Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Energi Biomassa
Biomassa mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak
Kenyataannya, pada saat kita makan, tubuh kita mampu mengubah energi yang
tersimpan di dalam makanan menjadi energi atau tenaga untuk tumbuh dan
berkembang. Pada saat kita bergerak, bahkan ketika kita berpikir pun, energi dalam
makanan akan terbakar. Dari latar belakang itulah kini mulai digali banyak kemungkinan
pemanfaatan biomassa sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel). Dari bahan bakar
nabati dapat dikembangkan biokerosene (minyak tanah), biodiesel, bioetanol bahkan
biopower (untuk listrik).
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel
mengingat begitu besarnya sumber daya hayati yang ada baik di darat maupun di
perairan. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar
alternatif, antara lain :
- Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan
bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)
- Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain :
sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.
- Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber
pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.
Beberapa diantara tumbuhan penghasil energi dengan potensi produksi minyak dalam
liter per hektar dan ekivalen energi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
c. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan
bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk
pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara
bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu :
memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM,
menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja,
berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah,
meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi
kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah
lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan
bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira
aren, nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/
gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.
Pemanfaatan Bioetanol :
Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin;
digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)
Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa
mengharuskan mesin dimodifikasi).
Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa
tingkat emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran bensin
dan etanol 10% lebih rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax. Pengujian
karakteristik unjuk kerja yaitu daya dan torsi menunjukkan bahwa etanol 10% identik
atau cenderung lebih baik daripada pertamax. Etanol mengandung 35% oksigen
sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.
d. Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan
bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas
metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah
lebih kecil. Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan
gas karbon dioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya
fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan
positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global.
Pada prinsipnya, pembuatan gas bio sangat sederhana, hanya dengan
memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu
tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber
energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat
membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak
untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk
organik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan
(CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor
pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara
terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio.
Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio
sebenarnya cukup besar, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah
menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para
peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke
pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh
produk-produk sampingan (by-product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk
organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik
untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat pemotongan
hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari limbah
jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber dekomposer.
(efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program