Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari.
Akibatnya proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi.
Oleh karena itu jika kita tidak ingin kehilangan identitas dan jati diri bangsa kita,
hendaknya kita mulai menjaganya dari sekarang, tentunya dengan menggunakan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar yang telah ditetapkan. Pengggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa
dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang
digunakan harus sesuai kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan
ejaan.
1.2 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk:
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan
dengan baik apa yang dikatakan. Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai Bahasa Indonesia Yang Baik
dan Benar.
2. Ragam Baku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan
pengadilan dan kegiatan rohani.
4
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran
informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas
tentang suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti
percakapan di sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah
tangga
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang
bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab
(misal teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal).
seperti pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman
1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan
bahwa lafal baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat
atau bahasa daerah.
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku
hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
5
5. Menggunakan kalimat secara efektif. Dalam bahasa baku mengharuskan
komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembacaatau penulis harus diterima
oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud aslinya.
1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan
yangdisampaikan.
2. Keadaan pemakaian Bahasa,yaitu yang berhubungan dengan suasana
tempat, atau waktu Bahasa
6
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan kedudukan.
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio,
televisi.
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum
rapat, televisi, radio, dan surat.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian
kata-kata dalam ragam bahasa yang serasi dan selaras dengan sasaran atau
tujuannya dan yang terlebih penting lagi adalah mengikuti kaidah bahasa yang
baik dan benar. Pernyataan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu
pada ragam bahasa yang dimana memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang diucapkan biasanya adalah dalam bentuk bahasa yang baku.
a. Fonetik
Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi
oleh manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sekumpulan
7
bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu fonetik juga berguna untuk
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa, terdiri dari huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis
rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga
cabang utama yaitu:
b. Fonemik
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih
belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi
ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan
yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau articul fonem dinamakan huruf. Jadi
fonem berbeda dengan huruf. Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada
tiga unsur yang penting yaitu :
1. Udara,
2. Articulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator.
8
2. Tata Bahasa
Tata bahasa atau grammar adalah studi struktur kalimat, terutama sekali
dengan acuan kepada sintaksis dan morfologi, kerapkali disajikan sebagai buku
teks atau buku pegangan. Suatu pemberian kaidah- kaidah yang mengendalikan
bahasa secara umum, atau bahasa- bahasa tertentu, yang mencakup semantik,
fonologi, dan bahkan kerapkali pula pragmatic (Crystal 1987: 422).
Dari sumber lain, kita dapati pula keterangan bahwa tata bahasa (atau
grammar) adalah suatu pemberian atau deskripsi mengenai struktur suatu
menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut. Biasanya juga turut
mempertimbangkan makna-makna dan fungsi-fungsi yang dikandung oleh
kalimat-kalimat tersebut dalam keseluruhan sistem bahasa itu. Pemberian itu
mungkin atau tidak meliputi pemberian bunyi-bunyi suatu bahasa (Ricards [et al]
1987: 125).
Atau secara singkat kita dapati penjelasan bahwa tata bahasa atau grammar
(dalam teori TG) adalah seperangkat kaidah- kaidah leksikon yang memberikan
pengetahuan (kompetensi) yang dimiliki oleh seorang penutur pembicara
mengenai bahasanya ( Richsrd [et al] 1987: 125 ).
9
Penjelasan : Nenek = kasus1, tidak = negasi, baca = verba, komik = kasus2,
kemarin = kasus3
b. Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa versi ini ditampilkan adanya relasi diantara elemen-elemen
yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat.
Contohnya klausa berikut : Ali memberibuku itukepada saya
Penjelasan : Klausa tersebut memiliki tiga buah nomina dan sebuah verba yang
saling bergantung satu sama lain. Nomina Ali merupakan subjek dari (relasi 1),
nomina buku itu merupakan relasi objek langsung dari (relasi 2), nomina saya
membawakan relasi objek tak langsung dari (relasi 3), sedangkan verba beri
membawakan relasi predikat dari (gabungan relasi 1, 2, 3)
c. Tata Bahasa Analisis Tema dan Rema
Disebut topik dan komik karena terdiri dari dua bagian yaitu tema dan
rema. Tema adalah bagian kalimat yang memberi informasi tentang apa yang
dibicarakan. Sedangkan rema adalah bagian yang memberi informasi tentang apa
yang dikatakan tentang tema. Jadi, tema merupakan tumpuan pembicaraan.
Contoh : pekaranganbersih
Penjelasan : pekarangan = tema, bersih = rema
d. Tata Bahasa Analisis Gatra
Konsep gatra ini juga bertumpu pada analisis tema-rema yakni bahwa
setiap kalimat di bangun oleh dua buah satuan kalimat yang disebutnya gatra
pangkal (setara dengan fungsi subjek) dan gatra sebutan (setara dengan fungsi
predikat).
Contoh : ayahtidur
Penjelasan : ayah = gatra pangkal, tidur = gatra sebutan
10
mengenai kedudukannya dalam masyarakat. Tata bahasa yang seperti itu adalah
lumrah dan sudah biasa dalam linguistic, dimana sudah lazim merupakan praktek
baku untuk menyelidiki suatu korpus bahan lisan atau tulis, dan memberikan
secara terperinci pola- pola yang dikandungnya (Crystal 1987: 88).
Dengan perkataan lain, tata bahasa deskriptif adalah sejenis tata bahasa yang
memberikan bagaimana suatu bahasa dituturkan dan/ atau ditulis secara actual,
dan tidak menyatakan atau menentukan bagaimana seharusnya bahasa itu
dituturkan atau ditulis.
2. Tata Bahasa Pedagogis
Tata bahasa pedagogis atau pedagogical grammar adalah suatu deskripsi
gramatikal mengenai suatu bahasa yang diperuntukan bagi maksud- maksud
pedagogis, seperti pengajaran bahasa, rancang- bangun, silabus, atau persiapan
materi/ bahan pengajaran. Suatu tata bahasa pedagogik dapat saja didasarkan:
11
bukureferensi, buku acuan rujukan bagi orang- orang menaruh minat perhatian
dalam fakta, fakta gramatikal yang mantap (dengan cara agak mirip dengan suatu
kamus yang dipakai sebagai leksikon acuan atau reference lexicon.
5. Tata Bahasa Teoretis
Tata bahasa teoretis atau theoretical grammar adalah suatu pendekatan
yang berada diluar studi bahasa- bahasa individual, menentukan konstruksi-
konstruksi apa yang diperlukan untuk melaksanakan setiap jenis analisis
gramatikal, dan bagaimana semua itu dapat diterapkan secara konsisten dalam
penelitian suatu bahasa manusia. Jadi sebenarnya hal ini merupakan gagasan atau
nosi pokok dalam setiap penelitian kesemestaan linguistik.
6. Tata Bahasa Tradisional
Tata bahasa tradisional atau traditional grammar adalah suatu istilah yang
kerap kali digunakan untuk meringkaskan jajaran sikap- sikap dan metode-
metode yang dijumpai pada masa studi gramatikal sebelum kedatangan/
munculnya ilmu linguistic. Tradisi yang dipermasalahkan itu telah berkisar
sekitar 2000 tahun, serta meliputi karya para pakar tata bahasa Junani dan
Romawi kuno dan begitu pula karya- karya para pakar beserta para penulis
Renaissance dan para pakar tata bahasa preskriptif abad ke- 18.
3. Kosakata
12
4. Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu
sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan
(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga
dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan
ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal
dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik
Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama
seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan
van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru
diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
5. Makna
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna
dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak
bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
13
Kata-kata yang berasal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau
kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan
mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang
dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena
rangsangan aspek bentuk kata tertentu. Ada beberapa istilah yang berhubungan
dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna
leksikal, makna gramatikal.
a. Makna Denotatif
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak
mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar
bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna
denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri
nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan
kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan
sakit.
b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai
rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan
kriteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu
jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai
tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang
diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung
makna kiasan atau makna konotatif.
c. Makna Leksikal
14
Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah
leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan
kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap),
Cela (cacat).
d. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata
bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna
gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi.
Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
e. Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar
bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai
bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi
menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna
stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu
terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman
pribadi atau pengalaman sejarah.
15
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau
situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu
sendiri merupakan salah satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini.
Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata
yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan
dalam berbahasa.
5. Makna interpretatif
6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan dalam kalimat adalah jika ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal sehat. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola
pikiran sistematis(runtut/teratur). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya,
sudah benar pula pemakaian unsur-unsur yang lain(tanda baca, kata, frase), dapat
menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika.
2.3 Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam
Kehidupan Sehari-Hari
16
Komunikasi adalah salah satu fungsi dari bahasa. Jika kita menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kitadapat berkomunikasi dengan
mudah dan lancar. Mengingat banyak masyarakat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang memiliki suku dan ras yang berbeda-beda. Bayangkan jika kita
harus berbicaradengan suku lain kita akan kesulitan dalam berkomunikasi di
karenakan bahasayang digunakan berbeda. Tetapi dengan munculnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi di Indonesia, memberikan kemudahan
masyarakat antar daerah untuk berkomunikasi dengan baik, sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan dan pemahaman bahasa Indonesia
yang baik cerminan sebagai rasa nasionalisme kepada suatu bangsa. Dengan
menggunakan bahasa Indonesia kita tidak perlu bingungapabila ingin
berkomunikasi dengan berbagai suku dan orang yang ada diIndonesia. Persatuan
dan kesatuan bisa terjalin apabila penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dipergunakan dengan baik pula.
Jika kita berada di suatu daerah yang kita tidak bisa memakai bahasa yang
ada disitu makakita dapat menggunakan bahasa indonesia selagi kita
mempelajaribahasa lokal yang ada di daerah itu selama masih di wilayah negara
Indonesia. Selain pada situasi tersebut ada situasi dalam kehidupan sehari-hari
yangmengharuskan kita beradaptasi dalam menggunakan bahasa.Bahasa sebagai
alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya
terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Contohnya
17
adalah jika kita sedang berkumpul dengan teman sebaya kita tentu saja kita tidak
akan menggunakan bahasa yang terlalu formal. Namun jika kita berbicara kepada
orang yang lebih tua ataupun kita berada di dalam situasi formal semisal seminar,
konferensi, dll tentu saja kita harus dan wajib menggunakan bahasa yang formal
atau bisa disebut bahasa indonesia yang baik dan benar.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kita dapat mengetahui bahwa selain di pelajari dan
di pahami bahasa indonesia yang baik dan benar harus di aplikasikan atau di
terapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://aliseptiansyah.wordpress.com/2014/10/08/penggunaan-bahasa-indonesia-
dengan-baik-dan-benar/
http://anitamisriyahmissy.blogspot.co.id/2011/06/tata-bahasa.html
https://bocahsastra.wordpress.com/2011/12/29/fonologi-dan-pengertian/
http://duniakampus7.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-
indonesia.html
http://inasholikhatin.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bahasa-indonesia-eyd.html
http://maulanaj1.blogspot.co.id/2014/09/manfaat-berbahasa-indonesia-dengan-
baik.html?m=1
20
http://www.ahliartikel.com/2016/09/pengertian-kosakata-dan-macam-macam.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/pengertian-dan-jenis-jenis-makna-
kata.html
http://www.kompasiana.com/dessyhaloho/penggunaan-bahasa-indonesia-zaman
sekarang_5517e55c813311ad689de520
https://seniwenboyo.blogspot.co.id/2015/12/kelogisan-bahasa.html
21