Вы находитесь на странице: 1из 10

ISSN: 1979-9292

JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611


Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

SENAM KAKI DIABETIK EFEKTIF MENINGKATKAN ANKLE BRACHIAL


INDEX PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Aria Wahyuni*, Nina Arisfa


Departemen Keparawatan Medikal Bedah Program studi Ilmu keperawatan STIKES Fort De Kock,
Bukittinggi
*
Email: ariawahyuni@gmail.com,
Submitted:31-012016, Rewiewed:01-02-2016, Accepted:03-02-2016
http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i2.231

Abstract
This study aims to determine the effect of diabetic foot exercise on Ankle Brachial Index (ABI) in
patients with Diabetes Mellitus Type 2. A design used quasy experiment with one-group pre-test
post-test. The population in this study were patients DM type 2 in one of health public centre in
Payakumbuh city. The sample was recruited with purposive sampling technique as many as 10
samplesthat satisfies the criteria of patient namely DM type 2 without comorbidities. The average ABI
before diabetic foot exercise is 0.77 and after conducted diabetic foot exercise is 1.00.The results of
analysis statistics show there is a significant difference in ABI between before and after conducted
diabetic foot exercise. It was concludedthat theimplementation of thediabetic footexercisecan
improveABIin patients withtype 2 diabetes. The study recommends thatpatients withtype 2 DMis
expectedtobe able totake advantage ofdiabetic footexercise asa naturalpracticalexercisesin
improvingperipheralperfusionas wellasthe prevention of complicationsin patients withtype 2
diabetesspecificallyto the area ofthe foot. Recommendationsforfuture researchisto comparethe
effectiveness ofdiabetic footexercise on blood sugar, legsensitivity, value ofABI, and capillary refill
time
Keywords : Ankle Brachial Index;Diabetic FootExercise;Diabetes Mellitus Type 2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas senam kaki diabetik terhadap Ankle Brachial
Indexpada pasien Diabetes Melitus Tipe 2.Desainyang digunakan adalah Quasieksperimen dengan
pendekatan one-group pre-test post-test. Populasi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang ada
di salah satu wilayah kerja puskesmas yang ada di kota Payakumbuh sebanyak 77 orang. Sampel
diambil menggunakan teknikpurposive sampling sebanyak 10 orang sampel yang memenuhi kriteria
yaitu pasien DM tipe 2 tanpa penyakit penyerta.Rata-rataABI sebelum dilakukan senam kaki diabetik
adalah 0.62dan rata-rataABI setelahdilakukan senam kaki diabetik adalah 0.93. Hasil analisis
statistik menunjukkan ada perbedaannilai ABI yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan
senam kaki diabetik (p value = 0,005). Disimpulkan bahwa pelaksanaan senam kaki diabetikdapat
meningkatkanABI pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan bahwa pasien DM tipe
2diharapkan untuk dapat memanfaatkan senam kaki diabetiksebagai senam alami yang praktis dalam
meningkatkan perfusi ke periferserta sebagai pencegahan komplikasi pada pasien DM tipe 2
khususnya kedaerah kaki. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan
efektifitas senam kaki diabetik terhadap gula darah, sensitifitas kak, nilai ABI, dan waktu pengisian
kapiler
Kata Kunci : Ankle Brachial Index;Diabetes Melitus Tipe 2;Senam Kaki Diabetik.

PENDAHULUAN jumlahnya dimasa datang, World Health


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu Organization (WHO)memperkirakan pada
penyakit degeneratif dan salah satu tahun 2025 angka kejadian DM meningkat
penyakit tidak menular yang meningkat menjadi 300 juta orang. Meningkatnya
KOPERTIS WILAYAH X 155
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

prevalensi DM di negara berkembang Menurut Waspadji (2014) kaki diabetes


salah satunya perubahan gaya hidup. merupakan salah satu infeksi kronik DM
Indonesia salah satu negara yang masuk yang paling ditakuti, berakhir dengan
dengan negara yang prevalensi DM juga kecacatan (amputasi) dan kematian. Di
meningkat dan diperkirakan pada tahun Indonesia angka kematian dan angka
2025 DM di Indonesia menjadi urutan amputasi masih tinggi masing-masing
kelima (12.4 juta orang) dari sebelumnya sebesar 16% dan 25%. Terjadinya kaki
urutan ketujuh pada tahun 1995 (4.7 juta diabetik dimulai dari glukosa yang tinggi
orang) (Suyono, 2014). akan merusak pembuluh darah perifer kaki
DM adalah penyakit kelompok gangguan yang awal mulanya terjadinya iskemia
metabolik yang ditandai dengan yang dapat juga menyebabkan Peripheral
peningkatan kadar gula darah yang Artery Disease (PAD). Komplikasi kaki
disebabkan oleh kurangnya insulin, tidak adalah hal yang bisa terjadi pada pasien
mampu insulin bekerja atau keduanya. diabetes yang dapat meningkatkan angka
Klasifikasi DM dibagi dalam beberapa amputasi serta mengancam kehidupan.
bagian yaitu DM tipe 1 (IDDM = Insulin Dalam hal menurunkan hal yang
Dependen Diabetes Melitus), DM tipe 2 mengancam kehidupan maka perawatan
(NIDDM = Non Insulin Dependen kaki dengan baik (Chong, Moissinac,
Diabetes Melitus), DM kehamilan dan DM Hwa, Murugesan, & Kim, 2004).
yang berhubungan dengan kondisi lainnya.
Diantara klasifikasi DM, DM tipe 2 paling Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi
banyak ditemui sekitar 90-95% dari pasien menjadi dua kelompok yaitu pencegahan
DM (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, primer dan skunder. Pencegahan primer
2010). Manifestasi klinis pasien DM yaitu mencegah agar tidak terjadinya luka
adalah peningkatan frekuensi urin dan pencegahan skunder yaitu mencegah
(polyuria), peningkatan rasa haus kecacatan akibat luka. Tujuan pengelolaan
(polydipsia) dan peningkatan masukan diabetes yaitu hilangnya berbagai keluhan
makanan dengan penurunan berat badan gejala diabetes dan tercegahnya berbagai
(polyphagia) (Black & Hawks, 2009). komplikasi baik pada pembuluh darah
sehingga pasien dapat menikmati
Akibat lanjut atau komplikasi dari DM kehidupan yang sehat dan nyaman.
dapat bersifat jangka panjang berupa Apabila seseorang terdiagnosa diabetes
mikroangiopati dan makrongiopati dan mellitus maka sangat diperlukan yaitu
jangka pendek yang hingga menyebabkan pencegahan primer yaitu dengan
kematian. Adapun komplikasi perawatan kaki seperti membersihkan
mikrovaskuler meliputi retinopati, kaki, memakai kaus kaki dan tidak
nefropati dan neuropati sedangkan berjalan menggunakan alas
kerusakan makrovaskuler meliputi kaki(Tjokroprawiro & Murtiwi,
penyakit arteri koroner, kerusakan 2014;Waspadji, 2014). Menurut penelitian
pembuluh darah serebral dan juga yang dilakukan oleh Sihombing,
kerusakan pembuluh darah perifer tungkai Nursiswati, & Prawesti
yang biasa disebut dengan kaki diabetes (2008)menyimpulkan bahwa perawatan
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & kaki wajib dilakukan oleh setiap orang
Camera, 2011; Waspadji, 2014). khususnya pada pasien DM karena sangat
rentan dan membutuhkan waktu yang lama

KOPERTIS WILAYAH X 156


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

dalam proses penyembuhan apabila sudah Ankle brachial index (ABI) merupakan
terkena neuropati yang mengakibatkan pemeriksaan non invasive pembuluh darah
ulkus pada kaki. Melakukan perawatan yang berfungsi untuk mendeteksi tanda
kaki secara teratur dapat mengurangi dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan
penyakit kaki diabetik sebesar 50-60%. perfusi perifer yang dapat mengakibatkan
Untuk meningkatkan vaskularisasi angiopati dan neuropati diabetik. ABI
perawatan kaki dapat juga dilakukan adalah metode sederhana dengan
dengan gerakan-gerakan kaki yang dikenal mengukur tekanan darah pada daerah
sebagai senam kaki diabetes(Black & ankle (kaki) dan brachial (tangan)
Hawks, 2009;Smeltzer et al., 2010; Lewis memerlukan probe doppler.Hasil
et al., 2011). pengukuran ABI menunjukan keadaan
sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan
Senam kaki diabetes dapat membantu rentang nilai sama atau lebih 0,90
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot menunjukkan bahwa sirkulasi ke daerah
kecil kaki dan mencegah terjadinya tungkai normal dan apabila kurang dari
kelainan bentuk kaki, mengatasi 0.90 dinyatakan sirkulasi ke kaki
keterbatasan jumlah insulin pada penderita mengalami obstruksi. Nilai ini didapatkan
DM mengakibatkan kadar gula dalam dari hasil perbandingan tekanan sistolik
darah meningkat hal ini menyebabkan pada daerah kaki dan tangan(Antono &
rusaknya pembuluh darah, saraf dan Hamonangani, 2014; Gitarja, 2015).
struktur. Senam kaki diabetes juga
digunakan sebagai latihan kaki. Latihan Berpijak pada penjelasan diatas maka
kaki juga dipercaya untuk mengelola peneliti melakukan penelitian dengan
pasien yang mengalami DM, pasien DM tujuan untuk mengetahui efektifitas senam
setelah latihan kaki merasa nyaman, kaki diabetik terhadap ankle Brachial
mengurangi nyeri, mengurangi kerusakan Index (ABI) pada pasien Diabetes Melitus
saraf dan mengontrol gula darah serta (DM) Tipe 2.
meningkatkan sirkulasi darah pada kaki
(Taylor, 2010; Black & Hawks, 2009) METODE
Jenis penelitian ini adalah Quasi
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat eksperimen dengan pendekatan One group
diukur melalui pemeriksaan non invasive Pretest-postest design.Populasi adalah
salah satunya adalah dengan pemeriksaan seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di
ankle brachial index.Nilai ABI pada salah satu wilayah puskesmas di Kota
pasien ABI > 1.0 dan apabila < 0.9 Payakumbuh sebanyak 77 orang dimana
beresiko terjadi gangguan perifer oleh sampel diambil menggunakan teknik
karena itu skrening yang tepat untuk purposive sampling sebanyak 10 orang
pasien DM adalah dengan mengukur ABI. yang memenuhi kriteria umur 40-60 tahun,
Hubungan ABI dan keparahan ulkus diuji pasien DM tipe 2 tanpa penyerta, tidak
dengan analisis koefisien koreksi memiliki infeksi pada daerah kaki.
Spearman dan mendapatkan nilai P = Instrumen yang digunakan dalam
0,008 yang menunjukkan makin rendah penelitian ini adalah tempurung kelapa
nilai ABI maka nilai keparahan ulkus yang digunakan untuk melakukan senam
semakin besar(Kristiani et al., 2015) kaki diabetik yang dimodifikasi dari senam
kaki menggunakan koran,

KOPERTIS WILAYAH X 157


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

spygnomanometer digitalyang sudah komputerisasi. Data sebelumnya dilakukan


terkalibrasi sebelumnya untuk uji normalitas didapatkan data tidak
dipergunakan untuk mengukur tekanan berdistribusi normal (nilai p < 0.005)
darah responden (pengukuran secara sehingga uji statistik yang digunakan
manual), pedoman senam kaki adalah Wilcoxon test
menggunakan metode demonstrasi
danlembaran observasi. Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan selama tiga hari berturut-turut Umur yang didapatkan pada penelitian ini
dengan rincian hari pertama pasien yang rata-rata 50.30 tahun (tabel 1.1). Hasil
sudah terpilih menjadi sampel penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikumpulkan dalam satu ruangan mengemukakan bahwa DM tipe 2 ada
kemudian dijelaskan tujuan, kontrak akibat dari meningkatnya umur dan
waktu, menjelaskan dan mengajarkan penyebab DM tipe 2 salah satunya umur
pasien tentang prosedur senam kaki, pasien lebibih dari 40 tahun (Lewis et al, 2011;
melihat terlebih dahulu cara senam kaki Black & Hawk, 2009). Penelitian ini juga
yang diajarkan oleh peneliti dan meminta sesuai dengan penelitian yang menjelaskan
kepada responden melakukan bahwa umur pasien DM tipe 2 adalah
redemonstrasi setelah itu pasien diminta orang dewasa lebih banyak ditemukan
secara bersama-sama melakukan senam karena semakin besar umur seseorang
kaki, menandatangani informed concern maka sirkulasi darah kearah daerah perifer
selanjutnya mengukur nilai ABI pada menurun(Natalia, Hasneli, & Novayelinda,
daerah kaki dan tangan kemudian 2012). Menurut Hastuti (2008) dalam
membandingkan hasil tekanan darah penelitiannya didapatkan bahwa umur
sistolik kedua daerah tersebut setelah itu pasien DM tipe 2 berkisar 40-60 tahun,
peneliti memandu pasien untuk melakukan dan tidak ada hubungannya antara umur
senam kaki diabetik selama 30 menit. Hari dengan kejadian ulkus diabetik. Dapat
kedua dan ketiga pasien dikumpulkan ditarik kesimpulan antara dua penelitian
untuk melakukan senam kaki diabetik tersebut bahwa ulkus diabetik akan bisa
selama 30 menit diikuti dengan mengukur terjadi tanpa melihat umur oleh karena itu
ABI sebelum dan sesudah senam kaki penting sekali apabila seseorang
diabetik. Etika penelitian yang digunakan dinyatakan DM menjaga kaki atau daerah
adalah maleficence, self determination, perifer agar tidak terjadi luka dengan salah
privacy and anonymity, justice. Data satu tindakannya adalah senam kaki
dikumpulkan selama tiga hari dan di diabetik sehingga sirkulasi dan tekanan
analisis dengan univariat dan bivariat pembuluh darah kaki terjaga.
dilanjutkan mengolah data menggunakan

KOPERTIS WILAYAH X 158


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

Tabel 1.1
Rata-rata UmurPasien DM tipe 2

Variabel Mean SD Min-Max 95% CI N


Lower ; Upper
Umur Pasien DM tipe 2 50.30 6.43 40-60 45.7 ; 54.9 10

Jenis kelamin pada penelitian ini sama bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
proporsinya antara laki-laki dan terjadinya luka diabetes antara laki-laki
perempuan yaitu 50% (tabel 1.2). dan perempuan dan berbeda hasil
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang lain tentang kejadian ulkus
berbagai penelitian yang menyatakan diabetikum bahwa perempuan lebih
bahwa laki-laki lebih banyak menderita banyak ditemukan ulkus diabetik (Roza et
DM (Purwanti, 2013; Nyamu, Otieno, al., 2015; Nyamu et al., 2003). Hal yang
Amayo, & Mcligeyo, 2003; Peters, sama dengan umur disimpulkan bahwa
Armstrong, & Lavery, 2007). Penelitian jenis kelamin tidak selalu mengakibatkan
yang berbeda juga didapatkan bahwa terjadinya luka diabetes sehingga
perempuan paling banyak menderita DM pencegahan luka diabetes pada kaki sangat
(Roza, Afriant, & Edward, 2015). penting.
Penelitian Purwanti (2013) dinyatakan

Tabel 1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelaminPasien DM tipe 2

Total
No Variabel
%
1 Jenis Kelamin
Perempuan 5 50
Laki-laki 5 50
Total 10 100

Hasil penelitian senam kaki diabetik pada normal (dijelaskan dalam tabel 1.3).
pasien DM tipe 2 didapatkan mean Selisih rata-rata nilai ABI sebelum dan
sebelum senam kaki diabetik adalah 0.62 sesudah melakukan senam diabetik adalah
artinya dalam kategori nilai ABI berada 0,31. Pada uji statistik lebih lanjut
pada obstruksi sedang dan nilai ABI menggunakan Wilcoxon test didapatkan
sesudah senam kaki diabetik adalah 0.93 hasil ada perbedaan yang signifikan antara
yang artinya rata-rata pasien sesudah nilai ABI sebelum dan sesudah senam kaki
senam diabetik nilai ABI dalam keadaan diabetik (dijelaskan dalam tabel 1.4).
.

KOPERTIS WILAYAH X 159


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

Tabel 1.3
Rata-rata ABI sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki diabetik
padapasien DM tipe 2

95% CI
Variabel Mean SD Min-Max N
Lower ; Upper
ABI Sebelum dilakukan senam kaki 0.30-0.88 0.47 ; 0.77 10
0.62 0.21
diabetik pada pasien DM tipe 2
ABI Sesudah dilakukan senam kaki 0.88 ; 0.99 10
0.93 0.08 0.75-1.00
diabetik pada pasien DM tipe 2

Tabel 1.4
Perbedaan rata-rata ABI sebelum dan setelah dilakukan senam kaki diabetik
padapasien DM tipe 2

ABI Mean pvalue N


Sebelum 0.62
0,005* 10
Sesudah 0.93
*Bermakna pada = 0,05

Sirkulasi darah kaki adalah aliran darah Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata
yang dipompakan jantung keseluruh tubuh nilai ABI pasien DM tipe 2 mengalami
salah satunya kaki yang dipengaruhi oleh penurunan dengan nilai 0.62 yang dalam
tiga faktor yaitu viskositas (kekentalan interpretasi kategori obstruksi sedang.
darah), panjang pembuluh darah dan Nilai ABI yang didapatkan pada saat
diameter pembuluh darah. DM merupakan skrining kaki didapatkan nilai yang kurang
salah satu faktor yang mempengaruhi dimana keadaan ini pasien DM rata-rata
tekanan aliran darah karena faktor mengalami gangguan pembuluh darah
viskositas akibat penumpukan gula darah. arteri perifer (Antono & Hamonangani,
Kekentalan darah mengakibatkan aliran 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian
darah terganggu ke seluruh tubuh dan yang dilakukan oleh Alvaro-afonso,
menyebabkan penurunan perfusi ke Lzaro-martnez, Aragn-snchez, &
jaringan tubuh. Penurunan perfusi yang Garca-lvarez (2015)pada pasien DM tipe
terberat adalah pada daerah distal ataukaki 2 menggunakan Radiography Arterial
apabila keadaan ini berlangsung lama Calcification (RAC) pada 60 orang
dapat menimbulkan komplikasi seperti didapatkan bahwa 50% pasien DM
PAD dan pada DM adalah dapat memiliki nilai perfusi ke daerah tungkai
menyebabkan luka ganggren. Luka mengalami penurunan, PAD dan
ganggren muncul akibat penurunan perfusi kalsifikasi yang dibuktikan dengan nilai
sehingga jaringan tidak mendapatkan ABI yang tidak normal.
nutrisi dan kurang oksigen serta
neuropathy. Pada pasien DM hal yang Indikator penurunan perfusi ke daerah
ditakuti adalah adanya luka ganggren yang tungkai dapat diukur melalui ABI. ABI
susah untuk disembuhkan (Agustianingsih, adalah rasio dari tekanan darah sistolik
2013) yang diukur di area kaki dan yang diukur
di arteri brachial dan digunakan untuk

KOPERTIS WILAYAH X 160


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

mengetahui adanya PAD salah satunya menyesuaikan dengan penelitian Clairotte,


disebabkan oleh penyaki DM (Aboyans et Retout, Potier, Roussel, & Escoubet tahun
al., 2012). ABI digunakan untuk 2009 karena penelitian ini memiliki
mengetahui jumlah aliran darah ke kaki, keterbatasan untuk memperoleh doppler
ABI diukur menggunakan sehingga mengukur ABI secara manual
spignomanometer dan dopler, dengan tensimeter digital namun tidak
pengukurannya serupa dengan mengukur keluar dari prinsip ABI yaitu menghitung
tekanan darah namun pada ABI tekanan rasio sistolik ankle dan brachialis.
darah yang diukur yaitu pada tangan dan
kaki (Nursing Skin and Wound Care, Senam kaki diabettik merupakan cara yang
2013). Nilai yang diambil adalah tekanan tepat untuk melancarkan sirkulasi terutama
darah sistolik yang tertinggi pada kedua ke daerah kaki.Senam kaki merupakan
kaki dibagi tekanan sistolik tertinggi di salah satu senam aerobic yang variasi
kedua tangan. Interpretasi ABI gerakan-gerakannya pada daerah kaki
menunjukan keadaan sirkulasi darah pada memenuhi kriteria continous, rhythmical,
tungkai bawah, menurut Aboyans et al interval, progresif dan endurance sehingga
(2012)terdiri dari empat kategori yaitu setiap tahapan gerakan harus dilakukan.
normal ( 0.90); obstruksi ringan (0.71 - Senam yang dianjurkan pada pasien DM
0.90); obstruksi sedang (0.41-0.70); dan yang bersifat aerobik artinya
obstruksi berat ( 0.40). membutuhkan oksigen dan dapat
membantu sirkulasi darah, memperkuat
Rasio sistolik pada ankle dan brachialis otot-otot kecil kaki, mencegah terjadinya
dalam pengukuran ABI didapatkan kelainan bentuk kaki yang dapat
semakin rendah nilai ABI yang merupakan meningkatkan potensi luka diabetik di
adanya obstruksi ke daerah perifer kaki, meningkatkan produksi insulin yang
disebabkan oleh karena sistolik didaerah dipakai dalam transport glukosa ke sel
brachialis lebih tinggi daripada ankle. sehingga membantu menurunkan glukosa
Penelitian ini membuktikan sebagian besar dalam darah(Dewi, Sumarni, & Sundari,
nilai ABI sebelum melakukan senam kaki 2012). Gerakan-gerakan kaki yang
berada pada rentang 0.40-0.70 (obstruksi dilakukan selama senam kaki diabetik
sedang), nilai tersebut didapatkan nilai sama halnya dengan pijat kaki yaitu
sistolik brachial lebih tinggi dari ankle. memberikan tekanan dan gerakan pada
Menurut penelitian yang dilakukan kaki mempengaruhi hormon yaitu
olehClairotte, Retout, Potier, Roussel, & meningkatkan sekresi endorphin yang
Escoubet (2009)didapatkan bahwa tekanan berfungsi sebagai menurunkan sakit,
darah sistolik lebih tinggi pada pasien DM vasodilatasi pembuluh darah sehingga
dibandingkan dengan pasien non DM dan terjadi penurunan tekanan darah terutama
nilai ABI pada pasien DM lebih rendah sistolik brachialis yang berhubungan
dibandingkan dengan non DM. Nilai ABI langsung dengan nilai ABI (Laksmi,
yang didapatkan diukur menggunakan Agung, Mertha, & Widianah, 2006).
dopler dan oscillometric ABI. Lebih lanjut Senam kaki menjadikan tubuh menjadi
penelitian mereka juga menyarankan agar rileks dan melancarkan peredaran darah.
mengukur ABI lebih efisien menggunakan Peredaran darah yang lancer akibat
oscillometric ABI. Teknik pengukuran digerakkan, menstimulasi darah mengantar
yang dilakukan dalam penelitian ini belum oksigen dan gizi lebih banyak ke sel-sel

KOPERTIS WILAYAH X 161


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

tubuh, selain itu membantu membawa perempuan. Rata-rata nilai ABI sebelum
racun lebih banyak untuk dikeluarkan dilakukan senam kaki adalah 0.62 dengan
(Natalia et al., 2012). kategori obstruksi sedang dan rata-rata
nilai ABI setelah senam kaki adalah 0.93
Gerakan kaki yang diberikan dengan dengan kategori normal. Hasil uji lebih
metode active lower ROM efektif lanjut menggunakan Wilcoxon test
meningkatkan nilai ABI pada pasien DM didapatkan hasil bahwa senam kaki
karena diyakini bahwa active lower ROM diabetik efektif meningkatkan nilai ABI.
dimulai dari adanya kontraksi otot yang
mempengaruhi kerja jantung, vasodilatasi, Rekomendasi yang diberikan pada
dan terjadi vasokonstriksi pada pembuluh penelitian ini untuk pasien DM tipe 2
vena sehingga meningkatkan aliran balik disarankan untuk senantiasa melakukan
vena(Suari, Mertha, & Damayanti, 2013). senam ini setiap hari selama 30 menit
Pada sepuluh orang dalam penelitian ini selain untuk mencegah luka diabetes juga
semuanya menunjukkan kenaikan nilai dapat mengontrol gula darah.
ABI setelah melakukan senam kaki selama Rekomendasi untuk perawat yang ada di
30 menit. Dalam gerakan senam kaki juga puskesmas untuk membuat standar
terdapat peregangan kaki (stretching). operational prosedur sebagai bentuk
Stretching kaki dianggap efektif meningkatkan kualitas asuhan
melancarkan sirkulasi darah ke daerah keperawatan pada pasien DM tipe 2.
kaki, meningkatkan kerja insulin dan Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
melebarkan pembuluh darah yang diakui membandingkan efektifitas senam kaki
berperan serta meningkatkan tekanan diabetik terhadap gula darah, sensitifitas
sistolik pada kaki (Witari, Triyani, & kaki, nilai ABI dan capillary refill time
Dewi, 2015). serta menambahkan banyak sampel

Keterbasan penelitian ini adalah belum UCAPAN TERIMA KASIH


menggunakan alat mengukur ABI seperti Ucapan terima kasih disampaikan kepada
menggunakan doppler, selain itu penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De
ini juga belum melibatkan pasien DM tipe Kock Bukittinggi dan Puskesmas di Kota
2 dalam jumlah yang banyak dan belum Payakumbuh atas bantuan selama
mengikutsertakan banyak variable seperti penelitian ini
sensitifitas kaki, kadar gula darah,
capillary refill time. Meskipun terdapat DAFTAR PUSTAKA
keterbatasan pada penelitian ini namun Aboyans, V., Criqui, M. H., Abraham, P.,
penelitian ini sudah cukup memamaparkan Allison, M. A., Creager, M. A., Diehm,
nilai ABI secara manual dimana nilai ABI C., Stoffers, H. E. J. (2012).
ini paling tidak sebagai indikator agar Measurement and Interpretation of the
pasien DM mampu melakukan perawatan Ankle-Brachial Index A Scientific
kaki untuk mencegah luka kaki diabetes Statement From the American Heart
dan menghindari angka kejadian amputasi. Association Rationale for
SIMPULAN Standardization of the ABI. AHA
Penelitian ini memaparkan bahwa rata-rata Journal.
umur pasien 50.30 tahun dengan jenis
kelamin sama banyak antara laki-laki dan Agustianingsih, N. (2013). Pengaruh
senam kaki diabetes terhadap
KOPERTIS WILAYAH X 162
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

sirkulasi darah kaki pada penderita Dewi, P., Sumarni, T., & Sundari, R. I.
diabetes melitus tipe 2 di Desa (2012). Pengaruh Senam Diabetes
Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Mellitus dengan Nilai Abi ( Ankle
Kabupaten Semarang. STIKes Ngudi Brachial Index ) pada Pasien Diabetes
Waluyo Semarang. Retrieved from Mellitus di Puskesmas Padamara
perpusnwu.web.id Purbalingga. Jurnal STikes Harapan
Alvaro-afonso, F. J., Lzaro-martnez, J. Bunda, 5, 16. Retrieved from
L., Aragn-snchez, J., & Garca- jurnal.shb.ac.id
lvarez, Y. (2015). What Is the Gitarja, W. S. (2015). Perawatan Luka
Clinical Utility of the Ankle- Brachial Certified Wound Care Clinician
Index in Patients With Diabetic Foot Assosiate (3rd ed.). Bogor: Yayasan
Ulcers and Radiographic Arterial Wocare Indonesia.
Calcification? What Is the Clinical Hastuti, R. T. (2008). Faktor-Faktor
Utility of the Ankle-Brachial Index in Risiko Ulkus Diabetika Pada
Patients With Diabetic Foot Ulcers Penderita Diabetes Melitus (Studi
and Radiographic Arter. The Kasus di RSUD Dr. Moewardi
International Journal of Lower Surakarta). Universitas Diponegoro.
Extremity Wounds.
Kristiani, A. L., Sumangkut, R. M.,
Antono, D., & Hamonangani, R. (2014). Limpeleh, H. P., Bedah, B., Bagian,
Penyakit Arteri Perifer. In S. Setiati, S., Vaskuler, B., & Prof, R. (2015).
I. Alwi, A. W. Sudoyo, & Hubungan Ankle Brachial Index
Simadibrata (Eds.), (VI, Vol. 2, p. Dengan Keparahan Ulkus Pada
1591). Jakarta: Interna Publishing. Penderita Kaki Diabetik. Jurnal
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Biomedik, 7(November), 2015.
Medical Surgical Nursing Clinical Laksmi, Agung, I. A., Mertha, I. M., &
Management For Positive Outcomes. Widianah, L. (2006). Pengaruh Foot
(R. G. Carroll & S. Quallich, Eds.) Massage Terhadap Ankle Brachial
(8th ed., Vol. 1). United Stated Index (ABI) Pada Pasien DM Tipe 2
America: Saunders Elsevier. Di Puskesmas II Denpasar Barat.
Chong, S. T. B., Moissinac, K., Hwa, L. Journal Of Udayana.
K., Murugesan, & Kim, S. O. (2004). Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper,
Management of Diabetic Foot. In J. M. M., Bucher, L., & Camera, I. M.
D. Coomarasamy & S. Sivalal (Eds.), (2011). Medical Surgical Nursing
Clinical Practice Guidelines (1st ed., Assessment and Management of
pp. 151). Malaysia. Clinical Problems (8th ed., Vol. 2).
Clairotte, C., Retout, S., Potier, L., St. Louis Missouri: Elsevier Mosby.
Roussel, R., & Escoubet, B. (2009). Natalia, N., Hasneli, Y., & Novayelinda,
Automated Ankle-Brachial Pressure R. (2012). Efektifitas senam kaki
Index Measurement by Clinical Staff diabetik dengan tempurung kelapa
for Peripheral Arterial Disease terhadap tingkat sensitivitas kaki pada
Diagnosis in Nondiabetic and pasien diabetes melitus 2. Jom Unri,
Diabetic Patients. Diabetes Care, 19.
32(7), 12311236.
http://doi.org/10.2337/dc08-2230. Nursing Skin and Wound Care. (2013).
KOPERTIS WILAYAH X 163
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i2 (155-164) )

Procedure: Ankle Brachial Index Suari, P., Mertha, I., & Damayanti, R.
(ABI) in Adults Using a Handheld (2013). Pengaruh pemberian active
Doppler. British Columbia lower ROM terhadap perubahan nilai
Provincial. ankle brachial index pasien DM tipe 2
Nyamu, P. N., Otieno, C. F., Amayo, E. di Wilayah Puskesmas II Denpasar
O., & Mcligeyo, S. O. (2003). Risk Barat. Open Journal System
Factors And Prevalence Of Diabetic Universitas Udayana, 2(1). Retrieved
Foot Ulcers At Kenyatta National from ojs.unud.ac.id
Hospital, Nairobi. East African Suyono, S. (2014). Diabetes Melitus Di
Medical Journal, 80(1), 3643. Indonesia. In S. Setiati, I. Alwi, A.
Peters, E. J., Armstrong, D. G., & Lavery, W. Sudoyo, & Simadibrata (Eds.),
L. A. (2007). Risk Factors for Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (VI,
Recurrent Diabetic Foot. Diabetes Vol. 2, p. 2315). Jakarta: Interna
Care, 30(8), 1820. Publishing.
http://doi.org/10.2337/dc07-0445.A Taylor, R. B. (2010). Managing Diabetes
Purwanti, O. S. (2013). Analisis Faktor- With Exercise 6 Tips for Nerve Pain.
Faktor Risiko Terjadi Ulkus Kaki Retrieved January 15, 2015, from
Pada Pasien Diabetes Melitus Di http://www.webmd.com/diabetes/feat
RSUD DR Moewardi. Universitas ures/6-exercise-tips
Indonesia. Tjokroprawiro, A., & Murtiwi, S. (2014).
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. Terapi Nonfarmakologis Pada
(2015). Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus. In S. Setiati, I.
Ulkus Diabetikum pada Pasien Alwi, A. W. Sudoyo, & M.
Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan Simadibrata (Eds.), Buku Ajar Ilmu
dan Inap di RSUP Dr . M . Jurnal Penyakit Dalam (VI, Vol. 2, p. 2336).
Kesehatan Andalas, 4(1), 243248. Jakarta: Interna Publishing.
Retrieved from Waspadji, S. (2014). Kaki Diabetes. In S.
http://jurnal.fk.unand.ac.id Setati, I. Alwi, A. W. Sudoyo, & M.
Sihombing, D., Nursiswati, & Prawesti, A. Simadibrata (Eds.), Buku Ajar Ilmu
(2008). Gambaran Perawatan Kaki Penyakit Dalam (VI, Vol. 2, p. 2367).
dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Jakarta: Interna Publishing.
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Witari, N. M., Triyani, I. G. A. P., &
Journal Of Student Padjajaran Dewi, N. L. P. T. (2015). Pengaruh
University, 114. Latihan Peregangan Kaki (Stretching)
Smeltzer, S., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Terhadap capillary refille time
Cheever, K. H. (2010). Textbook of ekstremitas bawah pasien DM tipe 2.
Medical-Surgical Nursing (12th ed., KMB, Maternitas, Anak Dan Kritis,
Vol. 2). Philadelphia: Wolter Kluwer 2(1), 8995.
Health.

KOPERTIS WILAYAH X 164

Вам также может понравиться