Вы находитесь на странице: 1из 49

PEREKAT BERBASIS KITOSAN

UNTUK PAPAN ISOLASI

PURRY ARTHA KENCANA SINAGA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

Purry Artha Kencana Sinaga (E24103070). Perekat Berbasis Kitosan untuk


Papan Isolasi. Dibimbing oleh Nyoman Wistara.

Limbah cangkang udang sisa konsumsi masyarakat Indonesia sangat


besar. Cangkang udang adalah salah satu sumber potensial kitosan. Kitosan dapat
dimanfaatkan sebagai perekat berbagai produk komposit yang diperoleh dengan
mengkonversi cangkang udang melalui tahap demineralisasi (M), deproteinasi (P),
dan deasetilasi (A). Belum banyak yang meneliti pengaruh tahapan pembuatan
kitosan terhadap mutu kitosan untuk bahan dasar perekat alami. Penelitian ini
ditujukan untuk menentukan prosedur produksi yang dapat menghasilkan kitosan
dengan sifat perekatan yang baik. Kitosan ini diterapkan pada pembuatan papan
isolasi dari pulp jerami padi dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan
mekaniknya.
Pembuatan kitosan melibatkan proses demineralisasi (M), deproteinasi (P),
dan deasetilasi (A). Proses M, P, dan A berturut-turut menggunakan larutan kimia
HCl 1N, NaOH 3.5% dan NaOH 50%. Nisbah larutan kimia dengan serbuk
cangkang udang dalam proses M, P, dan A masing-masing adalah 10/1, 6/1, 20/1.
Campuran serbuk cangkang udang dengan larutan kimia dalam proses M dan P
dipanaskan dengan suhu 90 C selama 1 jam dan proses A pada suhu 120-140 C
selama 90 menit, kemudian dilakukan penyaringan, pencucian dengan air, dan
pengeringan dalam oven 80 C selama 24 jam. Pengujian derajat deasetilasi
kitosan menggunakan FTIR spectroscopy. Pulp jerami dibuat dengan proses soda
panas dengan L/W = 4, 12% NaOH, suhu 100 oC selama 14-18 menit. Papan
isolasi berukuran 30x30x1 cm dengan kerapatan sasaran 0.35 g/cm3 dibuat dengan
proses basah. Sifat-sifat papan isolasi diuji dengan standar JIS A 5905 2003.
Modifikasi tahapan proses produksi kitosan adalah MPA, MAP, PAM, PMA,
APM, dan AMP.
Kadar air kitosan hasil penelitian ini kurang dai 10% sehingga memenuhi
persyaratan Protan Laboratories. Berbeda dengan derajat deasetilasi (DD) dan
viskositas, kadar air tidak dipengaruhi oleh protokol produksinya. DD hasil
penelitian ini sangat rendah (dibawah 50%), yang menunjukkan bahwa mutu
kitosan yang dihasilkan sangat rendah. Perlakuan basa secara berurutan (PA atau
AP) cenderung menurunkan nilai viskositas. Kecuali daya serap air, semua sifat
papan isolasi dari jerami padi ini tidak dipengaruhi oleh protokol produksi dan
konsentrasi kitosan yang dipergunakan. DD kitosan yang rendah kemungkinan
menjadi sebab tidak nyatanya pengaruh konsentrasi kitosan terhadap sifat-sifat
papan isolasi ini. Produksi kitosan yang diawali oleh prosedur M cenderung
menyebabkan pengembangan tebal papan isolasi yang tinggi. Kadar air,
kerapatan, dan konduktivitas panas papan isolasi telah memenuhi standar JIS A
5905 : 2003, tetapi pengembangan tebal dan MOR belum memenuhi standar ini.

Kata Kunci : kitosan, perekat, papan isolasi, cangkang udang, dan jerami padi
PEREKAT BERBASIS KITOSAN
UNTUK PAPAN ISOLASI

Purry Artha Kencana Sinaga


E24103070

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Penelitian : Perekat Berbasis Kitosan untuk Papan Isolasi
Nama : Purry Artha Kencana Sinaga
NRP : E24103070

Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Nyoman Wistara, Ph.D


NIP. 131849387

Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr


NIP. 131578788

Tanggal Lulus:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perekat Berbasis


Kitosan Untuk Papan Isolasi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Purry Artha Kencana Sinaga


E24103070
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1985 di


Bogor, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari dua bersaudara
keluarga Didin Sinaga dan Srie Wahyuni Kurniasih.
Pendidikan dasar penulis dimulai tahun 1991 di SD
Negeri Taman Pagelaran Ciomas, Bogor. Pada tahun 1997,
penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dan lulus pada tahun 2000.
kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan
memilih Departemen Teknologi Hasil Hutan dengan Sub Program Studi
Pengolahan Hasil Hutan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota
Departemen Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan)
pada tahun 2005. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota tim voli Fakultas
Kehutanan pada Olimpiade Mahasiswa IPB dan membawa Departemen Teknologi
Hasil Hutan sebagai juara ke-2 cabang olahraga voli putri pada kejuaraan Forester
Cup tahun 2005.
Penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di
Kamojang - Sancang, Garut dan KPH Kuningan, Jawa Barat pada tahun 2006
serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Karya Mina Putra, Rembang Jawa
Tengah pada tahun 2007.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis melakukan penelitian dengan judul PEREKAT BERBASIS KITOSAN
UNTUK PAPAN ISOLASI dibimbing oleh Nyoman Wistara, PhD.
i

KATA PENGANTAR

Penelitian ini memberikan alternatif pemanfaatan limbah cangkang udang


sisa konsumsi masyarakat Indonesia yang berjumlah sangat besar. Pemanfaatan
limbah ini berlatarbelakang efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan
pencarian bahan alternatif untuk kayu sebagai bahan baku papan komposit
bermutu tinggi.
Penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada keluarga penulis atas
dukungan moril, doa, dan curahan kasih sayang yang tiada berkesudahan. Rasa
terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Bapak Nyoman Wistara,
Ph.D atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Penulis tidak akan melupakan kontribusi yang sangat
berharga dari staf laboratorium Kimia Hasil Hutan (Bapak Supriatin dan Bapak
Gunawan), teman-teman (Ike, Tya, Welly, Eka, Cecep, Hotman, Gokma, Hanif,
Edo, Meita, Adi dan Bayu Andika Pratama) dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu dalam merealisasikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan mereka
yang berjasa dalam penyelesaian studi penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
Penulis berharap semoga hasil yang tertuang dalam tulisan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2009

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Isolasi Limbah Udang 6
3.2. Pembuatan Papan Isolasi 7
3.3. Pengujian Kitosan 9
3.4. Pengujian Papan Isolasi. 10
3.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kitosan 14
4.2. Sifat Papan Isolasi 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

DAFTAR GAMBAR
iii

No. Teks Halaman


1. Struktur Kitin 3
2. Struktur Kitosan 4
3. Diagram Proses Pembuatan Kitosan 6
4. Diagram Proses Pembuatan Papan Isolasi 8
5. Skema Pembuatan Contoh Uji Papan Isolasi 11
6. Derajat Deasetilasi dan Kadar Air Kitosan dari Beragam 15
Protokol Produksi
iv

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Viskositas Kitosan Hasil Beragam Protokol Proses Produksi 17
2. Hasil Rata-rata Pengujian Sifat-sifat Papan Isolasi dari Jerami 17
Padi
v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Kadar Air, Derajat Deasetilasi, Viskositas, dan Rendemen 29
Kitosan
2. Kualitas Standar Kitosan menurut Protan Laboratories Inc 30
3. Hasil Pengujian Papan Isolasi dari Jerami Padi 31
4. FTIR Kitosan 32
5. Analisis Keragaman Kadar Air Kitosan 35
6. Analisis Keragaman Viskositas Kitosan 36
7. Analisis Keragaman Kadar Air Papan Isolasi 37
8. Analisis Keragaman Kerapatan Papan Isolasi 38
9. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Papan Isolasi 39
10. Analisis Keragaman dan Uji Lanjut Duncan Daya Serap Air 40
Papan Isolasi
11. Analisis Keragaman MOE Papan Isolasi 41
12. Analisis Keragaman MOR Papan Isolasi 42
13. Analisis Keragaman Konduktivitas Panas Papan Isolasi 43
14. Analisis Keragaman Koefisien Absorpsi Suara Papan Isolasi 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan potensial,
tetapi belum semuanya dapat dimanfaatkan secara optimal. Udang merupakan
contoh hasil perikanan yang pemanfaatannya masih bisa ditingkatkan.
Produksi udang Indonesia tahun 2003 mencapai 191643 ton. Konsumsi udang
tersebut menyisakan limbah dalam jumlah besar yaitu 40-60% (Wibowo
2006).
Udang termasuk ke dalam kelompok hewan invertebrata laut
Crustaceae. Cangkang Crustaceae mengandung kitin dengan kadar berkisar
dari 20-60% (Rochima 2005). Kitin merupakan polimer alami tidak larut air
kedua terbanyak setelah selulosa. Dalam bidang pertanian kitin telah pula
dimanfaatkan untuk melindungi tanaman dari serangan cendawan.
Kitosan, yang merupakan polimer alam turunan kitin, memiliki manfaat
lebih besar dari pada kitin. Kitosan merupakan polimer D-glukosamin hasil
deasetilasi kitin yang bermuatan positif dan larut dalam asam lemah. Manfaat
komersial kitosan banyak ditemui dalam industri pertanian, pangan, kosmetik,
farmasi, perekat alami kualitas tinggi dan zat warna industri kertas, tekstil, dan
pulp.
Proses produksi kitosan dapat dilakukan secara kimiawi maupun
enzimatis. Tahapan yang dilalui dalam proses produksi kitosan meliputi
demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Proses deasetilasi kitin menjadi
kitosan menggunakan alkali kuat dengan suhu tinggi.
Beberapa prosedur telah dilakukan dalam pembuatan kitosan dari
cangkang udang. Telah ditemukan bahwa karakteristik fisika-kimia kitosan
bergantung pada jenis bahan baku dan metode persiapan produksi (Kim
2004). No et al. (2002) dalam Kim (2004) menyebutkan bahwa penghilangan
tahap deproteinasi (P) menghasilkan kitosan berderajat deasetilasi rendah
dengan viskositas yang tinggi. Derajat deasetilasi merupakan faktor yang
menjadi dasar aplikasi kitin dan kitosan dalam industri. Oleh sebab itu,
diperlukan penelitian tentang efek dari protokol produksi kitosan terhadap
2

viskositas dan derajat deasetilasi kitosan. Sifat kitosan yang dihasilkan dari
variasi prosedur pembuatan kitosan dapat dilihat dari mutu produk dimana
kitosan diaplikasikan. Di dalam penelitian ini, sifat-sifat tersebut akan dilihat
pada aplikasi kitosan dalam pembuatan papan isolasi berbahan dasar jerami
padi.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi
tahapan proses produksi kitosan (demineralisasi, deproteinasi, deasetilasi)
terhadap sifat-sifat kitosan. Sifat perekatan kitosan dalam papan isolasi juga
akan ditentukan dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kitin dapat diperoleh dari kerangka hewan invertebrata kelompok


Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp,
Crustaceae sp dan beberapa kelompok jamur. Sumber utama kitin dewasa ini
adalah cangkang udang, lobster dan kepiting dari kelompok Crustaceae sp.
Ketersediaan cangkang udang sebagai sumber kitosan cukup banyak dan tersebar
di Indonesia.
Kitin merupakan polimer alami tidak larut air berstruktur 2-asetamida-2-
dioksi--D-Glukosa dengan ikatan antar unit berupa ikatan -glikosidik (1,4)
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Perbedaan antara kitin dan selulosa hanya
terletak pada gugus fungsional atom C-2, dimana gugus hidroksil (OH) pada
selulosa digantikan oleh gugus asetamin (NHCOCH3) pada kitin (Setyadi 2006).

Gambar 1. Struktur kitin.

Deasetilasi kitin akan menghasilkan kitosan ((1-4)-2-amino-2--D-


glukosa) dengan struktur seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Kitosan tidak
beracun dan tidak larut air, basa pekat, alkohol dan aseton, tetapi larut dalam asam
organik encer seperti asam asetat (Alamsyah 2006). Karena sifatnya yang tidak
beracun maka kitosan dapat dimanfaatkan pada industri pangan yaitu sebagai
bahan pengawet makanan, antioksidan, dan penjernih pada produk minuman.
Selain itu kitosan banyak diaplikasikan sebagai pangan fungsional karena dapat
berfungsi sebagai serat makanan, penurun kadar kolesterol (Suptijah 2006).
Kitosan telah dimanfaatkan oleh industri untuk perekat kualitas tinggi, pemurnian
4

air minum (memiliki daya koagulasi), meningkatkan zat warna dalam industri
kertas, tekstil dan pulp (Alamsyah 2001).

Gambar 2. Struktur kitosan.

Salah satu parameter penting kitosan adalah derajat deasetilasinya (DD).


Nilai DD kitosan menunjukkan tingkat kehilangan gugus asetil dari kitin
(Suhartono 1989). Kitosan yang baik adalah kitosan dengan DD yang tinggi. Nilai
derajat deasetilasi kitosan ini dipengaruhi konsentrasi NaOH (Kim 2004) dan suhu
proses (Odote et al. 2005).
Kitosan dapat dimanfaatkan untuk perekat kualitas tinggi bagi beragam
jenis produk. Sifat perekatannya kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu papan isolasi dari jerami padi.
Padi termasuk jenis oryza dari keluarga rumput-rumputan (Gramineae).
Pemanenan padi dapat dilakukan tiap tahun dan menghasilkan limbah berupa
jerami. Jerami merupakan tanaman pertanian yang bersifat elastis, berbentuk
seperti tabung dan tiap-tiap ruas dihubungkan dengan buku-buku. Meskipun
kandungan selulosa padi tergolong rendah, tetapi holoselulosa totalnya setara
dengan kandungan holoselulosa kayu (Baskoro 1986). Kadar hemiselulosa dan
kadar abu jerami lebih tinggi dibandingkan dengan kayu daun jarum, tetapi kadar
ligninnya lebih rendah (Rowell 1997 dalam Summers 2000). Dimensi serat jerami
secara umum menyerupai dimensi serat kayu daun lebar. Rials dan Wolcott
(1997) dalam Rowell et al. (1997) mengatakan bahwa serat jerami memiliki
panjang 0.65-3.48 mm dan diameter 5-14 mm. Untuk keperluan produk
biokomposit, jerami perlu ditangani secara hati-hati, terutama berhubungan
dengan kadar airnya yang tinggi. Jerami segar berkadar air 150%-250% dan perlu
diturunkan dibawah 17% agar terhindar dari proses pembusukan selama
5

penyimpanan (Summers 2000). Karena komposisi kimia dan strukturnya yang


heterogen, maka jerami adalah bahan baku ideal untuk papan komposit.
Penggunaan jerami sebagai campuran bambu untuk MDF telah terbukti
menghasilkan sifat kekuatan sesuai dengan standar ANSI-1985 (Hiziroglu et al.
2007).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Pembuatan Kitosan


Proses isolasi kitosan dari kulit udang terdiri dari 3 tahap yaitu
demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Secara umum prosedur
pembuatan kitosan diperlihatkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Kitosan

Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Kitosan


7

Pembuatan kitosan diawali dengan pembuatan kitin. Dalam


pembuatan kitin, demineralisasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk
kulit udang yang telah dikeringkan selama 2 hari dengan HCl 1N.
Perbandingan antara pelarut dan kulit udang adalah 10:1. Campuran kemudian
dipanaskan diatas penangas elektrik pada suhu 900 C selama 1 jam. Residu
berupa padatan kemudian dicuci dengan air, selanjutnya dikeringkan dalam
oven pada suhu 800 C selama 24 jam.
Deproteinasi dilakukan dengan cara mencampur kulit udang yang
telah didemineralisasi (residu berupa padatan yang telah kering) dengan
NaOH 3,5 %. Perbandingan antara pelarut dan kulit udang adalah 6:1,
selanjutnya dipanaskan pada suhu 900 C selama 1 jam. Kemudian larutan
didinginkan dan disaring sehingga didapatkan residu berupa padatan. Residu
ini selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu 800 C
selama 24 jam. Padatan tersebut kemudian dinamakan kitin.
Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin dengan NaOH pekat 50%.
Perbandingan antara pelarut (NaOH 50%) dan kitin adalah 20:1 Campuran
kemudian dipanaskan pada suhu 120-140 0C selama 90 menit dan selanjutnya
disaring. Padatan yang diperoleh kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 800 C selama 24 jam. Kitosan disimpan dalam kantong
plastik pada suhu kamar.
Dalam penelitian ini dilakukan enam (6) jenis variasi tahapan
demineralisasi (M), deproteinasi (P) dan Deasetilasi (A). Keenam variasi
tahapan tersebut adalah MPA, MAP, PAM, PMA, APM, dan AMP.

3.2. Pembuatan Papan Isolasi


Pembuatan papan isolasi dari jerami padi diawali dengan
membersihkan jerami dari kotoran, dan kemudian memotongnya dengan
ukuran panjang sekitar 5 cm. Potongan jerami ini dibiarkan beberapa waktu
hingga mencapai kadar air kering udara. Diagram alir prosedur pembuatan
papan isolasi ditunjukkan oleh Gambar 4.
8

Suhu 100C
14-18 menit

Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Papan Isolasi

Pulp jerami dibuat dengan menggunakan proses soda panas terbuka.


Larutan pemasak yang digunakan ialah NaOH dengan kadar 12% (sebagai
NaOH) dengan L/W = 4/1, waktu pemasakan selama 14-18 menit dan suhu
100 oC.
Pemasakan dilakukan dengan menggunakan ketel pemasak. Setelah
selesai pemasakan, serpih yang telah lunak dicuci dengan air bersih hingga
bebas bahan kimia. Kadar air pulp ditentukan berdasarkan berat kering tanur.
Papan isolasi dibuat dengan target kerapatan 0,35 g/cm3 dan ukuran
papan 30 cm x 30 cm x 1 cm. Dalam pembuatan papan isolasi, keterbatasan
jumlah kitosan menyebabkan kitosan dengan prosedur awal yang sama
9

digabungkan menjadi satu. Sehingga diperoleh kitosan DM (MPA + MAP),


DP (PMA + PAM) dan DA (APM + AMP). Sebanyak 225 ml kitosan yang
sebelumnya telah dilarutkan dalam asam asetat (CH3COOH) 2 %
ditambahkan sebagai perekat papan isolasi. Kadar kitosan yang digunakan
adalah 2% dan 4% dari berat kering oven pulp.
Pembentukan lembaran dilakukan dengan proses basah menggunakan
deckle box, dilanjutkan dengan pengempaan dingin lalu pengempaan panas
pada suhu 1200 C selama 1 jam. Lembaran papan kemudian dikeringkan di
dalam oven pada suhu 500 C selama 24 jam. Sebelum sifat-sifat papan diuji,
lembaran papan dikondisikan pada ruang bersuhu dan berkelembaban tertentu.

3.3. Pengujian Kitosan


Kadar air kitosan ditentukan dengan mengeringkan 2 gram kitosan di
dalam oven pada suhu 1050 C. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh berat
kering yang konstan. Kemudian kadar air dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:

a - b
Kadar air (%) = x 100%
c
dimana : a = berat wadah dan sampel awal (gr)
b = berat wadah dan sampel setelah dikeringkan (gr)
c = berat sampel (gr)

Metode KBr digunakan untuk analisis menggunakan FTIR (Fourier


Transformed Infrared Spectroscopy) yaitu dengan menggerus halus 2 mg
kitosan dicampur dengan 100 mg KBr. Campuran ini dibuat pelet, kemudian
dibaca, Serapan sampel diukur pada panjang gelombang 4000 cm-1 sampai
dengan 400 cm-1. Derajat deasetilasi kitosan ditentukan dengan metode base
line menggunakan FTIR. Puncak serapan tertinggi dicatat dan diukur dari
garis dasar yang dipilih. Nilai serapan dihitung dengan rumus :
10

P0
A Log
P

Dimana P0 adalah jarak antara garis dasar terpilih dan garis singgung.
Sedangkan P adalah jarak antara garis dasar terpilih dan lembah.
Derajat deasetilasi ditunjukkan oleh nilai N-deasetilasi yang dihitung
berdasarkan serapan pada frekuensi 1655 cm-1 dan 3450 cm-1. Nilai N-
deasetilasi sempurna (100%) memiliki nisbah antara serapan frekuensi 1655
cm-1dan 3450 cm-1 sebesar 1.33. Derajat N-deasetilasi dihitung menggunakan
rumus berikut:

A1655 1
A 1 x x100%
A3450 1.33

Viskositas larutan kitosan diukur dengan menggunakan viskosimeter


brookfield. Viskosimeter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan
pengukuran. Untuk mengukur viskositas, 2 gram kitosan dilarutkan dalam
asam asetat 2% dan suhu larutan diturunkan menjadi 25 oC. Pengukuran
viskositas dilakukan dengan menggunakan spindel 2 pada kecepatan 30 rpm.
Pembacaan (skala 10-100) dilakukan setelah 6 kali putaran penuh. Untuk
mendapatkan satuan centipoise (cps), hasil pembacaan dengan spindel 2
digandakan 40 kali.

3.4. Pengujian Papan Isolasi


Pengujian sifat papan isolasi dilakukan dengan mengikuti standar JIS
A 5905 : 2003. Sifat-sifat yang diuji meliputi meliputi kadar air, kerapatan,
pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah (MOR), modulus
elastisitas (MOE), koefisien absorpsi suara, dan konduktivitas panas.
Kerapatan, pengembangan tebal, daya serap air, MOE, dan MOR dari papan
isolasi ditentukan dengan mengikuti prosedur standar JIS A 5905 : 2003.
Gambar 5 menunjukkan skema pembuatan contoh uji menurut JIS A 5905 :
2003.
11

Gambar 5. Skema pembuatan contoh uji papan isolasi (JIS A 5905 : 2003)

Pengujian konduktivitas panas dilakukan dengan menggunakan alat


thermal conductivity meter merk Khemiterm. Nilai yang diukur adalah nilai
konduktivitas panas (k). Nilai resistensi panas kemudian dihitung
menggunakan rumus :

x
R f (m2 .K / W )
k

Dimana : Rf = faktor R (resistensi dalam 1m2 luas bahan)


k = konduktivitas panas (W/m.K)
x = tebal sampel (mm)

Absorpsi suara ditentukan dengan mengukur intensitas gelombang


suara dengan detektor suara pada frekuensi 1000 Hz. Intesitas yang dicatat
adalah intensitas tanpa penghalang (I0) dan intensitas dengan penghalang
sampel papan isolasi (It). Nilai pengukuran berupa nilai amplitudo dalam
satuan volt. Penghitungan koefisien absorpsi suara memerlukan
12

pengetahuan nilai pancaran (T) dan nilai serapan (A), yang dihitung
menggunakan rumus:
It dan A 1
T Log 10
I0 T

Selanjutnya koefisien absorbsi suara dihitung menggunakan rumus


A, dimana , A dan x masing-masing adalah nilai koefisien
2,3026
x

absorpsi suara, serapan dan ketebalan sampel (mm).

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik


Penelitan ini menggunakan RAL faktorial dengan dua ulangan dan
penggabungan dua faktor. Faktor pertama adalah protokol produksi kitosan
dengan tiga perlakuan (MPA+MAP), (PAM+PMA), dan (APM+AMP) dan
faktor kedua adalah konsentrasi kitosan (2% dan 4%). Sehingga disebut
dengan percobaan faktorial 3 x 2 dengan dua kali ulangan. Model
matematikanya adalah :
RAL :
Yij = + i + ij
Yij = nilai pengamatan ulangan ke-j dari perlakuan ke-i
= nilai tengah
i = pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i
ij = galat percobaan

RAL faktorial :
Yijk = + i + j + ()ij + ijk
Yijk = nilai pengamatan ulangan ke-k dari perlakuan ke-i dan perlakuan
ke-j
= nilai tengah
i = pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i
j = pengaruh konsentrasi kitosan dari perlakuan ke-j
()ij = pengaruh interaksi antara protokol produksi kitosan perlakuan ke-
i dan konsentrasi kitosan perlakuan ke-j
ijk = galat percobaan
13

Jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka perlakuan tidak


berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Sedangkan jika F-
hitung lebih besar dari F-tabel, maka perlakuan berpengaruh nyata dan
menimbulkan perbedaan-perbedaan pada suatu tingkat kepercayaan tertentu.
Perbedaan terhadap respon ditentukan dengan uji lanjut beda rata-rata
Duncan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kitosan
Rendemen rata-rata kitosan yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar
dari 13.27% hingga 26.33%, Lampiran 1 memuat informasi lebih lengkap
tentang rendemen ini. Perlakuan PMA memiliki rendemen tertinggi yaitu
26.33% dan rendemen kitosan terendah diperoleh dengan perlakuan APM,
yaitu sebesar 13.27%. Kim (2004) menemukan bahwa rendemen kitosan hasil
penelitiannya berada di angka 0.34% hingga 18.8%. Dari penelitian ini, dapat
diketahui bahwa proses produksi kitosan yang diawali dengan deasetilasi (A)
menghasilkan kitosan dengan rendemen yang sangat rendah jika dibandingkan
dengan kitosan lainnya.
Kadar air kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 3.12% hingga
8.75%. Nilai ini sesuai dengan temuan Kim (2004) dan memenuhi standar
mutu kitosan Protan Laboratorium yang mensyaratkan kadar air kurang dari
10%.
Hasil analisis keragaman (Lampiran 5) menunjukkan bahwa protokol
produksi pada pembuatan kitosan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air.
Dengan demikian, terdapat keseragaman kadar air kitosan yang dihasilkan.
Sifat dwikutub kitosan kemungkinan menentukan kecenderungannya untuk
mengikat air. Gugus karboksilat membuat kitosan berkutub negatif (Hardjito
2006), yang dapat menyebabkan kitosan memiliki afinitas tinggi terhadap air.
Selain itu, derajat deasetilasi (DD) mempengaruhi kapasitas serapan air
kitosan. Penyerapan air meningkat dengan meningkatnya derajat deasetilasi
akibat meningkatnya gugus hidroksil kitosan (Robert 1992 dan Chandit et al.
1998 dalam Odote 2005). Tetapi Gambar 6 yang merupakan tabulasi hasil
penelitian ini menunjukkan hal sebaliknya. Kemungkinan hal ini disebabkan
oleh derajat deasetilasi yang terlalu rendah untuk memberikan pengaruh
perbedaan daya serap air.
15

Gambar 6. Derajat deasetilasi dan kadar air kitosan dari beragam protokol
produksi.

Nilai derajat deasetilasi (DD) kitosan hasil penelitian ini berkisar dari
39.29% hingga 45.80%. Protokol produksi MAP memiliki nilai DD tertinggi
(45.80%), diikuti protokol APM, MPA, PMA, PAM, dan AMP masing-
masing sebesar 45.75%, 44.76%, 40.25%, 39.95%, dan 39.29%. Derajat
deasetilasi hasil penelitian ini jauh dibawah nilai minimum 70% seperti
disyaratkan oleh Protan Laboratorium. Wibowo (2006) juga menyatakan
bahwa kitosan adalah kitin dengan derajat deasetilasi minimum 55%-65%.
Derajat deasetilasi merupakan parameter mutu kitosan, dengan demikian
kitosan yang diperoleh dalam penelitian ini bermutu sangat rendah atau masih
mendekati kitin.
Derajat deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaOH dan
waktu reaksinya. Larutan NaOH yang dipergunakan dalam tahap deasetilasi
kitin berfungsi memutuskan ikatan antara gugus karboksil dan atom nitrogen
kitin (Angka dan Suhartono 2000). Demineralisasi dengan asam encer
(Hardjito 2006) nampaknya cenderung memberikan DD yang lebih tinggi
(Gambar 6). DD sangat bergantung pada suhu dan lama proses deasetilasi.
Derajat deasetilasi kitosan kepiting dan udang meningkat dengan
meningkatnya waktu dan suhu deasetilasi (Odote et al. 2005). Peneliti ini
menggunakan waktu deasetilasi 3 8 jam untuk memperoleh kitosan dengan
nilai DD yang tinggi. Dengan demikian, nilai DD cangkang udang yang
16

diperoleh dalam penelitian ini kemungkinan dapat ditingkatkan dengan


meningkatkan waktu deasetilasi. Selain itu, metode pengukuran juga
dilaporkan menentukan tinggi-rendahnya nilai DD (Khan et al. 2002 dalam
Kim 2004).
Protokol produksi kitosan berpengaruh nyata terhadap viskositas. Nilai
viskositas kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 120 cps sampai dengan
17200 cps (Lampiran 1). Protan Laboratorium, menggolongkan viskositas
menjadi empat (4) kelompok, yaitu viskositas rendah (< 200 cps), viskositas
sedang (200-799 cps), viskositas tinggi (800-2000 cps), dan viskositas sangat
tinggi (> 2000 cps). Perlakuan PAM memiliki viskositas terendah yaitu 140
cps dan viskositas tertinggi diperoleh dengan perlakuan AMP, yaitu sebesar
17.180 cps. Pada protokol produksi PAM, tahap pertamanya adalah
deproteinasi kitosan dengan 3,5% NaOH dan diakhiri dengan tahap
demineralisasi. Beberapa hasil peneliti sebelumnya menunjukkan pengaruh
demineralisasi yang berbeda terhadap viskositas atau berat molekul kitosan.
Odote et al. (2005) mengemukakan bahwa demineralisasi dengan asam
mineral (HCl), terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi, dapat menurunkan
viskositas. Tetapi Kim (2004) menyatakan bahwa penghilangan tahap
demineralisasi justru dapat menurunkan nilai viskositas kitosan.
Hasil penelitian ini (Tabel 1) menunjukkan kecenderungan
menurunnya viskositas kitosan dengan adanya perlakuan basa secara
berurutan (PA atau AP). Dari dua urutan ini, urutan PA memiliki pengaruh
lebih besar dalam menurunkan viskositas kitosan. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh efek pengembangan struktur kitin oleh NaOH encer pada
tahap deproteinasi. Struktur yang telah terkembang ini akan dengan mudah
terdegradasi oleh alkali pekat (50%) saat proses deasetilasi (A). Kitosan
memiliki struktur serupa selulosa, sehingga sangat rentan terhadap alkali
(Sjostrom 1993).
17

Tabel 1. Viskositas kitosan hasil beragam protokol proses produksi

Protokol Produksi Viskositas (cps)

MPA 280

PMA 860

MAP 540

AMP 17180

PAM 140

APM 340

4.2. Sifat Papan Isolasi


Sifat papan isolasi diuji mengikuti prosedur standar JIS A 5905 2003,
dan nilai rata-ratanya tertera di dalam Tabel 2. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa protokol produksi kitosan hanya berpengaruh nyata
terhadap daya serap air papan isolasi.

Tabel 2. Hasil rata-rata pengujian sifat-sifat papan isolasi dari jerami padi

Sifat Papan DM DP DA
Isolasi 2% 4% 2% 4% 2% 4%
Kadar Air (%) 7.07 7.48 7.47 6.98 7.80 6.96

Kerapatan (g/cm3) 0.30 0.30 0.33 0.33 0.35 0.31


Pengembangan
20.12 21.43 17.90 19.80 20.38 16.22
Tebal (%)
Daya Serap Air
276.11 295.71 227.74 233.22 231.25 244.13
(%)
MOR (kg/cm2) 0.0337 0.0022 0.0103 0.0006 0.0043 0.0155

MOE (kg/cm2) 0.0219 0.0286 0.0200 0.0275 0.0271 0.0196


Kondktivitas
0.1217 0.1182 0.1095 0.1266 0.1130 0.1208
Panas (W/m.K)
Koefisien
2.99 1.74 1.88 2.00 2.75 2.19
Absorpsi Suara
18

Kadar air rata-rata papan isolasi berkisar dari 6.96% hingga 7.80%
(Lampiran 3) dan memenuhi standar JIS A 5905 : 2003 untuk papan isolasi
kelas A yang mensyaratkan kadar air 5% -13%. Papan isolasi hasil penelitian
ini memiliki kerapatan rata-rata dari 0.30 gr/cm3 hingga 0.35 gr/cm3, sesuai
kerapatan target menurut standar JIS A 5905 : 2003 yaitu kurang dari 0.35
gr/cm3. Pengembangan tebal papan isolasi yang dibuat berkisar dari 16.22%
hingga 21.43%, sehingga tidak memenuhi standar JIS A 5905 : 2003 (10%).
JIS A 5905 : 2003 tidak memiliki persyaratan daya serap air, MOE, MOR, dan
koefisien absorbsi suara. Lampiran 3 menyajikan data tentang sifat-sifat
papan isolasi ini. Nilai konduktivitas panas yang ditemukan pada papan
isolasi penelitian ini berkisar dari 0.1095 W/m.K hingga 0.1266 W/m.K,
memenuhi persyaratan standar JIS A 5905: 2003 (0.0552 W/m.K).
Kemampuan kitosan membentuk gel yang stabil (Suptijah 2006)
menyebabkannya berfungsi sebagai perekat di dalam papan isolasi. Fungsinya
sebagai perekat diharapkan mampu meningkatkan sifat-sifat papan isolasi
melalui peningkatan potensi ikatan antar serat pulp sebagaimana fungsi dari
pati tapioka (Tsoumis 1991). Tetapi nilai DD yang sangat rendah diduga
menghambat fungsi kitosan sebagai perekat. Kegagalan peningkatan ikatan
antar serat oleh kitosan dimanifestasikan oleh tingginya kadar rongga yang
berakibat tertampungnya air secara berlebihan (Emilia 2001). Sifat kekuatan
yang rendah juga dapat menjadi indikasi rendahnya ikatan antar serat yang
merupakan faktor utama sifat kekuatan ini (Scott 1996 dalam Lertsutthiwong
et al. 2000).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Semua protokol yang dipergunakan dalam penelitian ini menghasilkan


kadar air yang memenuhi standar Protan Laboratorium (kurang dari 10%). Tetapi
nilai DD yang dihasilkan jauh dibawah standar (minimum 70%).
Protokol produksi dan konsentrasi kitosan dalam penelitian ini hanya
berpengaruh terhadap daya serap air papan isolasi. Namun demikian kadar air,
kerapatan, dan konduktivitas panas yang dihasilkan memenuhi standar JIS A 5905
: 2003. Sifat-sifat lain seperti pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah,
dan modulus elastisitas belum memenuhi standar JIS A 5905 : 2003.
Kemungkinan DD kitosan yang tinggi akan memperbaiki sifat perekatan
kitosan dalam papan isolasi. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk
mencari kondisi demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi kitin yang dapat
menghasilkan nilai DD kitosan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah R. 2001. Karakteristik dan Penerapan Khitin dan Khitosan. Jurnal


Teknologi Industri II (2) : 61-68.
Alamsyah R. 2006. Pengembangan Proses Produksi Kitosan Larut Air. Dalam :
Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ; Bogor, 16 Maret
2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 41-51.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. PKSPL - Institut
Pertanian Bogor.
Baskoro IBW. 1986. Pengaruh Antrakinon-Soda Terhadap Sifat-Sifat Pulp Ampas
Tebu dan Jerami. [skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Emilia T. 2001. Sifat-sifat Papan Insulasi dari Kertas Bekas dan Serat Batang
Pisang. [skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Hardjito L. 2006. Aplikasi Kitosan Sebagai Bahan Tambahan Makanan dan
Pengawet. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ;
Bogor, 16 Maret 2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 1-13.
Hiziroglu S, Bauchongkol P, Fueangvivat V, Soontonbura W, dan Jarusombuti S.
2007. Selected Properties of Medium Density Fiberboard (MDF) Panels
Made from Bamboo and Rice Straw. http://industry-news.asp. [11 Maret
2008].
Kim SOF. 2004. Physicochemical and Functional Properties of Crawfish
Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. [thesis]. Seoul
National University.
Lertsutthiwong P, Chandrkrachang S, Stevens WF. 2000. The Effect of the
Utilization of Chitosan on Properties of Paper. Journal of Metals,
Materials. Vol. 10, No. 1 : 43-52.
Odote PMO, Struszczyk MH, Peter MG. 2005. Characterization of Chitosan from
Blowfly Larvae and Some Crustacean Species from Kenyan Marine
Waters Prepared Under Different Conditions. Western Indian Ocean J.
Mar. Sci. Vol. 4, No. 1: 99-107.
21

Rials TG, Wolcott MP.1997. Physical and Mechanical Properties of Agro-Based


Fibers. Dalam Rowell RM., Young RA, Rowell JK, (eds) Paper and
Composites from Agrobased Resources. CRC Press, Inc. Florida.
Rochima E. 2005. Aplikasi Kitin Deasetilasi Termostabil dari Bacillus
papandayan K29-14 asal Kawah Kamojang Jawa Barat pada
Pembuatan Kitosan. [tesis]. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.
Setyadi S. 2006. Pengembangan Produksi Kitin Secara Mikrobiologi. Dalam :
Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan ; Bogor 16 Maret 2006.
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor. hlm 33-40.
Sjostrom, E. 1993. Wood Chemistry : Fundamentals and Aplications 2nd ed.
Academic Press, Inc. London.
Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Summers MD. 2000. Fundamental Properties of Rice Straw in Comparisons with
Softwoods.faculty.engineering.ucdavis.edu/jenkins/projects/RiceStraw/R
iceStrawDocs/SummersESPM286FinalReport.pdf. [3 Januari 2009]
Suptijah P. 2006. Deskripsi Karakteristik Fungsional dan Aplikasi Kitin dan
Kitosan. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ;
Bogor, 16 Maret 2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 14-24.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood. Van Nostrand Reinhold.
New York.
Wibowo S. 2006. Produksi Kitin Kitosan Secara Komersial. Dalam : Prosiding
Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ; Bogor, 16 Maret 2006.
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor. hlm 52-64.
LAMPIRAN
23

Lampiran 1. Kadar air, derajat deasetilasi, viskositas, dan rendemen kitosan.


Kadar Air Derajat Viskositas Rendemen
Sampel Ulangan
(%) Deasetilasi (%) (cps) (%)
1 6.68 320 16.30
A 44.76
2 3.12 240 18.05
1 6.34 480 16.34
B 45.81
2 6.25 600 18.42
1 8.75 160 14.98
C 39.94
2 7.83 120 14.33
1 5.60 760 20.77
D 40.25
2 5.11 960 31.88
1 5.62 360 11.85
E 45.75
2 6.73 320 14.68
1 5.14 17160 15.95
F 39.29
2 7.58 17200 19.75
24

Lampiran 2. Kualitas Standar Kitosan menurut Protan Laboratories Inc.

Sifat Kitosan Nilai yang dikehendaki


Ukuran partikel butiran-bubuk
Kadar Air (%) < 10.0
Kadar Abu (%) > 2.0
Derajat Deasetilasi > 70.0
Viskositas
* rendah < 200
*sedang 200-799
* tinggi 800-2000
* paling tinggi > 2000

Sumber : Protan Laboratories Inc.


25

Lampiran 3. Hasil pengujian papan isolasi dari jerami padi.

Modifikasi
Daya Konduktivitas
proses Konsentrasi Kadar Kerapatan Pengembangan MOR MOE Koefisien
Ulangan serap air panas
produksi perekat (%) air (%) (g/cm3) tebal (%) (kg/cm2) (kg/cm2) absorpsi suara
(%) (W/m.K)
kitosan
1 8.65 0.32 23.37 277.168 0.0581 0.0148 0.1224 4.93
2
DM 2 6.69 0.28 16.87 275.047 0.0092 0.0290 0.1210 1.04
Demineralisasi 1 7.81 0.31 25.00 308.989 0.0023 0.0302 0.1178 2.09
4
2 7.15 0.29 17.86 282.434 0.0021 0.0269 0.1186 1.38
1 7.49 0.38 21.69 249.029 0.0201 0.0166 0.1045 1.15
2
DP 2 7.44 0.28 14.10 206.455 0.0005 0.0235 0.1144 2.61
Deproteinasi 1 6.85 0.33 20.78 238.681 0.0149 0.0300 0.1348 2.07
4
2 7.11 0.32 18.82 227.760 0.0043 0.0250 0.1183 1.93
1 8.69 0.36 20.51 218.166 0.0055 0.0304 0.0980 2.16
2
DA 2 6.90 0.33 20.24 244.325 0.0030 0.0239 0.1280 3.34
Deasetilasi 1 6.63 0.34 16.47 216.260 0.0209 0.0226 0.1192 1.77
4
2 7.29 0.28 15.96 271.998 0.0101 0.0166 0.1223 2.60
JIS A 5905 papan isolasi kelas A 5-13 < 0,35 10 - - - 0,0552 -
26

Lampiran 4. Hasil FTIR kitosan.

FTIR Kitosan A (MPA)

A1655 = 0,4376, A3450 = 0,5956, DD = 44,76%

FTIR Kitosan B (MAP)

A1655 = 0,4293, A3450 = 0,5956, DD = 45,815


27

FTIR Kitosan C (PAM)

A1655 = 0,4082, A3450 = 0,5111, DD = 39,95%

FTIR Kitosan D (PMA)

A1655 = 0,4191, A3450 = 0,5274, DD = 40,25%


28

FTIR Kitosan E (APM)

A1655 = 0,3844, A3450 = 0,5328, DD = 45,75%

FTIR Kitosan F (AMP)

A1655 = 0,3962, A3450 = 0,4907, DD = 39,29%


29

Lampiran 5. Analisis keragaman kadar air kitosan.


ANOVA

KA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.605 5 2.721 1.558 .301
Within Groups 10.477 6 1.746
Total 24.081 11
30

Lampiran 6. Analisis keragaman viskositas kitosan


ANOVA

Viskositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 468115866
5 93623173.333 17126.190 .000
.667
Within Groups 32800.000 6 5466.667
Total 468148666
11
.667

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets
Viskositas

Duncan
N Subset for alpha = .05
Modifikasi 1 2 3 4 5 1
C 2 140.00
A 2 280.00 280.00
E 2 340.00
B 2 540.00
D 2 860.00
F 2 17180.00
Sig. .107 .448 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
31

Lampiran 7. Analisis keragaman kadar air papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_air


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 165.128(a) 6 27.521 62.024 .000
Intercept 491.731 1 491.731 1108.195 .000
Protokol .250 2 .125 .281 .761
Konsentrasi .760 1 .760 1.713 .223
Protokol * Konsentrasi .209 2 .104 .235 .795
Error 3.994 9 .444
Total 660.853 16
Corrected Total 169.122 15
a R Squared = .976 (Adjusted R Squared = .961)
32

Lampiran 8. Analisis keragaman kerapatan papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kerapatan


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .307(a) 6 .051 55.532 .000
Intercept .912 1 .912 988.943 .000
Protokol .002 2 .001 1.093 .376
Konsentrasi .001 1 .001 .578 .466
Protokol * Konsentrasi .001 2 .000 .389 .689
Error .008 9 .001
Total 1.228 16
Corrected Total .316 15
a R Squared = .974 (Adjusted R Squared = .956)
33

Lampiran 9. Analisis keragaman pengembangan tebal papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pengembangan_T


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1154.358(a) 6 192.393 22.341 .000
Intercept 3354.437 1 3354.437 389.517 .000
Protokol 13.561 2 6.781 .787 .484
Konsentrasi .298 1 .298 .035 .857
Protokol * Konsentrasi 22.353 2 11.177 1.298 .320
Error 77.506 9 8.612
Total 4586.301 16
Corrected Total 1231.864 15
a R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .895)
34

Lampiran 10. Analisis keragaman dan uji lanjut Duncan daya serap air papan

isolasi.

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: DSA


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 197390.996(a
6 32898.499 92.060 .000
)
Intercept 568633.630 1 568633.630 1591.202 .000
Protokol 7266.137 2 3633.068 10.166 .005
Konsentrasi 480.472 1 480.472 1.345 .276
Protokol * Konsentrasi 99.843 2 49.921 .140 .871
Error 3216.249 9 357.361
Total 769240.875 16
Corrected Total 200607.245 15
a R Squared = .984 (Adjusted R Squared = .973)

Post Hoc Tests


Homogeneous Subsets
DSA

Duncan
N Subset
Protokol 1 2 3 1
0 4 .00000
DP 4 230.48125
DA 4 237.68725
DM 4 285.90950
Sig. 1.000 .603 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 357.361.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
b Alpha = .05.
35

Lampiran 11. Analisis keragaman MOE papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MOE


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .002(a) 6 .000 15.771 .000
Intercept .005 1 .005 259.464 .000
Protokol 7.58E-006 2 3.79E-006 .188 .832
Konsentrasi 1.43E-005 1 1.43E-005 .708 .422
Protokol * Konsentrasi .000 2 7.12E-005 3.527 .074
Error .000 9 2.02E-005
Total .007 16
Corrected Total .002 15
a R Squared = .913 (Adjusted R Squared = .855)
36

Lampiran 12. Analisis keragaman MOR papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MOR


Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .002(a) 6 .000 1.756 .215
Intercept .001 1 .001 8.520 .017
Protokol .000 2 8.56E-005 .512 .616
Konsentrasi .000 1 .000 .871 .375
Protokol * Konsentrasi .001 2 .000 2.901 .107
Error .002 9 .000
Total .005 16
Corrected Total .003 15
a R Squared = .539 (Adjusted R Squared = .232)
37

Lampiran 13. Analisis keragaman konduktivitas panas papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KP
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .042(a) 6 .007 99.069 .000
Intercept .126 1 .126 1767.070 .000
Protokol 1.94E-005 2 9.68E-006 .136 .875
Konsentrasi .000 1 .000 2.133 .178
Protokol * Konsentrasi .000 2 .000 1.493 .275
Error .001 9 7.12E-005
Total .169 16
Corrected Total .043 15
a R Squared = .985 (Adjusted R Squared = .975)
38

Lampiran 14. Analisis keragaman koefisien absorpsi suara papan isolasi

Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: AS
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 17.784(a) 6 2.964 2.685 .089
Intercept 45.799 1 45.799 41.492 .000
Protokol .622 2 .311 .282 .761
Konsentrasi .958 1 .958 .868 .376
Protokol * Konsentrasi .938 2 .469 .425 .666
Error 9.934 9 1.104
Total 73.518 16
Corrected Total 27.718 15
a R Squared = .642 (Adjusted R Squared = .403)

Вам также может понравиться