Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi

Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang sudah
lama ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki
risiko lebih besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki
lebih panjang dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk wanita 2,5-3,5 cm
(Suharyanto dan Madjid, 2009).
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini
terutama pada batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna klinis batu
terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau menimbulkan trauma
yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini terjadi
peningkatan predisposisi infeksi bakteri (Robbins, 2007 cit Wijaya dan Putri,
2013 : 249).
Sedangkan menurut Nursalam (2006: 65) menyebutkan bahwa urolithiasis
merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan
batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan
fosfat atau gelembung asam amino.
Toto Suharyanto dan Abdul Madjid (2009: 150) menjelaskan bahwa
urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan saluran
kemih. Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil,
sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Bahan-bahan yang
dapat menjadikan batu saluran kemih meliputi :
1. Kalsium fosfat atau oxalate,
2. Purine derivative,
3. Amonium fosfat magnesium (struvite)

1
4. Cystein,
5. Kombinasi dari materi diatas, dan
6. Obat atau racun (phenytoin, triamterene)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa urolithiasis merupakan


suatu penyakit yang mengenai sistem perkemihan yaitu adanya batu. Meskipun
laki-laki mempunyai risiko lebih besar tetapi bukan berarti wanita terbebas dari
penyakit tersebut.

B. Etiologi
Pada kebanyakan penderita batu saluran kemih tidak ditemukan penyebab
yang jelas (idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada
pembentukan batu saluran kemih, dapat dibagi atas :
1. Faktor endogen ; seperti faktor genetic-familial pada hipersistiuria,
hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
2. Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi,
dan kejenuhan mineral dalam air minum.

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala penyakit urolithiasis sangat ditentukan oleh letaknya,


besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda
dan gejala yang umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih
dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda
sistemik lainnya. Gejala dan tanda yang utama dari adanya batu ginjal atau uretra
adalah serangan nyeri hebat yang tiba-tiba dan tajam. Berdasarkan bagian organ
yang terkena nyeri ini disebut kolik ureter atau kolik renal. Kolik renal terasa di
regio lumbal menyebar ke samping dan ke belakang menuju daerah testis pada
laki-laki dan kandung kencing pada wanita. Kolik uretra terasa nyeri di sekitar
genitalia dan sekitarnya. Saat nyeri ditemukan mual, muntah, pucat, berkeringat,
dan cemas serta sering kencing. Nyeri dapat berakhir beberapa menit hingga

2
beberapa hari. Nyeri dapat terjadi intermiten yang menunjukan batu berpindah-
pindah. Nyeri yang disebabkan oleh batu pada ginjal tidak selalu berat dan
menyebabkan kolik kadang-kadang terasa nyeri tumpul atau terasa berat.
1. Batu pelvis ginjal
Tanda dan gejala yang ditemui adalah :
a. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat
dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus-menerus dan
hebat karena adanya pielonefritis.
b. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada,
sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya
hidronefrosis.
c. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta
pada sisi ginjal yang terkena.
d. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
e. Gangguan fungsi ginjal.
f. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.

2. Batu ureter
Tanda dan gejala yang ditemui adalah :
a. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan
atau tanpa muntah.
b. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal.
c. Perut kembung (ileus paralitik).
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.

3. Batu kandung kemih


Tanda dan gejala yang ditemui adalah :

3
a. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba
akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
b. Pada anak, menyebabkan anak tersebut menarik penisnya waktu
BAK sehingga tidak jarang terlihat penis yang sedikit panjang.
c. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga
terdapat nyeri menetap suprapubik.
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.

4. Batu prostat
Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara
retrograd.

5. Batu uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau
kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra,
tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Gejala yang ditimbulkan
umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri.
Penyulitnya dapat berupa terjadinya di vertikel, abses, fistel proksimal,
dan uremia karena obstruksi urin.

D. Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat
simtomatik ataupun asimtomatik. Ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu :
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia
organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.

4
2. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin,
santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya
batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin.
Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan
garam urat, sedangkan pada urin yang alkali akan mengendap garam-
garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat, seperti ; peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan diduga ikut
mempengaruhi kalkugenesis, antara lain :
a. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh
bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan garam-garam
fosfat.
b. Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadi infeksi.
c. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak
ditemukan pada pria. Ratio pria dan wanita yang mengalami
urolithiasis adalah 4 : 1.
d. Ras
Batu saluran kemih lebih sering ditemukan di Afrika, dan Asia. Di
Amerika Serikat, anak-anak berkulit putih sering terkena urolithiasis
dibandingkan dengan anak kulit hitam.

5
e. Keturunan
Anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk menderita batu saluran kemih dari
pada yang lain.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan
mengurangi kemungkinan terjadinya batu, sedangkan bila kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan
air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium
dipekirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.
g. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan
petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih
dari pada pekerja yang banyak duduk.
h. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
mordibitas batu saluran kemih berkurang. Penduduk vegetarian yang
kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih.
i. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan
mempermudah pembentukan batu saluran kemi.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien urolithiasis


adalah radiografi ginjal, ureter, dan kandung kemih (KUB radiograph). Intra
Venous Pyelogram (IVP) juga sering dilakukan untuk mengetahui tempat
sumbatan dan keparahannya. Urinanalisa menunjukkan hematuria mikroskopis
atau gros, sel darah putih (SDP), perubahan pH, dan kristal kalsium, asam urat,

6
atau sistin yang menunjukkan batu. Kultur urin menandakan bakteri bila telah
terjadi infeksi dan sel darah putih meningkat Blood Urea Nitrogen (BUN) serum
dan kreatinin meningkat bila terjadi kerusakan ginjal (Suharyanto dan Madjid ,
2009: 155).
1. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd (Purnomo, 2003: 64).
2. Analisa urin
Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan pH, protein, dan gula dalam
urin. Pemeriksaan mikroskopi mencari kemungkinan adanya sel-sel darah
didalam urin. Pengkajian makroskopis dengan menilai warna dan bau urin.
3. Darah rutin
Peninngkatan leukosit dan (Laju Endap Darah) LED menandakan aktifnya
proses inflamasi untuk melawan kuman yang menginvasi saluran kemih.
4. Fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN, ureum dan kreatinan di dalam serum merupakan uji
faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Bersihan kreatinin
menunjukkan kemampuan filtrasi ginjal. Dalam menilai faal ginjal,
pemeriksaan ini lebih peka dari pada pemeriksaan kreatinin atau BUN.
Kadar klirens normal pada orang dewasa adalah 80-120ml/menit.
5. Analisa batu
Analisa batu ini adalah pemeriksaan untuk memeriksa jenis batu yang
sudah keluar dan mencegah kekambuhan kembali.
6. Foto polos abdomen
Foto ini digunakan untuk melakukan skrining untuk pemeriksaan kelainan
pada saluran kemih.

7
F. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa kerusakan tubular dan iskemik partial
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 156). Selain itu juga dapat terjadi obstruksi yang
menyababkan hidronefrosis, infeksi, dan gangguan fungsi ginjal (Wijaya dan
Putri, 2013: 253).

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gagal
ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (Wijaya dan Putri,
2013: 254).
1. Pengurangan Nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidin untuk mencegah syock dan sinkop
akibat nyeri.
b. Mandi air hangat di area pingul.
c. Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal jantung
kongestif yang memerlukan pembatasan cairan. Pemberian cairan
dapat meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruangan di belakang
batu sehingga mendorong passe batu ke bawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi konsentrasi kritaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopi dan pasase kateter uretral untuk menghilangkan
batu yang menyebabkan obstruksi. Ketika batu ditemukan, dilakukan
analisis kimiawi untuk menentukan komposisinya dan membuktikan
indikasi mengenai penyakit yang mendasari.
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy)
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kencing dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar

8
tubuh. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas
energinya. Alat ini memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau
batu buli-buli tanpa tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. tidak jarang pecahan batu yang
sedang keluar akan menimbulkan perasaan nyeri.
b. Endurologi
Beberapa tindakan endurologi yaitu :
- PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Pengeluaran batu yang berada di saluran ginjal dengan cara
memaksukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan
dengan evakuator Ellik.
- Ureteroskopi
Memasukkan alat uretroskopi peruretram guna melihat keadaan
ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi ini.
- Ekstansi Dormia
Pengeluaran batu ureter dengan menjarinngnya melalui alat
keranjang Dormia.
c. Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat
ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk menngambil
batu ureter.
d. Bedah Terbuka

9
Pembedahan terbuka itu antara lain : pielolitotomi atau
nefrolitotomi, untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk mengambil batu di ureter. Tidak jarang pasien
harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengerutan akibat
batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
Selain itu obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
a. Batu asam urat dengan obat potasium alkali dan allopurinol.
b. Batu karena infeksi (strufit) dengan antibiotika dan AHA ( Amino
Hydroxamic Acid).
c. Batu kalsium dengan natrium selulosa fosfat, thiazide, orthofosfat,
potasium sitrat, magnesium sitrat, allopurinol, potasium alkali, pyridoxin,
kalsium suplemen.

10
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif mencakup :
- Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi
sebelumnya.
- Mengeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
- Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasas terbakar,
dan dorangan berkemih.
- Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
- Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyektif meliputi :
- Peningkatan tekanan darah dan nadi.
- Kulit pucat.
- Oliguria, hematuria.
- Perubahan pola berkemih.
- Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising usus.
- Muntah.
- Nyeri tekan pada area ginjal saat dipalpasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
- Penurunan haluaran urin.
- Kandung kemih, rasa terbakar.
- Dorongan berkemih, mual/muntah.
- Nyeri abdomen.
- Nyeri punggung.
- Nyeri panggul.
- Kolik ginjal.
- Kolik uretra
- Nyeri waktu kencing.
- Lamanya nyeri.

11
- Demam.
d. Riwayat penyakit yang lalu
- Riwayat adanya ISK kronis.
- Obstruksi sebelumnya.
- Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
- Riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat adanya ISK kronis.
- Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
- Aktivitas.
- Sirkulasi.
- Eliminasi.
- Makanan/ cairan.
g. Test diagnostik
- Urinalisis.
- Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
- Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra Venous
Pylogram)).
- Endoscopi.
- Cystocopy.
- Ureteroscopy.
- Nephroscopy.
- Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium, phospate,
oksalat, cystin, fungsi renal ; darah lengkap, urine 24 jam,
ekskresi phospate, kalsium, asam urat, kreatinin, dan analisa batu
(komposisi batu))

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu
ginjal

12
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik dan
iritasi ginjal/eretral.
c. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi aliran urine
d. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual
muntah.
e. Risiko Infeksi berhubugan dengan pemasangan kateter
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
penyakit

3. Intervensi
Diagnosa
Tujuan Dan Criteria
No Keperawatan Intervensi
Hasil

1 Nyeri NOC : NIC :


Pain Level,
Pain Management
Definisi : Pain control,
Sensori yang Comfort level
Lakukan pengkajian nyeri
tidak Kriteria Hasil :
secara komprehensif
menyenangkan Mampu mengontrol
termasuk lokasi, karakteristik,
dan pengalaman nyeri (tahu penyebab
durasi, frekuensi, kualitas dan
emosional yang nyeri, mampu
faktor presipitasi
muncul secara menggunakan tehnik
Observasi reaksi nonverbal
aktual atau nonfarmakologi untuk
dari ketidaknyamanan
potensial mengurangi nyeri,
Gunakan teknik komunikasi
kerusakan mencari bantuan)
terapeutik untuk mengetahui
jaringan atau Melaporkan bahwa
pengalaman nyeri pasien
menggambarkan nyeri berkurang
Kaji kultur yang
adanya kerusakan dengan menggunakan
mempengaruhi respon nyeri
(Asosiasi Studi manajemen nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri

13
Nyeri Mampu mengenali masa lampau
Internasional): nyeri (skala, Evaluasi bersama pasien dan
serangan intensitas, frekuensi tim kesehatan lain tentang
mendadak atau dan tanda nyeri) ketidakefektifan kontrol nyeri
pelan Menyatakan rasa masa lampau
intensitasnya dari nyaman setelah nyeri Bantu pasien dan keluarga
ringan sampai berkurang untuk mencari dan
berat yang dapat Tanda vital dalam menemukan dukungan
diantisipasi rentang normal Kontrol lingkungan yang
dengan akhir dapat mempengaruhi nyeri
yang dapat seperti suhu ruangan,
diprediksi dan pencahayaan dan kebisingan
dengan durasi Kurangi faktor presipitasi
kurang dari 6 nyeri
bulan. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
Batasan farmakologi dan inter
karakteristik : personal)
- Laporan Kaji tipe dan sumber nyeri
secara verbal atau untuk menentukan intervensi
non verbal Ajarkan tentang teknik non
- Fakta dari farmakologi
observasi Berikan analgetik untuk
- Posisi antalgic mengurangi nyeri
untuk Evaluasi keefektifan kontrol
menghindari nyeri nyeri
- Gerakan Tingkatkan istirahat
melindungi
- Tingkah laku
berhati-hati
Kolaborasikan dengan dokter

14
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Muka topeng Monitor penerimaan pasien
- Gangguan tentang manajemen nyeri
tidur (mata sayu,
tampak capek, Analgesic Administration
sulit atau gerakan Tentukan lokasi, karakteristik,
kacau, kualitas, dan derajat nyeri
menyeringai) sebelum pemberian obat
- Terfokus pada Cek instruksi dokter tentang
diri sendiri jenis obat, dosis, dan
- Fokus frekuensi
menyempit Cek riwayat alergi
(penurunan Pilih analgesik yang
persepsi waktu, diperlukan atau kombinasi
kerusakan proses dari analgesik ketika
berpikir, pemberian lebih dari satu
penurunan Tentukan pilihan analgesik
interaksi dengan tergantung tipe dan beratnya
orang dan nyeri
lingkungan) Tentukan analgesik pilihan,
- Tingkah laku rute pemberian, dan dosis
distraksi, contoh : optimal
jalan-jalan, Pilih rute pemberian secara
menemui orang IV, IM untuk pengobatan
lain dan/atau nyeri secara teratur
aktivitas, aktivitas Monitor vital sign sebelum
berulang-ulang) dan sesudah pemberian
- Respon analgesik pertama kali
autonom (seperti Berikan analgesik tepat waktu
diaphoresis, terutama saat nyeri hebat

15
perubahan Evaluasi efektivitas analgesik,
tekanan darah, tanda dan gejala (efek
perubahan nafas, samping)
nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh
: gelisah,
merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan
dalam nafsu
makan dan
minum
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)

16
2 Gangguan pola NOC: NIC:
eliminasi urine
A - awasi pemasukan dan
- Berkemih pengeluaran dan karakteristik
dalam jumlah urine
yang normal
dan pola
Te- Tentukan pola berkemih
biasanya normal pasien dan perhatikan
- Tidak variasi
mengalami
tanda Do- dorong meninngkatkan
Obstruksi pemasukan cairan

- - Periksa semua urin dan


catat adanya keluaran batu
dan kirim ke labor untuk
analisa

- Selidiki keluhan
kandung kemih penuh,
palpasi untuk distensi
suprapubik. Perhatikan
penurunan keluaran urin,
adanya edema periorbital /
tergantung
Observasi perubahan
status mental, perilaku, atau
tingkat kesadaran

Kokolaborasi
Awasi pemeriksaan labor,

17
contoh elektrolit, BUN,
kreatinin
Ambil urin untuk kultur
dan sensitivitas

Berikan obat sesuai


indikasi , contoh
Asetazolamid (diamox),
alupurinol (zuoprim)
Hidroklorotiazid (esidrix,
hidrouril), klortaridon
(higroton)

Amonium klorida, kalium


atau natrium fosfat
(salhepatika)
Pertahankan patensi
kateter tak menetap (uretral,
uretral, atau nefrostomi) bila
menggunakan

Irigasi dengan asam atau


larutan alkalin sesuai indikasi

Siapkan pasien atau bantu


untuk prosedur endoskopi,
contoh :
Prosedur basket

18
3 Retensi uRine NOC : NIC :
- Urynari Urynari retention
elimination - Monitor intake dan
- Urynary output
Continuence - Monitor penggunaan
obat
Kriteria hasil : Antikolinergik
- Kandung - Monitor derajat
kemih kosong distensi bladder
secara penuh Intruksikan pada
- Tidak ada pasien dan keluarga
residu urien untukmencatat output
>100-200cc urine
- Inteke cairan - Sediakan privaci
dalam rentang untuk eliminasi
normal - Kateterisasi jika perlu
- Bebas dari Isk
- Balance cairan
seimbang

4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
nutrisi tidak cukup berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang

19
untuk keperluan dengan tujuan dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh. Berat badan ideal Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
Batasan badan Anjurkan pasien untuk
karakteristik : Mampu meningkatkan protein dan
- Berat badan 20 % mengidentifikasi vitamin C
atau lebih di bawah kebutuhan nutrisi Berikan substansi gula
ideal Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan malnutrisi mengandung tinggi serat
adanya intake Tidak terjadi untuk mencegah konstipasi
makanan yang penurunan berat badan Berikan makanan yang
kurang dari RDA yang berarti terpilih ( sudah
(Recomended Daily dikonsultasikan dengan ahli
Allowance) gizi)
- Membran mukosa Ajarkan pasien bagaimana
dan konjungtiva membuat catatan makanan
pucat harian.
- Kelemahan otot Monitor jumlah nutrisi dan
yang digunakan kandungan kalori
untuk Berikan informasi tentang
menelan/mengunya kebutuhan nutrisi
h Kaji kemampuan pasien
- Luka, inflamasi untuk mendapatkan nutrisi
pada rongga mulut yang dibutuhkan
- Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah Nutrition Monitoring
makanan BB pasien dalam batas
normal
- Dilaporkan atau Monitor adanya penurunan
fakta adanya berat badan

20
kekurangan Monitor tipe dan jumlah
makanan aktivitas yang biasa
- Dilaporkan dilakukan
adanya perubahan Monitor interaksi anak atau
sensasi rasa orangtua selama makan
- Perasaan Monitor lingkungan selama
ketidakmampuan makan
untuk mengunyah Jadwalkan pengobatan dan
makanan tindakan tidak selama jam
- Miskonsepsi makan
- Kehilangan BB Monitor kulit kering dan
dengan makanan perubahan pigmentasi
cukup Monitor turgor kulit
- Keengganan Monitor kekeringan, rambut
untuk makan kusam, dan mudah patah
- Kram pada Monitor mual dan muntah
abdomen Monitor kadar albumin,
- Tonus otot jelek total protein, Hb, dan kadar
- Nyeri abdominal Ht
dengan atau tanpa Monitor makanan kesukaan
patologi

Monitor pertumbuhan dan


- Kurang berminat perkembangan
terhadap makanan Monitor pucat, kemerahan,
- Pembuluh darah dan kekeringan jaringan
kapiler mulai rapuh konjungtiva
- Diare dan atau Monitor kalori dan intake
steatorrhea nuntrisi
- Kehilangan Catat adanya edema,
rambut yang cukup hiperemik, hipertonik

21
banyak (rontok) papila lidah dan cavitas
- Suara usus oral.
hiperaktif Catat jika lidah berwarna
- Kurangnya magenta, scarlet
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.

5 Resiko infeksi NOC : NIC :


Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Knowledge : Infection infeksi)
Peningkatan resiko control Bersihkan lingkungan
masuknya Risk control setelah dipakai pasien lain
organisme patogen Kriteria Hasil : Pertahankan teknik
Klien bebas dari tanda isolasi
Faktor-faktor resiko dan gejala infeksi Batasi pengunjung bila
: Mendeskripsikan perlu
- Prosedur Infasif proses penularan Instruksikan pada
- Ketidakcukupan penyakit, factor yang pengunjung untuk mencuci

22
pengetahuan untuk mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
menghindari penularan serta setelah berkunjung
paparan patogen penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
- Trauma Gunakan sabun
- antimikrobia untuk cuci
tangan

kK erusakan jaringan Menunjukkan


dan peningkatan kemampuan untuk
paparan lingkungan mencegah timbulnya
Cuci tangan setiap sebelum dan
- Ruptur infeksi sesudah tindakan kperawtan
membran amnion Jumlah leukosit dalam Gunakan baju, sarung
- Agen farmasi batas normal tangan sebagai alat
(imunosupresan) Menunjukkan perilaku pelindung
- Malnutrisi hidup sehat Pertahankan lingkungan
- Peningkatan aseptik selama pemasangan
paparan lingkungan alat
patogen Ganti letak IV perifer
- Imonusupresi dan line central dan dressing
- sesuai dengan petunjuk
Ketidakadekuatan umum
imum buatan Gunakan kateter
- Tidak adekuat intermiten untuk
pertahanan menurunkan infeksi kandung
sekunder kencing
(penurunan Hb, Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, Berikan terapi antibiotik
penekanan respon bila perlu
inflamasi)
- Tidak adekuat Infection Protection
pertahanan tubuh (proteksi terhadap infeksi)

23
primer (kulit tidak Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung
utuh, trauma jaringan, granulosit, WBC
penurunan kerja
silia, cairan tubuh
statis, perubahan
sekresi pH, Monitor kerentanan terhadap
perubahan infeksi
peristaltik) Batasi pengunjung
- Penyakit kronik Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep

24
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif

6 Kurang NOC : NIC :


Pengetahuan Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process 1. Berikan penilaian tentang
Definisi : Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
Tidak adanya atau Behavior tentang proses penyakit yang
kurangnya Kriteria Hasil : spesifik
informasi kognitif Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
sehubungan dengan menyatakan penyakit dan bagaimana hal
topic spesifik. pemahaman tentang ini berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
Batasan prognosis dan program dengan cara yang tepat.
karakteristik : pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala
memverbalisasikan Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
adanya masalah, mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
ketidakakuratan prosedur yang tepat
mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar
4. Gambarkan proses penyakit,
perilaku tidak Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
sesuai. mampu menjelaskan 5. Identifikasi kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengna cara yang
dijelaskan perawat/tim tepat

25
Faktor yang kesehatan lainnya 6. Sediakan informasi pada
berhubungan : pasien tentang kondisi,
keterbatasan dengan cara yang tepat
kognitif, 7. Hindari harapan yang
interpretasi kosong
terhadap informasi 8. Sediakan bagi keluarga
yang salah, informasi tentang kemajuan
kurangnya pasien dengan cara yang
keinginan untuk tepat
mencari informasi, 9. Diskusikan perubahan gaya
tidak mengetahui hidup yang mungkin
sumber-sumber diperlukan untuk mencegah
informasi. komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada

26
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

27
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dan Iwan Hadibroto, 2007, Gagal Ginjal, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Baradero, Mary, dkk, 2008, Klien Gangguan Ginjal, Jakarta: EGC

Bilotta, 2012, Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2,


Jakarta: EGC

Herdman, T, Heater, 2012, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif, 2010, Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik,


Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika

Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua, Jakarta: Sagung


Seto

Suharyanto, Toto & Abdul Madjid, 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien
Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Trans Info Medika

Tamsuri, Anas, 2006, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah, 2004, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Jakarta: Salemba medika

28
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri, 2013, Keperawatan Medikal Bedah
1 Keperawatan Dewasa, Yogyakarta: Nuha Medika

Wilkinson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

29

Вам также может понравиться