Вы находитесь на странице: 1из 38

PRAKTIKUM ASPAL

LAPORAN
PRAKTIKUM ASPAL

Dibuat :
Kelompok : 7

1. Samidi NPM : 04.11.1001.7311.106


2. Arga Aditya Putra NPM : 04.11.1001.7311.160
3. Teten NPM : 05.11.1001.7311.021
4. Anton Basuki NPM : 05.11.1001.7311.114
5. Ketut Wijinarko NPM : 04.11.1001.7311.054
6. Faisal. F NPM : 04.11.1001.7311.155

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA


FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2008

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Lembar Pengesahan
Laporan Praktikum Aspal

Dibuat Oleh,
Kelompok : 7

1. Samidi NPM : 04.11.1001.7311.106


2. Arga Aditya Putra NPM : 04.11.1001.7311.160
3. Teten NPM : 05.11.1001.7311.021
4. Anton Basuki NPM : 05.11.1001.7311.114
5. Ketut Wijinarko NPM : 04.11.1001.7311.054
6. Faisal. F NPM : 04.11.1001.7311.155

Dosen Pembimbing Instruktur


Laboratorium, Laboratorium,

( Ir. Hendrik Sulistio, MT ) ( Latoha, ST )

Ketua
Jurusan,

( Ari Sasmoko Adi, ST. MT )

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2008
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Adapun tujuan Praktikum Beton ini ialah sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat Strata I ( S1 ). Pada
Fakultas Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Laporan ini kami buat berdasarkan hasil perhitugan di laboratorium.


Dimana kami sebagai mahasiswa teknik yang pada giliranya dituntut
untuk mampu memehami teori dan menerapkanya.

Atas terselenggaranya Praktikum Beton ini kami ucapkan terima kasih


Kepada ;

1. Bapak Ir. Benny Mochhar, EA. MT selaku Fakultas Teknik


Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

2. Bapak Zulfan, ST Selaku Kepala Laboratorium Teknik Sipil


Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

3. Ibu Musrifah Tohir, ST Sebagai Instruktur Praktikum Beton

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua rekan rekan
seangkatan yang telah membantu hingga menyelesaikan tugas laporan
ini.

Tugas ini dimaksudkan untuk membantu dan memudahkan bagi para


pembaca umunya dan mahasiswa pada khususnya dalam
melaksanakan Praktikum Beton, serta dengan memberikan informasi
mengenai peralatan beserta perlengkapan yang ada di laboratorium
baik kepada pemakai juga kepada seluruh pengelola laboratorium.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini tugas


praktikum ini terdapat banyak kelemahan dan kekurangan karnanya
sangat diharapkan saran saran yang membangun sehingga tugas ini
dapat lebih baik.

Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang sangat banyak membantu sehingga terlaksananya penyusunan
tugas Praktikum Beton ini

Samarinda, 24 Juni 2008

Penyusun

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR ASISTENSI iii

DAFTAR ISI iv

KATA PENGANTAR v

BAB. I
Pendahuluan 5

BAB. II
Pemeriksaan Aspal 7
1. Rancangan Campuran Aspal Panas
A. Maksud
B. Peralatan
C. Prosedur

BAB. III
Rancangan Campuran Aspal AC 14
3.1. Pengertian

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda


FAKULTAS TEKNIK
Frogram Studi Teknik Sipil
Alamat : Jl. Ir. Juanda. Kotak Pos No. 1052 Telp. ( 0541 ) 743390

Lembar Asistensi

Praktikum : Aspal
Kelompok :7

No. Hari/Tgl/ Keterangan Paraf


Bulan

Samarinda, 2008

Instruktur
Laboratorium

Teknik sipil Untag Samarinda


( Latoha, ST )
PRAKTIKUM ASPAL

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda


FAKULTAS TEKNIK
Frogram Studi Teknik Sipil
Alamat : Jl. Ir. Juanda. Kotak Pos No. 1052 Telp. ( 0541 ) 743390

Lembar Asistensi

Praktikum : Aspal
Kelompok :7

No. Hari/Tgl/ Keterangan Paraf


Bulan

Samarinda, 2008

Dosen Pembimbing
Laboratorium,

Teknik sipil Untag Samarinda


( Ir. Hendrik Sulistio, MT )
PRAKTIKUM ASPAL

BAB I
PENDAHULUAN

Jalan merupakan sarana utama bagi perhubungan darat dengan


adanya jalan suatu daerah masyarakat setempat dapat berkembang
menjadi lebih baik. Perbaikan ekonomi, pendidikan dan dapat
mendorong berkembangnya sarana yang lainnya.Agar jalan bisa
berfungsi dengan baik, maka harus dibuat yang lebih pula mengenai
geometriknya maupun konstruksinya.Pembuatan konstruksi jalan
umumnya disesuaikan dengan fungsi jalan itu sendiri, jalan Arteri tidak
sama dengan jalan kolektor maupun jalan lokal, mengingat jalan Arteri
mempunyai peran yang lebih penting dari yang lain.

Melihat dari rangkanya jalan terdiri dari 3 bagian yaitu tanah dasar
(sub grade) sebagai tempat kedudukan, lapis pondasi dan lapis penutup
ketiganya ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, namun tetap saling
mendukung satu dengan yang lain. Tanah dasar (sub grade) yang
kurang baik akan menjadi konstruksi jalan kurang kuat, sehingga
untukmencapai kekuatan yang diinginkan harus diimbangi dengan
lapisan pondasi yang lebih baik dan lebih kuat, demikian pula halnya
dengan lapisan pondasi yang sudah baik dan kuat kalau tidak rata
mudah tergenang air, air yang terus menerus menggenang akan
mempercepat rusaknya suatu konstruksi jalan. Agar awet konstruksi
jalan harus diberi lapisan penutup.

Yang umum diberikan untuk lapisan penutup jalan adalah aspal,


disamping sebagai lapisan penutup, campuran aspal dan agregat dapat
sebagai konstruksi (menahan beban) kendaraan misalnya ATB, macam

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

di Indonesia ATB (Asphalt Treated Base) campuran aspal panas (Hot


Mix) seperti ATB, ATBL, HRS dan lain-lain.

Untuk pratikum ini dicoba membuat rancangan campuran aspal


panas Hot Mix) (HRS).Tujuan : Diharapkan setelah mengikuti pratikum
Mahasiswa dapat membuat sendiri rancangan (Mix Design) aspal panas
(Hot Mix) sesuai dengan yang diharapkan dan berbagai jenis campuran :
ATB/ AC, ATBL, HRS Sand Sheed dan lain-lain. Selain dapat membuat
rancangan campuran juga dapat menerapkan dilapangan sesuai
dengan kondisinya, serta dapat menganalisa sifat - sifat campuran
aspal panas (Hot Mix).

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

BAB II
PEMERIKSAAN ASPAL

1. Rancangan Campuran Aspal Panas (Hot Mix) di Laboratorium


Untuk rancangan campuran aspal panas (Hot Mix) telah dilakukan
percobaan di Laboratorium, dengan rancangan percobaan diatas
ditambah kadar aspal berturut - turut sebagai berikut :
6%, 6,5%, 7%,7,5 %,8%,8,5% dari berat agregat

A. MAKSUD :
Membuat campuran antara aspal dan agregat pada suhu
pencampuran tertentu sehingga dapat dicapai perlekatan aspal
yang merata terhadap semua gradasi agregat, pemadatan yang
baik dan kemudian dianalisa stabilitasnya.

B. PERALATAN :
Kompor pemanas 2 (dua) buah.
Penggorengan (kuali).
Pengaduk.
Spatulla.
Sendok.
Timbangan.

C. PROSEDUR :
1. Timbang agregat sesuai dengan berat masing-masing gradasinya
(lihat tabel), sehingga total 1.200 gram.
2. Panaskan agregat dan aspal secara bersamaan sampai suhu 160C.
3. Timbang alat penggorengan aspal.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

4. Setelah agregat dan aspal mencapai suhu 100C, timbang aspal


sebanyak 6 %.
5. Masukkan agregat kedalam penggorengan aspal yang sudah berisi
aspal dan campur sehingga merata.
6. Setelah suhu mencapai 100C lakukan pemadatan.

2. Aspal Compaction Test.


A. MAKSUD :
Untuk mendapatkan briket yang akan digunakan dalam
percobaan Marshal Test.

B. PERALATAN :
Collar.
Beban pemadat.
Alat Compactor Test.
Ekstruder (alat pengeluar contoh).
Mold.

C. PROSEDUR :
1. Tempatkan alat compactor test pada tempat yang kokoh.
2. Pasanglah mold beserta collar diatas landasan, lapisi bagian atas dan
bawah mold dengan kertas saring.
3. Pasanglah beban pemadat dan kokohkan dengan penjepit.
4. Aturlah caonter sehingga menunjukkan angka 50, yang berarti
berhenti pada tumbukan 50 kali.
5. Putar tombol sehingga alat compactor jalan dan alat tersebut
berhenti pada jumlah tumbukan 50 kali.
6. Buka kembali alat pemadat dan kalikan moldnya.
7. Atur kembali counter sehingga menunjukkan angka 50.
8. Lakukan pemadatan seperti diatas.
9. Rendam mold yang berisi benda uji sehingga dingin dan keluarkan
dengan.
10. Setiap briket beri tanda sesuai dengan urutan persen aspal.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

3. Marshall Test.
A. MAKSUD :
Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari campuran.

B. PERALATAN :
Mesin tekan marshall.
Kepala penekan.
Dial indikator (skala flow).
Manometer hydrolic (skala stabilitas).
Water bath.

C. PROSEDUR :
1. Masukkan benda uji kedalam water bath yang telah ditahan
panasnya 60C, selama 30 menit.
2. Pasanglah benda uji (briket) pada kepala penekan.
3. Pasanglah dial indikator pada flow meter.
4. Dapatkan piston penetrasi dengan jalan menghidupkan mesin tekan
Marshall (posisi saklar up).
5. Aturlah dial indikator dan manometer hydrolic ke posisi Nol.
6. Putarlah saklar ke posisi up sehingga proses penekanan
berlangsung. Perhatikan dengan seksama manometer hydrolic bila
perlawanan benda uji hilang, maka akan berbalik arah dan sebutlah
angkanya sebelum jarum turun, begitu juga dengan dial indikator.
7. Matikan alat dan putarkan keposisi down.
8. Keluarkan kepala penekan dan bersihkan untuk pengujian
selanjutnya.

4. Pemeriksaan Aspal Keras.


A. MAKSUD :

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Mengambil contoh benda uji untuk test di Laboratorium sebelum


bahan dipergunakan dilapangan. Sampling ini harus dapat
mewakili dari seluruh bahan yang ada yang akan dipergunakan
di lapangan.

Cara-cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman :


1. Sampling harus dapat mewakili dari seluruh parte yang ada.
2. Periksa dan pisahkan juga dari tanda drum yang baik dan jelek.
3. Kaleng untuk contoh harus dalam keadaan baik, bersih dan kering.
4. Contoh tidak boleh kena debu ataupun kotoran yang lain.

B. PERALATAN :
Kaleng untuk contoh.
Spatula.
Bor tangan (spiral).
Kompor gas.
Pisau.
Sendok semen.
Sarung tangan.

C. PROSEDUR :
1. Buka tutup drum kemudian masukkan bor tangan kira - kira 2 cm.
2. Penahan pisau dan spatula.
3. Ambil pisau dan spatula yang sudah dipanaskan lalu tusukkan ke
dalam aspal sambil ditekan dan diputar mengelilingi bor tangan yang
diborkan pada aspal.
4. Buang permukaan aspal kira - kira 7 cm dari permukaan aspal.
5. Ambil bahan uji dengan memutar bor tangan supaya aspal / bahan
uji nempel di bor tangan.
6. Masukkan bahan uji ke dalam kaleng yang sudah disiapkan.

5. Penetrasi Sebelum Kehilangan Berat


A. MAKSUD :
Untuk mengetahui sifat mekanis (reologis) yaitu penetrasi dari
contoh aspal keras terhadap pengaruh luar.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

B. PERALATAN :
Alat penetrasi.
Pemegang jarum.
Pemberat.
Jarum penetrasi.
Tin Box.
Bak perendam (water bath).
Tempat air dengan volume 350 m3.
Termometer.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :

1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair sambil


diaduk pelan-pelan, jumlahnya kira-kira cukup untuk mengisi dua
Tin Box pemeriksaan.

2. Tuangkan contoh kedalam Tin Box dan tutup agar contoh tidak
terkontaminasi, diamkan selama 1 - 1,5 jam pada tempat air dalam
water bath pada suhu 15 - 30 C.

3. Pegang jarum pada pemegang dan pasang pemberat 50 gram untuk


memperoleh beban 100 gram, jarum harus bersih dan masih baik.

4. Pindahkan tempat air dari water bath ke bawah alat penetrasi.

5. Letakkan jarum sedemikian rupa, sehingga ujung jarum tepat


dipermukaan contoh dan aturlah supaya jarum arloji tepat angka 0.

6. Mulai pemeriksaan dengan melepaskan jarum, stelah lima detik.


Lihat arloji penetrasi menunjukkan angka berapa dan catat.
Pembulatan angka 0,1 mm terdekat.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

7. Lepaskan jarum penetrasi dari contoh dan bersihkan dengan bahan


pembersih lapis dicelupkan dalam elher.

8. Lakukan pemeriksaan penetrasi pada Tin Box yang sama F bisa


sampai dengan tiga kali dengan jarak masing - masing 1 cm.

Hal - hal yang perlu diperhatikan :


1. Setiap selesai pemeriksaan alat-alat seperti jarum penetrasi harus
dibersihkan dengan sulvent yang sesuai dan disimpan pada
tempatnya, lampu dimatikan, Tin Box dibersihkan dan lainnya.
2. Hindari contoh berceceran di tempat pemeriksaan dengan bekerja
hati-hati.
3. Pakailah alat-alat safty / keselamatan yang diperlukan.

6. Berat Jenis Aspal Keras


A. MAKSUD :
Untuk menentukan perbandingan antara berat aspal, isi aspal
yang beratnya sama dengan air yang menempati aspal tersebut
pada suhu tertentu.

B. PERALATAN :
- Picnometer. - Bejana.
- Thermometer. - Air.
- Water bath. - Kapas

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :
1. Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk.
2. Bersihkan dan keringkan picnometer timbang dengan ketelitian
1 mg = A gram.
Contoh uji yang sudah siap dituangkan dalam picnometer sampai
terisi .. dinginkan sampai suhu ruang 25C / rendam dalam
bejana setelah dingin timbang = 3 gram.
3. Isi picnometer dengan air sampai batas tutup picnometer dan
timbang dengan ketelitian 1 mg = 3 gram.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

4. Tambahkan air kedalam picnometer sampai batas picnometer +


contoh + air dengan ketelitian 1 m = 3 gram.
5. Hitung berat jenis aspal dengan rumus :

(t-A)
B =
(B-A)-(B-t)

KESIMPULAN
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik didalam pengujian harus
dilaksanakan dengan teliti dan menggunakan contoh yang lebih dari
satu.

2. Untuk suatu pekerjaan pengaspalan hendaknya digunakan material


yang bermutu baik (sesuai standar).

3. Kadar aspal yang terlalu sedikit menyebabkan rongganya besar dan


kadar aspal yang telalu banyak campuran menjadi lemah, maka
sebaiknya yang sedang (optimum).

4. Perlu diperhatikan suhu pemanasan untuk jenis - jenis aspal keras


tertentu jika kelebihan panas akan terbakar dan jika kurang panas
aspal tidak bisa padat.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

BAB III
RANCANGAN CAMPURAN
ASPAL HRS

3.1. PENGERTIAN
Jika agregat dicampur dengan aspal maka :
Partikel - partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh
aspal.
1. Rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara.
2. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.
3. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar
aspal yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel
agregat.
Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi empat syarat
yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas, dan tahanan geser, tetapi
jika memakai gradasi rapat (densegraded) akan menghasilkan
kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik,
tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan
kelenturan (fleksibilitas) yang kurang baik dan akibat tambahan
pemadatan dari beban lintas berulang serta aspalyang mencair
akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang
kecil.
Sebaliknya jika menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh
kelenturan yang baik tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan lapisan pengikat antar butir
Teknik sipil Untag Samarinda
PRAKTIKUM ASPAL

kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang dapat diresapi aspal


besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat
lepas dan durabilitas berkurang. Kadar aspal yang tinggi
mengakibatkan kelenturan yang baik tetapi dapat terjadi bleeding
sehingga stabilitas dan tahanan geser berkurang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa haruslah


ditentukan campuran antara agregat dan aspal seoptimal mungkin
sehingga dihasilkan lapisan perkerasan dengan yang seoptimal
mungkin.

Dengan kata lain harus direncanakan campuran yang meliputi


gradasi ( dengan memperhatikan mutu agregat ) aspal sehingga
dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi keempat
syarat diatas yaitu :
1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan
2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memiliki beban
sehingga tak terjadi deformasi yangmerusak.
3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan unuk pemadatan
tambahan akibat beban berulang dan flow dari aspal.
4. Dapat mberikan kemudahan kerja sehingga tak terjadi segregasi.
5. Dapat menghasilkan campuran yang akhirnya menghasilkan
lapis perkerasan yang sesuia dengan persyaratan dalam
pemilihan lapisan perkerasan pada tahap perencanaan.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kualitas dari
sapal beton adalah :
1. Absorbsi aspal.
2. Kadar aspal efektif.
3. Rongga antar butir (VMA) Void Material Air
4. Rongga udara dalam campuran (VIM) Void Indeks Material.
5. Gradasi agregat.

3.2. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT MARSHALL.


( SK. SNI. M 58 1990 03 )

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan


menggunakan alat pemeriksaan marshall. Pemeriksaan
dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan
agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk
suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas
runtuh dinyatakan dalam milimeter atau 0,01.
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi
dengan proving ring (cincin penguji) yang berkapasitas 2500
kg atau 5000 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran
disampingkan itu terdapat arloji (flow meter) untuk mengukur
kelelehan plastis (flow).
Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan
tinggi 7,5 cm dipersiapkan dilaboratorium, dalam cetakan
benda uji dengan mempergunakan hammer (penumbuk)
dengan berat 10 pon (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7
cm), dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/menit.

Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan denagn


alat Marshall, diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka
dibelakang koma.
2. Berat volume dinyatakan dalam ton/ m3
3. Stabilitas, dinyatakan dalam bilangan bulat. Stabilitas
menunjukan kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya alur
(ring).
4. Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau 0,01 inch.
Flow dapatmerupakan idikator terhadap lentur.
5. VIM, persen rongga dalam campuran, dinyatakan dalam bilangan
desimal satu angka dibelakang koma. VIM merupakan indikator
dari durabilitas, kemungkinan bleeding.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

6. VMA, persen rongga terhadap agregat, dinyatakan bilangan bulat


VMA bersama dengan VIM merupakan indikator dari durabilitas.
7. Hasil bagi Marshall (Quotient, Marshall, merupakan hasil bagi
stabilitas dan flow dinyatakan dalam KN/mm. Merupakan
indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan.
8. Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran, sehingga
diperoleh gambaran beberapa kadar aspal effektifnya.
9. Tebal lapisan aspal (film aspal), dinyatakan dalam mm.
Merupakan petunjuk tentang sifat durabilitas campuran.
10. Kadar aspal effektif, dinyatakan dalam bilangan dsimal satu
angka dibelakang koma.

SPESIFIKASI CAMPURAN
Dari bab-bab sebelum ini terlihat bahwa sifat campuran sangat
ditentukan dari gradasi aggregat,kapal aspal total dan kadar aspal
efektif,VIM,VMA,dan sifat bahan mentah sendiri variasi dari hal
tersebut diatas akan menghasilkan kualitas dan keseragaman
campuran yang berbeda -beda .Untuk itu agagr dapat memenuhi
kualitas dan keseragaman jenis lapisan yang telah dipilih dalam
perencanaan perlu dibuatkan spesipikasi campuran yang menjadi dasar
pelaksanaan dilapangan .Dengan spesipikasi itu diharapkan dapat
diperoleh sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan keawetan
yang diharapkan.
Spesifikasi campuran berbeda-beda, dipengaruhi oleh :
Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh metode apa
yang dipergunakan.
Ekspresi gradasi aggregat, yang dinyatakan dalam nomor
saringan. Nomor-nomor saringan mana saja yang dipergunakan
dalam spesifikasi.
Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap berat
campuran seluruhnya.
Komposisi dari campuran, meliputi aggregat dengan gradasi yang
bagaimana yang akan dipergunakan.
Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai
stabilitas, flow, VIM, VMA, tebal film aspal.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Metode rencana campuran yang digunakan.

Persyaratan Sifat Campuran


Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
Tabel 6.3.3.

Tabel 6.3.3. Persyaratan sifat campuran.

SIFAT Campuran HRSS HRSSA HRSB AC ATB


Kadar aspal efektif Min. 9.1 7.9 6.8 5.5
Kadar penyerapan Max. 2.0 2.0 1.7 1.7 1.7
aspal Min. 10.3 8.9 7.3 4.3-7.0 6.0
Kadar aspal total
Minimum
Kadar Rongga Min. 4 4 4 3 4
udara dari
campuran padat (% Max. 9 9 6 6 8
terhadap volume
total campuran )
Marshall Quotient Min. 0.8 0.8 1.8 1.8
(1) Max. 4.0 4.0 4.0 5.0 5.0
(AASHTO T245-78)
(KN/mm)
Stabilitas Marshall Min. 200 200 450 750 750
(AASHTO T245-78) Max. 850 850 850 850 -
(KN/mm)
Stabilitas Marshall
tersisa setelah 75 75 75 75 75
perendaman Min.
selama 24 jam pada
60 (% terhadap
stabilitas semula)

Sumber : Buku Volume-volume Speksifikasi teknik Bina Marga

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar 2.01 berdasarkan


asumsi kondisi jalan yang datar ( atau kemiringan landai ) dan kondisi
lalu lintas jalan antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang
diperlukan pada setiap bagian jalan, harus sesuai dengan instruksi
Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan kelandaian
jalan.
Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja
harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70% terhadap nilai
penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai Duktilitas tidak kurang
dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan AASHTO T49 dan
T51.

Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara
AASHTO T164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus
dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Angka Korelasi Beban (Stability)


Isi benda uji (cm)3 Tebal benda uji (mm) Angka korelasi

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

200 213 25,4 5,56


214 225 27,0 5,00
226 237 28,6 4,55
238 250 30,2 4,17
251 264 31,8 3,85
265 276 33,3 3,57
277 289 34,9 3,33
290 301 36,5 3,03
302 316 38,1 2,78
317 328 39,7 2,50
329 340 41,3 2,27
341 353 42,9 2,08
354 367 44,4 1,92
368 379 46,0 1,79
380 392 47,6 1,67
393 405 49,2 1,56
406 420 50,8 1,47
421 431 52,4 1,39
432 443 54,0 1,32
444 456 55,6 1,25
457 470 57,2 1,19
471 482 58,7 1,14
483 495 60,3 1,09
496 508 61,9 1,04
509 522 63,5 1,00
523 535 65,1 0,96
536 546 66,7 0,93
547 559 68,3 0,89
560 573 69,9 0,86
574 585 71,4 0,83
586 598 73,0 0,81
599 610 74,6 0,78
611 525 76,2 0,76
RENCANA CAMPURAN MARSHALL
Sumber : SK.SNI.03-1968-1990

VOLUME MOL ASPALT = 1200 Gram

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

1. PEMAKAIAN ASPALT 6 %
6 % x 1200 = 72
Agregat = 1200 - 72 = 1128 gram
Coarse agregat = 31 % x 1128 = 349,7 gram
Medium Agregat = 14 % x 1128 = 157,92 gram
Fine Agregat = 18 % x 1128 = 203,04 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1128 = 417,36 gram

2. PEMAKAIN ASPALT 6,5 %


6,5 % x 1200 = 78
Agregat = 1200 78 = 1122 gram
Coarse agregat = 31 % x 1122 = 347,82 gram
Medium Agregat = 14 % x 1122 = 157,08 gram
Fine Agregat = 18 % x 1122 = 201,96 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1122 = 415,14 gram

3. PEMAKAIAN ASPALT 7 %
7 % X 1200 = 84
Agregat = 1200 84 = 1116 gram
Coarse agregat = 31 % x 1116 = 345,96 gram
Medium Agregat = 14 % x 1116 = 156,24 gram
Fine Agregat = 18 % x 1116 = 200,88 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1116 = 412,92 gram

4. PEMAKAIAN ASPALT 7,5 %


7,5 % x 1200 = 90
Agregat = 1200 90 = 1110 gram
Coarse agregat = 31 % x 1110 = 344,1 gram
Medium Agregat = 14 % x 1110 = 155,4 gram
Fine Agregat = 18 % x 1110 = 199,8 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1110 = 410,7 gram

5. PEMAKAIAN ASPALT 8 %
8 % x 1200 = 96
Agregat = 1200 96 = 1104 gram

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Coarse agregat = 31 % x 1104 = 342,24 gram


Medium Agregat = 14 % x 1104 = 154,56 gram
Fine Agregat = 18 % x 1104 = 198,72 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1104 = 408,48 gram

3.3. PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS


ANGLES ( SNI. 03 2417 1991 )

3.3.1. TUJUAN PERCOBAAN


Maksud pemeriksaan ini adalah untuk menentukan
ketahanan agregat kasar dari keausan dengan menggunakan
mesin Los Angeles.

3.3.2. PERALATAN
Mesin Los Angeles
Timbangan dengan ketelitian satu gram
Bola-bola baja
Oven yang dilengkapi pengatur suhu
Ayakan nomor 12 dan ayakan lainnya seperti pada tabel
Talam, dll.

3.3.3. BAHAN
Aggregat yang tertahan pada ayakan seperti pada tabel
Benda uji dicuci dan dikeringkan dalam oven
Tentukan berat benda uji sesuau tabel, kemidian campurkan.

3.3.4. CARA MELAKUKAN


Masukkan benda uji kedalam mesin Los Angeles, kemudian
masukkan pula bola baja sebanyak kebutuhan.
Putar mesin menurut banyaknya putaran.
Keluarkan benda uji, lalu diayak dengan saringan nomor 12.
Aggregat yang tertahan pada saringan lalu dicuci.
Keringkan dalama oven.
Timbang benda uji kering.
3.3.5. PERHITUNGAN
AB
Keausan = x 100%

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

A
Dimana : A = berat benda uji semula
B = berat benda uji saringan no. 12

PEMERIKSAAN KEAUSAN (ABRASI) DENGAN MESIN LOS ANGLES

Gradiasi 4
Saringan I
(a) (b)
Lewat Tertahan Berat Berat
Sebelu Ses
m uda
h

76,2 mm ( 3 ) 63,5mm( 21\2)


63,5 mm (21/2 ) 50,8mm (2 )
50,8 mm (2 ) 37,5mm( 11/2)
37,5 mm (11/2) 25,4mm( 1 )
25,4 mm ( 1 ) 19,1mm(3/4)
19,1 mm (3/4 ) 12,7mm (1/2) 2500
12,7 mm (1/2 ) 9,52mm (3/8) 2500
9,52 mm (3/8) 6,35mm (N0.3)
6,35 mm (No.3) 4,76mm (No.4)
4,76 mm (No.4) 2,38mm (No.8)
Jumlah Berat (A)= 5000
Berat tertahan saringan no.12 (B)= 3936

Keausan I. A = 5000 gram


B = 3936 gram
A - B = 1064 gram

Keausan I. = A-B x 100 % = 21,28 %


A

3.4. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR & HALUS


( SEIVE ANALISYS ) ( SNI. 03 1968 1990 )

3.4.1. TUJUAN

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian


butir (gradasi) agregat kasar dan agregat halus dengan
menggunakan saringan.

3.4.2. PERALATAN
Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
Satu set saringan dengan ukuran 76,2 mm (3), 63,55 mm (2,5), 50,8
mm (2), 37,5 mm (1,5), 2,5 mm (1), 19,1 mm (3/4), 12,5 mm (1/2),
9,5 mm (3/8), no. 4 ; no. 8; no; 16, no ; 30, no ; 50, no ; 100, no ; 200
(standart ASTM).
Oven yang dilengkapi pengukur suhu untu memanasi sampai (100 5
%).
Alat pemisah contoh (sampler spliter).
Mesin penggetar saringan.
Talam-talam
Kwas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

3.4.3. BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat sebanyak
Agregat halus
1. Ukuran maximum no. 4 ; berat minimum 500 gram.
2. Ukuran maximum no. 8 ; berat minimum 100 gram.
Agregat kasar
1. Ukuran maximum no. 3,5 ; berat minimum 35 kg
2. Ukuran maximum no. 3,0 ; berat minimum 30 kg
3. Ukuran maximum no. 2,3 ; berat minimum 23 kg
4. Ukuran maximum no. 1,5 ; berat minimum 15 kg
5. Ukuran maximum no. 1,0 ; berat minimum 10 kg
6. Ukuran maximum no. 3/4 ; berat minimum 5 kg
7. Ukuran maximum no. 1/2 ; berat minimum 2,5 kg
8. Ukuran maximum no. 3/8 ; berat minimum 1 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

no.4 selanjutnya agregathalus dan kasar disediakan sebanyak


jumlah seperti tercantumdiatas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan prosedur, kecuali apabila
butir yang melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya bila syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

3.4.4. CARA MELAKUKAN


Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5 0 C), sampai
berat tetap.
Saringan benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling
besar ditempatkan palingn atas. Saringan digonjangkan dengan
tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

3.4.5. PERHITUNGAN
Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing
- masing saringan terhadap berat total benda uji.

3.4.6. LAPORAN
Jumlah prosentasi melalui masing-masing saringan atau
jumlah prosentase diatas masing - masing saringan dalam
bilangan bulat.
Grafik akumulatf.

3.5. PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN


AGREGAT KASAR ( SNI. 03 1970 1990 )

3.5.1. TUJUAN
Menentukan bulk dan apparent specific grafities dan
absorption dari agregat kasar menurut ASTM C 127 guna
menentukan volume agregat dalam beton.

3.5.2. PERALATAN
Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5 kg
Keranjang besi dengan diameter 8 dan tinggi 2,5
Alat penggantung keranjang

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Oven > Handuk

3.5.3. BAHAN
Benda uji direndam 24 jam
Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya
habis, tetapi harus masih tanpa lembab ( kondisi SSD )
Benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali dalam
air. Temperatur air 73,4 3F dan ditimbang. Setelah ditimbang
container diisi benda uji, digoyang-goyang dalam air untuk
melepaskan udara yang terperangkap.
Benda uji dikeringkan pada temperatur 212 - 130F, didinginkan
dan ditimbang.

3.5.4. PERHITUNGAN
A
Bulk Specific Gravity =
(B C)

Dimana : A = berat ( gram ) dari benda uji oven dry di udara


B = berat ( gram ) dari benda uji pada kondisi SSD
C = berat ( gram ) dari bendauji pada kondisi jenuh

B
Bulk Specific Gravity (SSD) =
BC

A
Apparent Specific Gravity =
AC

BA
Prosentase Absorpsi = x 100%
A

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

3.6. PEMERIKSAAN BERAT JENIS & PENYERAPAN


AGREGAT HALUS ( SNI. 03 1970 1990 )

3.6.1. TUJUAN
Menentukan bulk dan apparent specific-Gravity dan
absorpsi dari aggregat halus menurut ASTM C 128 guna
menentukan volume aggregat halus dalam beton.

3.6.2. PERALATAN
Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram kapasitas minimum 1 kg
Picnometer kapasitas 500 gram
Cetakan kerucut pasir
Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.

3.6.3. BAHAN
1000 gram aggregat halus yang didapat dari alat pemisah atau
cara perempat.

3.6.4. CARA MELAKUKAN


Aggregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai didapat
keadaan kering merata jika telah dapat tercurah ( free flowing
condition )
Sebagian benda uji dimasukkan pada mental sand cone mold.
Benda uji didapatkan dengan tongkat pemadat ( tempar ) sampai
25 kali tumbukan. Kondisi SSD ( survace dry condition ) diperoleh
jika cetakan diangkat, aggregat halus runtuh / longsor.
Aggregat halus 500 gram dimasukkan dalam picnometer dan
isikan air sampai 90% kapasitas, gelembung-gelembung udara
dibebaskan dengan cara menggoyang-goyangkan picnometer.
Rendam picnometer dengan temperatur 73,4 230F ( 1 hari
atau kurang )
Pisahkan benda uji dari picnometer dan keringkan pada
temperatur 212 - 230F pekerjaan harus selesai dalam 1 hari
Tentukan berat picnometer berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temperatur 73,4 230F, dengan ketelitian 0,1
gram.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

3.6.5. PERHITUNGAN
A
Apperant Specific Gravity =
A+DC

A
Bulk Specific Gravity (dry) =
B+DC

B
Bulk Specific Gravity (SSD) =
B+DC

BA
Absorpsi = x 100 %
A
Dimana :
A = berat benda uji kering ( gram )
B = berat dari benda uji dalam kondisi SSD ( gram )
C = berat picnometer + contoh SSD + air (gram )
D = berat picnometer + air ( gram )

3.6.6. LAPORAN
Apperant Specific, Bulk Specific Gravity (dry), Bulk Specific
Gravity (SSD), dan Persentase Absorp

3.7. PENGAMBILAN SAMPLE


3.7.1. MAKSUD
Mengambil contoh benda uji untuk test dilaboratorium
sebelum bahan dipergunakan dilapangan. Sampling ini
harus dapat mewakili dari seluruh bahan yang ada yang

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

akan dipergunakan dari seluruh bahan yang ada yang akan


dipergunakan di lapangan.

Cara-cara pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman :


1. Sampling harus dapat mewakili dari seluruh parte yang ada.
2. Periksa dan pisahkan juga dari tanda drum yang baik dan jelek.
3. Kaleng untuk contoh harus dalam keadaan baik, bersih dan kering.
4. Contoh tidak boleh kena debu ataupun kotoran yang lain.

3.7.2. PERALATAN
Kaleng untuk contoh
Spatula
Boor tangan
Kompor gas
Pisau
Sendok semen
Sarung tangan

3.7.3. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Buka tutup drum kemudian masukkan boor tangan kira-kira 7 cm.
2. Penahan pisau dan spatula.
3. Ambil pisau dan spatula yang sudah dipanaskan lalu tusukkan
kedalam aspal sambil ditekan dan diputar mengelilingi boor tangan
yang diboorkan pada aspal.
4. Buang permukaan aspal kira-kira 7 cm dari permukaan aspal.
5. Ambil bahan uji dengan memutar boor tangan supaya aspal/bahan
uji nempel di boor tangan.
6. Masukkan bahan uji ke dalam kaleng yang sudah disiapkan

3.8. PEMERIKSAAN PENETRASI


( SNI. 06 2438 1991 )

3.8.1. MAKSUD

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Untuk mengetahui sifat mekanis ( reologis ) yaitu penetrasi


dari contoh aspal keras terhadap pengaruh luar.

3.8.2. PERALATAN
> Alat penetrasi > Tin box
> Pemegang jarum > Bak Perendam
> Pemberat > Tempat air dengan volume 350 m3
> Jarum penetrasi > Termometer

3.8.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN


1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair
sambil diaduk pelan-pelan, jumlahnya kira-kira cukup mengisi
tin box pemeriksaan.
2. Tuangkan contoh ke dalam tin box dan tutup agar contoh tidak
terkontaminasi, diamkan selama 1 1,5 jam pada tempat air
dalam water bath pada suhu 15 - 30C.
3. Pasang jarum pada pemegang dan pasang pembesar 50 gram
untuk memperoleh beban 100 gram, jarum harus bersih dan
masih baik.
4. Pindahkan tempat air dari water bath ke bawah alat penetrasi.
5. Letakkan jarum sedemikian rupa sehingga ujung jarum tepat
dipermukaan contoh dan aturlah supaya jarum arloji tepat
angka 0.
6. Mulai pemeriksaan dengan melepaskan jarum, setelah lima
detik, lihat arloji penetrasi penunjukan angka berapa dan catat.
Pembulatan angka 0,1 mm terdekat.
7. Lepaskan jarum penetrasi dari contoh dan bersihkan dengan
bahan lap dicelupkan dalam ether
8. Lakukan pemeriksaan penetrasi dalam tin box bisa sampai
dengan tiga kali dengan jarak masing-masing 1 cm.
9. Hasil pemeriksaan diambil rata-rata.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Setiap selesai pemeriksaan alat-alat seperti jarum penetrasi harus
bersihkan dengan sulvent yang sesuai dan disimpan pada
tempatnya, lampu dimatikan, tin box dibersihkan dan lainnya.

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

2. Hindari contoh berceceran di tempat pemeriksaan dengan bekerja


hati-hati.
3. Pakailah alat-alat safety / keselamatan yang diperlukan.

3.9. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL


( SNI. 06 2434 1991 )

3.9.1. MAKSUD
Untuk mengetahui temperatur / suhu pada saat dimana aspal
mulai menjadi lunak. Titik lembek aspal tidaklah sama pada
setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai
penetrasi yang sama.

3.9.2. PERALATAN
> Cincin kuningan > Pembakar bunsen > Statif Plat
> Alat pengarah bola baja > Dudukan benda uji
> Bola baja >Tabung gas
> Termometer >Asbes

3.9.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN


1. Panaskan aspal keras secara perlahan-lahan sampai mencair sambil
diaduk perlahan-lahan.
2. Tuangkan contoh ke dalam dudukkan benda uji, diamkan selama 1
1,5 jam pada tempat air dalam water bath pada suhu 15 - 30C.
3. Setelah benda uji mencapai suhu ruang, letakkan dudukan benda uji
pada plat kemudian masukkan ke dalam tabung gelas yang berisis air.
4. Letakkan bola baja di atas banda uji, pasang asbes pada statif setelah
itu letakkan tabung gelas di atas asbes.
5. Letakkan pemanas bunsen dibawah asbes kemudian nyalakan sampai
air di dalam tabung gelas mencapai temperatur tertentu sehingga bola
baja yang diletakkan diatas benda uji jatuh melalui jarak 25,4 mm ( 1
inch ).
3.10. PEMERIKSAAN TITIK NYALA ASPAL
( SNI. 06 2433 1991 )

3.10.1. MAKSUD

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Untuk menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala


singkat dipermukaan aspal, dan suhu pada saat terlihat
nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Titik nyala perlu
diketahui untuk memperkirakan temperatur maksimum
pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.
Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga
dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.

3.10.2. PERALATAN
Cawan cleveland
Termometer
Plat pemanas
Pemanas bunsen
Pematik api
Statif

3.10.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN


1. Pemanas contoh uji hingga mencapai suhu 150C dan aduk
pelan-pelan.
2. Tuang contoh uji kedalam cleveland open cup yang berbentuk
cawan dari kuningan dan diletakkan pada plat pemanas.
3. Tentukan titik nyala perkiraan.
4. Catat waktu dan suhu mulai pada saat 56C dibawah titik nyala
perkiraan
5. Lanjutkan pencatatan waktu dan suhu tiap-tiap 5C dibawah
perkiraan titik nyala hingga mencapai temperatur titik nyala yang
sesungguhnya.

3.11.PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT


(SNI. 06 244 1991)
3.11.1. MAKSUD

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Untuk mengetahui pengurangan berat akibat penguapan


bahan bahan yang menguap bahan aspal. Penurunan berat
yang besar menunjukkan banyaknya bahan yang hilang
karena penguapan.

3.11.2. PERALATAN
Oven yang dilengkapi dengan piring diameter 25 cm tergantung
melalui poros vertical yang dapat berputar dengan kecepatan 5-6
putaran/ menit.
Timbangan dengan ketelitian 0,2 gram.
Cawan.

3.11.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN


Tuang contoh uji kedalam cawan.
Kemudian timbang sebelum dipanaskan.
Masukkan contoh uji kedalam oven selama 5 jam dengan
suhu oven 163 0C.
Setelah itu timbang contoh uji setelah dipanaskan (setelah
keluar oven).

3.11.4. PERHITUNGAN
Berat sebelum pemanasan
Prosentase kehilangan berat = x 100%
Berat setelah pemanasan

3.12.PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL KERAS


3.12.1. MAKSUD
Untuk menentukan perbandingan antara berat aspal isi
yang beratnya sama dengan air yang menempati aspal
tersebut pada suhu tersebut.

3.12.2 PERALATAN
> Picnometer > Bejana > Water Bath
> Termometer > Air > Kapas
3.12.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk

Teknik sipil Untag Samarinda


PRAKTIKUM ASPAL

Bersihkan dan keringkan picnometer timbang dengan ketelitian 1


mg = A gram. Contoh uji yang sudah siap dituangkan dalam
picnometer sampai terisi + dinginkan sampai suhu ruang 25 0C /
rendam dalam bejana dingin timbang = 3 gram
Isi picnometer dengan air sampai batas tutup picnometer dan
timbang dengan ketelitian 1 mg = 3 gram
Hitung berat jenis aspal dengan rumus :
(t A)
B.J =
(B A) (B t)

Teknik sipil Untag Samarinda

Вам также может понравиться