Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Candida albicans
tumbuh dalam bentuk yang berbeda, yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah dan akan membentuk hifa semu. Candida albicans dapat
tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH
antara 4,5-6,5. Jamur Candida albicans dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu
280C-370C. Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan
terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak
antara lain pada Potatto Dextrose Agar (PDA), agar dengan 0,1% glukosa, Sabaroud
Dextrose Agar (SDA), dan Corn Meal Agar (CMA). Pada media SDA atau Glucose
Yeast Extract Peptone Water, Candida albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa
disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 m. Koloni bewarna krem,
Menurut Jawetz (2012), klasifikasi dari Candida albicans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
6
7
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
spesies Candida yang lain dan merupakan pembeda pada spesies tersebut
hanya Candida albicans yang mampu menghasilkan Clamydospora yaitu spora yang
dibentuk karena hifa, pada tempat tertentu membesar, membulat, dan dinding
khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga
dapat berubah dari warna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk
bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki
kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi (Jawetz dkk.,
2012).
Gambar II.1 Koloni Candida albicans pada media SDA (Gandjar, 2005)
8
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh
organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses
metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini
baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses akhir fermentasi anaerob
menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan
pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh Candida albicans sebagai
(Tjampakasari, 2006).
kunci dimainkan oleh dinding sel dan protein yang disekresikan. Permukaan
sel Candida albicans adalah titik kontak pertama dengan hospes, dan berperan penting
albicans merupakan sebuah struktur elastis yang menyediakan perlindungan fisik dan
dukungan osmotik, serta menentukan bentuk sel. Dinding sel adalah mediator utama
interaksi antara sel jamur dan substrat hospes. Interaksi ini mengakibatkan terjadinya
proses adhesi ke jaringan hospes dan diperkirakan sebagai salah satu faktor virulensi
penting dalam perkembangannya menjadi organisme patogen (Bates dan Rosa, 2006).
9
tetapi bersifat reversibel. Sifat ini akan menjadi irreversibel jika terjadi mekanisme
albicans berinteraksi dengan reseptor atau ligan dari sel hospes (Tjampakasari, 2006).
hidrofilik, menunjukkan perlekatan yang lebih besar pada epitel, sel endotel, dan
protein matriks ekstraselular. Permukaan sel hidrofobik ini akan menjadi lebih resisten
terhadap sel fagosit. Sehingga semakin hidrofobik permukaan sel, maka Candida
albicans akan semakin mudah melekat pada jaringan hospes (Pereira dan Tatiana,
2008).
sebagian peneliti menyatakan sifatnya yang polimorfik. Dua bentuk utama Candida
albicans adalah bentuk ragi dan bentuk pseudohifa yang juga disebut sebagai
miselium. Dalam keadaan patogen, Candida albicans lebih banyak ditemukan dalam
bentuk miselium atau filamen dibandingkan bentuk spora. Bentuk hifa mempunyai
virulensi yang lebih tinggi dibandingkan bentuk spora karena ukuran yang lebih besar
sehingga sulit untuk difagositosis oleh sel makrofag (Pereira dan Tatiana, 2008)
10
Menurut Greenwood et.al. (2007), media kultur yang dipakai untuk biakan
Candida albicans adalah Sabouraud dextrose agar (SDA) dengan atau tanpa
cairan atau kerokan sampel pada tempat infeksi, kemudian diperiksa secara berturutan
Pemeriksaan kultur darah sangat berguna untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis
ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan untuk produk farmasi (Yunihastuti
dkk., 2005). Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau plate dan diinkubasi
pada suhu 370C selama 24-48 jam, setelah 3 hari tampak koloni Candida albicans
sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari kemudian koloni dapat dilihat dengan jelas.
media, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin dan dapat agak
keriput dengan bau ragi yang khas. Pertumbuhan pada SDB baru dapat dilihat setelah
4-6 minggu, sebelum dilaporkan sebagai hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan
mengambil koloni yang terpisah, kemudian ditanam seujung jarum biakan pada media
albicans pada SDA dapat dilihat pada Gambar II di berikut ini (Yunihastuti dkk.,
2005).
11
bentuk blastospora, hifa atau pseudohyfae, atau campuran keduanya. Sel jaringan
seperti epitel, leukosit, eritrosit, dan mikroba lain seperti bakteri atau parasit juga dapat
terlihat dalam sediaan. Jamur muncul dalam bentukan budding yeast cells dan
pseudomycelium juga terlihat pada sebagian besar sediaan seperti pada Gambar 2
atau bahan klinis yang berasal dari kuku dan kulit. Media ini selektif untuk fungi dan
asam/pH 5,6. Penambahan antibiotika membuat media ini lebih selektif yang bertujuan
untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis
(Yunihastuti dkk., 2005). Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur yang
menunjukkan tipikal kumpulan mikroorganisma yang tampak seperti krim putih dan
licin disertai bau khas/yeast odour. Pertumbuhan SDA plate dapat dilihat pada
manusia yang ke dalamnya disuntikkan koloni yang diduga sebagai strain Kandida ke
dalam tabung kecil dan diinkubasi pada suhu 370C selama 2-3 jam. Germ tube
terbentuk dalam dua jam setelah proses inkubasi. Bagian ujung yang menempel pada
yeast cells terlihat adanya pengerutan/pengecilan (tidak ada konstriksi). Bentuk germ
tube dari Candida albicans dapat dilihat pada Gambar II. 4 (Iwen, 2007).
Gambar II. 4.(1) Chlamydospore. (2) Clamydospore membentuk germ tube baru. (3) Germ tube mulai
terbentuk dari hifa sejati (anak panah) (Murray et.al., 2003).
13
6. Oral Candidiasis
mempengaruhi mukosa oral. Pada sebagian besar kasus, lesi tersebut disebabkan oleh
jamur Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu komponen dari
karena spesies candida lainnya. Candida albicans, Candida tropicalis, dan Candida
glabrata bersama terdiri lebih dari 80% dari spesies yang terisolasi dari infeksi
permukaan epitel, oleh karena itu, strain Candida dengan potensi adhesi yang lebih
baik lebih patogenik daripada strain dengan adhesi. Penetrasi jamur dari sel epitel
difasilitasi oleh produksi lipase mereka, dan agar jamur bertahan di epitel, mengatasi
deskuamasi konstan sel epitel permukaan. Terdapat hubungan yang jelas antara oral
candidiasis dan pengaruh faktor predisposisi lokal dan umum. Faktor predisposisi
respon imun oral mucosa. Faktor predisposisi umum biasanya berhubungan dengan
Status kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh obat-obatan juga penyakit, yang
dengan infeksi jamur pada anak, yang tidak memiliki sistem imun yang berkembang
sebagai infeksi yang berhubungan dengan candida, dan lesi ini dapat, selain karena
Secara umum presentasi klinis dari oral candidiasis terbagi atas lima bentuk:
Candidiasis eritematosa atau Keilitis angular. Pasien dapat menunjukan satu atau
1. Candidiasis pseudomembranosa
merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Ini juga dapat terlihat pada
yang multipel yang dapat dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan kumpulan
dari hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika gejala-gejala ringan pada jenis
candidiasis ini pasien akan mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan
2. Candidiasis atropik
mukosa yang relatif kering. Area kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang
berada dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien dengan gigi
3. Candidiasis hiperplastik
hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang tidak dapat deibersihkan. Lesi
4. Candidiasis eritematosa
lesi timbul eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah palatum. Berlainan dengan
ditemui adanya plak-plak putih. Tampilan klinis yang terlihat padacandidiasis ini
yaitu daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit perdarahan di
daerah sekitar dasar lesi. Hal ini sering dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering
pada pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, tetapi daerah
yang paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum. Menurut
yaitu :
tiruan.
16
5. Cheilitis angular
yang mengenai bagian sudut mulut. Gejala ini biasanya disertai dengan
kombinasi dari bentuk infeksi candidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa. Oral
tambahan yaitu, sitologi eksfoliatif, kultur, dan biopsi jaringan (Hosseini, 2006).
8. Terapi Candidiasis
golongan yaitu :
1. Antibiotik
b. Heterocyclicbenzofuran : griseofulvin
3. Azoles
ketokonazol
4. Allylamine Terbinafine
Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk kasus pada
yaitu dengan cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal
cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan
berupa suspensi oral 100.000 U/5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk
ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak normalan membran sel. Sediaan dalam
bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4 kali/hari setengah sendok makan, ditaruh
dengan cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan
18
permeabilitas membran sel, obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa
mual/muntah, sakit kepala,parestesia, dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg
hari,bentuk suspensi (100-200 mg) / hari,selama 2 minggu. Efek samping obat berupa
(Greenberg, 2003).
penderita immunosupresiv. Efek samping mual, sakit di bagian perut, sakit kepala,
450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membran sel. Absorpsi tidak dipengaruhi
oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg single
dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui (Greenberg,
2003).
B. Taksonomi Kunyit
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
(1) (2)
Gambar II.5: (1) Tumbuhan Kunyit. (2). Rimpang Kunyit (Winarto, 2008)
Salah satu jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat
tradisional adalah kunyit (Curcuma domestica). Kunyit termasuk salah satu suku
berupa rimpang yang mempunyai struktur yang berbeda dengan Zingiber, yaitu
berupa suatu induk rimpang yang tebal berdaging seperti gasing (kerucut) (empu)
yang membentuk anakan rimpang yang lebih panjang dan langsing, warna sebelah
dalam kuning jingga, pusatnya lebih pucat, tunas diatas tanah berbeda dengan Zingiber
(Tjitrosoepomo, 1994).
Daun tanaman runcing dan licin dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 8 cm.
Bunga muncul dari batang semu dengan panjang sekitar 10-15 cm. Warna bunga
putih atau putih bergaris hijau dan terkadang ujung bunga berwarna merah jambu.
20
Bagian utama dari tanaman adalah rimpangnya yang berada didalam tanah. Rimpang
ini biasanya tumbuh menjalar dan rimpang induk biasanya berbentuk elips
(Agoes, 2010).
endometrium dan diameter uterus, ketebalan epitel vagina, dan diameter duktus
2007). Hasil penelitian Hartono (2005) nenunjukkan bahwa rimpang kunyit memiliki
Kandungan kimia kunyit terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan
moisture. Minyak esensial dihasilkan dengan destilasi uap dari rimpang yaitu
merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning yang
terdiri dari kurkumin I, kurkumin II dan kurkumin III (Chattopadhyay, 2004). Dalam
seperti minyak asiri atau volatil oil, lemak, karbohidrat, protein, pati, vitamin C, zat
a. Kurkuminoid
kunyit. Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% kurkumin dan dua
21
senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan
(Tonessen & Karlsen, 1995). Kurkumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol
Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu
yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi
membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan
mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin
lain yang penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Van der Good, 1997).
Kurkumin dapat mengganggu siklus sel kanker paru A549 dan menekan pertumbuhan sel.
Efek penekanan tergantung pada konsentrasi. Efek tidak hanya bergantung dari sitotoksik
Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila
dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia
Titik lebur kurkumin berkisar 183 0C. Kurkumin tidak larut dalam air dan eter, tetapi
larut dalam etanol dan asam asetat glasial (Krisnamurthy et.al. 1996).
22
pencegah kanker serta menurunkan resiko serangan jantung. Pada penilitian yang
dilakukan oleh Chipault et.al. (1985), kunyit mempunyai indeks antioksidan sebesar
15.9 (ulangan I) dan 29.6 (ulangan II) yang diuji dengan teknik obsorbsi oksigen.
Sedangkan Cort (1984) yang dikutip Farell (1990) menyatakn bahwa indeks
b. Minyak atsiri
aroma dan cita rasa kunyit. Dalam perdagangan internasional, minyak ini dikenal
atlanton (Said, 2007). Senyawa resin dan tanin juga bersifat antioksidan (Hernawan
dan Setyawan, 2003). Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan.
dihasilkan 1.3-5.5% minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 2.5-7.5%, tergantung pada varietas dan
tempat tumbuhnya.
sabinen, borneol.
1981).
Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah turmerol yaitu suatu alkohol dengan
Menurtu Winarto (2008), kunyit memiliki banyak khasiat dan kegunaan terutama
sudah banyak jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan rimpang kunyit
seperti demam, pilek dengan hidung tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada
kulit, bengkak, bau badan, malaria, dan panas dalam atau sariawan usus atau sariawan
mulut.
24
(hyperlipidemia), menyembuhkan nyeri dada, asma, rasa tidak enak di perut (dispepsia),
rasa baal di bahu, terlambat haid karena darah tidak lancar, haid tidak teratur, sakit perut
sehabis melahirkan, radang hidung, radang telinga, radang gusi, radang rahim,
depresi.
9. Mencegah rasa tidak nyaman dimulut seperti sariawan, bengkak pada mulut,
10. Akar kunyit dipercaya dapat menyembuhkan penyakit rematik dan bengkak-
Menurut Jawetz et.al. (1996), istilah antijamur memiliki dua pengertian, yaitu
suatu senyawa yang dapat menghambat jamur (fungistatik). Fungistatik yaitu senyawa
sehingga jumlah sel jamur yang hidup relatif tetap. Pertumbuhan jamur akan
mempunyai kemampuan untuk membunuh jamur sehingga dinding sel jamur menjadi
hancur karena lisis, akibatnya jamur tidak dapat bereproduksi kembali, meskipun
Uji daya antijamur yang diujikan ada yang bersifat fungisidal sebagai
Daya hambat dan daya bunuh suatu kandungan ekstrak tumbuhan terhadap
terendah suatu kandungan ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan jamur yang
26
menunjukkan jumlah koloni jamur paling sedikit pada SDA dan Konsentrasi Bunuh
pertumbuhan jamur ditandai pada media SDA yang sama sekali tidak terdapat
terhadap suatu zat antijamur. Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antijamur
in vitro antara lain adalah pH lingkungan, komponen media, stabilitas zat antijamur,
et.al., 2007).
terhadap suatu agen antifungi yang telah ditentukan. Dua sistem uji standar untuk
1. Uji Dilusi
konsentrasi bunuh minimum (KBM) suatu zat antifungi terhadap jamur yang
secara seri, yaitu dengan mengencerkan bahan antifungi dengan media cair,
selanjutnya pada setiap tabung dimasukan 0,1 ml atau 1ml inoculum standard.
Dua tabung dipakai sebagai kontrol positif diisi media dan inokulum,
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dan diamati kekurangan
27
ulang pada media agar, maka akan lihat pertumbuhan koloni-koloni jamur,
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair, namun mengunakan media
antimikroba yang di uji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji
2. Uji Difusi
Metode yang sering digunakan untuk uji resistensi zat antifungi/tes Kirby &
Bauer. Pada motode ini zat antifungi diberikan pada media pembenihan yang telah
diinokulasi oleh jamur, setelah diinkubasi, dihitung diameter zona terakhir disekitar
zat antifungi yang diinterpretasikan sebagai kekuatan hambat suatu zat terhadap
pertumbuhan suatu jamur (Brooks et.al., 2007). Metode ini dibagi menjadi tiga yaitu,
a. Metode lubang/perforasi
Jamur uji yang umurnya 18-24 jam disuspensikan ke dalam media agar
pada suhu sekitar 45 0C. Suspensi jamur dituangkan ke dalam cawan petri steril.
dimasukan zat yang akan diuji aktifitasnya sebanyak 20 L dan diinkubasi paa
suhu 37 0C selama 18-24 jam. Aktifitas antijamur dapat dilihat dari daerah
Zat yang akan diuji diserap ke dalam kertas saring dengan cara
tertentu dengan kadar tertentu. Kertas saring disebut diletakan di atas permukaan
agar padat, kemudian digores dengan suspensi fungi 90% pada agar melalui
kertas saringnya, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Aktifitas
antijamurdapat dilihat dari daerah bening yang tidak ditumbuhi jamur dekat
kertas saring.
Zat yang akan diuji diserap ke dalam cakram kertas dengan cara
tertentu dengan kadar tertentu pula. Kertas cakram diletakan diatas permukaan
agar padat yang telah dituangkan jamur sebelumnya. Cawan petri diinkubasi
pada suhu 300C selama 2 sampai 4 hari. Aktfitas antijamur dapat dilihat dari
Menurut Brooks et.al., (2007), terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan
terkait uji antijamur karena bisa menyebabkan perubahan hasil yang signifikan:
a. pH lingkungan
Beberapa zat lebih aktif bekerja di lingkungan yang asam, sedangkan zat
b. Media pertumbuhan
29
d. Inokulum
Secara umum, semakin besar ukuran inokulum semakin rendah kepekaan atau
sensitifitas kuman sehingga zona hambatan menjadi lebih kecil. Uji antijamur
e. Inkubasi
Waktu yang diperlukan untuk uji antijamur umumnya 16-24 jam. Semakin
Sedangkan suhu optimal pertumbuhan mikroba yaitu sama seperti suhu tubuh
manusia.
Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solute) antara dua pelarut
tidak saling bercampur dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak murni (Achmadi,
atau zat aktif suatu simplisia dngan mengunakan pelarut tertentu. Proses ekstraksi
komponen-komponen aktif.
30
Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam
pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut. Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah
ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi dan perkolasi, ekstraksi secara panas
dengan cara soxhletasi, refluks dan penyulinagan uap air (Harborne, 2001).
Maserasi dilakukan dengan cara memasukan bagian simplisia dengan derajat yang
cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari pada bagian, ditutup dan
dibiarkan selama 2-5 hari, terlindungi dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari
lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan penyari. Penyarian
diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup,
dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
(Harborne, 2001).