Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ARSITEKTUR DEKONTRUKSI
KESAN MANIPULASI PADA FASAD
[1] PENDAHULUAN
[1.1]Latar belakang
[2] EKSPLORASI
[2.1] Post Modern
Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar
berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tentang
dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang
mengatakan bahwa postmodern itu berarti `sehabis modern (modern sudah usai);
`setelah modern (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau
yang mengartikan sebagai `kelanjutan modern (modern masih berlangsung terus, tetapi
dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang
terjadi di masa kini).
Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan
dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam
kenyataan hasil karya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam
yakni Purna Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing
pemakai dan pengikut dari sub-langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-
langgam/versi yang lain, maka masing-masing menamakannya langgam purna-modern,
langgam neo-modern dan langgam dekonstruksi.
1. Purna Modern
a. Purna Modern merupakan penggunaan unsur arsitektur tradisional
b. Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut
diproses dengan bentuk dan ruang.
c. Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.
2. Neo Modern
a. Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The
Art of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan
yang mutakhir terutama teknologi.
b. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan
tampilan geometri.
c. Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra
(misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan
yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra).
d. Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.
3. Dekonstruksi
a. Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D
bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.
b. Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank OGehry.
Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas
berbeda dengan Modern. Karakteristik post modern:
dijelaskan sebagai yang hadir itulah yangada. Apabila sesuatu yang tidak hadir
etimologis berasal dari paduan dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu to differ
(membedakan) dan to defer (menunda). Dalam sistem tanda, konsep differance
melihat bahwa antara yang hadir dan yang absen berada dalam kondisi saling
tergantung, bukannya saling meniadakan. Kehadiran baru mempunyai makna bila
ada kemungkinan absen yang setara.
Pembalikan Hierarki
Dalam memahami suatu fenomena, Strukturalisme selalu mengadakan
pemilahan (differensiasi) ke dalam elemenelemen yang merupakan hasil abstraksi.
Differensiasi secara ketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan
secara diamatral yang dikenal sebagai oposisi biner (binary opposition). Derrida
melakukan dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan
kedua elemen tersebut tidak secara hierarki yang satu di bawah yang lain, tetapi
sejajar sehingga secara bersamasama dapat menguak makna (kebenaran) yang
lebih luas.
Pusat Dan Marjinal
8 | Imas Kartika [I0212040]- MANIPULASI PERMUKAAN STRUKTUR ARSITEKTUR DEKONTRUKSI
PRODI ARSITEKTUR UNS | SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DUNIA | SEMESTER AGUSTUS-DESEMBER 2013
adanya hierarki yang ditimbulkan oposisi biner. Marjinal adalah segala sesuatu yang
berada pada batas, pada tepian, maupun diluar (outside), karena itu dianggap tidak
penting. Sementara pusat adalah yang terdalam, pada jantung daya tarik dan
makna dimana setiap gerakan berasal dan merupakan tujuan gerakan dari yang
(para: tepi, ergon: karya), yaitu bingkai lukisan. Sebagai yang marjinal, parergon
oleh Derrida diberi peranan yang penting untuk menunjukkan sikap pembalikan
hierarki, sehingga memiliki posisi setara dengan yang utama dan mempunyai
otonominya sendiri.
Pengulangan Dan Makna
Suatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang
(iterative) pada konteks yang berbeda. Dalam arsitektur, penggunaan metafora
secara berulang-ulang akan membuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna
yang dimaksudkan oleh suatu objek arsitektural.
[3] Kesimpulan
Dalam merancang dengan berpegang pada kaidah kaidah dekonstruksi, suatu objek akan
mengalami dua proses utama secara garis besar, yang pertama adalah objek objek itu akan
diuraikan (deconstructing), ataupun dihancurkan (destroy) ke dalam potongan-potongan
(fragment). Yang kedua adalah potongan potongan tersebut dirangkaikan kembali
(reconstructing) menjadi suatu bentuk baru yangidentitasnya sama sekali berbeda dengan
sebelumnya
Dekonstruktivisme dalam arsitektur telah menjadi suatu fenomena yang berpengaruh
dalam perkembangan perancangan sejak awal kemunculannya. prinsip dekonstruksi telah
melahirkan bangunan-bangunan luar biasa dengan bentukan dan gubahan massa yang tidak
teratur, terdistorsi, abstrak dan bahkan antigravaitasi. Arsitektur dekontruksi memberikan
kesempatan untuk menampilkan realisasi dari model atau ide apapun menjadi bangunan yang
dapat digunakan untuk menambah nilai estetika dan menyampaikan pesan.
REFERENSI
Ikhwanuddin. (2005). Menggali Pemikiran Postmodernisme Dalam Arsitektur.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.[Jenis ref: Buku]
(http://books.google.co.id/books?id=ETbfOXdyd1EC&hl=id&source=gbs_book_similarboo
ks, diakses tanggal 27/12/2013)
Gasch, Rodolphe. 2001. Deconstruction, Post-Modernism and the visual arts. Deconstruction :
A Reader. Taylor & Francis publication.
(http://books.google.co.id/books?id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA126&hl=id&source=gbs_toc_r
&cad=4#v=onepage&q&f=false, diakses tanggal 27/12/2013)
Mantiri , Hyginus J. & Indradjaja Makainas. 2011. Eksplorasi Terhadap Arsitektur Dekonstruksi.
[pdf]. vol8 No2,. (http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_20305085-
ssm_ftsp.pdf , diakses tanggal 23/11/2013)
McQuillan, Martin. 2001. Introduction : Five Strategies For Deconstruction. Deconstruction : A
Reader. Taylor & Francis publication.
(http://books.google.co.id/books?id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA1&hl=id&source=gbs_toc_r&c
ad=4#v=onepage&q&f=false, diakses tanggal 27/12/2013)
Norris, Christopher & AndrewBenjamin. 1988. What is deconstruction? London, Academy
Editions,(http://books.google.co.id/books/about/What_is_Deconstruction.html?id=9sRP
AAAAMAAJ&redir_esc=y, diakses tanggal 27/12/2013)
Nugraha, Adiaksa S & Meydian S. Dewi, ST., M Ars. 2008.Langgam dekontruksivisme pada
arsitektur post Modern: Study Kasus karya frank o gehry. [pdf]. Penulisa Ilmiah. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
(http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_20305085-ssm_ftsp.pdf ,
diakses 26/12/2013)
Tschumi, Bernard. 2001. Violence Of Architecture. Deconstruction : A Reader. Taylor & Francis
publication.
(http://books.google.co.id/books?id=AAXvLjuaUlkC&pg=PA126&hl=id&source=gbs_toc_r
&cad=4#v=onepage&q&f=false, diakses tanggal 27/12/2013)