Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Daftar Pustaka:
1. Hanz-Iko Huppertz Prof. Dr , Montse Soriano-Gabarro MD, MSc , Elisabetta Franco Prof ,
Urlich Desselberger MD, Judith Wolleswinkel-van den Bosch PhD , Carlo Giaquinto MD ,et
all. Intussusception Among Young Children in Europe. The Pediatric Infectious Disease
Journal , 2006 January 25 (1) 22-27.
2. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2010. p270-
272
3. Gabriel Conder , John Rendre, et all. Abdominal Radiology Intussusception , Cambrige
University Press.
4. J Holder , G.K Von Schulthess et all. Disease of the abdomen and pelvis , 2006 . Springer
science , Italy. p218-223 .
5. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. 2005. p627-629
Diagnosa
Ileus Obstruktif total ec Susp. Invaginasi Ileosaecal
Terapi
1. Pasang Infus
2. Pasang NGT
3. Pasang Kateter
4. Inj. Antibiotik
5. Laparotomi Eksplorasi
DISKUSI
Latar Belakang
Intususepsi pertama kali dijelaskan oleh Barbette dari amsterdam tahun 1674. Hunter pada tahun
1789 mendiskusikan tentang surgical pathology of intususeption. Hirschsprung adalah ilmuwan yang
pertama kali menjelaskan tentang metode tekanan hidrostatik untuk reduksi intususepsi. Juli tahun
1999 vaksin retrovirus menjadi program untuk pencgahan intususepsi.
Epidemiologi
Intususepsi sering menyebabkan obstruksi akut pada anak < 2 tahun, tapi ada sekitar 25% kasus
yang mengenai anak >2 tahun. Intususepsi lebih sering terjadi pada anak laki-laki 4:1 dari pada anak
perempuan. Jika intususepsi tidak diterapi 2-5 hari akan menjadi fatal. Tidak ada bukti pelaporan
tentang RAS terhadap kejadian penyakit ini, akan tetapi anak dengan sickle sel lebih mudah
mendapaatkan penyakit ini.
Etiologi
Etiologi dari intususepsi masih belum jelas dan banyak kasus karena idiopatik. Ada 2 teori yang
terkemuka saat ini yaitu teori diet dan teori infeksi. Teori diet ini muncul dari observasi bahwa
intususepsi sering muncul pada umurumur disaat anak sedang masuk dalam fase penyapihan (MP
ASI). Teori infeksi menjelaskan bawa infeksi yang terjadi disaluran napas dan saluran gastrointestinal
akan menyebabkan inflamasi dan hiperplasia dari limfonodus patch peyeris (figure 6). ketika segmen
usus menjadi strangulata akan menyebabkan mukosa perdarahan dan akan membenetuk tanda klasik
yang disebut current jelly stol (figure 7) . Bagaimanapun juga 90% kasus tidak menyebutkan secara
spesifik apa yang menjadi lead pointnya, sehingga teori diet dan infektif dapat di pikirkan. Kasus
dimana terjadi lead pointnya dapat disebabkan dari Henoch Scholein Purpura Vaskulitis, Appendisitis,
Divertikel Meckel, Polyp, dan Coliac Disease. Intususepsi juga bisa disebabkan karena dehidrasi
sekunder setelah diare yang berat, kistik fibrosis, dan krisis sickle sel. Yang menarik adalah pada kasus
intususepsi pada anak yang lebih tua sering dijumpai lead point. Benda asing yng tertelan pada anak-
anak dapat menjadi lead point pada intususepsi dan dibutuhkan perhatian khusus untuk mengambil
benda tersebut.
Manifestasi klinik
Tiga tanda klinis khas intususepsi yang muncul adalah nyeri perut, muntah, dan BAB darah. 75%
anak mempunyai 2 tanda tersebut, dan 13% lainya hanya mempunyai 1 tanda tersebut. Nyeri perut
mendahului muntah, terjadi serangan hebat setiap 15-30 menit, dan disetiap serangan anak akan
mengangkat kedua kakinya dan menangis. Pemeriksaan abdomen mungkin normal pada awal penyakit
ini, kemudian perut akan menjadi kembung dan keras. Pada palpasi ditemukan massa berbentuk sosis
diperut kanan atas, dimana perut bagian bawahnya teraba kosong (Dances sign). Manifesasi atau tanda
klinis neurologi sungguh dapat terjadi khusus pada anak yang sangat muda atau bayi, dan muncul pada
awal-awal. Pasien sealalu menampilkan tanda yang spesifik seperti terlihat pucat, gelisah, rewel,
penurunan nafsu makan, dan lemah. Kronik intususepsi muncul dengan beberapa variasi kombinasi
gejala termasuk nyeri perut, muntah, berat badan yang menurun, diare, darah dari anus, dan gagal
berkembang. Kondisi ini sering didiagnosis terlambat. Sebuah massa abdomen bisa jelas atau tidak
jelas, tapi trias manifestasi intususepsi adalah gejala yang luar biasa menjadi khas.
Diagnosis
Pemeriksan laboratorium tidak sangat menolong untuk menegakan diagnosis intususepsi.
Bagaimanapun juga, penyakit ini hampir sama dengan beberapa penyakit seperti sepsis, dan kelainan
metabolik. Muntah yang hebat dapat mebuat imbalance elektrolit dan dapat dinilai dengan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan radiologi adalah yang paling utama untuk mendiagnosis invaginasi.
Pemeriksaan radiologi yang sederhana sering cepat mendapatkan target sign sebagai tanda yang khas
dari invaginasi (seperti lingkaran-lingkaran serupa degan sebuah donat di kuadran kanan atas), tepi
hepar yang tidak ada, cresent sign (bulan sabit), dan obstruksi usus besar. Sebuah foto abdomen yang
normal tidak dapat menyingkirkan diagnosis invaginasi, artinya invaginasi masih mungkin ada.
Kontras atau udara melalui enema dapat menjadi tes diagnostik, dan sering menjadi penanganan
reduksi intususepsi (figure 8). USG menjadi pilihan utama dan sering digunakan akaren tidak invasif
dan tidak ada radiaasi dan dapat juga mendeteksi kelainan yang lain. Di sebuah penelitian dari 141
anak di Australia 95 (67%) kasus didiagnosa dengan menggunakan USG dan 31 kasus (22%)
didiagnosis dengan barium enema.
Penanganan
Pada anak intususepsi membutuhkan penilaian dan penanganan yang tepat karena pada awal
gejala, mungkin belum jelas dan menyerupai kelainan-kelaianan serius yang lain. Beberapa anak
menghadirkan syok yang akan membutuhkan reusitasi cairan dan pada gejala yang dicurigai sepsis atau
pada kasus peritonitis atau perforasi terapi antibiotik boleh dimulai dan pemasangan NGT sangat
menolong. Penanganan non bedah termasuk reduksi invaginasi dengan udara atau kontras dapat
mereduksi intususeptum kembali ke posisi normal. Dalam beberapa penelitian kesuksesan reduksi ini
mencapai 50-59%. Keberhasilan tekanan udara mencapai rata-rata 90%, walaupun 10% pasien akan
mengalami invaginasi kembali. Keberhasilan tekanan udaara akan menurun jika tekanan udara diulang
kedua kali. Dan intervensi bedah akan diperlukan. Penanganan bedah dilakukan dengan laparatomi
eksplorasi dimana intususepsi di reduksi secara manual (figure 9). Walaupun keterlambatan diagnosis
dapat mengakibatkan iskemik dan nekrosis maka diperlukan reseksi bagian usus tersebut. Rekurensi
dari penyumbatan setelah reduksi manual dengan operasi tidak sering.
Kompikasi
Dengan penanganan yang tepat dan cepat rata-rata kematian 0-3%. Bergantung dari lamanya
serangan intususepsi dan reduksi yang dilakukan dan juga keterlibatan syok dan sepsis. Resiko untuk
menjadi adhesi sekitar 7 % kasus.
Kesimpulan
Intususepsi dapat menghadirkan dilema dalam diagnostik khususnya pada anak kecil dengan
gejala yang tidak khas. Sebuah diagnosis dini yang tepat akan menghasilkan keadaan pasien yang lebih
baik.
Peserta, Pendamping,