Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB III

UTILITAS

Unit utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit yang lain dalam suatu
pabrik atau sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal
sampai produk akhir. Kebutuhan sarana penunjang sangat diperlukan karena
kegiatan pabrik tidak mungkin berjalan tanpa adanya sarana penunjang. PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
Sektor Keramasan adalah sebagai berikut :

3.1 Penyediaan Air


Air yang digunakan sebagai bahan baku utama pada HRSG (Heat Recovery
Steam Generator) diperoleh dari pemurnian air sungai Keramasan di Kertapati.
Proses pengolahan air dilakukan dengan menghisap air dari sungai Keramasan
dengan menggunakan pompa sentrifugal, kemudian masuk kedalam bangunan
intake yang didalamnya terdapat saringan dan penampung sampah (trash rack).
Saringan harus dilengkapi dengan sistem pembersih dengan air (spray water) dan
pembuang ikan. Saringan diperlukan dalam sistem siklus terbuka untuk mencegah
sampah dan biota sungai yang memasuki intake dan pompa. Trash rack dipasang
disisi masuk saringan untuk mengumpulkan sampah ukuran besar.
Terdapat 2 sistem pengolahan air pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan
Uap di Keramasan, diantaranya :
1. Pre Treatment Plant
2. Water Treatment Plant

3.1.1 Pre Treatment Plant


Pre Treatment Plant merupakan sistem pengolahan air dari sumbernya yaitu
sungai Keramasan yang dipompakan oleh 2 Unit River Water Pump dengan tekanan
pompa berkisar 0,29 Mpa - 0,33 Mpa yang beroperasi secara bergantian, saat salah
satu unit pompa beroperasi, pompa lainnya dalam keadaan stand by. Apabila
pompa yang beroperasi mengalami pressure low, maka pompa stand by akan

29
30

beroperasi secara otomatis. Kemudian air melewati saringan kasar (Strainer), yang
dibagi menjadi dua aliran ke Cooling Tower dan Water Treatment Plant (WTP).
Air yang dialirkan ke Cooling Tower masuk kedalam basin dengan level maksimum
2650 mm, namun air hanya diisi sampai level 2200 mm. Sedangkan aliran lainnya
menuju ketempat bak penampungan utama (Clarifier). Dalam clarifier air akan
melewati tahap metode koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Setelah air
disaring dari kotoran-kotoran tersebut lalu dilakukan proses pengolahan sebagai
berikut:
a. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia kedalam air agar kotoran
dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur
halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan mengendap. Pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada
dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai
partikel koloid yang terkandung didalamnya. Destabilisasi partikel koloid
dilakukan dengan penambahan bahan kimia berupa PAC (Poly Aluminium
Chloride) kedalam air yang diinjeksikan melalui pipa pada jalur masuk air
menuju clarifier.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi.
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel
destabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan
oleh proses sedimentasi dan filtrasi. Pada filtrasi ini menggunakanan tawas,
untuk membentuk dan memperbesar flok akibat gabungan dari koloid-koloid
dalam air baku dengan koagulan. Untuk meningkatkan pembentukan flok,
polimer organik digunakan sebagai flokulan yang akan memberikan flok padat,
mengurangi carry over dari flok baik dari tangki sedimentasi dan sisa dari tawas
dalam air yang diolah. PAC (Poly Aluminium Chloride) sendiri dipengaruhi
oleh alkalinitas (pH) air baku. Ukuran flok yang efektif tidak akan terbentuk
jika alkalinitas dalam air tidak cukup tinggi. Kisaran pH optimum biasanya 7
sampai 8 dan NaoH akan digunakan sebagai penyesuaian pH.
31

Semua tahapan metode Flokulasi, Koagulasi dan penyesuaian pH dalam proses


penjernihan air pada bak penampungan utama (clarifier) dilakukan dengan cara
agitasi melalui jalur masuknya air (mixer in-line) sebelum menuju clarifier.
Dengan kata lain semua bahan kimia tersebut baik PAC (Poly Aluminium
Chloride), Polymer dan NaoH secara bersamaan diinjeksikan melalui jalur
masuknya air menuju clarifier.
c. Sedimentasi
Sedimentasi adalah poses pengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah di
destabilisasi oleh unit koagulasi dan flokulasi. Karena adanya perbedaan berat
jenis, koloid-koloid akan mengendap dan terpisah dengan air sehingga air akan
tampak lebih jernih. Jumlah flok yang menetap di clarifier dapat mengurangi
jumlah kapasitas air hasil produksi clarifier.
d. Filtrasi
Proses filtrasi pada PLTGU Keramasan menggunakan 2 unit MMF (Multimedia
Filter) dengan fungsi yang sama yaitu sebagai alat penyaring menggunakan
media pasir. Pada Multimedia Filter air dialirkan dari Clarifier Water Tank
menggunakan 2 unit pompa Clarifier Water Pump masuk melalui bagian inlet
atas dan didistribusikan ke area filter yang penuh oleh buffle dan keluar
melewati bagian bawah melalui outlet unit MMF.
Selama proses penyaringan melalui media filter, setiap endapan akan terjebak
antara partikel filter mulai dari media filter atas sampai bawah dalam MMF. Hal
ini bertujuan agar air yg masuk dapat melakukan perlawanan terhadap media
filter sehingga partikel-partikel yang terdapat di air dapat terjebak di media
filter. Dalam proses ini, ketika MMF (Multimedia Filter) telah diberi jangka
waktu melebihi 20 jam atau tekanan differensial unit sudah melebihi 1,2 Bar
(Low flow), maka MMF perlu melakukan Filter Backwash..
Keluaran dari MMF langsung didistribusikan dan ditampung pada Raw Water
Tank dalam bentuk air bersih/jernih. Untuk menghilangkan bakteri pada Raw
Water digunakan desinfektan klorin dengan kadar 7 gram/L. Raw Water dapat
digunakan sebagai air proses dan kebutuhan air untuk kebersihan pada PLTGU
32

Keramasan, yaitu sebagai air wudhu di mushola, air untuk mencuci di dapur
Control Central Room (CCR), dan air pada area lokal pembangkit.

Tabel 5. Spesifikasi Air Baku (raw water)

No. Parameter Hasil Rata-rata


1 pH 6.5 - 8.5
2 Turbiditas (N.T.U) 5
3 Kadar Fe (mg/L) 0.3
4 Kadar Mangan (mg/L) 0.1
5 Kadar Aluminium (mg/L) 0.2
Total padatan tersuspensi
6 30
(mg/L)
(Sumber: Keramasan Power Plant Extension Project, 2017.)

3.1.2 Water Treatment Plant


Proses water treatment plant atau demineralisasi merupakan proses
perubahan air bersih/jernih menjadi air demin dengan cara mengalirkan air menuju
unit ion exchanger resin Cation, Anion dan Mixed Bed. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air dan
mencegah timbulnya kerak CaCO3 atau MgCO3 yang dapat menghambat hantaran
panas.
Air dari Raw Water Tank yang sebelumnya sudah diolah pada Pre Treatment
Sytem dialirkan dengan menggunakan Filter Water Pump menuju saringan
(Catridge Filter), Cation Exchanger, Anion Exchanger dan Mixed Bed Exchanger.
Pengaturan ini menjamin kontinuitas pasokan selama periode ketika unit kation,
anion dan mixed bed menerima rekondisi diperlukan (regenerasi). Jalan aliran
proses lengkap dan semua item aliran proses pengolahan ditunjukkan dalam proses
diagram flow pada water treatment plant.
Raw Water dialirkan dan disaring melewati Catridge Filter masuk pada
bagian tengah filter dan keluar dengan 2 aliran menuju Cation Exchanger bagian
atas dan bawah pada Catridge Filter, tujuannya untuk menurunkan tingkat
kekeruhannya (turbidity).
33

Dari sisi atas filter air dialirkan menuju resin kation yang bertujuan untuk
menyerap ion-ion negatif seperti Cl-, NO3-, SO43- di dalam air dan menukarnya
dengan ion hidrogen (H+). Hasil keluaran dari penukar bersifat asam, sehingga di
perlukan proses pertukaran anion.
Air meninggalkan resin kation dan memasuki resin anion. Di dalam resin
anion, terjadi pertukaran ion antara ion-ion positif (Na+, K+, Ca+, Mg+, Fe3+) dengan
ion hidroksil (OH-). Ion negatif pada resin anion akan menangkap ion positif dari
senyawa asam. Air yang keluar dari resin ini masih memiliki kadar silika dan
konduktivitas yang masih tinggi sehingga perlu dilakukan proses lanjutan.
Proses pertukaran ion dikategorikan kurang sempurna, jika masih terdapat ion
yang tidak diinginkan berada didalam air. Upaya untuk menghilangkan semua ion
tersebut dari unit anion adalah dengan dilakukan diproses lanjutan pada unit Mixed
Bed. Unit ini mengandung campuran dari dua jenis resin sehingga air akan berturut-
turut melewati resin kation dan anion berkali-kali selama perjalanan melalui mixed
bed tersebut.
Ion-ion yang tidak diinginkan dapat turun ketingkat hampir tidak terdeteksi.
Proses ini sering digambarkan sebagai polishing dari air demineralisasi. Air
keluaran dari mixed bed langsung masuk dan ditampung kedalam tangki
penampungan air demin (Make up Water Tank). Air murni yang dihasilkan
digunakan sebagai air umpan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) untuk
menghasilkan steam.
34

Tabel 6. Parameter Resin Pada Pembuatan Air Bebas Mineral


Parameter Kation Anion
Jenis Resin Lewatit MonoPlus S 100 Lewaitit MonoPlus 600
WS WS
Volume 250 L 550 L
+
Ionic Form as Shipped Na Cl-
Functional Group Sulfonic Acid Quartenary Amine
Density 1,28 g/mL 1,10 g/mL
Total Capacity 2,0 eq/L 1,15 eq/L
pH Range 0-14 0-14
Operating Temperature 120oC 30oC
Regenerant HCl NaOH
Regenerant 6-10 % 3-5 %
Concentration
(sumber : Yolanda, dwi dkk, 2013.)

Proses pengolahan air di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)


Pembangkit Sumatera Bagian Selatan Sektor Pembangkitan Keramasan Unit
PLTGU Palembang dapat dilihat pada Gambar 4.
3.2 Kebutuhan Listrik
Listrik merupakan sarana penunjang operasi pada PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sektor Keramasan.
Listrik yang digunakan berasal dari hasil produksi sendiri. Daya listrik dari hasil
produksi ini digunakan sebanyak 2 2 MW = 4 MW. Listrik tersebut digunakan
sebagai energi utama dalam menggerakkan alat-alat yang beroperasi pada PLTGU
PT. PLN (Persero) Sektor Keramasan seperti pompa, turbin, generator dan
peralatan proses lainnya.

3.3 Bahan Bakar


Bahan bakar yang umum dipakai untuk unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan Uap adalah gas alam. Bahan bakar berupa gas alam berasal dari PT. Medco
E&P Indonesia. Penggunaan bahan bakar untuk turbin gas akan lebih
menguntungkan dibanding dengan menggunakan bahan bakar minyak karena :
- Lebih bersih, sehingga periode pemeliharaan lebih panjang.
- Titik nyala rendah, sehingga mengurangi faktor kegagalan start.
- Tidak memerlukan tangki penampungan dari pompa sehingga akan lebih hemat
dalam biaya invertasi maupun operasi.

Disamping ada keuntungannya, penggunaan bahan bakar gas juga


mempunyai kelemahan yaitu :
- Kebocoran gas dari instalasi tidak dapat terlihat langsung, hal ini mengundang
bahaya kebakaran.
- Hanya dapat diperoleh di tempat-tempat tertentu saja atau harus di supply dengan
memasang instalasi pipa yang panjangnya sampai ratusan kilometer.

Dalam penggunaan bahan bakar gas, untuk mencegah agar kondensat dan
kotoran lain tidak terbawa masuk ke dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan
Uap, maka terlebih dahulu bahan bakar gas dialirkan melalui fuel gas separator
dan filter. Disini kondensat dan kotoran dipisahkan dari gas dan ditampung didalam
condensate tank atau langsung dibuang melalui cold stack atau burning pit.
36

Selanjutnya bahan bakar gas yang sudah bersih dialirkan ke instalasi gas
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap untuk digunakan dalam proses pemanasan.

3.4 Boiler Utility


Produksi Steam di PLTGU dilakukan dengan memanfaatkan kembali gas
yang keluar dari turbin gas, gas ini memiliki temperatur yang masih tinggi, yaitu
pada temperatur 568oC dengan laju alir massa 333,1 ton/hr masuk ke dalam unit
HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kapasitas air umpan untuk steam yaitu
51,98 ton/jam.

3.4.1 Pengertian HRSG (Heat Recovery Steam Generator)


Heat Recovery Steam Generator (HRSG) berfungsi untuk memanaskan air
dengan menggunakan panas gas buang dari turbin gas sehingga dihasilkan uap
dengan tekanan dan temperatur tertentu yang konstan. HRSG merupakan
penghubung antara PLTG (siklus Brayton) dengan PLTU (siklus Rankine).
Ditinjau dari sumber panasnya, HRSG dibagi menjadi dua, yaitu unfired dan
fired (auxiliary burner atau supplementary burner). HRSG unfired adalah HRSG
yang seluruh sumber panasnya diperoleh dari gas buang (exhaust gas) turbin gas.
Sedangkan HRSG supplementary burner adalah HRSG yang dilengkapi dengan
peralatan pembakaran bahan bakar (burner) sehingga sumber panas nya dapat
diperoleh dari gas buang turbin gas dan atau dari pembakaran bahan bakar. Tetapi
pada umumnya HRSG yang terpasang tidak dilengkapi dengan burner karena
penerapan HRSG pada PLTGU tujuan utamanya adalah memanfaatkan panas gas
buang dari PLTG yang masih tinggi temperaturnya untuk menghasilkan uap yang
akan memutar turbin uap. Dengan cara ini diperoleh peningkatan efisiensi termal
yang besar. HRSG juga disebut Waste Heat Recovery Boiler (WHRB). Unit HRSG
di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Pembangkit Sumatera Bagian Selatan
Sektor Pembangkitan Keramasan Unit PLTGU Palembang dapat dilihat pada
Gambar 5.
37

Gambar 5. HRSG dengan Aliran Gas Mendatar


(Sumber:PT.PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pengendalian Pembangkitan Keramasan,2016).

3.4.2 Prinsip Kerja HRSG (Heat Recovery Steam Generator)


Gas buang dari turbin gas pada temperatur 5680C dengan laju alir massa 333,1
ton/hr dialirkan masuk ke HRSG untuk memanaskan air didalam pipa-pipa
pemanas, kemudian gas buang ini dibuang ke atmosfir melalui cerobong dengan
temperatur yang sudah rendah (sekitar 130 0C). Air didalam pipa-pipa yang berasal
dari drum sebagian berubah menjadi uap karena pemanasan tersebut. Campuran air
dan uap ini selanjutnya masuk kembali ke dalam drum. Di dalam drum, uap
dipisahkan dari air menggunakan separator.
Uap yang terkumpul kemudian diarahkan untuk memutar turbin uap,
sedangkan air dikembalikan kedalam drum untuk disirkulasikan lagi kedalam pipa-
pipa pemanas bersama dengan air pengisi yang baru. Demikian proses ini terjadi
berulang-ulang selama HRSG beroperasi. Agar dapat memproduksi uap yang
banyak dalam waktu yang relatif cepat, maka perpindahan panasnya dilakukan
dengan aliran berlawanan atau cross flow, dan sirkulasi airnya harus cepat.
Pada prinsip Heat Recovery Steam Generator dan boiler adalah sama, yaitu
suatu peralatan pemindah panas yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap
dengan bantuan panas. Perbedaan utama terletak pada sumber panas yang
digunakan dan susunan pipa pemanasnya.
Sumber panas untuk membangkitkan uap pada Heat Recovery Steam
Generator berasal dari energi panas yang terkandung didalam gas buang dari unit
38

turbin gas. Sedangkan pada boiler (ketel), sumber panas untuk membangkitkan uap
berasal dari pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar (furnace) boiler. Pada
boiler pipa-pipa pemanas disusun menjadi dinding ruang bakar, sedangkan pada
HRSG pipa-pipa pemanas disusun tegak lurus terhadap aliran gas buang.
Dengan kondisi demikian, maka HRSG :
- Tidak memiliki ruang bakar.
- Tidak dilengkapi sistem bahan bakar.
- Tidak ada sistem udara bakar.
- Tidak memiliki penghembus jelaga (soot blower).

Вам также может понравиться