Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.

Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data

pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di

Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi

dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% pada kelompok

infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang,

maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada

wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit

yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini (Widhi, 2007).

Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik,

gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan

berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain

menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan

ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah

plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi

penyebab endometriosis (Wood, 2008b).

Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka

kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari

50% terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung

pada letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya

nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan

nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan

infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa

1
menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien

histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat

muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya

(Widhi, 2007).

B. Rumusan Masalah

Apa penyebab dan bagaimana gejala dari penyakit endometriosis pada

organ reproduksi wanita tersebut.

C. Tujuan

Untuk mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit

endometriosis pada organ reproduksi wanita.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan kelenjar endometrium dan stroma


yang berasala dari rahim. Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim.
Apabila seorang wanita tidak hamil, lapisan tersebut tumbuh dan kemudian dan
meluruh setiap bulannya, hal ini disebut menstruasi. Pada endometriosis, lapisan
yang menyerupai endometrium tumbuh dan berkembang diluarrahim. Lapisan
endometrium yang terdapat diluar rahim juga berespon terhadap siklus
menstruasi, sama seperti lapisan endometrium di dalam rahim dimana pada
menstruasi, lapisan endometrium akan meluruh dan berdarah, baik lapisan yang
terdapat di dalam maupun di luar rahim. Bagaimanapun juga lapisan
endometrium yang berada di luar rahim tidak memiliki jalan keluar untuk
perdarahan yang dialaminya setiap bulan sehingga lapisan disekitarnya akan
meradang dan membengkak. Endometriosis sering ditemukan di indung telur,
saluran tuba, daerah antara vagina dan rektum, dan rongga panggul. Namun
endometriosis dapat ditemukan di seluruh bagian tubuh seorang wanita, seperti di
paru-paru yang dapat menyebabkan batuk darah dan sesak nafas. (Sumber
buku: Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk
kebidanan dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan

dinding rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer,

2001). Endometriosis juga dapat berupa suatu keadaan dimana jaringan

endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan diluar

miometrium (Prawirohardjo, 2008).

Definisi lain tentang endometriosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar

dan stroma endometrium pada tempat-tempat diluar rongga rahim. Implantasi

endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamen latum, Cavum Douglasi, tuba

Falopii, vagina, serviks, pada pusat, paru-paru, dan kelenjar-kelenjar limfa

(Rayburn, 2001).

3
B. Teori Penyebab Endometriosis

Penyebab pasti endometriosis masih belum di ketahui. Beberapa teori


mengemukakan kaitan antara endometriosis dengan masalah imunologik
(kekebalan tubuh ) serta faktor genetik (keturunan). (Sumber buku:
Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk
kebidanan dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli sebagai

berikut (Wood, 2008a):

1. Metaplasia

Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe

jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki

kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di

luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika

pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel dewasa

mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah

menjadi jaringan reproduksi.

2. Menstruasi Mundur dan Transplantasi

Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur

mengalir melalui saluran tuba (disebut "aliran mundur") dan tersimpan pada

organ panggul dan tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-

sel endometrium dapat benar-benar melekat dan tumbuh ke organ panggul

perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti menemukan bahwa 90%

wanita memiliki aliran mundur.

3. Predisposisi genetik

Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga

menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan

ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada

generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu

4
studi Endogene International mengadakan penelitian berdasarkan sampel

darah dari wanita dengan endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah

gen endometriosis.

Gambar 5. Menstruasi Mundur dan Transplantasi (http://ezcobar.com/dokter-


online/dokter15/index.php)
4. Pengaruh lingkungan

Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat

menjadi kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya

senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon

reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh, walaupun teori ini tidak

terbukti dan masih kontroversial.

Hipotesis berbeda tersebut telah diajukan sebagai penyebab

endometriosis. Sayangnya, tak satu pun dari teori-teori ini sepenuhnya terbukti,

juga tidak sepenuhnya menjelaskan semua mekanisme yang berhubungan dengan

perkembangan penyakit. Dengan demikian, penyebab endometriosis masih

belum diketahui. Sebagian besar peneliti, berpendapat bahwa endometriosis ini

diperparah oleh estrogen. Selanjutnya, sebagian besar pengobatan untuk

endometriosis saat ini hanya berupaya untuk mengurangi produksi estrogen

dalam tubuh wanita untuk meringankan gejala (Smeltzer, 2001).

C. Faktor Risiko

5
Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis, yaitu (Wood,

2008b):

Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita endometriosis

Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari

Menarke (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)

Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih

Orgasme saat menstruasi

D. Gejala Endometriosis

Pada umumnya wanita dengan ondometriosis tidak memiliki gejala.


Gejala paada umumnya ketika menstruasi dan bertambah hebat paling sering
terjadi adalah nyeri panggul,disminorea (nyeri ketika menstruasi ),dispareunia
(nyeri ketika bersenggama ),dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat
memiliki anak). Nyeri yang terjadi tidak berkaitan dengan endometriosis.

1. Nyeri panggul
Nyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri dikatakan
sebagai nyeri yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah
ketika menstruasi. Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri
yang terjadi pada satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di
indung telur atau dinding samping panggul. Dispareunia terjadi terutama
pada periode premenstruasi dan menstruasi. Nyeri saat berkemih dan
dyschezia dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran kemih atau
saluran cerna
2. Dismenorea
Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada
endometriosis
3. Infertilitas

Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya


gangguaan paada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang suda
dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah
parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tubah, atau indung telur

6
yang dapat mengganggu transportasi embrio. (Sumber buku:
Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk
kebidanan dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

Rasa sakit sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun seorang

wanita dengan endometriosis juga dapat mengalami rasa sakit pada waktu lain

selama siklus bulanan. Bagi banyak wanita, tapi tidak semua, rasa sakit

endometriosis dapat menjadi begitu parah dan berdampak signifikan dengan

hidupnya. Nyeri yang dirasakan saat endometriosis terjadi sebelum, selama, dan

setelah menstruasi, selama ovulasi, dalam usus selama menstruasi, ketika buang

air kecil, selama atau setelah hubungan seksual, dan didaerah punggung bawah

serta gejala lain mungkin dapat terjadi adalah diare atau sembelit (khususnya

dalam kaitannya dengan menstruasi), perut kembung (sehubungan dengan

menstruasi), perdarahan berat atau tidak teratur, dan kelelahan (Wood, 2008c).

Namun perlu ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi atau

dysmenorrhea tidak selalu berhubungan dengan gejala endometriosis. Kadar

hormone prostaglandin yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya

dysmenorrhea (Wood, 2008c).

E. Patologi

Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tuba dan

salah satu atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan

permukaan uterus bagian belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik

sampai benjolan kecil yang berwarna kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2008).

7
Gambar 6. Kista cokelat yang pecah pada ovarium sebelah kiri
(http://en.wikipedia.org/wiki/file:Perforierte_EndometrioseZyte.jpg)

F. Penyebab endometriosis

Ada beberapa teori yang diutarakan oleh beberapa ahli mengenai

penyebab endometriosis yaitu (Eisenberg, 2009):

Endometriosis mungkin disebabkan oleh faktor keturunan, atau beberapa

anggota keluarga mempunyai sifat yang membuat mereka terlihat seperti

endometriosis.

Tumbuhnya jaringan endometrium dibagian tubuh yang lain selain uterus

melalui sistem peredaran darah atau sistem limfa.

Endometriosis dapat disebabkan adanya ganguan pada sistem imunitas,

endometriosis juga dapat menjadi kanker ovarium.

Hormon estrogen dapat menjadi pemicu pertumbuhan endometriosis.

Beberapa penelitian memandang hal ini sebagai penyakit sistem endokrin,

sistem kelenjar, hormon, dan sekresi lain dari tubuh.

Jaringan endometrium juga dapat ditemukan pada bekas luka abdominal dan

mungkin ditemukan di tempat tersebut akibat kesalahan sewaktu pembedahan.

Sejumlah kecil jaringan saat pembentukan embrio yang kemudian berubah

menjadi endometriosis.

Penelitian terbaru menunjukan adanya hubungan antara paparan dioksin dan

endometriosis. Dioksin adalah senyawa yang bersifat toksik yang berasal dari

pembuatan pestisida dan pembakaran sampah plastik.

Jaringan endometriosis dapat berada di abdomen melewati tuba Falopii

saat menstruasi. Transplantasi jaringan ini tumbuh diluar uterus.

8
Menurut Sumilat (2009, kom. pribadi), penyebab dari penyakit ini belum

diketahui secara pasti, para ahli mengatakan bahwa banyak faktor yang

menyebabkan penyakit endometriosis, dapat berasal dari aliran menstruasi

mundur dan implantasi, metaplasia, predisposisi genetik, dan pengaruh

lingkungan. Orgasme saat menstruasi dapat menimbulkan aliran menstruasi

mundur dan endometriosis dapat menurun ke wanita yang ibu atau saudara

perempuan menderita endometriosis karena terjadi penurunan imunitas pada

penderita endometriosis, hal ini sesuai teori predisposisi genetik yang

dikemukakan oleh Dmoski tahun 1995.

Sumilat (2009, kom. pribadi) juga berpendapat bahwa gangguan sistem

imun juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, menurut penelitian J.A.

Hill tahun 1988 mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem peluruhan darah

haid oleh makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis

(Simatupang, 2003). Sumilat (2009, kom. pribadi) berpendapat bahwa penurunan

sistem imun ini yang kemudian diturunkan ke generasi berikutnya. Sehingga

keturunan selanjutnya memiliki resiko terkena endometriosis lebih besar.

G. Senyawa kimia yang dapat menimbulkan endometriosis

Menurut Sumilat (2009, kom. pribadi), penyebab penyakit ini berasal dari

pengaruh lingkungan, hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup maupun

terpengaruh dari paparan polutan. Ruhendra (1997) dan Tangri (2003)

menyebutkan bahwa ada beberapa senyawa kimia yang dapat menyebabkan

endometriosis, namun sampai saat ini masih diadakan penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh senyawa tersebut terhadap tubuh khususnya terhadap kista

endometriosis. Jenis-jenis senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Senyawa yang dapat menyebabkan endometriosis

9
Senyawa terkandung Sumber zat

Dioksin Insinerator, pembakaran bahan plastik,


dan pembuatan produk kertas
Klorin Proses pemutih kertas
Kolesterol Makanan cepat saji dan daging ham
Kafein Teh, kopi, dan cokelat

Dioksin adalah produk sampingan hasil berbagai proses kimia, misalnya

dari proses insinerator sampah (terutama plastik), pengilangan logam,

pembakaran bensin yang mengandung timbal dalam otomobil, pembuatan

produk-produk kertas, pembuatan herbisida, dan pembakaran sampah organik

yang mengandung klorin (Ruhendra, 1999).

Dioksin yang terbentuk selama pembakaran sampah, masuk ke udara

bersama abu, kemudian mengendap pada tanaman pangan, kemudian dikonsumsi

oleh ternak dan terakumulasi pada sel lemak dan muncul pada daging dan susu

yang akhirnya dikonsumsi manusia (Tangri, 2003).

Dioksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara luas, termasuk

gangguan kulit, sistem reproduksi, hormonal, sistem kekebalan, diabetes, kanker,

dan pertumbuhan (Ruhendra, 1999).

Sumber klorin dapat berasal dari proses industri yang menggunakan

klorin sebagai pemutihan kertas dari hasil daur ulang kertas. Dampak klorin

terhadap tubuh manusia sama dengan dioksin karena klorin merupakan hasil

samping dari pembentukan dioksin (Ruhendra, 1999).

Penelitian Rier et al (1993), menyebutkan faktor lingkungan juga

memberikan pengaruh pada perkembangan endometriosis, khususnya

berhubungan dengan zat toksik yang mempunyai efek pada hormon reproduksi

dan respon pada sistem imun. Pada percobaan ini 79% dari kera-kera yang

terpapar dioksin menyebabkan endometriosis pada tubuhnya (Simatupang, 2003).

10
Dioksin diduga sebagai penyebab endometriosis. Dugaan ini dirumuskan

pada tahun 1994 berdasar hasil observasi langsung terhadap kasus peningkatan

penyakit endometriosis pada primata yang dipapar dengan dioksin. Total radiasi

pada tubuh berhubungan dengan meningkatnya prevalensi endometriosis pada

primata. Pada manusia, bukti-bukti penelitian mengenai pengaruh dioksin masih

kurang. Peristiwa polusi yang terjadi di Seveso, Italia, ditemukan prevalensi

endometriosis tidak meningkat. Juga pada bayi yang masih menyusui yang

kemungkinan terpapar dioksin lewat air susu ibu, prevalensi endometriosis saat

berumur dewasa rendah (Redwine, 2004).

Daging ham dan makanan cepat saji mengandung kolesterol.

Mengkonsumsi daging ham dan makanan cepat saji dapat berdampak pada

jaringan endometrium di uterus dan di luar uterus dan dapat menimbulkan nyeri

saat menstruasi. Hal ini dikarenakan sel stroma pada uterus menghasilkan

estradiol yang diperoleh dari kolesterol yang selanjutnya menghasilkan estrogen

yang berpengaruh terhadap jaringan endometrium (Bulun, 2009).

Menurut David (1993) dan Bulun (2009), kafein dan kolesterol tidak

dapat dijadikan sebagai penyebab endometriosis karena kafein dan kolesterol

mempengaruhi peningkatan kadar estrogen, hal ini hanya memperparah kista

endometriosis karena jaringan endometrium yang ada di uterus maupun yang di

luar uterus mengalami penebalan sehingga menekan ke tempat perlekatannya.

Saat kadar estrogen menurun sel-sel ini tidak dapat keluar sehingga

menyebabkan nyeri dan perlekatan di tempat yang sama sehingga menimbulkan

lesi atau kista keriput dan berwarna cokelat atau biru kehitaman yang

menandakan pendarahan yang tidak dapat keluar. Pembentukan ini disebut

pseudokist (Smeltzer, 2001).

H. Gejala endometriosis

11
Menurut American Fertility Society (2007a), gejala endometriosis dapat

berupa :

Nyeri haid

Banyak wanita mengalami nyeri pada saat haid normal. Bila nyeri dirasakan

berat maka disebut dysmenorrhea dan mungkin menjadi penyebab

endometriosis atau tipe lain dalam patologi pelvik seperti uteri fibroid atau

adenomiosis. Nyeri berat juga dapat menyebabkan mual-mual, muntah, dan

diare. Dysmenorrhea primer terjadi pada saat awal terjadinya menstruasi,

kemudian cenderung meningkat selama masa reproduktif atau setelah masa

reproduktif. Dysmenorrhea sekunder terjadi setelah kehidupan selanjutnya

dan mungkin akan terus meningkat dengan umur. Ini mungkin menjadi sebuah

tanda peringatan dari endometriosis, walaupun beberapa wanita dengan

endometriosis tidak merasa nyeri.

Nyeri saat berhubungan

Endometriosis dapat menyebabkan rasa nyeri selama dan setelah

berhubungan, kondisi ini diketahui sebagai dyspareunia. Penetrasi dalam

dapat menghasilkan rasa nyeri di batasan ovarium dengan jaringan otot di

bagian atas vagina. Rasa nyeri juga disebabkan adanya nodul lunak

endometriosis di belakang uterus atau pada ligamen latum, yang berhubungan

dengan serviks.

I. Gambaran kista endometriosis

Penampakan kasar endometriosis dapat berupa suatu penebalan atau kista

yang berisi darah baru, merah atau biru hitam. Semakin lama lesi-lesi tersebut

berubah menjadi rata dan berwarna coklat tua. Struktur kista besar bisa tetap

berisi darah tua dan disebut kista cokelat. Lesi-lesi yang sudah lama bisa tampak

pucat, tersebar, dan mengerutkan jaringan setempat. Ukuran lesi bervariasi dari

12
kecil kurang dari 1 mm sampai dengan kista besar berukuran lebih dari 10 cm

(Rayburn, 2001). (Gambar 7 dan Gambar 8.)

Gambar 7. Kista cokelat pada ovarium


(http://img.webmd.com/medscape/netbeacon.html)

Gambar 8. Lesi merah pada berbagai organ


(http://img.webmd.com/medscape/netbeacon.html)

13
J. Klasifikasi endometriosis

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari

endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,

keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini

didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan

derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15

adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40

adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).

Tabel 2. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS

Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm

Peritoneum Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Ovarium Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Sumber: American Fertility Society, 2007a.

Skema klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit endometriosis menurut

American Fertility Society (2007a) dapat dilihat pada gambar dibawah.

14
Gambar 9. Skema klasifikasi stage 1 sampai stage 3. (American
Fertility Society, 2007a)

Gambar 10. Skema klasifikasi stage 3 sampai stage 4. (American


Fertility Society, 2007a)

K. Diagnosa

Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara-

cara yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis adalah dengan melakukan

pemeriksaan laparoskopi untuk melihat lesi (Rayburn, 2001). Diagnosa

laparoskopi dilakukan setiap hari dari siklus menstruasi dengan pasien dibawah

pengaruh anestesia (obat bius). Diagnostik endometriosis dibutuhkan untuk

melihat keberadaan dari satu atau lebih lesi kebiru-biruan atau hitam. Stadium

endometriosis menurut revisi klasifikasi dari American Fertility Society (R-

AFS). Implantasi endometriosis pada peritoneum atau ovarium nilainya

ditentukan dari diameter dan kedalaman, yang mana nilai perlekatan digunakan

dalam lampiran catatan kepadatan dan derajat. Total R-AFS nilai (implan dan

perlekatan) berurutan dari 1-5, 6-15, 16-40, dan 41-150 dapat disamakan dari

minimal (stadium I), ringan (stadium II), sedang (stadium III), dan berat (stadium

IV) endometriosis (Marcoux, 1997) (Tabel 2 dan Gambar 9).

Pendapat klinik saat ini bahwa prosedur pembedahan seperti laparoskopi

dibutuhkan untuk menentukan diagnosa endometriosis. Laparoskopi dilakukan

15
untuk melihat keberadaan endometriosis. Pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan

badan dapat menemukan nyeri pelvik kronik dan dysmenorrheal, pemunduran

uterus, penebalan ligamen uterosakral tidak sama sekali terdiagnostik. Proses

diagnostik lain (American Fertility Society, 2007b).

Gambar 11. Gambar laparoskopi organ reproduksi internal wanita


(http://www.asrm.org/endometriosis/laparoscopy.pdf)

Gambar 12. Diagnosa laparoskopi


(http://www.asrm.org/endometriosis/laparoscopy.pdf)

Dokter mungkin akan memutuskan untuk mengobati endometriosis

selama laparoskopi. Dilakukan pembedahan kecil tambahan untuk memasukan

alat bedah. Endometriosis mungkin jadi menggumpal, menguap, terbakar atau

dipotong, dan jaringan otot atau kista ovarium mungkin dikeluarkan. Selama

laparoskopi, dokter memutuskan membuka dan memasukan alat tersebut lewat

16
tuba Falopii untuk melihat serviks di dalam uterus (American Fertility Society,

2007b).

Proses diagnosa lain dilakukan pada kasus yang lebih khusus, dokter

mungkin akan menggunakan teknik pengambilan gambar yang khusus seperti

ultrasound, Computerized Tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance

Imaging (MRI) untuk menambah informasi tentang pelvis. Prosedur ini dapat

mengidentifikasi kista dan mengetahui karekteristik cairan dengan kista ovarium,

kista endometrioma dan kista korpus luteum mungkin serupa kelihatannya. Uji

ini digunakan bila menilai seorang wanita infertil atau nyeri pelvis kronis.

(American Fertility Society, 2007b).

L. Dampak yang ditimbulkan

Fakta-fakta menunjukan adanya hubungan antara endometriosis dengan

infertilitas. Endometriosis ditemukan 50% pada wanita infertil. Pasien infertil

dengan endometriosis ringan tanpa perawatan dapat hamil dengan rata-rata 2%

sampai 4,5% perbulan, dibandingkan pada normal fertilitas dari 15% sampai

20% perbulannya. Pasien infertil dengan endometriosis sedang dan berat

memiliki rata-rata kehamilan tiap bulannya kurang dari 2%. Endometriosis

berhubungan dengan infertilitas, tidak semua wanita yang memiliki

endometriosis adalah infertil. Sebagai contoh banyak wanita menjalani sterilisasi

tuba tercatat mengalami endometriosis. Penyebab dan efek endometriosis

diperkirakan berhubungan antara berkurangnya fertilitas namun tidak terbukti.

Ini diperkirakan bahwa endometriosis merubah secara tidak langsung keadaan

rongga pinggang dengan menimbulkan perlekatan pada organ-organ rongga

pelvik sehingga mengganggu fungsi dari organ tersebut. Teori mencakup

inflamasi, perubahan sistem imun, perubahan hormon, ganguan fungsi tuba

Falopii, fertilitas dan implantasi. Itu lebih mudah untuk dipahami bagaimana

17
endometriosis sedang dan berat dapat mengurangi fertilitas, karena sebagian

besar perlekatan di rongga pinggang menyebabkan tidak terjadinya ovulasi,

menghalangi sperma masuk ke tuba Falopii, dan menghalangi kemampuan tuba

Falopii menangkap ovum selama ovulasi (American Fertility Society, 2007a).

Tabel 3. Jenis ganguan sistem yang disebabkan oleh endometriosis

No Sistem Jenis Gangguan


1 Fungsi Koitus Dyspareunia (menurunkan frekuensi sanggama)
Inaktivasi sperma
2 Fungsi Sperma
Fagositosis sperma dengan makrofag
Fungsi Tuba Kerusakan fimbriae
3
Falopii Penurunan motilitas tuba akibat prostaglandin
Anovulasi
4 Fungsi Ovarium
Pelepasan gonadotropin yang terganggu
Sumber: Widjanarko, 2009.

Endometriosis dapat menyebabkan gangguan pada fungsi sistem organ

reproduksi yaitu fungsi koitus, sperma, tuba Falopii, ovarium. Pada fungsi koitus

menyebabkan rasa nyeri saat senggama (dyspareunia) sehingga mengurangi

frekuensi senggama. Pada fungsi sperma, endometriosis akan menghambat

sperma dengan antibodi tertentu. Hal ini didasari dari hasil penelitian dimana

terhadap antibodi yang memiliki efek menghambat gerakan sperma sehingga

berakibat terjadinya infertilitas (Rusdi, 2009). Pada penderita endometriosis

dibandingkan wanita normal, makrofag teraktifasi oleh adanya kista, hal ini

menyebabkan makrofag pada penderita infertil dengan endometriosis membunuh

lebih banyak sperma. Jika makrofag ini memasuki sistem reproduksi melalui

tuba, maka akan terbentuk antibodi terhadap sperma yang akhirnya mematikan

sperma sehingga terjadi infertilitas (Abdullah, 2009).

Endometriosis pada tuba Falopii akan menyebabkan kerusakan pada

fimbriae sehingga tidak dapat menangkap sel telur yang dilepaskan oleh ovarium.

Endometriosis juga menyebabkan penurunan silia pada tuba Falopii sehingga sel

telur tidak dapat turun ke uterus. Pada fungsi ovarium terjadi anovulasi sehingga

18
folikel yang telah matang langsung membentuk korpus luteum tanpa melepaskan

sel telur. Hal ini juga berpengaruh terhadap hormon gonadotropin dan

mengakibatkan terganggunya siklua ovarium selanjutnya. Menurut Abdullah

(2009) perlengketan tuba yang luas akan menghambat motilitas dan kemampuan

fimbre untuk menangkap sel telur. Sedangkan berkurangnya motilitas tuba dan

transportasi ovum mungkin disebabkan oleh sekresi prostaglandin oleh jaringan

endometritik.

Endometriosis berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologis alat

reproduksi yang dapat menghambat terjadinya kehamilan. Derajat keterlibatan

organ-organ pelvik merupakan faktor utama dalam menentukan kemampuan

reproduksi penderita. Di bawah ini beberapa fenomena yang mungkin

mengurangi kemampuan reproduksi pada penderita endometriosis sesuai dengan

letak jaringan endometriotik berimplantasi (Abdullah, 2009):

Endometriosis pada serviks: Kekakuan dan penyempitan serviks, akibat

endometriosis akan mengurangi laju pergerakan sperma sehingga mengurangi

fertilitas.

Endometriosis pada Cavum Douglas: Melibatkan ligamentum sakrouterina

dan bagian posterior uterus akan menyebabkan dispareni, sehingga

mengurangi frekuensi koitus.

Endometriosis pada ovarium: akan menyebabkan destruksi kortikal dan pada

gilirannya menyebabkan oligo atau anovulasi, sehingga menghambat proses

reproduksi.

Endometriosis tuba Falopii: Perlengketan tuba Falopii yang luas akan

menghambat motilitas dan kemampuan fimbriae untuk menangkap sel telur.

M. Pemeriksaan penunjang

19
1. Pemeriksaan histologi (jaringan sel) yang memperlihatkan kelenjar
endometrium dan stroma. Pemeriksaan ini didapatkan dari biopsi
endometrium.
2. Ultrasonorafi pelvis (panggul)
3. Pemeriksaan laboratorium, kadar dari antigen kanker 125 (CA-125) dan
antigen kanker 19-9 meningkat pada endometriosis. CA-125 juga meningkat
pada penyakit radang panggul sehingga memiliki spesifitas yang kurang
untuk mendiagnosis endometriosis. (Sumber buku:
Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk
kebidanan dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

N. Terapi

Terapi endometriosis tergantung pada keparahan penyakit dan kebutuhan


pasien. Terapi dengan obat maupun operasi dapat dilakukan. Pilihan terapi dapat
mempertimbangkan penghentian masalah kesuburan, mengurangi nyeri hebat dan
mempertahankan kesuburan atau manajemen penanganan terapi nyeri sendiri.

1. Terapi obat, terapi menggunakan obat dengan mekanisme kerja menekan


pengeluaran hormon estrogen menggunakan GnRH antagonis, pil
kontrasepsi,progestin,danazol, antiprogesteron dan obat pereda nyeri
Terapi operasi, dipertimbangkan pada wanita infertil (tidak subur) atau pada

wanita nyerinya tidak berkurang dengan obat-obatan. Tindakan operasi yang

dilakukan adalah histerektomi total (pengangkatan rahim secara keseluruhan)

atau operasi konservatif yang tetap mempertahankan rahim. (Sumber buku:

Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk

kebidanan dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

O. Penanganan

Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi

medik dan terapi pembedahan.

20
a. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan

kesuburannya atau yang gejala ringan (Rayburn, 2001). Jenis-jenis terapi

medik seperti terlampir pada Tabel. 3 dibawah ini (Widjanarko, 2009):

Tabel 4. Jenis-jenis terapi medik endometriosis

Jenis Kandungan Fungsi Mekanisme Dosis Efek


samping
Progestin Progesteron Menciptakan Menurunkan Medroxyprogest Depresi,
kehamilan kadar FSH, LH, eron acetate: 10 peningkatan
palsu dan estrogen 30 mg/hari; berat badan
Depo-Provera
150 mg setiap 3
bulan
Danazol Androgen Menciptakan Mencegah 800 mg/hari Jerawat,
lemah menopause keluarnya FSH, selama 6 bulan berat badan
palsu LH, dan meningkat,
pertumbuhan perubahan
endometrium suara
GnRH Analog Menciptakan Menekan sekresi Leuprolide 3.75 Penurunan
agonis GnRH menopause hormon GnRH mg / bulan; densitas
palsu dan Nafareline 200 tulang, rasa
endometrium mg 2 kali sehari; kering
Goserelin 3.75 mulut,
mg / bulan gangguan
emosi

b. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat

kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar

laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan

kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).

Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat

dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain meliputi

pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis

sebaik mungkin (Widjanarko, 2009).

Penanganan endometriosis menurut Sumilat (2009, kom. pribadi) dapat

dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat KB

atau dengan terapi pembedahan menggunakan laparoskopi operatif yaitu

pembakaran kista endometriosis dengan menggunakan laser.

21
Tabel 5. Keuntungan dan kerugian terapi medik dan terapi
pembedahan

Jenis terapi Keuntungan Kerugian


Terapi medik 1. Biaya lebih murah 1. Sering ditemukan efek
2. Terapi empiris (dapat di samping
modifikasi dengan mudah) 2. Tidak memperbaiki fertilitas
3. Efektif untuk 3. Beberapa obat hanya dapat
menghilangkan rasa nyeri digunakan untuk waktu
singkat

Terapi 1. Efektif untuk 1. Biaya mahal


pembedahan menghilangkan rasa nyeri 2. Resiko medis penetapan
2. Lebih efisien dibandingkan kurang baik dan penaksiran
terapi medis kurang baik sekitar 3%
3. Melalui biopsi dapat 3. Efisiensi diragukan, efek
ditegakkan diagnosa pasti menghilangkan rasa nyeri
temporer

Sumber: Widjanarko, 2009

22
BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

A. Definisi Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri
dari tujuh langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari
pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi. Kutujuh langkah
tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua
situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-
langkah tertentu dan bisa berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien
dengan endometriosis.

B. Langkah-Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengumpulan data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif berupa data fokus yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai kondisinya menggunakan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Jenis data yang dikumpulkan :

a. Data subyektif
1) Biodata ibu dan suami
a) Nama ibu
Untuk mengetahui siapa yang akan kita beri asuhan dan lebih mudah
untuk berkomunikasi.

b) Nama suami
Untuk mengetahui siapa penanggung jawab saat pemberiaan asuhan

c) Umur ibu
Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
endometriosis. Umumnya endometriosis terdapat kurang lebih 15%
pada wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami
infertilitas.
(Rayburn, F. William.2001)
d) Agama ibu dan suami

23
Untuk mengetahui apakah ada kepercayaan dalam agamanya
sehubungan dengan endometriosis.

e) Suku bangsa ibu


Untuk mengetahui dari mana asal ibu berkaitan dengan bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi dan kebiasaan-kebiasaan yang
dianut.

f) Pendidikan ibu dan suami


Untuk mengetahui tingkat pengetahuaan ibu dan suami sehingga
memudahkan dalam pemberiaan informasi dan konseling.

g) Pekerjaan ibu dan suami


Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan oleh ibu dan
suami dan pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga sehingga
memudahkan dalam penanganan endometriosis yang sesuai dengan
keadaan ekonomi keluarga ibu.

h) Alamat ibu dan suami


Untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan suami serta lingkungan
disekitar tempat tinggal ibu.

i) No tlp/hp ibu dan suami


Untuk memudahkan berkomunikasi sewaktu-waktu bila ada masalah.

j) Golongan darah
Untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu masalah
yang memerlukan donor.

2) Alasan datang
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan, sejak kapan
dirasakan,dibagian mana dirasakan, dan apa upaya ibu untuk
mengatasinya. Dimana dari data tersebut dapat menunjang diangnosa
endometriosis.
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul,
terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus
abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam
masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan
bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita

24
endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara
hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu
haid yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak
diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya denan
vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid.

Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika


lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri
abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang
berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)

b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena
adanya endometriosis di kavum douglasi.

c. Nyeri pada saat defekasi

Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan
oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium


demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak
teratur terdapat pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin
mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam
jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering
dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek Llewellyn.2

e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40%
wanita dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting
yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila
mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di

25
sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan
vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-
benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas
dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi
retrofleksi dan terfiksasi.

( Sarwono.2007)

3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan pasien menarche, apakah siklus menstruasi ibu
teratur atau tidak, mengetahui lama haid dan banyaknya pengeluaran
darah saat haid, serta apakah ibu pernah mengalami dismenorhea atau
tidak.

Haid merupakann peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.


Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah
yang keluar sewaktu haid, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan
menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih
normal. Kalau haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu pula
ditanyakan tanggal haid sebelum itu. Dengan cara demikian akan
diketahui apakah haid penderita terlambat atau mengalami amenore. Pada
penderita endometriosis biasanya terjadi menstruasi yang banyak, serta
adanya nyeri saat haid yang dirasakan makinlama makin kuat.

4) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama perkawinan, umur ibu
saat menikah serta apakah ibu sudah mempunyai anak atau belum. Karena
pada penderita endometriosis umumnya terjadi pada wanita yang infertil.

5) Riwayat obstetri terdahulu


Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, umur kahamilan saat lahir,
apakah ada penyulit saat hamil, tempat bersalin, penolong persalinan,
berat badan bayi saat lahir jenis kelamin anak, jenis persalinan, apakah
ada penyulit saat nifas, keadaan anak sekarang serta umur anak sekarang.

6) Riwayat ginekology
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang mengalami masalah
dengan organ reproduksinya serta sejak kapan masalah dirasakan. Riwayat
penyakit / kelainan gynecology serta pengobatannya dapat memberikan

26
keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila
penderita pernah diperiksa oleh dokter lain tanyakan juga hasil-hasil
pemeriksaan dan pendapat dokter itu. Tidak jarang wanita Indonesia
pernah memeriksakan dirinya di luar negeri dan membawa pulang
hasilnya. (Wiknjosastro,2005)

7) Riwayat penyakit ibu


Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, apakah ibu
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan
alat reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu
terjadinyaendometriosis serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan
terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker,
tumor PMS dll.

Dalam hal ini perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita


penyakit berat, penyakit TBC, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit
darah, DM, dan penyakkit jiwa. Riwayat operasi nonginekologik perlu
juga diperhatikan, misalnya strumektomi, mammektomi, apendektomi,
dan lain-lain. (Wiknjosastro,2005)

8) Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah pernah menderita tumor
alat kandungan/tidak ataupun tumor di luar alat kandungan.

9). Hubungan Seksual


Pada penderita endometriosis perlu dikaji tentang hubungan seksual,
karena biasanya penderita endometriosis mengalami nyeri pada saat
berhubungan seksual (disparenia).
10). Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

a) Biologis
(1) Bernafas
Untuk mengetahui apakah ibu ada keluhan saat bernafas atau tidak.

(2) Pola nutrisi

Untuk mengetahui status gizi ibu dan riwayat nutrisinya, pola


nutrisi, jenis dan porsi makan ibu.

27
(3) Eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola
BAK maupun BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami
defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid
disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid.

(4) Istirahat dan tidur


Untuk mengetahui adakah gangguan pada pola tidur dan istirahat
akibat keluhan yang dialami..

(5) Aktifitas sehari-hari


Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, apakah ada keluhan
saat beraktivitas. Pada penderita endometriosis umumnya akan
mengalami kesulitan untuk beraktifitas karena rasa nyeri yang
dirasakan.

(6) Personal hygiene


Untuk mengetahui bagaimana personal hygiene ibu apakah sudah
menerapkan hygiene yang benar atau belum. Infeksi dan jamur di
dalam rahim juga bisa menjadi perangsang pertumbuhan
endometriosis.

b. Psikologi

Untuk mengkaji psikologis klien sehubungan dengan keluhan yang


dirasakan.bagaimana perasaan ibu setelah mengetahui keadaannya
setelah diperiksa, dan bagaimana penerimaan pasien terhadap penyakit
yang dideritanya saat ini. Karena psikologis ibu juga akan berpengaruh
terhadap proses pengobatan nantinya, sehingga psikologis ibu perlu
dikaji.

c. Sosial

Untuk mengetahui interaksi ibu dengan masyarakat di lingkungan


yang dirasakan pandangan masyarakat terhadap kondisi ibu dan ada
tidaknya kebiasaan yang merugikan kesehatan, serta mengetahui
bagaimana pengambilan keputusan dalam keluarga.

28
d. Spiritual

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu dalam mendekatkan diri


kepada tuhan serta kepercayaan yang dianut yang berkaitan dengan
kesehatan. Dimana dengan rajinnya ibu sembahyang dan mendekatkan
diri kepada Tuhan, maka akan dapat menenangkan perasaan ibu.

9) Pengetahuan
Untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berkaitan
dengan keluhan yang dirasakan, penyebab ibu mengalami keluhan
yang dirasakan, serta pengetahuan ibu tentang cara mengatasi
keluhanya.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang


dirasakan ibu, mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum.

b.TTV

Untuk mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi


sehubungan dengan keluhan yang dirasakan ibu.

2) Pemeriksaan sistematis dan ginekologi

a) Kepala dan leher

Kepala : Untuk mengetahui bagaimana kebersihan dan struktur rambut

Muka : Untuk mengamati pada muka apakah ada oedema / pucat

Mata : Untuk mengetahui bagaimana warna konjungtiva

Mulut : Untuk mrngetahui bagaimana keadaan muulut apakah


lembab/kering, kemerahan/pucat

29
Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran vena
jugularis

b) Payudara

Pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita


terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin

c) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa
dan pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke
diagnosa penyakit organ reproduksi lainnya.

Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita gynekologi, tidak


boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita. Penderita
harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat
massa pada perut dan ada nyeri tekan.

(Sarwono.2007)

d).Anogenital

Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan


oedema, serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda
infeksi. Pada endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal
perdarahan yang dialami oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk
melihat apakah ada tanda-tanda endometriosis pada vagina.

(Sarwono.2007)
e) Ekstermitas atas bawah

Untuk mengetahui apakah ada oedema, sianosis, pada kaki dan tangan,
serta keadaan kuku apakah kemerahan ataukah pucat.

3) Pemeriksaan penunjang

a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan
diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga
abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak

30
pulau-pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya
berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis
banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek
mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam,
ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan
terhadap pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan
pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium,
maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan
echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.

2. Interpretasi data dasar, masalah dan kebutuhan


Untuk merumuskan diagnosa berdasarkan dari pengumpulan data yang diperoleh
dari klien langsung atau dari keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Selain itu bertujuan untuk menentukan masalah yang dihadapi klien
serta segala sesuatu yang dibutuhkan klien tanpa klien sadari atau klien butuhkan.

Di sini kita menentukan diagnosa aktual, masalah, dan kebutuhan.

a. Jika dari hasil pemeriksaan, endometriosi belum dapat ditentukan secara pasti
:
Diagnosa actual : Wanita umur ..th dengan (gejala: keluhan nyeri
panggul, terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia,
perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika
kencing atau pada rectum dalam masa haid.) (mungkin
endometriosis)

Masalah : cemas, nyeri abdomen, gangguan pola BAB/BAK,gangguan


saat berhubungan seksual dan gangguan menstruasi..

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, dukungan psikologis, darah (donor darah),


informasi tentang penyakit yang diderita dan kemungkinan
jenis-jenis tindakan yang akan dilakukan.

31
b. Jika dari hasil pemeriksaan, endometriosis sudah dapat dipastikan :
Diagnosa actual : wanita umur ..th dengan . (gejala: keluhan nyeri
panggul, terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia,
perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah
ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid). (
endometriosis)

Masalah : cemas, nyeri abdomen, gangguan pola


BAB/BAK,gangguan saat berhubungan seksual dan
gangguan menstruasi.

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, dukungan psikologis, donor (calon donor),


informasi tentang penyakit yang diderita dan
kemungkinan jenis-jenis tindakan yang akan dilakukan.

3. Antisipasi masalah potensial

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kondisi yang lebih parah dari


perumusan diagnosa aktual apabila tidak dilakukan intervensi yang jelas. Pada
endometriosis, diagnosa/masalah potensial yang dapat ditegakkan adalah: anemia
ringan, karena pada endometriosis biasanya terjadi menstruasi yang banyak.

4. Identifikasi akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan rujukan


Mengidentifikasi berdasarkan diagnosa apakah kondisi klien memerlukan
tindakan segera, konsultasi, kolaborasi maupun rujukan. Tindakan segera yang
diperlukan biasanya seperti pemberian tablet besi untuk mencegah anemia. Selain
itu kolaborasi dan rujukan ke rumah sakit diperlukan guna membantu dalam
pengambilan keputusan yang terbaik untuk ibu, dimana dalam rujukan ini
bertujuan agar ibu melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk
memastikan penyakit yang diderita pasien,sehingga dapat dilakukan pengobatan
secara dini sesuai dengan penyakit yang diderita. Apabila kasus ditemukan BPS,
Puskesmas, Pustu dan sarana pelayanan kesehatan lain yang tidak memiliki
fasilitas yang memadai harus dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai
yaitu rumah sakit.

32
5. Perencanaan

Untuk mengetahui apa saja yang harus direncanakan berdasarkan diagnosa


masalah dan kebutuhan klien.

Pada endometriosis perencanaan yang bisa dibuat antara lain :

a. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu dan pendamping


Rasionalisasi : ibu dan suami harus tahu hasil dari pemeriksaan yang
dilakukan karena hasil pemeriksaan meliputi keadaan ibu yang akan
memberikan ketenangan dan rasa nyaman yang nantinya akan mempengaruhi
psikologis ibu dan merupakan salah satu hak klien yang harus dipenuhi.

b. Beri KIE tentang penyebab keluhan yang dialami dan kemungkinan tindakan
yang akan dilakukan untuk menangani keluhan.
Rasionalisasi : Dengan KIE ibu dapat mengetahui penyebab keluhan yang
dialami dan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan guna menangani
keluhan ibu sehingga ibu dan keluarga dapat mempersiapkan diri dan segala
sesuatu yang mungkin diperlukan untuk membantu menangani keluhan ibu.

c. Beri suplemen zat besi


Rasionalisasi : Suplemen zat besi dapat mencegah terjadi anemia, karena pada
kasus endometrium terjadi menstruasi yang banyak. Sehingga penderita dapat
diberi zat besi agar tidak terjadi anemia.

d. Beri analgetik
Rasionalisasi : obat analgetik dapat membantu meringankan intensitas nyeri
yang terjadi pada kasus endometriosis yang memang disertai dengan rasa
nyeri. Rasa nyeri yang terlampau kuat dapat menyebabkan syok neurogenik.
Dengan pemberian analgetik diharapkan dapat meringankan intensitas nyeri
sehingga syok dapat dicegah.

e. Berikan dukungan moral/support mental kepada ibu dan libatkan pendamping.


Rasionalisasi : Diperlukan support mental untuk membantu ibu dalam
menghadapi penyakit yang diderita serta diperlukan pula peran pendamping.

33
f. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
Rasionalisasi : Apabila kasus ditemukan bidan di rumah sakit tempat ia
bertugas bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk dapat mengambil keputusan yang benar-benar tepat bagi klien.

g. Lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai


Rasionalisasi : Apabila kasus ditemukan di BPS, Puskesmas maupun
Puskesmas Pembantu penanganan lebih lanjut dari endometriosis ini akan
didapatkan di fasilitas yang lebih memadai seperti di rumah sakit. Dimana di
RS pasien akan melakukan pemeriksaan diagnostik untuk memastikan
penyakit yang diderita pasien, sehingga pengobatan yang diberikan sesuai
dengan penyakit pasien.

h. Anjurkan dan motivasi ibu untuk beristirahat yang cukup dan memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
Rasionalisasi : Ibu dengan endometriosis kemungkinan mengalami anemia,
sehingga memerlukan istirahat dan nutrisi yang cukup untuk membantu
penyembuhan dan pemulihan kesehatan ibu dan mencegah ibu mengalami
kondisi yang lebih buruk.

7. Pelaksanaan
Untuk melaksanakan perumusan perencanaan yang telah dibuat mengacu pada
diagnosa, masalah dan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi klien saat diberikan
asuhan. Pada pelaksanaan, rencana asuhan dilakukan secara komprehensif, bisa
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi dapat dilakukan oleh pasien.

8. Evaluasi
Untuk mengetahui hasil dari asuhan yang telah diberikan kepada klien yang
mengacu pada pemecahan masalah dan perbaiki kondisi ibu, evaluasi disesuaikan
dengan pelaksanaan yang dilaksanakan. Dari evaluasi, dapat dilihat apakah
asuhan yang diberikan memecahkan masalah secara keseluruhan, sebagian, atau
bahkan masalah belum teratasi sama sekali. Sehingga perlu merumuskan kembali
rencana tindakan asuhan kebidanan yang lainnya agar masalah dapat diatasi.

34
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil studi pustaka dan diskusi dengan ahli disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi

kemungkinan dapat disebabkan oleh aliran menstruasi mundur, predisposisi

genetik, metaplasia, maupun pengaruh dari pencemaran lingkungan

2. Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh penderita yaitu antara lain

berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan nyeri saat berhubungan (dyspareunia)

3. Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik seperti

pemberian progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan

terapi pembedahan dilakukan dengan laparoskopi melalui pelepasan

perlekatan, merusak jaringan endometriotik, rekonstruksi anatomis sebaik

mungkin, mengangkat kista, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser

atau elektrokauter.

B. Saran

1. Perlu di informasikan tentang pencegahan dan penanganan penyakit

endometriosis pada remaja.

2. Perlu diadakan penyuluhan tentang bahaya penyakit endometriosis kepada

masyarakat luas agar dapat diantisipasi dengan baik dan dapat mencegah

meningkatnya jumlah penderita.

35
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Taufan,dr.2012.OBSYGYN:Obstetri dan Ginekologi_untuk kebidanan


dan keperatawan_.Yogyakarta.Nuha medika.)

https://www.scribd.com/doc/58150761/Makalah-endometriosis

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=
rja&uact=8&ved=0ahUKEwiWmpiYr9PWAhWKq48KHZhGCacQFgg0MAI&
url=https%3A%2F%2Freionnote.files.wordpress.com%2F2014%2F08%2Flapo
ran-pendahuluan-endometriosis.doc&usg=AOvVaw3aH825TBiBPxht1w9kXLsv

Abdullah, N. 2009. Endometriosis dan Infertilitas. Jurnal Medika Nusantara,


vol.25 No.2:1-7. 2004. (http://med.unhas.ac.id /index.php?option =com_
content&task=category&sectionid=12&id=101&Itemid=48/1index.php, diakses
pada tanggal 30 Desember 2009). 7 hal.

American Fertility Society. 2007a. Booklet Endometriosis A Guide for Patients.


American Society For Reproductive Medicine. Alabama.
(http://www.asrm.org/Patients /Booklet/Endometriosis.pdf diakses pada tanggal
28 Januari 2010). 16 hal.

American Fertility Society. 2007b. Booklet Laparoscopy And Hysteroscopy A


Guide for Patients. American Society For Reproductive Medicine. Alabama.
(http://www.asrm.org/Patients/Booklet/Laparoscopy.pdf diakses pada tanggal
28 Januari 2010). 12 hal.

Bulun, S. E. 2009. Endometriosis. The New England Journal of Medicine. Vol.360


No.3: 268-279. (http://content.nejm.org/cgi/content/ full/360/3/268, diakses
pada tanggal 30 Desember 2009). 11 hal.

Campbell, Neil A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid
3. Penerbit Erlangga. Jakarta.

David, L. O., and L. B. Schwartz. 1993. Endometriosis. The New England Journ. of
Medicine. Vol.328 No.24: 1759-1769. (http://content.nejm.org/cgi/
content/full/328/24/1759, diakses pada tanggal 30 Desember 2009). 10 hal.

Eisenberg, E. 2009. Endometriosis Frequently Asked Questions. Office on


Women's Health in the Department of Health and Human Services. USA.
(http://www.womenshealth.gov, diakses pada tanggal 05 Januari 2010). 6 hal.

Guyton, A. C. dan Jhon E. H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
EGC Medical Publisher. Jakarta. Hal 1065-1078.

36
Jacoeb, T.Z. 2007. Dicari Formula Pengobatan Endometriosis yang Tepat.
(http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/magdetail.asp?mid=42/one_news.asp.
htm) diakses pada tanggal 10 januari 2010.

Marcoux, S., R. Maheux., S. Berube. 1997. Laparoscopic Surgery In Infertile


Women With Minimal Or Mild Endometriosis. The New England Journal of
Medicine. Vol.337 No.4 :217-222. (http://content.nejm.org
/cgi/content/full/337/4/217, diakses pada tanggal 31 Desember 2009). 5 hal.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. Hal 316-326.

Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC Medical Publisher. Jakarta. Hal 1277-1289.

Purves et al. 2007. Life: The Science of Biology 4th Edition. Sinauer Associates.
(http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/Biobk/Biobookreprod.html,
diakses pada tanggal 20 Desember 2007).

Rayburn, W. F., Christopher C. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika.


Jakarta. Hal 278-282.

Redwine, D. 2009. Endometriosis Advances and Controversies. Marcel


Dekker.Inc. New York. Hal 2-10.

Rier S. E., et al. 1993. Endometriosis in rhesus monkeys following chronic


exposure to 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-dioxin. Toxicological Sciences.
Volume 21, Number 4 : 433-441. (http://toxsci.oxfordjournals.org/cgi/ reprint
/21/4/433)

Ruhendra. 1999. Dioksin. UIKA. Bogor. (http://furl.net/store?u=http:// Fjurnal-


kopertis 4.tripod.com/ 2F6-01.html & amp;t pendahuluan, diakses pada tanggal
28 Januari 2010).

Rusdi, G. 2009. Tesis Sebaran Kadar Sel T Regulator Cairan Peritoneum


Pasien Endometriosis. FK UI. Jakarta. (http://www.scribd.com/doc/
22327442/sebaran kadar sel t regulator cairan peritoneum pasien endometriosis,
diakses pada tanggal 07 Januari 2010). 51 hal.

Sampson JA. 2009. Peritoneal endometriosis due to menstrual dissemination of


endometrial tissue into peritoneal cavity. Am J Obstet Gynecol 1927; No. 14:
69-422. (http://content.nejm.org/cgi/external_ref?access_num=
000202353400057&link_type=ISI)

Simatupang, J. 2003. Referat Iv Perubahan Imunologis Pada Endometriosis


Peritoneal. FK UNSRI. Palembang. (http://digilib.unsri.ac.id/download/
Perubahan%20imunologis%20pada%20endometriosis.pdf, diakses pada tanggal
08 Januari 2009). 29 hal.

Somigliana E., P. Vigano. and P. Vercellini. 2006. A literature review of clinical


and epidemiological studies addressing the risk of cancer in endometriosis.
University of Milano and Center for Research in Obstetrics & Gynaecology
(CROG). Italy. (http://wes.endometriosis.org/ejournal.htm, diakses 30
Desember 2009).

37
Tangri, N. 2009. Laporan GAIA Insinerator Sampah: Teknologi yang Sekarat.
Global Anti-Incinerator Alliance (GAIA). Philippines.
(http://www.scribd.com/doc/6548683, diakses pada tangal 28 Januari 2010). 6
hal.

Widjarnako, B. 2009. Endometriosis. (http://obfkumj.blogspot.com/


Endometriosis.html, diakses pada tanggal 07 Januari 2010).

Widhi, N.K. 2007. Plastik, Fast Food & Rokok Biang Utama Endometriosis.
(http://www.detiknews.com/kanal/10/berita/10.html, diakses pada tanggal 10
Januari 2010).

Wood, R. 2008a. Causes. (http://www.endometriosis.org/causes.html, diakses pada


tanggal 2 oktober 2009).

Wood, R. 2008b. Endometriosis. (http://www.endometriosis.org /endometriosis.


html, diakses pada tanggal 2 oktober 2009).

Wood, R. 2008c. Symptoms. (http://www.endometriosis.org/symptoms.html, diakses


pada tanggal 1 oktober 2009).

http://www.scribd.com/doc/40213985/Makalah-endometriosis

38

Вам также может понравиться