Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Berkas:
Berkas Pembinaan Keluarga No. RM
:
Ds. Sugiwaras, kabupaten Mojokerto Nama KK
:Ny S
Kedudukan Pasien
No Nama dalam L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
keluarga (Y/T)
1
1 Tn. S Ayah L 46Th SMA Buruh T -
Manta
5 Ny. T Ibu penderita P 75 Th SMP - T penderi
TB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita TB Paru berjenis kelamin Wanita 46 tahun, yang tercatat
sebagai salah satu penderita TB Paru di Puskesmas Gayaman,
Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya
di daerah Puskesmas Gayaman beserta permasalahannya seperti masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru terutama masalah
kebiasaan/pola hidup masyarakat serta gejalanya. Oleh karena itu
penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. Rumusan Masalah
2
1. Apakah terdapat faktor predisposisi (demografi, gaya hidup,
metabolk, lingkungan) pada pasien ini ?
C. Tujuan Umum
Memperoleh informasi faktor predisposisi (demografi, gaya hidup,
metabolik) sebagai faktor risiko TB Paru pada pasien ini.
D. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan Puskesmas
Gayaman;
2. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR;
3. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM;
4. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram;
5. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan masyarakat;
6. Mengidentifikasi prilaku pasien terkait dengan penyakitnya;
7. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb).
2. Pelayanan kesehatan/Puskesmas
Memperoleh informasi mengenai faktor risiko TB Paru, yang
menyangkut kehidupan pasien dalam keluarga, faktor sosial
ekonomi, pelayanan yang telah diperoleh, faktor perilaku dan
3
lingkungan pasien, sehingga dapat direncanakan dengan tepat untuk
mengatasi faktor risiko serta tindakan-tindakan pencegahan
meluasnya penularan TB Paru.
3. Masyarakat
Dapat dijadikan sumber informasi masyarakat tentang penanganan
penderita TB Paru dalam keluarga serta faktor-faktor risiko yang
perlu mendapat perhatian untuk menghindari penularan lebih luas.
4
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
A. Identifikasi Pasien
1. Identitas aasien
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sugihwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto
Suku : Jawa
14 Agustus 2017
Agustus 2017
2. Anamnesis
a. Keluhan utama : Batuk
b. Riwayat penyakit sekarang :
Batuk tak kunjung sembuh dirasakan kurang lebih 6 bulan
yang lalu, penderita mulai merasa sering batuk-batuk, batuk ngekel
dan berdahak, dahak kental dan berwarna putih kekuningan. Timbul
keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu makan menurun,
dan berat badan menurun. Keluhan tersebut dirasakan saat sebelum
dilakukan pengobatan.
Riwayat pengobatan pasien sudah dilakukan selama 6 bulan
dan sudah dalam pengawasan anaknya. Saat ini pasien datang
kontrol untuk memastikan apakah dia bebas dari TB, dankeluhan
sekarang batuk sudah berkurang. Nafsu makan sudah kembali, dan
5
berat badan mulai naik kembali.
c. Riwayat penyakit ahulu:
- Riwayat kontak dengan penderita TB : Ibu pasien punya
riwayat TB
- Riwayat batuk lama : (+) 6 bulan
- Riwayat batuk darah : (-)
- Riwayat Imunisasi : Lengkap
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ibu pernah
menderita penyakit serupa
- Riwayat keluarga sakit batuk berdarah :Ibu semasa di
diagnosa TB
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal
e. Riwayat kebiasaan
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat Keluarga merokok : Suami
- Riwayat olah raga : jarang
- Pasien tinggal 1 atap dengan ibu yang pernah di diagnosa TB
f. Riwayat sosial ekonomi
Penderita adalah seorang buruh. Penderita tinggal di sebuah
rumah yang berpenghuni 5 orang (penderita, suami, 2 anak, dan
ibu). Penderita berpenghasilan sebulan lebih kurang Rp.
3.000.000. sedangkan suami dan ke 2 anaknya juga bekerja
sebagai buruh dengan gaji yang kurang lebih sama dengan gaji
bulanan penderita. Keadaan sosial ekonomi terkesan cukup.
6
g. Riwayat gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali
dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-
tempe kerupuk, dan daging. kadang minum susu. Kesan status
gizi cukup.
3. Anamnesis sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
b. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak
rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur
(-), ketajaman baik
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan
(-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
g. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (+) selama 6 bulan,
mengi (-), batuk darah (-)
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan
menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
k. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah biasa
l. Neuropsikiatri :
Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-),
nyeri otot (-)
m. Ekstremitas :
Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)
7
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
status gizi kesan cukup.
b. Tanda vital
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
Tensi : 120/80 mmHg
c. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak
mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
d. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman),
katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
e. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
f. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-
), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
g. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
cuping telinga dalam batas normal
h. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
i. Leher
8
JVP (5+2) cm H2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-
)
j. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor: I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral
LPSS
batas kanan atas: SIC II LPSD
batas kiri bawah: SIC V 1 cm lateral
LMCS
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
k. Abdomen
I: dinding perut sejajar dengan dinding dada,
venektasi (-)
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
9
P: timpani seluruh lapang perut
A: peristaltik (+) normal
l. Sistem collumna vertebralis
I: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-
)
P: nyeri tekan (-)
P: NKCV (-)
m. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
K 5 5 T N N RF N N RP - -
5. 5 N N N N - -
p. Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos
mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
arus : koheren
Insight : baik
10
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan test Mantoux : tidak dilakukan
Pemeriksaan bakteriologis : biakan sputum/dahak
dilakukan.
6. Resume
Seorang Wanita 46 tahun dengan keluhan utama batuk.
Penderita mulai merasakan sering batuk-batuk 6 bulan yang lalu,
batuk ngekel dan berdahak, dahak kental dan berwarna kuning,terasa
susah keluar. Timbul keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu
makan menurun dan berat badan menurun.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, Tanda vital T:120/80 mmHg, N:
9
0
x
7. Penatalaksanaan
a./ Non medika mentosa
m 1) Bed rest tidak total
e 2) Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang
n dapat mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak
i istirahat.
t 3) Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
, 4) Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi
tinggi, juga minum susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh
R sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya akan
R meningkat, yang merupakan indikator kesembuhan pasien.
: 5) Olah raga
6) Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya
2 dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di
0
x
11
/
m
lingkungan sekitar, dan latihan pernafasan untuk mencegah
sesak.
7) Mengurangi stress tertentu
8) Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari
keluarga untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan
cara lebih banyak memberikan perhatian dan meluangkan
waktu untuk berbincang-bincang atau bermain dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
9) Membuka cendela pintu rumah diharapkan sirkulasi dapat
mengalir dengan baik. Dan cahaya matahari dapat masuk ke
dalam rumah
10) Pemeriksaan BTA untuk orang yang tinggal serumah dengan
penderita (jika ada keluhan).
b. Medikamentosa
Oral anti TB kombinasi (FDC) 1x3 kapsul fase intensif selama
2 bulan di lanjutkan dengan fase lanjutan 4 bulan.
Adaptation
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama
kali membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakitnya ini kadang mengganggu
aktivitasnya sehari-hari. Dukungan dari suami, keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadanya, sangat memberinya
motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga
yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan
sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar
tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan
penderita dalam mengkonsumsi obat.
Partnership
12
Suami dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,
komunikasi antar anggota keluarga berjalan dengan baik.
Growth
Penderita sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya
karena demi menjaga kesehatan dirinya dan keluarga yang tinggal satu atap
dengan penderita. Agar dapat mengurangi risiko penularan kembali.
Affection
Penderita merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan
suami, ibu, dan 2 anak cukup meskipun dalam pengobatan. Bahkan perhatian
yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
Resolve
Penderita merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari suaminya dan keluargawalaupun waktu yang tersedia tidak
banyak karena waktu bersama hanya ketika pada malam hari saja.
13
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Total score : 10
Scoring :
Sering/selalu : 2
Kadang-kadang : 1
Jarang/tidak : 0
Kategori Penilaian
Kurang : <5
Cukup : 6-7
Baik : 8-10
Kesimpulan :
Fungsi keluarga dalam keadaan baik. Ny. S sebagai penderita TB
Paru yang bekerja sebagai buruh sebuah home industri. Ny. S selalu
berusaha untuk tetap menjaga komunikasi dengan suami, ibu, dan ke-2
anaknya. Sehingga hubungan kekerabatan di keluarga yang terjalin
baik. Meskipun keluarga mengetahui penyakit penderita.
C. Analisis SCREEM
SUMBER PATHOLOGY
14
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa Jawa, tata krama dan kesopanan
Religious Pemahaman agama dan penerapannya cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari pasien dan/keluarganya menjalankan sholat lima
waktu .
Kesimpulan:
Dari aspek sosial budaya, pasien tidak menghadapi masalah yang
berarti. Terkait dengan penyakitnya, aspek pengetahuan perlu mendapat
dukungan pemahaman, karena tingkat pengetahuannya dirasa masih
kurang, khususnya yang berhubungan dengan faktor risiko penyakit TB
Paru dan aspek pencegahannya.
15
dalam sosial, cultural, religius, ekonomi, edukasi, maupun medical.
D. Genogram
: Penderita
E. Pelayanan Kesehatan
16
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk
pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
primer telah menyediakan fasilitas pemeriksaan TB (BTA) maupun
pelayanan pengobatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan semacam ini
sagat tergantung pada partisipasi masyarakat. Kesadaran akan hidup
mandiri dalam mengatasii kesehatan sendiri dan keluarga harus tumbuh
dari masyarakat. Berbagai penyuluhan sebagai sosialisasi terhadap
program pemberantasan penyakit khususnya TB juga telah dilakukan
Puskesmas Gayaman. Demikian juga kunjungan rumah pada pasien-
pasien penyakit tertentu telah mulai dirintis. Berbagai keterbatasan
adalah terbatasnya tenaga dan fasilitas untuk menjangkau sedekat
mungkin dengan masyarakat, yang kadang kala marus dipilih dengan
prioritas lain yang lebih mendesak sesuai dengan kebijakan yang musti
diambil oleh Pimpinan Puskesmas. Menurut informasi dari pasien
maupun keluarganya pelayanan yang diperoleh sudah cukup
memuaskan.
F. Faktor Perilaku
17
berjalan dengan baik.
G. Faktor Lingkungan
1. Lingkunga fisik
Kamar mandi
Dapur
Sumur
Kamar Kamar
Kamar Kamar
Kamar Kamar
18
tinggal penderita terdapat beberapa masalah, yaitu masalah Sirkulasi
udara, pencahayaan, sanitasi dan dekat sekali dengan lokasi home industri.
Dimana masalah-masalah tersebut dapat meningkatkan risiko penularan
dan memperberat penyakit penderita.
2. Lingkungan sosial
dampak dan risiko dari limbah udara yang dihasilkan sebuah home
penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial.
3. Lingkungan ekonomi
dan cendela yang terbuat dari dari kayu dan beratapkan genteng.
4. Lingkungan budaya
19
20
H. Diagram Permasalahan Pasien
21
BAB III
PEMBAHASAN
1. Masalah aktif :
a. TB Paru baru
Ny. S sebagai pasien TB Paru ada di dalam lingkungan rumah
bersama anggota keluarga yang lain. Dia bekerja sehingga menjadi
sumber penularan juga di lingkungan kerjanya. Apalagi pemahaman
tentang penyakit TB Paru di antara angota keluarga juga masih
kurang. Pasien sebagai sumber infeksi harus mendapatkan
pengobatan dengan baik tanpa mengalami kegagalan (drop out).
Kesembuhannya merupakan solusi semua kekhawatiran terhadap
risiko selanjutnya.
b. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain.
Penggunaan masker selama belum dinyatakan sembuh adalah
salah satu upaya melindungi anggota keluarga lainnya. Sebagai
sumber penularan dalam keluarga kemungkinan pasien bisa
menularkan penyakitnya melalui makanan, minuman atau alat-
alat/perlengkapan makan/minum yang terkontaminasi.
Kebersihan terutama sterilisasi alat-alat yang digunakan bersama
merupan tindakan yang tepat dalam mencegah penularan dalam
keluarga.
c. Resiko penularan di lingkungan kerjanya
Pencegahan penularan TB Paru di lingkungan kerja tidak jauh
berbeda dengan pencegahan di dalam keluarga, yaitu penggunaan
22
masker dan menjaga perlengkapan/alat alat yang digunakan jangan
sampai terkontaminasi oleh titik ludah pasien.
d. Pengetahuan penderita dan keluarga yang masih kurang tentang
penyakitnya
Semua upaya tersebut di atas harus ditunjang dengan pemahaman/
pengetahuan yang cukup oleh semua pihak yang ada di sekitar
kegiatan atau keberadaan pasien agar masing-masing pihak
memahami bagaimana cara mengindari penularan.
2. Faktor lingkungan
a. Pasien tinggal bersama anggota keluarga
TB menginfeksi seseorang melalui udara, dari pernyataan
tersebut semua orang yang tinggal 1 rumah dengan pasien berisiko
terinfeksi. karena itu anggota keluarga harus mengetahui
bagaimana bakteri TB menginfeksi agar orang-orang yang tinggal
1 rumah dapat melakukan tindakan preventif untuk meminimalisir
infeksi.
b. Ventilasi rumah yang kurang baik
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????
c. Pencahayaan alami rumah yang kurang baik
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????
3. Faktor perilaku
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????
23
4. Faktor pelayanan kesehatan
24
Keterangan :
lain)
25
Tabel Rencana Kegiatan Penyuluhan TB Paru di Kelompok Dasawisma
Sekitar Keluarga Pasi-en Ny. S di Desa Sugiwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten mojokerto
1 Persiapan
2 Pelaksanaan
3 Evaluasi
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan (ambillah materi dari bagan Blum)
pembahasan)
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29