Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1
PENDAHULUAN
postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis.(2) Stunting merupakan
berkembang, 90% anak-anak yang stunting hidup di wilayah Asia dan Afrika.(3)
sekitar 162 juta anak di bawah lima tahun yang mengalami stunting dan 56%
berada di Asia.(4) Data dari Unicef tahun 2011 menyatakan bahwa terdapat 165
juta anak di bawah lima tahun mengalami stunting di dunia. Lima negara yang
memiliki jumlah terbanyak yaitu: India (61,7 juta), Nigeria (11 juta), Pakistan (9,6
Menurut data Indonesia Nutrition Profil april 2014 sekitar 9,2 juta (37%)
angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sekitar
35,6%. Berdasarkan data RISKESDAS ini juga prevalensi stunting pada anak usia
Menurut data RISKESDAS 2013, sekitar 52% balita di Nusa Tenggara Timur
prevalensi stunting tertinggi pada balita dan ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius menurut WHO (bila prevalensi stunting 30-39% dianggap
sebagai masalah berat, dan bila prevalensinya 40% dianggap sebagai masalah
yang serius). Sedangkan prevalensi stunting untuk anak usia 5-12 tahun di NTT
sekitar 41%.(7)
kupang berada pada urutan ke-5 prevalensi stunting tertinggi per kota dan
wilayah kerja Puskesmas Tarus didapatkan sekitar 417 balita yang mengalami
stunting pada periode Juni-Desember 2012 dari 1.894 balita yang berkunjung.(9)
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika (2013) di Sekolah Dasar
Inpres Tarus 1 Kupang didapatkan bahwa dari 110 anak yang menjadi sampel
Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni panjang badan lahir
rendah, berat bayi lahir rendah, asupan makanan, riwayat infeksi, tingkat
didapatkan hasil bahwa panjang badan lahir pendek merupakan salah satu faktor
resiko balita stunting usia 12-36 bulan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 2,81,
hal ini menunjukan bahwa bayi yang lahir dengan panjang badan pendek memiliki
resiko 2,8 kali mengalami stunting dibanding bayi dengan panjang lahir normal.11
3
lainnya. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan dengan
menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Kekurangan gizi yang
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ
(Bappenas, 2012).11 Berdasarkan laporan Nutrition in the first 1,000 Days State
dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai dari janin
berada dalam kandungan sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini
disebut dengan masa critical windows, karena pada masa ini terjadi
perkembangan otak dan pertumbuhan badan yang cepat, sehingga bila asupan
nutrisi yang diberikan tidak optimal maka dapat berpotensi anak menjadi
stunting.11
menggambarkan keadaan kurang gizi yang kronis dimana suplai nutrisi yang
sekolah.(13)(14)(15)(16)(17)(18)
survei, Indonesia menempati posisi ke-124. Survei dari Political and Economic
Science Study (TIMSS) tahun 2003, mengemukakan fakta bahwa prestasi belajar
siswa Indonesia masih tergolong rendah dilihat dari peringkat nilai matematika
dan sains.(19) Prestasi belajar pada siswa dapat diukur dengan melihat hasil
bahwa, pada anak yang kekurangan gizi akan terjadi perubahan pada metabolisme
yang berdampak pada kemampuan kognitif dan kemampuan otak. Karena, dengan
keadaan kurangnya asupan nutrisi pada anak seperti kekurangan energi protein,
5
akan berefek pada fungsi hippocampus dan korteks dalam membentuk dan
bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Dalam
penelitiannya, mereka menemukan bahwa gizi buruk yang dialami anak akan
infeksi. Keadaan ini akan mempengaruhi kehadiran anak di sekolah sehingga anak
belajar anak.(19)
antara status gizi stunting dengan prestasi belajar dengan nilai p = 0,005 (p <
oleh Ova Satya di Banda Aceh tahun 2012 mendapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar.(21)
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Yeni dan Nadi (2013) mendapatkan
mengenai dampak dari stunting dan riwayat panjang lahir terhadap prestasi belajar
sebagai berikut: Adakah hubungan antara Stunting dan Riwayat Panjang Lahir
dengan Prestasi Belajar pada Siswa Sekolah Dasar (SD) Inpres Tarus 1 Kabupaten
Kupang NTT?
stunting dan riwayat panjang lahir dengan prestasi belajar. Penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Agustus tahun 2015, pada siswa kelas IV,V,VI SD Inpres
1. Bagi Peneliti
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi
3. Bagi Pembaca
4. Bagi Pemerintah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kemampuan siswa dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah
disampaikan oleh guru. Rangkaian kegiatan peserta didik yang menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa serta ranah kognitif, afektif dan psikomotorik harus dinilai
hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
yang terakumulasi itulah yang menjadi tolak ukur pendidik dalam menentukan
yang tentunya tak hanya sekedar angka dan huruf. Sikap dan karakter peserta
penilaian tentang kemjuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah
sesudah penilaian.
dikembangkan oleh matapelajaran yang lazim ditunjukan dengan nilai tes atau
analisis) prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah laku). Namun
dari tiga aspek tersebut aspek kognitiflah yang menjadi tujuan utama dalam suatu
dapat dikategorikan ke dalam aspek, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil
kemampuan intelektual. Hasil belajar afektif meliputi perubahan dalam hal minat,
Secara umum, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil kemampuan yang
telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berupa perubahan
10
tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan, kemudian diukur dan dinilai yang
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Sedangkan Oemar Hamalik
hal yang berbeda. Penilaiaan (evaluasi) memiliki makna yang lebih luas daripada
angka (skor) kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang.
Begitu pula dalam kegiatan pendidikan, pengukuran atribut prestasi belajar anak
siswa.
Untuk melakukan pengukuran tersebut dibutuhkan alat ukur. Alat ukur yang
digunakan biasanya berupa tes-tes. Terdapat berbagai jenis tes untuk mengukur
strukturnya dapat berbentuk seperti: tes essay, tes menjodohkan, tes benar salah,
11
tes pilihan ganda, tes isian dan hubungan sebab akibat. Namun pada tingkat
sekolah dasar biasanya menggunakan jenis yang lebih sederhana seperti tes isian
Hasil pengukuran dari atribut prestasi belajar siswa (pengetahuan, sikap dan
menjadi satu kesatuan. Luaran (output) dari hasil penilaian tersebut dapat dilihat
dalam buku raport dan kebanyakan sekolah mengurutkan nilai akhir siswa
menjadi peringkat atau ranking dengan cara membandingkan dengan nilai siswa
lainnya.(20)(23)(25)
Slameto (2003) dapat menggolongkannya menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.(12)(23)(26)
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis dalam belajar dapat dibedakan lagi menjadi dua macam
a. Keadaan Jasmani
kondisi fisik individu yang sedang belajar. Kondisi fisik yang sehat
otak dapat mencapai 20-30% dari total energi dalam tubuh, karena itu
antara guru dan siswa. Selain itu indera yang lain juga mempunyai
pelajaran praktikum.(23)(26)
13
2. Faktor Kelelahan
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor ini sering
timbul pada anak yang membantu orang tuanya mencari nafka, sehingga
3. Faktor Psikologis
berkaitan erat dengan sisi kejiwaannya. Faktor psikologis ini lebih lanjut
perbuatan belajar dan yang menentukan prestasi yang dihasilkan dari proses
belajar.(12)(23)(26)
a) Kecerdasan/Intelegensi
maksimal.(12)(23)(26)
b) Minat
pada tiap siswa. Apabila siswa mempunyai minat yang besar terhadap
terhadap mata pelajaran itu dan belajar dengan giat maka akan
minat maka ia tidak akan berusaha dan bisa dikatakan hasilnya akan
berminat.(12)(23)(26)
15
c) Bakat
yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir yang akan terealisasi menjadi
d) Daya Ingat
mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang lain diantaranya
e) Motivasi
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar.
1. Faktor Keluarga
Siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
lingkungan sekolahnya.(12)(23)(26)
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua
yang baik adalah relasi yang penuh pengertian dan kasih sayang,
baik, akan tetapi orang tua yang kurang memberikan perhatian pada
2. Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar
c) Metode Belajar
belajar teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih
cara belajar yang tepat dan cukup istrahat maka akan meningkatkan
hasil belajar.(23)
3. Faktor Masyarakat
a) Teman Bergaul
yang baik akan berpengaruh baik pada diri anak, begitu juga
jelek juga terhadap diri anak. Agar anak dapat belajar dengan baaik,
baik-baik.(26)(28)
c) Media Massa
jika digunakan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang baik
pula, sehingga anak perlu diawasi dan pemilihan media massa perlu
2.2 Stunting
defisit 2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi
badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2SD) atau
di bawah rata-rata standar yang ada dan severe stunting didefinisikan kurang dari -
Stunting adalah postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis.
Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang
Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
20
merupakan istilah lain untuk stunted dan severly stunted (Kemenkes, 2011).
Stunting pada anak merupakan hasil jangka panjang konsumsi kronis diet
pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan dihubungkan
dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan pertumbuhan fisik, dan
Stunting merupakan hasil dari kekurangan gizi kronis dan sering terjadi
antargenerasi ditambah dengan penyakit yang sering. Hal tersebut adalah ciri khas
kognitif dan produktivitas. Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam
sekitar 162 juta anak di bawah lima tahun yang mengalami stunting dan 56%
berada di Asia.(4) Data dari Unicef tahun 2011 menyatakan bahwa terdapat 165
juta anak di bawah lima tahun mengalami stunting di dunia. Lima negara yang
memiliki jumlah terbanyak yaitu: India (61,7 juta), Nigeria (11 juta), Pakistan (9,6
Menurut data Indonesia Nutrition Profil april 2014 sekitar 9,2 juta (37%)
angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sekitar
35,6%. Berdasarkan data RISKESDAS ini juga prevalensi stunting pada anak usia
stunting, dan NTT menempati urutan pertama dengan prevalensi stunting tertinggi
pada balita dan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius menurut
WHO (bila prevalensi stunting 30-39% dianggap sebagai masalah berat, dan bila
prevalensi stunting untuk anak usia 5-12 tahun di NTT sekitar 41%.(7)
Sekolah Dasar Inpres Tarus 1 Kupang didapatkan bahwa dari 110 anak yang
1. Asupan Makanan
pertumbuhan untuk usia 1 sampai 3 tahun dan 7 sampai 10 tahun lebih cepat,
sehingga mengharuskan kebutuhan energi yang lebih besar. Usia dan tahap
22
Edelstein, 2011).
ketinggian yang tidak sesuai dengan usia, merupakan contoh adaptasi pada
asupan energi yang rendah dalam waktu yang lama. Jika kekurangan energi
pertumbuhan linier.
sementara pada kelompok anak stunting masih rendah (Astari, Nasution, dan
Dwiriani, 2006). Analisis data RISKESDAS tahun 2010 yang dilakukan oleh
Fitri (2012) menunjukan ada hubungan yang signifikan antara konsumsi energi
dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Sumatera. Pada
Panjang badan lahir adalah ukuran panjang bayi yang dilakukan secara
telentang ketika bayi dilahirkan (Kemenkes RI, 2011).31 Panjang badan lahir
bahwa panjang badan lahir pendek merupakan salah satu faktor resiko balita
23
stunting usia 12-36 bulan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 2,81, hal ini
menunjukan bahwa bayi yang lahir dengan panjang badan pendek memiliki
resiko 2,8 kali mengalami stunting dibanding bayi dengan panjang lahir
normal.11
lainnya. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan dengan
menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Kekurangan gizi yang
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan
Berdasarkan laporan Nutrition in the first 1,000 Days State of The Worlds
kondisi pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai dari janin berada dalam
kandungan sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini disebut dengan
masa critical windows, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak dan
pertumbuhan badan yang cepat, sehingga bila asupan nutrisi yang diberikan
1. Bayi lahir pendek, bayi dengan panjang lahir kurang kurang dari 48 cm.
BBLR didefinisikan oleh WHO sebagai berat lahir di bawah 2500 gram.
dengan BBLR setiap tahun yang mewakili sekitar 16% dari semua bayi yang
retradasi pertumbuhan intrauterin yang terjadi karena buruknya gizi ibu dan
& McGregor dalam Gibney, 2008). Dampak dari bayi yang memiliki berat
lahir rendah akan berlangsung antar generasi yang satu ke generasi selanjutnya.
25
kurang di masa dewasa. Bagi perempuan yang lahir dengan berat rendah,
memiliki resiko besar untuk menjadi ibu yang stunted sehingga akan cenderung
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang stunted tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang stunted
juga, dan akan membentuk siklus yang sama seperti sebelumnya (Semba dan
Bloem, 2001).(29)
berikut:
Kegagalan
pertumbuhan
pada anak
Remaja
Perempuan
dewasa
stunted
4. Riwayat Infeksi
Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan penyakit.
Manifestasi malnutrisi ini disebabkan oleh perbedaan antara jumlah zat gizi
yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari terlalu sedikit mengkonsumsi makanan
atau mengalami infeksi, yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat gizi,
gizi, yang daya tahan tubuh terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit akan
(Maxwell, 2011).
balita yang menderita diare memiliki hubungan positif dengan indeks status
gizi tinggi badan menurut umur (TB/U). Penelitian lain juga menunjukan hal
Diet yang
tidak adekuat
Peningkatan keparahan
dan durasi penyakit
dengan pendidikan yang tinggi orang tua akan memahami pentingnya peranan
gizi yang baik pula. Selain itu pendidikan yang tinggi, dapat mempengaruhi
ayah pada anak stunting lebih rendah dibandingkan dengan anak normal.
28
signifikan terkait dengan kejadian stunting pada anak usia di bawah 5 tahun
(Taguri, et al., 2007). Penelitian lain dari Semba et al. (2009), menunjukan
Bangladesh.(29)
stunting pada anak sekolah dan remaja di Nigeria. Penelitian lain yang
secara statistik terdapaat perbedaan yang nyata (p < 0.05) antara kelompok
kemiskinan dan penyakit.(33) Ketiga faktor ini saling terkait sehingga masing-
terhadap probabilitas anak menjadi pendek dan kurus. Dalam hal ini, WHO
merekomendasikan status gizi pendek atau stunting sebagai alat ukur atas
tingkat sosial-ekonomi yang rendah dan sebagai salah satu indikator untuk
sosial ekonomi, sehingga harus dilihat dalam konteks yang lebih luas dan tidak
hanya dalam ranah biomedis (Zere & McIntyre, 2003). Menurut penelitian
Semba et al. (2008) di Indonesia dan Bangladesh menunjukan bahwa anak dari
keluarga dengan tingat ekonimi rendah memiliki resiko stunting lebih tinggi
dibandingkan anak dari keluarga sosial ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini
stunting.(29)
sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta
buruk dalam usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif dan prestasi sekolah
yang berubah. Pada anak-anak kecil, perilaku ini meliputi kerewelan serta
yang lebih kecil, berkomunikasi lebih jarang, afek (ekspresi) yang tidak begitu
gembira, serta cendrung untuk berada dekat ibu serta lebih apatis.(17)
stunting pada anak didalam beberapa aspek yakni aspek kesehatan, aspek
kalau stunting terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan anak sejak dari dalam
anak.(11)(13)
terus menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang
31
beragam dan prestasi sekolah yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anak-
anak yang bertubuh normal hingga usia 12 tahun. Mereka juga memiliki
WHO (2013) kembali melihat efek jangka panjang untuk stunting dalam
tiga aspek yang sama yakni aspek kesehatan, aspek perkembangan dan aspek
ekonomi.(13)
tinggi badan yang kurang pada orang dewasa, lebih rentan terhadap obesitas
terutama pada wanita. Anak yang stunting biasanya tumbuh menjadi orang
dewasa yang stunting apabila tidak ditangani lebih lanjut. Hal ini diakibatkan
badan ketika dewasa namun juga berdampak pada kelainan metabolik dan
32
penyakit kronik pada saat dewasa. Menurut data dari Maternal and Child
untuk peningkatan kadar glukosa darah, tekanan darah dan dislipidemia pada
melahirkan, dapat juga terjadi kelahiran yang lama, hal ini disebabkan karena
potensi yang maksimal. Keterkaitan antara tubuh yang lebih tinggi dan kinerja
kognitif yang lebih baik ternyata sangat besar pada berbagai kelompok etnis
serta wilayah geografik, dan keterkaitan ini kemudian ditafsirkan sebagai status
gizi yang lebih baik selama periode perkembangan otak yang akan
kognitif.(13)(14)(15)(18)(17)
Berdasarkan baku antropomteri WHO 2007 untuk anak umur 5-18 tahun,
stunting dapat ditentukan berdasarkan nilai Z-score tinggi badan menurut umur
(TB/U).(7)(34)
berikut:
Z-score Kategori
Z-score < -3,0 Sangat Pendek (severly stunting)
Z-score -3,0 s/d < -2,0 Pendek (stunting)
Z-score -2,0 Normal
2.3 Hubungan Stunting dan Riwayat Panjang Lahir dengan Prestasi Belajar
dalam otak terutama jika ini terjadi saat 1000 hari kehidupan anak sejak di dalam
(stunting), badan lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi
lainnya. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan dengan
35
menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Kekurangan gizi yang
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ
(Bappenas, 2012).11
Berdasarkan laporan Nutrition in the first 1,000 Days State of The Worlds
Mother tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi
pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai dari janin berada dalam kandungan
sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini disebut dengan masa critical
windows, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak dan pertumbuhan
badan yang cepat, sehingga bila asupan nutrisi yang diberikan tidak optimal maka
menemukan bahwa, pada anak yang kekurangan gizi akan terjadi perubahan pada
Karena, dengan keadaan kurangnya asupan nutrisi pada anak seperti kekurangan
36
energi protein, akan berefek pada fungsi hippocampus dan korteks dalam
juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi
belajar. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa gizi buruk yang dialami
anak akan mempengaruhi sistem imun sehingga anak lebih mudah menderita
Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk (underweight) berdasarkan
pengukuran berat badan terhadap umur (BB/U) dan pendek (stunting) atau sangat
antara status gizi stunting dengan prestasi belajar dengan nilai p = 0,005 (p <
(stunting).(20)
37
Stunting
Faktor Sekolah
Faktor Lingkungan
(TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2SD). Stunting dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni asupan makanan, Panjang Badan Lahir, Berat bayi
lahir rendah (BBLR), riwayat infeksi, pendidikan orang tua dan keadaan sosial
ekonomi keluarga. Panjang badan lahir bayi akan berdampak pada pertumbuhan
Kabupaten Pati didapatkan hasil bahwa panjang badan lahir pendek merupakan
salah satu faktor resiko balita stunting usia 12-36 bulan dengan nilai p = 0,000 dan
nilai OR = 2,81, hal ini menunjukan bahwa bayi yang lahir dengan panjang badan
pendek memiliki resiko 2,8 kali mengalami stunting dibanding bayi dengan
berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya. Janin
maupun yang merugikan pada saat itu. Kekurangan gizi yang terjadi dalam
jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh
2012). Berdasarkan laporan Nutrition in the first 1,000 Days State of The Worlds
Mother tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi
pada masa 1000 hari kehidupan yaitu mulai dari janin berada dalam kandungan
sampai anak tersebut berusia 2 tahun dan masa ini disebut dengan masa critical
windows, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak dan pertumbuhan
badan yang cepat, sehingga bila asupan nutrisi yang diberikan tidak optimal maka
mental dan kognitif. Hal ini dikarenakan stunting merupakan kondisi malnutrisi
kronis di mana suplai nutrisi yang diperlukan tubuh termasuk otak berkekurangan.
Suplai nutrisi yang kurang ke otak akan menyebabkan kelainan metabolisme pada
otak yang akan menyebabkan jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi
akan mempangruhi fungsi otak sebagai pusat perkembangan motorik, mental dan
kognitif terutama jika terjadi pada golden periode yaitu kira-kira tiga tahun
pertama kehidupan anak. Stunting juga dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas pada anak. Dalam penelitian yang dilakukan Sorhaindo dan Feinstein di
London (2006) didapatkan bahwa gizi buruk pada anak akan mempengaruhi status
imunitas dari anak sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak.
Dampak jangka panjang dari stunting yakni penurunan kapasitas belajar dan
ditangani hingga anak masuk ke usia sekolah maka dampak jangka pendek
40
terhambat pada stunting membuat panggul wanita menjadi sempit sehingga turut
stunting pun dapat melahirkan anak yang stunting disebabkan karena adnya
berdampak pada tinggi badan saat dewasa namun juga turut mempengaruhi
kelainan metabolik dan penyakit kronik saat dewasa. Menurut data dari Maternal
and Child Undernutrition Study Group (2008), bahwa stunting merupakan faktor
resiko untuk peningkatan kadar glukosa darah, tekanan darah dan dislipidemia
mental dan kognitif dan dampak jangka panjang stunting berupa penurunan
kumpulan sebuah penilaian panjang dalam proses belajar mengajar yang diberikan
oleh guru dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor
fisiologis, faktor kelelahan, faktor psikologis, faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor lingkungan.
41
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni sebagai berikut:
3.3 Hipotesis
H0 : tidak terdapat hubungan antara stunting dan riwayat panjang lahir dengan
Variabel
penelitian Definisi Alat Ukur Kriteria Skala Sumber
Stunting Status gizi yang Z-Score yang < -2 SD: Stunting Ordinal Gibney,
(Perawakan didasarkan pada dihitung -2 SD: Non- Kemenkes
Pendek) indeks tinggi berdasarkan Stunting RI 2011,
badan menurut tabel TB/U WHO 2007.
umur yang oleh WHO
melampaui 2007.
defisit 2 SD di
bawah median
tinggi badan
populasi yang
menjadi
referensi
nasional.
Riwayat Ukuran panjang Kuisioner < 48 cm : Pendek Ordinal Kemenkes
Panjang bayi yang 48 cm : Normal RI 2010,
Lahir dilakukan secara 2011
telentang ketika
bayi dilahirkan.
Prestasi Ketercapaian Rekapitulasi Ratio Tirtonegoro
Belajar peserta didik nilai rapor dalam
yang dinyatakan untuk nilai Wahyuni
dalam hitungan matematika 2011, KBBI
angka, dan sains
merupakan
kumpulan
sebuah penilaian
panjang dalam
proses belajar
mengajar yang
diberikan oleh
guru dalam
periode tertentu.
44
berikut:
Populasi
Sampel
Stunting Non-stunting
3.7.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Inpres Tarus 1 kelas IV, V,
VI. Alasan Peneliti memilih populasi ini karena dalam penelitian ini peneliti harus
menjelaskan mengenai prosedur penelitian dan populasi ini dianggap sudah dapat
3.7.2 Sampel
2
Z + Z
n= [ 1+r ] + 3
0,5 ln( )
1r
Keterangan :
n : besar sampel
Z : 1,96 ( = 0,05)
Z : 1,645 ( = 0,05)
r : 0,555
b. Siswa yang cacat seperti siswa yang bisu, tuli maupun siswa yang
mengalami kebutaan.
d. Siswa yang cacat seperti siswa yang bisu, tuli maupun siswa yang
mengalami kebutaan.
47
berikut:
Pemilihan sampel
Informed Consent
Mengisi Identitas
Mengumpulkan kuisioner
Melakukan pengukuran TB
yang ada, dan diinterpretasikan dengan standar yang ada. Pengumpulan data
mengenai riwayat panjang lahir dilakukan dengan mengisi kuisioner dan bertanya
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang langsung berasal langsung dari subyek penelitian.
Data primer dalam penelitian ini adalah tinggi badan siswa, umur siswa dan data
mengenai riwayat panjang lahir siswa. Data sekunder yaitu data yang tidak berasal
langsung dari subyek penelitiannya atau berasal dari sumber lain. Dalam
penelitian ini yaitu, data mengenai jumlah siswa, dan nilai rapor siswa yang
Data yang diteliti memiliki skala data berupa skala ordinal pada variabel
bebas (stunting dan riwayat panjang lahir) dan skala ratio pada variabel terikat
(prestasi belajar).
49
Tahap analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat
penelitian meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan hasil interpretasi
variabel yakni, variabel bebas (stunting dan riwayat panjang lahir) dan variabel
terikat (prestasi belajar). Data yang diperoleh akan diolah menggunakan program
komputer dengan uji korelasi Pearson bila data berdistribusi normal dan uji
2015 2016
No. Kegiatan Bulan Bulan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar
Proposal
3. Persiapan
Penelitian
4. Pengumpulan
Data
5. Pengelolaan
dan Analisis
Data
6. Penyusunan
Laporan
7. Seminar Hasil
8. Ujian Skripsi
50
Inform Consent merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada subyek
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusuma KE. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun
(Studi di Kecamatan Semarang Timur). 2013; Available from:
http://eprints.undip.ac.id/41856/1/572_Kukuh_Eka_Kusuma_G2C009049.p
df
2. Hestuningtyas, TR. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan, Sikap,
Praktik Ibu dalam Pemberian Makanan Anak, dan Asupan Zat Gizi Anak
Stunting Usia 1-2 Tahun di Kecamatan Semarang Timur. 2013; Available
from:
http://eprints.undip.ac.id/41928/1/576_Tiara_Rosania_Hestuningtyas_2203
0111150008.pdf
3. Unicef. TRACKING PROGRESS ON CHILD AND MATERNAL
NUTRITION. 2009; Available from:
http://www.unicef.org/publications/files/Tracking_Progress_on_Child_and
_Maternal_Nutrition_EN_110309.pdf
4. Joint UNICEF WHO The World Bank Child Malnutrition Database:
Estimates for 2012 and Launch of Interactive Data Dashboards. 2013;
Available from:
http://www.who.int/nutgrowthdb/jme_2012_summary_note_v2.pdf
5. Unicef. Key Facts and Figures on Nutrition. 2013; Available from:
http://www.who.int/pmnch/media/news/2013/20130416_unicef_factsheet.p
df
6. Indonesia Nutrition Profile. 2014; Available from:
http://www.fantaproject.org/sites/default/files/download/Indonesia-
Nutrition-Profile-Apr2014.pdf
7. Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan Kemenkes RI. Riset
Kesehatan Dasar 2013. 2013; Available from:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesd
as2013.PDF
8. Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan
RI. LAPORAN HASIL RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS)
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2008. 2009; Available
from:
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/book/9
7
9. Mooy, RM. Hubungan antara Stunting dengan Perkembangan Gerakan
Motorik pada Anak Usia 12 36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
Kabupaten Kupang Tahun 2014. Nusa Cendana; 2014.
10. Samapaty, K. Hubungan Persepsi Diri Tentang Tinggi Badan dengan Status
Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kupang Tahun 2013 (Studi
pada Sekolah Dasar di Daerah Urban dan Rural). 2013; Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana.
52
11. Najahah, I. Faktor Risiko Panjang Lahir Bayi Pendek di Ruang Bersalin
RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Media Bina
Ilmu [Internet]. 2014;8:1623. Available from:
http://www.lpsdimataram.com/phocadownload/April-2014/3 Faktor Risiko
Panjang Lahir Bayi Pendek Di Ruang Bersalin RSUD-Imtihanatun
Najahah.pdf
12 Isdaryanti, C. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar Arjowinangun 1 Pacitan. 2007; Available from:
https://muslimpinang.files.wordpress.com/2010/10/christien-publikasi.pdf
13. WHO. Childhood Stunting: Contex, Cause and Consequences. Maternal
Child Nutrtion [Internet]. 2013;2745. Available from:
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_
14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf
14. Crosby, L., Jayasinghe, D., McNair D. Food for Thought [Internet]. Save
The Children. 2013. Available from:
http://www.savethechildren.org/atf/cf/%7B9def2ebe-10ae-432c-9bd0-
df91d2eba74a%7D/FOOD_FOR_THOUGHT.PDF
15. Dewey, K., Begum K. Why Stunting Matters. A & T Technical Brief Journal
[Internet]. 2010;(2):16. Available from:
http://www.fhi360.org/sites/default/files/media/documents/Insight - Why
stunting matters %28English%29.pdf
16. Unicef. IMPROVING CHILD NUTRITION. 2013; Available from:
http://www.unicef.org/gambia/Improving_Child_Nutrition_-
_the_achievable_imperative_for_global_progress.pdf
17. Gibney MJ, Margets BM, Kerney JM, Arab L. Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
18. United Nation World Food Programme. World Hunger Series 2006: Hunger
and Learning. 2006; Available from:
http://www.unicef.org/lac/World_Hunger_Series_2006_Full%281%29.pdf
19. Hayatus, R., Herman, R., Sastri S. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negri 01 Guguk Malintang Kota
Padangpanjang. J Kesehat Andalas [Internet]. 2014;3(3):462467.
Available from: http//:jurnal.fk.unand.ac.id
20. Septiani, S. Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U) dan Faktor Lainnya dengan
Prestasi Belajar Siswa SDN Cinere 2, Cinere Depok Tahun 2012. Available
from: lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314258-S_Seala Septiani.pdf
21. Satya, O. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar pada Murid Kelas III
SDN 32 Beurawe Banda Aceh Tahun 2012. Kesehatan Masyarakat
[Internet]. 2012; Available from:
www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/OVA_SATYA-e31-jurnal_ova.pdf
22 Elviani, Y., Nadi A. Hubungan Status Gizi dan Jenis Kelamin dengan
Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II di SD Negeri 56 Kota Lubuklinggau
Tahun 2013. 2013; Available from:
http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/hubungan_status_gizi_dan_j
enis_kelamin_dengan_prestasi_belajar_pada_siswa_kelas_ii_di_sd_negeri_
56_kota_lubukl.pdf
53
23. Wahyuni, S. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Pemanfaatan
Media Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Batik 2
Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 2011; Available from:
http://core.ac.uk/download/pdf/16507225.pdf
24. Ristiana, S. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan Status
Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101835
Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2009. 2009; Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14678/1/09E01198.pdf
25. Yulianto, Y. Hubungan antara Jenjang Pendidikan Orang Tua dan Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 2011; Available from:
http://core.ac.uk/download/pdf/16506841.pdf
26. UNIMED. Tinjauan Pustaka Prestasi Belajar. 2011; Available from:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748-BAB
II.pdf
27. Nurasiyah. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Nurul Farah
Pekanbaru. 2011; Available from:
http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/pea,nur aisyah.pdf
28. Cahyo, R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Kewirausahaan
Siswa Kelas XI SMAKN 1 Punggelan Banjar Negara. 2010;
29. Anisa, P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. 2012;
Available from:
http://www.google.co.id/url?q=http://lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/
20320460-S-
Paramitha%2520Anisa.pdf&sa=U&ei=hxJbVYXrEdbnuQTawoHgCw&ve
d=0CBIQFjAA&usg=AFQjCNG9aZ37QTsWMgvxSwluAlrxPN5ppw
30. Wiyogowati, C. Kejadian Stunting pada Anak Berumuran di Bawah Lima
Tahun (0-59 Bulan) di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 (Analisis Data
Riskesdas Tahun 2010). 2012; Available from:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&
cad=rja&uact=8&ved=0CGQQFjAI&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2
Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20288982-S-
Citaningrum%2520Wiyogowati.pdf&ei=dAnXVODGMIapuwTS9YD4Dw
&usg=AFQjCNHR5hdnh-
shIHzLpvJaSGx4Fl_y1g&bvm=bv.85464276,d.c2E
31. Kliranayungie C. Hubungan Status Gizi Ibu dan Faktor Lain dengan Berat
dan Panjang Lahir di RS Sint Carolus Jakarta Bulan Juni-September 2011.
2012; Available from:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=claudia+debtarsie.pdf&source=
web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAAahUKEwjT3J73z5XHAh
XDpZQKHX0lAsg&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3
Ddigital%2F20355675-S-
Claudia%2520Debtarsie%2520Kliranayungi.pdf&ei=nO_DVdOeBsPL0gT
54
9yojADA&usg=AFQjCNGv3M8HqMW1wpEydtd5l8xncyUwdw&bvm=b
v.99556055,d.dGo
32. Kemenkes RI 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
2010; Available from: http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-
Neonatal-Esensial.pdf
33. Fitri. Berat Lahir sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita
(12-59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). 2012;
Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20298098-T30071-
Fitri.pdf
34. WHO. Height for Age Boys and Girls 5 to 19 years (Z-score). 2007;
Available from:
http://www.who.int/growthref/who2007_height_for_age/en/
35. Sastroasmoro S., Ismail S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed. 4.
CV. Sagung Seto; 2011.
36. Dahlan, MS. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2012.
55
LAMPIRAN I
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ
tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi diekspresikan
dengan bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau
kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak.
Hal ini membuat anak menjadi stunting/pendek dan perkembangan kognitifnya
terganggu.
Perawakan pendek/stunting dapat memberi dampak jangka pendek dan
dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting ialah terhambatnya
perkembangan kognitif, motorik dan mental anak sedangkan dampak jangka
panjang stunting diantaranya adalah penurunan kapasitas belajar dan penurunan
performance di sekolah. Baik efek jangka panjang maupun jangka pendek ini
mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk meneliti Hubungan Stunting dan Riwayat Panjang Lahir dengan Prestasi
Belajar pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Tarus 1 Kabupaten Kupang Nusa
Tenggara Timur.
Partisipasi Bapak/Ibu dan adik-adik sekalian dalam penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai bahan masukan bagi Pemerintah untuk memperbaiki
masalah gizi pada anak sejak dini karena dapat mempengaruhi generasi ke depan,
serta sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai hubungan
stunting dan riwayat panjang lahir dengan prestasi belajar.
Apabila Bapak/Ibu/ dan adik-adik bersedia mengikuti kegiatan ini, maka
kami meminta bapa/ibu untuk mengisi lembaran pertanyan yang kami
lampirkan bersama penjelasan ini dan kami akan melakukan pengukuran
tinggi badan siswa serta meminta nilai rapor dari siswa-siswa.
Keikutsertaan adik-adik dalam kegiatan ini bersifat sukarela dan adik-adik
dapat menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas
pribadi dan data yang telah diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan
untuk keperluan penelitian ini.
Apabila bapak/ibu dan adik-adik bersedia ikut dalam kegiatan ini, maka
kami meminta kesediaan bapak/ibu dan adik-adik untuk menandatangani surat
persetujuan dan bersedia menjadi responden penelitian yang berjudul :
57
tentang penelitian ini, silakan menghubungi peneliti pada alamat di bawah ini:
Kupang,2015
Peneliti
LAMPIRAN II
Nama :
Umur :
Alamat Lengkap :
Hubungan dengan responden adalah orang tua sah /Wali, dari anak:
Nama :
Umur :
Tingkat Pendidikan :
tujuan dan manfaat yang akan dilakukan pada penelitian ini, saya menyatakan
secara sukarela tanpa paksaan bersedia menjadikan anak saya sebagai subyek
2. Mengisi lembar kertas kuesioner yang diberikan oleh peneliti mewakili anak
saya, sesuai dengan kebenaran yang saya ketahui mengenai anak saya.
Saya tahu bahwa keikutsertaan anak saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun, sehingga saya bisa menolak atau mengundurkan anak saya
kepada peneliti apabila ada hal-hal yang ingin saya ketahui mengenai penelitian
ini. Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian ini akan
59
terjamin dan dengan ini saya menyetujui semua data yang dihasilkan pada
penelitian ini untuk disajikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Bila terjadi
.................,........,..........2015
(Nama Anak) (Nama Orang Tua/ Wali) (Nama Saksi 1) (Nama Saksi 2)
Telp : 082340999698
Pendamping Medis
Alamat :
Telp : 081342269275
60
LAMPIRAN III
PETUNJUK
jujur.
DATA RESPONDEN
1. Nama : ...................................................
2. Umur : ...................................................
4. Kelas : ...................................................
5. Nama
Ibu : ..................................................
Ayah : ..................................................
61
......... cm
A. YA
B. TIDAK