Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1-D
AI NURAZMI 3311111173
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
(UNAJANI)
CIMAHI
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusunan Laporan Akhir Hasil Praktikum Fitokimia yaitu
PENAPISAN FITOKIMIA DAUN PETAI (Parkia speciosa Hassk) ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk melaporkan hasil percobaan
praktikum kami. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, serta
ucapan terima kasih kepada Yth :
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . I
DAFTAR ISI . ii
BAB I PENDAHULUAN .. 1
1.1 Tujuan Percobaan ...... 1
1.2 Prinsip Percobaan ...... 1
1.2.1 Penapisan Fitokimia . 1
1.2.2 Ekstraksi Fitokimia 1
1.2.3 Frkaksinasi Fitokimia 2
1.2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 2
1.2.5 Kromatografi Lapis Tipis Prevaratif (KLTP) 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 3
2.1 Monografi Simplisia .. 4
2.2 Penapisan Fitokimia 5
2.3 Ekstraksi Fitokimia 8
2.4 Fraksinasi Fitokimia 16
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi
2.5 18
Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 18
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLTP) 21
BAB III METODE PERCOBAAN 23
3.1 Penapisan Fitokimia 23
3.1.1 Monoterpen dan Seskuiterpen 23
3.2.2 Fenolat 23
3.2.3 Flavonoid 23
3.2 Ekstraksi Fitokimia 23
3.3 Fraksinasi Fitokimia 24
3.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 25
3.5 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) 26
3.6 Identifikasi 27
BAB IV HASIL PERCOBAAN 30
4.1 Hasil Skrinning Fitokimia Daun Petai (Parkia speciosa). 30
4.2 Hasil Ekstraksi Fitokimia .. 30
4.3 Hasil Fraksinasi Fitokimia ... 31
4.4 Hasil KLT Terhadap Fraksi fraksi yang didapat .. 31
4.5 Hasil KLTP Terhadap Ekstrak Fraksi N Heksan .. 33
4.6 Hasil KLT 2 Dimensi Uji 1 Spot (Kemurnian) 33
4.7 Hasil Uji Spektrofotometri UV 34
4.8 Hasil Uji Spektrofotometri IR . 34
BAB V PEMBAHASAN .. 35
BAB VI KESIMPULAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN LAMPIRAN 42
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai tanaman yang tumbuh dengan adanya air hujan yang mengalir ke
tanah yang gersang tersebut menyebabkan tanaman tersebut menjadi tanaman
yang baik yaitu tanaman yang memiliki nilai manfaat yang sangat besar. Mulai
dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan secara maksimal
(Shihab,2002). Salah satu contoh tanaman yang baik adalah tanaman belimbing
wuluh.Mulai dari akar, batang, daun dan buahnya bisa dimanfaatkan sebagai obat
dan pengawet alami.
Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling penting, struktur daun di
bedakan atas morfologi ( struktur luar) daun dan anatomi (struktur dalam) daun.
Morfologi (struktur luar) daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna
hijau.Warna hijau tersebut di sebabkan oleh kloroplas di dalam sel-sel daun di
dalam kloroplas terdapat klorofil. Daun memiliki fungsi untuk pengambilan zat
makanan ( resorbsi), sebagai pengolah zat makanan ( asimilasi), sebagai
penguapan air (transpirasi), dan sebagai pernafasan ( respirasi ). Secara morfologi,
pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun(lamina), pelepah daun
(vagina), dan tangkai daun(petiolus).pada tangkai daun terdapat bagian yang
menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun.
Ada jenis tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun,misalnya
rumput.pangkal daun berbentuk pipih dan lebar serta membungkus batangnya,
pangkal daun tersebut disebut pelepah daun. Misalnya pelepah daun yang terdapat
pada daun pisang dan daun talas. Daun yang memiliki tiga bagian daun yaitu
helaian daun, tangkai daun, dan pelepah daun disebut daun sempurna ( daun
lengkap ), misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu
atau lebih bagian dari daun disebut daun tidak sempurna (daun tidak lengkap),
misalnya daun mangga dan belimbing wuluh.Daun yang hanya memiliki satu
helai daun pada tangkainya disebut daun tunggal contohnya daun
mangga.Sedangkan daun yang memiliki lebih dari satu helai dalam tangkainya
disebut daun majemuk contohnya daun belimbing wuluh.
Daun memiliki bentuk-bentuk antara lain :
1. Bagian yang terlebar kira-kira di tengah-tengah helaian daun ,
misalnya bulat (orbicularis)
2. Bagian yang terlebar terletak di bawah tengah-tengah helaian daun
a. Pangkal daun tidak bertoreh, misalnya bangun delta
(deltoideus)
b. Pangkal daun bertoreh, misalnya bangun anak panah
(sagittatus)
3. Bagian yang terlebar terletak di atas tengah-tengah helaian daun,
misalnya bangun spatel (spathulatus)
Dari pangkal sampai ujung sama lebarnya, misalnya bangun jarum (acerotus)
Manfaat Petai
Tanaman ini mengandung banyak mineral yakni : kalsium, fosfor,
zat besi, vitamin dan mineral lainnya. Kandungan mineral dalam 100
gram buah petai adalah 95 mg kalsium; 115 mg fosfor; 1,2 mg zat besi
(Sediaoetama, 2008)
Menurut Dr. Aminudin AHK dari Department of Physiologi
Medical Faculty of Universitas Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur
bahwa petai dapat digunakan sebagai obat anemia, gigitan nyamuk,
stress, sindroma pramenstruasi, depresi, sakit perut, liver, diabetes,
cacingan, dan beberapa gangguan kesehatan lainnya. Menurut riset dalam
The New England Journal of Medicine, makan petai sebagai bagian
dari makanan sehari hari akan berpengaruh sangat baik bagi pencernaan
karena teksturnya yang lembut dan halus dan mampu menetralkan asam
lambung dengan melapisi permukaan dalam lambung. Kombinasi
sukrosa, fruktosa, glukosa dan serat mampu memberikan dorongan tenaga
yang instant yang cukup lama dan cukup besar efeknya, sedangkan
kandungan zat besi yang dapat membantu menstimulasi produksi sel
darah merah dan membantu apabila terjadi anemia (Cempaka, Edisi
XVII,2006).
2.2 Penapisan Fitokimia
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit
sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian
mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru
yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis
obat obat baru atau menjadi prototipe senyawa obat berkeaktifan
tertentu.Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji yang
sederhana tetapi terandalkan.Metode uji fitokimia yang banyak digunakan
adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di
lapangan ataupun labolatorium.
Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan
kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skring dapat dilakukan dengan
metode KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan
pemisahan lebihsempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya
beberapa menit saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa
hidrofob. Pada penggunakan KLT menggunakan fase gerak dan fase diam
dimana fase diam menggunakan silika gel. Fase diam (lapisan penyerap)
yang khusus digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai
perusahaan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan
yang tergantung pada cara pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut
pengembang) ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak ini menggunakan eluena dan etil asetat.
A. ALKALOID
C. TANIN
D. FLAVONOID
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang
memberikan berbagai warna pada tumbuhan.flavonoid mempuyai
struktur yang sangat bervariasi, namun pada umumnya flavonoid
mempunyai struktur dasar. Pengenalan flavonoid didasarkan pada
preaksi reduksi gugusan karbonia pada lingkar -lakton menjadi
gugusan alcohol memebentuk senyawa hidroksi yang berwarna warna
tergantung pada gugusan fungsional yang terikat pada lingkar A atau B
.warna yahng terjadi dapat ditarik oleh amil alcohol.
G. KUINON
a. Maserasi
Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut
diam atau dengan beberapa kali pengocokan pada
suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara
merendam sample dengan sekali-sekali dilakukan
pengocokan. Umumnya perendaman dilakukan 24
jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut
baru. Ada juga maserasi kinetik yang merupakan
metode maserasi dengan pengadukan secara
sinambung tapi yang ini agak jarang dipakai.
Alat Maserasi
a) Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan
lemah, yaitu pada suhu 400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat
dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:
c) Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di
maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan,
tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari
yang kedua.
d) Maserasi Melingkar
b. Perkolasi
d. Infusa
e. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
FASE DIAM
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah
lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras.Jel silika (atau alumina)
merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar
flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai.Jel silika adalah bentuk dari silikon
dioksida (silika).Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen
dalam struktur kovalen yang besar.Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada
permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.Gambar
ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
METODE PERCOBAAN
3.6 Identifikasi
i. KLT 2 Dimensi
1 Pembuktian kemurnian steroid ini dilakukan dengan teknik KLT
2 dimensi, pengembangan dilakukan pada plat KLT 6X6 cm.
2 Hasil KLT preparatif yang ditotolkan 1 cm dari tepi bawah
kanan.
3 Pengembang pertama yang digunakan adalah n-heksan:etil
asetat (5:2), dan pengembang yang kedua menggunakan etil
asetat: n-heksan (5:2).
4 Kemudian plat dielusi pada posisi 90 dari kondisi mula-mula.
5 Diangkat lempeng dari tangki pengembang, dibiarkan kering di
udara terbuka. Setelah kering, diamati dibawah sinar ultraviolet
254 nm dan 365 nm, ditandai bercak yang teramati. Setelah itu,
lempeng di semprot dengan penampak bercak, amati dan tandai
bercak yang terjadi.
6 Dihitung nilai Rf dari bercak yang teramati dengan cara
mengukur jarak bercak dan dibandingkan dengan rambat larutan
pengembang.
ii. Spektrofotometri UV
1. Hasil isolat kltp pita berwana biru di tambahkan dengan
pelarut n-heksan dan dimasukan ke dalam vial.
2. Fraksi isolat tersebut di uapkan hingga kering lalu
ditambahkan ethanol pro analisis sebelum dilakukan
spektrofotometri uv.
3. Alat spektrofotometri uv di nyalakan.
4. Dilakukan kalibrasi larutan ethanol p.a pada kedua kuvet
dengan meng-klik tombol auto zero.
5. Dimasukan fraksi isolat ke dalam salah satu kuvet, dimulai
perhitungan panjang gelombang dan absorban.
6. Panjang gelombang yang dihasilkan di sesuaikan dengan
panjang gelombang pada literatur.
7. Di interprestasikan data yang diperoleh dengan literatur dan
dibandingkan dengan senyawa yang di duga sebelumnya.
iii. Spektrofotometri IR
1. KBr dimasukkan ke dalam mortir, digerus hingga halus.
2. Hasil isolat dimasukkan kedalam mortir, kemudian digerus
hingga homogen.
3. Kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan, kemudian
sampel diambil dan dianalisis di dalam alat spektrofotometri
infra merah tersebut.
4. Ditunggu hasil analisis berupa spektrum.
5. Setelah hasil didapatkan, kemudian di print dan di
interpretasikan.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
% Rendemen Ekstraksi = x 100 %
10
% R.E = 260 x 1100 % = 3,84 % b/b
4.3 Hasil Fraksinasi Fitokimia
Ekstrak Pekat
No Fraksi Volume (mL)*
(gram)
1 n-Heksan 400 2
2 Etil Asetat 70 1
3 Air 50 -
*) Hasil Rotavapor
Keterangan :
A. Fraksi Etilasetat
B. Ekstrak kental
C. Fraksi n - heksan
Dilanjutkan pada KLT Tunggal terhadap Fraksi N Heksan
UV ( = 254 nm) UV ( = 365 nm)
Perhitungan Rf :
Rf =
PEMBAHASAN
Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode pemisahan yang paling
murah dan memakai peralatan yang paling dasar. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang
bergerak mengikuti kepolaran eluen. Kemudian ekstrak fraksi n heksan diuji dengan metode
KLTP dengan pelarut pengembangnya adalah n heksan : etil asetat (5:2), dan didapat hasil
terdapat 2 pita yaitu biru terang dan ungu terang. Kemudian 2 warna tersebut diambil secara hati
hati dan terpisah satu warna dengan yang lainnya, dan langsung kedua warna tersebut
dilarutkan pada 8 ml n heksan pelarut asal fraksinasi yang diambil, untuk mencegah penjerapan
senyawa aktif tersebut terjerap dalam silica gel KLTP tersebut lalu diaduk aduk hingga
homogen. Setelah itu, disaring dan kemudian filtrat tersebut diuapkan setengah volumenya atau
sampai setengah pekat.
Pengujian selanjutnya adalah penotolan (noda) pada plat KLT dan hasil yang didapat
menunjukan adanya spot pada plat klt filtrat pita yang berwarna biru sedangkan filtrat pita
berwarna ungu tidak ada noda / spot sama sekali. Kemudian dilanjutkan pada uji KLT 2
Dimensi, yang bertujuan untuk mengetahui bahwa senyawa tersebut sudah benar benar murni
atau belum atau untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen komponen solute
mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama karenanya nilai Rf juga hampir sama., karena
pada KLT 2 D ini diuji dengan mengelusi senyawa tersebut dengan 2 sistem fase gerak yang
berbeda yaitu (1) n heksan : etil asetat (5:2) non polar; dan (2) n heksan : etil asetat (2:5) semi
polar, karena sangat memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai
tingkat polaritas yang berbeda. Dan hasilnya pun sangat baik setelah ditotolkan filtrat tersebut,
dan dielusi oleh fase gerak pertama pada plat KLT 2D hanya ada satu spot dengan Rf sebesar
0,555 kemudian dielusi kembali dengan fase gerak kedua dengan hasil spot awal berpindah naik
ke atas dengan Rf yang sama sebesar 0,555. Ini menunjukan senyawa tersebut sudah murni,
KESIMPULAN
Diagram Alir
1. Skrinning Fitokimia
a) Alkaloid
Serbuk simplisia
Dibasakan dengan ammonia
Ditambahkan kloroform
Terbentuk lapisan kloroform,
lapisan dipisahkan.
HASIL
b) Flavonoid
Serbuk simplisia
Filtrat
Ditambahkan amil alcohol
Dikocok kuat
HASIL
c) Polifenol, Tanin, dan Kuinon
Serbuk simplisia
HASIL
d) Monoterpen dan Seskuiterpen, Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia
Filtrat
- Dimasukkan kedalam cawan penguap
- Dibiarkan menguap hingga kering.
HASIL
2. Ekstraksi
250g simplisia
- Ditimbang
- Alat refluks disiapkan
- Dimasukkan batu didih kedalam labu
alas bundar
- Simplisia dimasukkan ke dalam labu
alas bundar
- Ditambahkan etanol 1000mL
- Dilakukan refuks selama 1 jam dimulai
dari awal mendidih.
- Disaring dan ekstrak ditampung
kedalam botol.
- Dilakukan penguapan menggunakan
alat rotavapor sampai ekstrak agak
mengental.
- %rendemen dihitung.
HASIL
3. Fraksinasi
Ekstrak kental
- Dilarutkan dalam 20 mL etanol dan 80mL air, diaduk
hingga melarut.
- Dimasukkan kedalam corong pisah
- Ditambahkan N heksan 100mL, dikocok beberapa kali dan
didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan.
- Fasa bawah yaitu air ditampung kedalam beaker gelas,
sedangkan fasa atas N heksan ditampung kedalam botol.
- Fasa air yang ditampung tadi di masukkan kembali
kedalam corong pisah dan ditambahkan lagi N heksan. Hal
ini dilakukan berulang hingga warna pada fasa N heksan
lebih bening.
- Setelah didapat fraksi N heksan, fraksi air kembali
dimasukkan dan ditambahkan etil asetat 100 mL.
Dilakukan sama seperti pada fraksi N heksan hingga warna
pada fraksi etil asetat lebih bening.
4. KLT Sampel
Lempeng KLT
+ larutan pengembang
- dibiarkan beberapa menit sampai larutan
mengembang
- Diukur sesuai dengan ukuran tangki
pengembang
- Ditandai dengan batas bawah dengan jarak lebih
kurang 1 cm
- Ditotolkan larutan ekstrak daun petai
secukupnya pada garis awal dibiarkan kering
- Dimasukkan lempeng kedalam tangki
pengembang KLT yang telah jenuh
Hasil
5. KLTP Sampel
Plat kltp
- Disiapkan plat kaca KLTP dengan ukuran 20x20 cm diberi
bubur selulosa yang telah dibuat sebelumnya, lalu
didiamkan hingga kering lalu diberi garis pada bagian
bawah dan atas setinggi 1 cm.
- Disiapkan chamber berisi pengembang sebanyak 50 mL
dengan perbandingan n-heksan-etil asetat (5:2) dijenuhkan
selama kurang lebih 30 menit.
- Plat kltp ditotolkan dengan fraksi sampel (n-heksan).
- Dimasukan ke dalam chamber yang berisi pengembang
yang sudah jenuh.
- Di elusi hingga eluen mencapai batas atas, lalu ditunggu
hingga kering.
- Plat kltp dilihat pada sinar uv 254 dan 365 nm.
- Diamati pita dan warna yang terbentuk pada plat kltp.
- Pita yang ingin di identifikasi dikerok.
- Dimasukan ke dalam vial dan dilarutkan dengan n-heksan
HASIL
LL
6. Spektrofotometri UV Vis
Fraksi
- Hasil isolat kltp pita berwana biru di tambahkan dengan
IIIISOLAis
olat pelarut n-heksan dan dimasukan ke dalam vial.
- Fraksi isolat tersebut di uapkan hingga kering lalu
ditambahkan ethanol pro analisis sebelum dilakukan
spektrofotometri uv.
- Alat spektrofotometri uv di nyalakan.
- Dilakukan kalibrasi larutan ethanol p.a pada kedua
kuvet dengan meng-klik tombol auto zero.
- Dimasukan fraksi isolat ke dalam salah satu kuvet,
dimulai perhitungan panjang gelombang dan absorban.
- Panjang gelombang yang dihasilkan di sesuaikan
dengan panjang gelombang pada literatur.
- Di interprestasikan data yang diperoleh dengan literatur
dan dibandingkan dengan senyawa yang di duga
sebelumnya.
HASIL
7. Spektroskopi IR
KBr
Dimasukkan ke dalam mortir, digerus hingga halus.
Hasil isolat dimasukkan kedalam mortir, kemudian
digerus hingga homogen.
Kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan,
kemudian sampel diambil dan dianalisis di dalam
alat spektrofotometri infra merah tersebut.
Ditunggu hasil analisis berupa spektrum.
Setelah hasil didapatkan, kemudian di print dan di
interpretasikan.
HASIL
LAMPIRAN GAMBAR