Вы находитесь на странице: 1из 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

Oleh

Kelompok 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

BRONKOPNEUMONIA
MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik IIB

dengan dosen pengampu: Iis Rahmawati, S. Kep., M. Kes

Oleh:

Kelompok 6

Dwi Maulidiandari Endri NIM 132310101007

Karina Diana Safitri NIM 132310101019

Nailul Aizza Rizqiyah NIM 132310101032

Nuzulul Kholifatul Fitriyah NIM 132310101048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini dapat
terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi,
sistematika, maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini adalah sebagai


pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Klinik 2B bagi Semester 3 Program
Studi Ilmu Keperawatan di Universitas jember.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Iis Rahmawati, S. Kep., M.


Kes. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Klinik 2B ini. Serta bagi
semua pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam


mempelajari materi tentang penyakit terutama penyakt Bronkopneumonia.
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis
tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Jember, 25 Oktober 2014 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI .................................................................... 3

2.1 Pengertian Bronkopneumonia ......................................................... 3


2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia .................................................... 4
2.3 Etiologi dan Tanda Gejala Bronkopneumonia ............................... 5
2.4 Patofisiologi Bronkopneumonia ..................................................... 6
2.5 Komplikasi dan prognosis Bronkopneumonia ................................ 9
2.6 Penatalaksanaan Bronkopneumonia................................................ 10
2.7 Pencegahan Bronkopneumonia ....................................................... 10
2.8 Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia .................................. 11

BAB 3. PATHWAY .................................................................................. 12

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 13

4.1 Pengkajian ........................................................................................ 13


4.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 19

4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 20

4.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 28

iii
BAB 5. PENUTUP.................................................................................... 29

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 29


5.2 Saran ................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan
oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah
satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah
sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering
tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit
saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit
ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan
dan penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia
0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus
dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari
sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare,
demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia,
hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara
memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya
kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua
klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan klien.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi bronkopneumonia?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
1.2.4 Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
1.2.5 Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep
bronkopneumonia pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;
b. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi
bronkopneumonia;
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi
bronkopneumonia;
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis
bronkopneumonia;
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan
pemeriksaan penunjang bronkopneumonia ; dan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan bronkopneumonia.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bronkopneumonia


Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada
parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-
4 anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama
akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia diklasifikasikan
menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
(KDT) (1998) menyatakan, pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau
peradangan yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu
bronkopneumonia dengan viral sebagai penyebabnya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis
(bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.

3
2.2 Epidemiologi Bronkopneumonia Disease
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang
sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti
di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari
untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi
juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan
adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada
penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus
nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan
28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian
antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

4
2.3 Etiologi Bronkopneumonia Disease
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur
dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,
cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat
pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit
kronis).

2.4 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease


Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit
bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai
berikut:
1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia

5
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

2.5 Patofisiologi Bronkopneumonia Disease


Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang
biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti
sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara
cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan
infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia


Sumber : (Reeves, 2001)

6
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan
proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada
bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal
tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan
retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan
lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang
sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali
kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi
penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang
pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang
dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

7
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh
dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya
hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi
hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.

8
2.6 Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
2.6.1 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul
fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri
dalam paru paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi
nanah.
2.6.2 Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total,
mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan
infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

9
1.6 Penatalaksanaan
Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup
lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL
10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas
darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

1.7 Pencegahan Bronkopneumonia Disease


Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:
a. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan
teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin
berolahraga
b. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi
H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

10
1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus

11
BAB 3. PATHWAYS

12
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama :
b. Umur :
c. Suku/bangsa :
d. Agama :
e. Pendidikan :
f. Alamat :
g. Lingkungan tempat tinggal :
h. Sumber air minum :
i. Pembuangan sampah :
j. Sumber air kotor :
2. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas.
Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita
penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.

13
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Perkembangan
1. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
2. Anak memilik keinginan untuk sembuh
3. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
b. Pertumbuhan
1. BB anak menurun kg setelah 3 hari dirawat
2. TB anak 98 cm
6. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang
diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.
7. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan
dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut
dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:

14
1. Kepala
a. bentuk kepala
b. warna rambut
c. distribusi rambut
d. ada lesi atau tidak
e. hygiene
f. ada hematoma atau tidak
2. Mata
a. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
b. kaji reflek cahaya
c. konjungtiva anemis atau tidak
d. pergerakan bola mata
3. Telinga
a. simetris atau tidak
b. kebersihan
c. tes pendengaran
4. Hidung
a. ada polip atau tidak
b. nyeri tekan
c. kebersihan
d. pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman
5. Mulut
a. warna bibir
b. mukosa bibir lembab atau tidak
c. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
d. reflek mengisap
e. reflek menelan
6. Dada
a. Paru paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas

15
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk, lesi
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit <3 detik
c. Perkusi : Suara abdomen timpani
d. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8. Ekstremitas
a. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b. kelelahan (malaise)
c. kelemahan
d. CRT <2 detik dan keluhan
9. Genetalia dan anus
a. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris)
b. fungsi BAB
c. fungsi BAK

16
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses
inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit
meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
11. Keadaan Umum
Suhu : .....................
Nadi : .....................
TD : .....................
RR : .....................

17
12. Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit
bronkopneumonia meliputi:
1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,
dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada
meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi
usus, kulit kering dengan turgor buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan
bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubeda / varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.

18
4.2 Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
menurunnya intake dan tachipnea
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi

19
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


a. Respiratory status : Ventilation Airway suction
peningkatan produksi sputum
b. Respiratory status : Airway a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
patency suctioning
c. Aspiration Control b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Kriteria Hasil : c. Informasikan pada klien dan keluarga
a. Mendemonstrasikan batuk efektif tentang suctioning
dan suara nafas yang bersih, tidak d. Minta klien nafas dalam sebelum suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu dilakukan.
mengeluarkan sputum, mampu e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
bernafas dengan mudah, tidak ada untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
pursed lips) f. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
b. Menunjukkan jalan nafas yang tindakan
paten (klien tidak merasa tercekik, g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam setelah kateter dikeluarkan dari
dalam rentang normal, tidak ada nasotrakeal
suara nafas abnormal) h. Monitor status oksigen pasien
c. Mampu mengidentifikasikan dan i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
mencegah factor yang dapat melakukan suksion
menghambat jalan nafas j. Hentikan suksion dan berikan oksigen

20
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2

2 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


a. Respiratory status : Ventilation Airway Management
hiperventilasi
b. Respiratory status : Airway a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift

21
patency atau jaw thrust bila perlu
c. Vital sign Status b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
a. Mendemonstrasikan batuk efektif c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
dan suara nafas yang bersih, tidak alat jalan nafas buatan
ada sianosis dan dyspneu (mampu d. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, mampu e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips) g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
b. Menunjukkan jalan nafas yang tambahan
paten (klien tidak merasa tercekik, h. Lakukan suction pada mayo
irama nafas, frekuensi pernafasan i. Berikan bronkodilator bila perlu
dalam rentang normal, tidak ada j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
suara nafas abnormal) Lembab
c. Tanda Tanda vital dalam rentang k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
normal (tekanan darah, nadi, keseimbangan.
pernafasan) l. Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

22
Vital sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

3 Gangguan pertukaran gas b.d NOC : NIC :


a. Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
perubahan membran kapiler-alveolar
b. Respiratory Status : ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
c. Vital Sign Status atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil : b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan

23
adekuat alat jalan nafas buatan
b. Memelihara kebersihan paru paru d. Pasang mayo bila perlu
dan bebas dari tanda tanda distress e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pernafasan f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
c. Mendemonstrasikan batuk efektif g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dan suara nafas yang bersih, tidak tambahan
ada sianosis dan dyspneu (mampu h. Lakukan suction pada mayo
mengeluarkan sputum, mampu i. Berika bronkodilator bial perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada j. Barikan pelembab udara
pursed lips) k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
d. Tanda tanda vital dalam rentang keseimbangan.
normal l. Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
a. Monitor rata rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
b. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c. Monitor suara nafas, seperti dengkur
d. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
g. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan

24
suara tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
i. auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

4 Risiko kekurangan volume cairan NOC : NIC :


Nutritional Status : food and Fluid
berhubungan dengan demam,
Intake a. Kaji adanya tanda dehidrasi
menurunnya intake dan tachipnea b. Jaga kelancaran aliran infus
Kriteria Hasil : c. Periksa adanya tromboplebitis
a. Adanya peningkatan berat badan
d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
sesuai dengan tujuan
b. Volume cairan normal e. Lakukan kompres dingin jika terdapat
c. Pengeluaran BAB normal (tidak hipertermia suhu diatas 38 C
terjadi peningkatan) f. Pantau balance cairan
d. Tidak ada tanda dehidrasi g. Berikan nutrisi sesuai diit
e. Suhu tubuh normal 36,5-37 0C h. Awasi turgor kulit
f. Kelopak mata tidak cekung
g. Turgor kulit baik
h. Akral hangat

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :


Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
Intake a. Kaji adanya alergi makanan
pemasukan atau mencerna makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

25
atau mengabsorpsi zat-zat gizi a. Adanya peningkatan berat badan dibutuhkan pasien.
sesuai dengan tujuan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
berhubungan dengan faktor biologis,
b. Berat badan ideal sesuai dengan Fe
psikologis atau ekonomi tinggi badan d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
c. Mampu mengidentifikasi protein dan vitamin C
kebutuhan nutrisi e. Berikan substansi gula
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
e. Tidak terjadi penurunan berat tinggi serat untuk mencegah konstipasi
badan yang berarti g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan

26
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

27
4.3 Evaluasi
Pasien mampu:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
e. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
f. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
g. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
h. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya

28
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-
paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi
nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah,
selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa
meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit
bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap
anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit bronkopneumonia.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak
dengan bronkopneumonia dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah
terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan keluarga
perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara
operasional.

29
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh
Vidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan
oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan
Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh
Susan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

30

Вам также может понравиться