik). Sedangkan rata-rata nilai
asuhan. Hal ini kemungkinan
kebersihan gigi dan mulut pada siswa
disebabkan oleh karena SD yang
SD dengan dengan program UKGS
mendapat pelayanan asuhan
tidak aktif sebesar 1,8 (tergolong dalam
memperoleh pelayanan kesehatan gigi
kategori sedang). Terdapat perbedaan
dan mulut secara menyeluruh, antara
yang bermakna sebesar 0,9 pada rata-
lain: penyuluhan, sikat gigi bersama
rata nilai kebersihan gigi dan mulut di
yang dilakukan secara rutin setiap dua
dua kelompok sampel tersebut.
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 132
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

minggu sekali, kumur-kumur dengan perilaku dalam menjaga kebersihan gigi


larutan fluor, topikal aplikasi, serta dan mulut.
penambalan gigi yang berlubang.
Sedangkan pada SD UKGS yang tidak Hasil penelitian menunjukan bahwa
mendapat pelayanan asuhan, hanya perilaku siswa pada SD dengan program
diberikan pelayanan berupa penyuluhan UKGS aktif memiliki perilaku
kesehatan gigi dan mulut setiap tiga kesehatan gigi dan mulut yang baik
bulan skali, sikat gigi bersama yang yang tercermin dari tingkat kebersihan
dilakukan satu bulan sekali, gigi dan mulut yang baik. Sebaliknya
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada SD dengan UKGS tidak aktif yang
yang dilakukan setiap satu tahun sekali tidak mendapat paparan informasi
serta melakukan rujukan ke Puskesmas secara intensif, kemungkinan besar
apabila ditemukan kasus gigi pada memiliki perilaku yang kurang baik
siswa yang diperiksa, sehingga kegiatan dalam menjaga kebersihan gigi dan
ini kurang maksimal. mulutnya yang tercermin dari tingkat
kebersihan gigi dan mulutnya rendah.
Menurut Notoatdmojo (2003),
Selain faktor dari internal individu yang
pengetahuan merupakan hasil dari tahu
mempengaruhi perbedaan nilai rata-rata
dan ini terjadi setelah orang melakukan
kebersihan gigi dan mulut antara siswa
pengindraan pada satu objek tertentu.
SD UKGS aktif dengan siswa SD
Pengindraan terjadi melalui panca indra
UKGS tidak aktif yang
manusia, indra pendengaran,
mengindikasikan bahwa program
penciuman, penglihatan, rasa, raba dan
UKGS efektif dalam meningkatkan
sebagian besar pengetahuan manusia
status kebersihan gigi dan mulut.
melalui mata dan telinga. Pengetahuan
Namun, perbedaan nilai kebersihan gigi
seseorang dapat juga dipengaruhi oleh
dan mulut pada SD UKGS aktif
berbagai faktor seperti, pendidikan,
dengan SD UKGS tidak aktif dapat
usia, dan paparan yang intensif terhadap
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,
informasi mengenai kesehatan gigi dan
diantaranya adalah adanya paparan
mulut melalui penyuluhan, sehingga
informasi dari sumber selain dari
pengetahuan siswa akan meningkat.
program UKGS, yaitu rendahnya
Pengetahuan merupakan salah satu
kesadaran orang tua siswa tentang
faktor internal individu yang
pentingnya menjaga kebersihan gigi dan
mempengaruhi perilaku, termasuk

132
133 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

mulut, serta status sosial ekonomi orang menggosok gigi yang baik dan benar.
tua siswa yang menentukan akses Pengetahuan, sikap dan perilaku
terhadap layanan kesehatan gigi dan terhadap kesehatan gigi dan mulut lebih
mulut, pekerjaan orang tua siswa yang baik pada siswa SD dengan UKGS
sebagian besar pedagang dan buruh juga aktif. Pada akhirnya berujung pada
mempengaruhi hasil tingkat kebersihan status kebersihan gigi dan mulut yang
gigi dan mulut. lebih baik pada siswa SD dengan UKGS
aktif dibandingkan dengan siswa SD
Siswa-siswa dengan latar belakang UKGS tidak aktif tahun 2015.
tingkat sosial ekonomi yang lebih
tinggi, memiliki rata-rata DMF-T lebih Penelitian yang dilakukan oleh Samin,
rendah karena memiliki kesempatan dkk.(2013) terhadap anak-anak usia SD
yang lebih besar untuk berkunjung ke di kota Vancouver menunjukkan bahwa
klinik-klinik pelayanan kesehatan gigi. strategi yang diperlukan luntuk
Kejadian karies pada anak usia 12-14 meningkatkan kualitas kesehatan gigi
dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dan mulut adalah melalui promosi
keluarga, tidak adanya kebiasaan kesehatan berbasis sekolah berdasarkan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut WHO. Inisiatif Kesehatan Sekolah
yang baik, konsumsi makanan dengan menurut WHO adalah untuk
kandungan tinggi gula, kurangnya meningkatkan kesehatan siswa dan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan seluruh masyarakat sekolah, keluarga
mulut (Al-Darwish, dkk., 2014). dan masyarakat sekitarnya.

Hasil penelitian DMF-T siswa SD di


Hasil penelitian ini mengindikasikan
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
bahwa program UKGS efektif dalam
Utara, rata-rata nilai DMF-T pada siswa
meningkatkan status kebersihan gigi
SD dengan UKGS aktif sebesar 0,3
dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-
(tergolong dalam kategori baik).
upaya yang dilakukan dalam program
Sedangkan rata-rata indeks DMF-T
UKGS berupa pendidikan dan
pada siswa SD dengan UKGS tidak
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
aktif sebesar 1,1 (tergolong dalam
dapat meningkatkan pengetahuan siswa
kategori sedang). Terdapat perbedaan
tentang kesehatan gigi dan mulut.
yang bermakna sebesar 0,8 pada rata-
Aktivitas sikat gigi bersama dapat
membentuk sikap dan perilaku
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 134
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

rata nilai DMF-T di dua kelompok Setelah dilakukan penelitian dan


sampel tersebut. berdasarkan hasil wawancara dengan
pemegang program UKGS dan guru
Hasil penelitian ini sejalan dengan
UKS pada SD UKGS Aktif, bahwa
penelitian yang dilakukan oleh
anak-anak mendapat penyuluhan
Chemiawan (2004) di Jawa Barat, yang
kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan
menyebutkan bahwa anak usia sekolah
dan perawatan yang rutin, sikat gigi
dasar yang mendapat program usaha
massal, serta tenaga kesehatan yang
kesehatan gigi sekolah rata-rata Indeks
menunjang untuk dilakukan perawatan
DMF-T lebih tinggi pada anak tanpa
gigi. Sehingga anak-anak dengan
program UKGS dibandingkan anak
program UKGS aktif memiliki tingkat
dengan program UKGS. Siswa SD yang
pengetahuan yang baik dan mempunyai
tidak mendapat program UKGS
kebiasaan yang dalam memelihara
mempunyai indeks DMF-T sebesar 1,25
kesehatan gigi dan mulutnya secara
sedangkan pada siswa SD yang
teratur.
mendapat program UKGS mempunyai
indeks DMF-T sebesar 0,35. Hasil penelitian DMF-T siswa SD di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Hasil penelitian Sufiawati dkk (2000),
Utara, rata-rata indek DMF-T pada
pada semua sekolah yang tidak
siswa SD dengan UKGS aktif sebesar
mempunyai program UKGS dan tidak
0,3 yang berati setiap individu memiliki
pernah mendapat penyuluhan tentang
1 kerusakan gigi atau angka kesakitan
kesehatan gigi dan mulut terjadi
gigi. Sedangkan rata-rata indeks DMF-T
prevalensi karies yang tinggi. Penelitian
pada siswa SD dengan UKGS tidak
yang dilakukan oleh Petersen, dkk.
aktif sebesar 1,1 yang berati 1 gigi
(2014) menunjukkan bahwa melalui
sampai 2 gigi yang mengalami
program kesehatan gigi dan mulut di
kerusakan pada setiap individu.
sekolah dapat dilakukan intervensi
Menurut katagori WHO indek DMF-T
kesehatan gigi dan mulut pada anak-
yang didapat pada siswa SD dengan
anak sekolah berupa upaya promotif
program UKGS aktif pada katagori
dan preventif dalam bentuk pendidikan
sangat rendah, dan bila dibangdingkan
kesehatan gigi dan mulut serta praktek
dengan target Nasional hasil ini juga
menyikat gigi sehingga dapat
masih berada dibawah target Nasional
menurunkan kejadian karies.
yaitu kurang atau sama dengan satu (<

134
135 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Maret 2016, hal : 124-136

1). Sedangkan hasil penelitian indek 6 Ada perbedaan yang bermakna nilai
DMF-T pada siswa SD dengan program DMF-T pada siswa SD dengan
UKGS tidak aktif menurut WHO indek UKGS aktif dengan SD UKGS yang
DMF-T masih diatas target. tidak aktif di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Utara
SIMPULAN
Saran yang dapat diberikan yaitu:
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
1. Program UKGS di sekolah dasar
disimpulkan bahwa:
harus diberikan secara sehingga
1 Rata-rata nilai kebersihan gigi dan
siswa SD memiliki sikap,
mulut siswa pada SD dengan UKGS
pengetahuan dan perilaku tentang
aktif di wilayah kerja Puskesmas II
kesehatan gigi dan mulut yang baik.
Denpasar Utara sebesar 0,9 yang
2. Diharapkan pemegang program UKS
tergolong dalam kategori baik.
dan UKGS di Puskesmas melakukan
2 Rata-rata nilai kebersihan gigi dan
pembinaan lebih intensif ke sekolah-
mulut siswa pada SD dengan UKGS
sekolah
tidak aktif di wilayah kerja
3. Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan
Puskesmas II Denpasar Utara sebesar
Dinas Pendidikan dan Olah Raga
1,8 yang tergolong dalam kategori
Hendaknya lebih meningkatkan
sedang.
koordinasi lintas sektor dalam hal
3 Rata-rata nilai DMF-T siswa pada
program UKS dan UKGS
SD dengan UKGS aktif di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Utara
DAFTAR RUJUKAN
sebesar 0,3 yang tergolong dalam
Al-Darwish, Ansari, WE dan Bener, A.
kategori rendah. 2014. Prevalence of dental caries
4 Rata-rata nilai DMF-T siswa pada among 12-14 year old children in
Qatar. The Saudi Dental Journal,
SD dengan UKGS tidak aktif di 26 : 115 125.
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Astriliana, F. 2011. Perbedaan Indeks
Utara sebesar 1,1. Oral Hygiene Pada Anak Usia
5 Ada perbedaan yang bermakna pada Sekolah Dasar Dengan Dan
Tanpa Program Usaha Kesehatan
nilai rata-rata kebersihan gigi dan Gigi Sekolah Wilayah Puskesmas
mulut pada siswa SD dengan UKGS
Chemiawan, dkk. 2004. Perbedaan
aktif dengan SD UKGS yang tidak Prevalensi Karies Pada Anak SD
aktif di wilayah kerja Puskesmas II Dengan Program UKGS dan
Tanpa UKGS. Lembaga
Denpasar Utara
Nyoman, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sd Dengan Program Tidak 136
Aktif Di UKGS Aktif Dan Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara IITahun 2015

Penelitian FKG UNPAD. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).


Bandung. 2007. Laporan Nasional 2007.
Badan Penelitian dan
Departemen Kesehatan RI . 1996. Pengembangan Kesehatan
Pedoman Pelaksanaan Usaha Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Kesehatan Gigi Sekolah, Jakarta:
Direktorat Kesehatan Gigi. Samin, F, Aleksejuniene, J, Zed, C,
Salini, N, Emperumal, CP. 2013.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Dental Treatment Needs ini
Pedoman Upaya Pelayanan Vancouver Inner City Elemtary
Kesehatan Gigi dan Mulut di School Aged Children.
Puskesmas, Direktorat Kesehatan International Journal of Dentistry.
Gigi, Jakarta. Vol. 2013, 1-6.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Survei Setyaningsih, D. 2007. Menjaga


Kesehatan Rumah Tangga, Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta:
Jakarta. sinar Cemerlang Abadi

Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2014. Sirat, M. 2011. Pengaruh Pelayanan


Profil Puskesmas II Denpasar Asuhan Kesehatan gigi dan Mulut
Utara, Denpasar. terhadap Status Kesehatan Gigi
Dan Mulut Siswa SD Di Wilayah
Homsavath, A., dkk. 2013. Association Kerja Puskesmas I Denpasar
Between Dental Caries and BMI Selatan Tahun 2011, Tesis,
Among First Grade Primary Program Megister Ilmu Kesehatan
School Children in Vientiane Masyarakat, Universitas Udayana.
Capital (Proceeding),
Presentation in 7th Asian Sriyono, N. W. 2009. Pencegahan
Conference of Oral Health Penyakit Gigi dan Mulut Guna
Promotion for School Children Meningkatkan Kualitas Hidup,
(ACOHPSC), Bali, 12-14 Yogyakarta: Universitas Gadjah
September. Mada.

Kementerian Kesehatan. 2012, Sufiawati, I., Tenny, DS. dan Dudi. A.


Pedoman Usaha Kesehatan Gigi 2000. Prevalensi Karies gigi dan
Sekolah (UKGS), Jakarta, Indeks DMF-T Kelas I II dan III
Direktorat Jenderal Bina Upaya yang berada disekitar Klinik Kerja
Kesehatan, Kementerian Mahasiswa FKG UNPAD. Laporan
Kesehatan. Penelitian Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran
Lemeshow, S., Wanga. K.L. 1997.
Besar Sampel dalam Penelitian Zatnika, I. 2009. 89% Anak Derita
Kesehatan, Jogjakarta : Gajah Penyakit Gigi dan Mulut, diunduh
Mada University Press. dari Availabel
:http://pdgicrb.wordpress.com/2009
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan /01/24/89-anak-derita-penyakit-
perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, gigi-dan-mulut/: Pada Tanggal
Jakarta 3Pebruari 2014)

136

Вам также может понравиться