Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FISIOLOGI KALA IV
Persalinan kala IV di mulai sejak lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang
normal.(Sumarah.2009:166)
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat menganggu keselamatan
ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran placenta sangat penting untuk di
perhatikan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus
tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus
tidak mau berkontraksi dengan baik dapat di berikan obat oksitosin dan harus diawasi
sekurang kurangnya selama satu jam sambil mengmati terjadinya perdarahan postpartum.
(Sumarah.2009:166)
Hal ini berguna untuk mengetahui terjanya laserasi (adanya robekan) yang dapat di ketahui
dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta adanya kontraksi
uterus.(Sumarah.2009:167)
Segera setelah kelahiran bayi servik dan vagina harus di periksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembadahan kalau di perlukan.
Servik, vagina dan perineum dapat di periksa lebih mudah sebelum pelepasan plesanta karena
tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan plasenta
biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II. (Sumarah.2009:167)
1. Tanda vital
e. Luka-lika pada perineum harus terawat baik dan tidak terjadi hematoma.
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan di guanakan untuk memastikan
bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak pengeluaran darah. Adapun gejala
syok yang di perlihatkan antara lain : nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih).,
atau tidak sadar serat produksi urin sangat sedikit (kurang dari 30 cc/jam).
Pemantauan tekanan darah sangat berhubungan dengan adanya gejala syok, gejala
dehidrasi, gejala infeksi, gejala pre eklamsi. Pemantauan suhu tubuh di perhatikan
apakah ada kenaikan suhu tubuh, suhu mencapai 38c atau lebih dapat menyebabkan
produksi urin sedikit sehingga urin menjadi pekat, dan suhu yang lebih tinggi
(Sumarah.2009:168)
2. Kontraksi uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting pada asuhan persalinan kala IV
dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang bergna untuk memantau terjadinya
perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan
sangat kecil. Saat kelahiran tfu akan berada 1-2 jari di bawah pusat dan terletak agak
3. Lochea
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar 1000
gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50 gr pada saat 3 minggu masa nifas. Servik juga
kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa
hari pertama setelah kelahiran sekret rahim (lochia) tampak merah (lochia rubra) karena
adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari, lochia menjadi lebih pucat (lochia serosa), dan
di hari ke-10 lochia tampak putih atau putih kekuning- kuningan (lochia alba). Lochia
4. Kandung kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar uterus
dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan
lanjut yang berakibar fatal bagi ibu. Jika kndung kemih penuh, bantu ibu untuk
mengosongkan dandung kemihnya dan ibu di anjurkan untuk selalu rnegosongkannya jika
di perlukan. (Sumarah.2009:169)
5. Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan
luasnya robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat di hindari
atau di kurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul di lalui oleh kepala
janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlalu kuat
dan lama.
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek di namakan robekan
perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan
ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis tengah luka.
Sedangkan pada tingkat tiga atau robekan total muskulus sfringter ani eksternum ikut
putus dan kadang kadang dinding depan rektum ikut robek juga. (Sumarah.2009:169)
Perkiraan darah yang hilang sangat penting artinya untuk keselamatan ibu, namun sulit
untuk menentukan banyaknya ndarah yang hilang sangatlah sulit karena darah sering kali
bercampur dengan air ketuban atau urin dan mungkin terserap kain. Cara tak langsung
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah.
Kalau ibu lemas, pusing dan kesadran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih
dari 10 mmhg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.
Kalau ibu mengalami syok hipovelemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total