Вы находитесь на странице: 1из 29

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No.

Berkas:
Berkas Pembinaan Keluarga No. RM
:
Ds. Sugiwaras, kabupaten Mojokerto Nama KK
:Ny S

Tanggal kunjungan pertama kali : 7 Agustus 2017


Nama pembina keluarga pertama kali : Agra Prima Rizkyta
Ramadhan, S.Ked.

Tabel 1. : Catatan Konsultasi Pembimbing

Tangga Tingkat Paraf


Paraf Keterangan
l Pemahaman Pembimbing

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga :Ny.S


Alamat lengkap :Ds. Sugiwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto
Bentuk Keluarga :Nuclear family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Kedudukan Pasien
No Nama dalam L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
keluarga (Y/T)

1
1 Tn. S Ayah L 46Th SMA Buruh T -

2 Ny.S Ibu P 45Th SMA Buruh Y TB

3 Sdr. A Anak L 25 Th SMA Buruh T -

4 Nn. I Anak P 21 Th SMA Buruh T -

Manta
5 Ny. T Ibu penderita P 75 Th SMP - T penderi
TB

*NP : Yang bertulis tebal adalah penderita


Sumber : Data Primer, Agustus 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita TB Paru berjenis kelamin Wanita 46 tahun, yang tercatat
sebagai salah satu penderita TB Paru di Puskesmas Gayaman,
Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya
di daerah Puskesmas Gayaman beserta permasalahannya seperti masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru terutama masalah
kebiasaan/pola hidup masyarakat serta gejalanya. Oleh karena itu
penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya
untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. Rumusan Masalah

2
1. Apakah terdapat faktor predisposisi (demografi, gaya hidup,
metabolk, lingkungan) pada pasien ini ?

2. Apakah kebiasaan pasien merupakan faktor risiko TB Paru ?

C. Tujuan Umum
Memperoleh informasi faktor predisposisi (demografi, gaya hidup,
metabolik) sebagai faktor risiko TB Paru pada pasien ini.

D. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan Puskesmas
Gayaman;
2. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR;
3. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM;
4. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram;
5. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan masyarakat;
6. Mengidentifikasi prilaku pasien terkait dengan penyakitnya;
7. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb).

E. Manfaat Hasil Kunjungan

1. Pasien dan keluarganya


Meningkatkan hubungan pasien-dokter, meningkatkan kekuatan
fungsi dan hubungan keluarga, memberikan informasi kepada
keluarga mengenai faktor risiko TB Paru, sehingga keluarga dapat
melakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan kepada anggota
keluarga yang lain atau tetangga terdekat.

2. Pelayanan kesehatan/Puskesmas
Memperoleh informasi mengenai faktor risiko TB Paru, yang
menyangkut kehidupan pasien dalam keluarga, faktor sosial
ekonomi, pelayanan yang telah diperoleh, faktor perilaku dan

3
lingkungan pasien, sehingga dapat direncanakan dengan tepat untuk
mengatasi faktor risiko serta tindakan-tindakan pencegahan
meluasnya penularan TB Paru.

3. Masyarakat
Dapat dijadikan sumber informasi masyarakat tentang penanganan
penderita TB Paru dalam keluarga serta faktor-faktor risiko yang
perlu mendapat perhatian untuk menghindari penularan lebih luas.

4
BAB II

HASIL KUNJUNGAN

A. Identifikasi Pasien

1. Identitas aasien
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sugihwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto
Suku : Jawa

14 Agustus 2017

Agustus 2017
2. Anamnesis
a. Keluhan utama : Batuk
b. Riwayat penyakit sekarang :
Batuk tak kunjung sembuh dirasakan kurang lebih 6 bulan
yang lalu, penderita mulai merasa sering batuk-batuk, batuk ngekel
dan berdahak, dahak kental dan berwarna putih kekuningan. Timbul
keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu makan menurun,
dan berat badan menurun. Keluhan tersebut dirasakan saat sebelum
dilakukan pengobatan.
Riwayat pengobatan pasien sudah dilakukan selama 6 bulan
dan sudah dalam pengawasan anaknya. Saat ini pasien datang
kontrol untuk memastikan apakah dia bebas dari TB, dankeluhan
sekarang batuk sudah berkurang. Nafsu makan sudah kembali, dan

5
berat badan mulai naik kembali.
c. Riwayat penyakit ahulu:
- Riwayat kontak dengan penderita TB : Ibu pasien punya
riwayat TB
- Riwayat batuk lama : (+) 6 bulan
- Riwayat batuk darah : (-)
- Riwayat Imunisasi : Lengkap
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ibu pernah
menderita penyakit serupa
- Riwayat keluarga sakit batuk berdarah :Ibu semasa di
diagnosa TB
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal
e. Riwayat kebiasaan
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat Keluarga merokok : Suami
- Riwayat olah raga : jarang
- Pasien tinggal 1 atap dengan ibu yang pernah di diagnosa TB
f. Riwayat sosial ekonomi
Penderita adalah seorang buruh. Penderita tinggal di sebuah
rumah yang berpenghuni 5 orang (penderita, suami, 2 anak, dan
ibu). Penderita berpenghasilan sebulan lebih kurang Rp.
3.000.000. sedangkan suami dan ke 2 anaknya juga bekerja
sebagai buruh dengan gaji yang kurang lebih sama dengan gaji
bulanan penderita. Keadaan sosial ekonomi terkesan cukup.

6
g. Riwayat gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali
dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-
tempe kerupuk, dan daging. kadang minum susu. Kesan status
gizi cukup.

3. Anamnesis sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
b. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak
rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur
(-), ketajaman baik
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan
(-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
g. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (+) selama 6 bulan,
mengi (-), batuk darah (-)
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan
menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
k. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah biasa
l. Neuropsikiatri :
Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-),
nyeri otot (-)
m. Ekstremitas :
Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)

7
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6),
status gizi kesan cukup.
b. Tanda vital
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
Tensi : 120/80 mmHg
c. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak
mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
d. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman),
katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
e. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
f. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-
), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
g. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
cuping telinga dalam batas normal
h. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
i. Leher

8
JVP (5+2) cm H2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-
)
j. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor: I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral
LPSS
batas kanan atas: SIC II LPSD
batas kiri bawah: SIC V 1 cm lateral
LMCS
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
k. Abdomen
I: dinding perut sejajar dengan dinding dada,
venektasi (-)
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

9
P: timpani seluruh lapang perut
A: peristaltik (+) normal
l. Sistem collumna vertebralis
I: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-
)
P: nyeri tekan (-)
P: NKCV (-)
m. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin oedem
- - - -

- - - -

n. Sistem genetalia: dalam batas normal


o. Pemeriksaan neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif: dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF N N RP - -

5. 5 N N N N - -

p. Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos
mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
arus : koheren
Insight : baik

10
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan test Mantoux : tidak dilakukan
Pemeriksaan bakteriologis : biakan sputum/dahak
dilakukan.

6. Resume
Seorang Wanita 46 tahun dengan keluhan utama batuk.
Penderita mulai merasakan sering batuk-batuk 6 bulan yang lalu,
batuk ngekel dan berdahak, dahak kental dan berwarna kuning,terasa
susah keluar. Timbul keringat dingin malam hari tanpa aktivitas, nafsu
makan menurun dan berat badan menurun.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, Tanda vital T:120/80 mmHg, N:
9
0

x
7. Penatalaksanaan
a./ Non medika mentosa
m 1) Bed rest tidak total
e 2) Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang
n dapat mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak
i istirahat.
t 3) Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
, 4) Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi
tinggi, juga minum susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh
R sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya akan
R meningkat, yang merupakan indikator kesembuhan pasien.
: 5) Olah raga
6) Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya
2 dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di
0

x
11
/
m
lingkungan sekitar, dan latihan pernafasan untuk mencegah
sesak.
7) Mengurangi stress tertentu
8) Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari
keluarga untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan
cara lebih banyak memberikan perhatian dan meluangkan
waktu untuk berbincang-bincang atau bermain dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
9) Membuka cendela pintu rumah diharapkan sirkulasi dapat
mengalir dengan baik. Dan cahaya matahari dapat masuk ke
dalam rumah
10) Pemeriksaan BTA untuk orang yang tinggal serumah dengan
penderita (jika ada keluhan).
b. Medikamentosa
Oral anti TB kombinasi (FDC) 1x3 kapsul fase intensif selama
2 bulan di lanjutkan dengan fase lanjutan 4 bulan.

B. Identifikasi Faktor APGAR

Adaptation
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama
kali membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakitnya ini kadang mengganggu
aktivitasnya sehari-hari. Dukungan dari suami, keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadanya, sangat memberinya
motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga
yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan
sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar
tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan
penderita dalam mengkonsumsi obat.
Partnership

12
Suami dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,
komunikasi antar anggota keluarga berjalan dengan baik.

Growth
Penderita sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya
karena demi menjaga kesehatan dirinya dan keluarga yang tinggal satu atap
dengan penderita. Agar dapat mengurangi risiko penularan kembali.
Affection
Penderita merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan
suami, ibu, dan 2 anak cukup meskipun dalam pengobatan. Bahkan perhatian
yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
Resolve
Penderita merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari suaminya dan keluargawalaupun waktu yang tersedia tidak
banyak karena waktu bersama hanya ketika pada malam hari saja.

Sering/ Kadang- Jarang/


APGAR Tn. S terhadap keluarga
selalu kadang tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

13
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total score : 10
Scoring :
Sering/selalu : 2
Kadang-kadang : 1
Jarang/tidak : 0
Kategori Penilaian
Kurang : <5
Cukup : 6-7
Baik : 8-10

Kesimpulan :
Fungsi keluarga dalam keadaan baik. Ny. S sebagai penderita TB
Paru yang bekerja sebagai buruh sebuah home industri. Ny. S selalu
berusaha untuk tetap menjaga komunikasi dengan suami, ibu, dan ke-2
anaknya. Sehingga hubungan kekerabatan di keluarga yang terjalin
baik. Meskipun keluarga mengetahui penyakit penderita.

C. Analisis SCREEM

SUMBER PATHOLOGY

14
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan
saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa Jawa, tata krama dan kesopanan

Religious Pemahaman agama dan penerapannya cukup baik, hal ini dapat
dilihat dari pasien dan/keluarganya menjalankan sholat lima
waktu .

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk


kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder, rencana ekonomi tidak
memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan
kebutuhan hidup .

Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien kurang dalam hal


pencegahan dan penanggulangan TB Sedangkan tingkat
pendidikan dan pengetahuan cukup Kemampuan untuk
memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-
buku, koran terbatas .

Mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam


Medical mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena
letaknya dekat.
D.

Kesimpulan:
Dari aspek sosial budaya, pasien tidak menghadapi masalah yang
berarti. Terkait dengan penyakitnya, aspek pengetahuan perlu mendapat
dukungan pemahaman, karena tingkat pengetahuannya dirasa masih
kurang, khususnya yang berhubungan dengan faktor risiko penyakit TB
Paru dan aspek pencegahannya.

Kesimpulan yang didapat : Keluarga tidak memiliki permasalahan

15
dalam sosial, cultural, religius, ekonomi, edukasi, maupun medical.

D. Genogram

Beri keterangan genogramnya (apa maksud gambar berikut)

: Tuntas pengobatan TB Paru

: Penderita

Gambar II.1: Bagan Genogram Penyakit TB Paru Ny. S di Desa


Sugiwaras, Kecamatan Gayaman, Kabupaten Mojokerto.

Dari aspek genogram, penderita memiliki riwayat keluarga


dengan penderita penyakit yang sama dari ibunya, yang saat ini telah
dinyatakan sembuh/tuntas pengobatan TB. Sekalipun aspek genetik
bukan merupakan faktor risiko untuk penyakit ini, tetapi faktor
kedekatan hubungan kerabat/keluraga perlu mendapat perhatian dari
aspek penularan penyakitnya, terutama kepada anggota keluarga yang
sehat.

E. Pelayanan Kesehatan

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan


masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah

16
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk
pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
primer telah menyediakan fasilitas pemeriksaan TB (BTA) maupun
pelayanan pengobatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan semacam ini
sagat tergantung pada partisipasi masyarakat. Kesadaran akan hidup
mandiri dalam mengatasii kesehatan sendiri dan keluarga harus tumbuh
dari masyarakat. Berbagai penyuluhan sebagai sosialisasi terhadap
program pemberantasan penyakit khususnya TB juga telah dilakukan
Puskesmas Gayaman. Demikian juga kunjungan rumah pada pasien-
pasien penyakit tertentu telah mulai dirintis. Berbagai keterbatasan
adalah terbatasnya tenaga dan fasilitas untuk menjangkau sedekat
mungkin dengan masyarakat, yang kadang kala marus dipilih dengan
prioritas lain yang lebih mendesak sesuai dengan kebijakan yang musti
diambil oleh Pimpinan Puskesmas. Menurut informasi dari pasien
maupun keluarganya pelayanan yang diperoleh sudah cukup
memuaskan.

F. Faktor Perilaku

Pasien sering kontak dengan ibunya karena ibunya sakit tidak


kunjung sembuh dan tidak ada yang menjaga. Hal ini bisa berpengaruh
terhadap kesembuhan pasien apabila terlalu membebani baik aspek fisik
maupun psikologi. Kemungkinan penularan terhadap ibu yang pernah
mengalami penyakit yang sama harus tetap menjadi perhatian dengan
memperhatikan faktor-faktor risiko penularannya.
Sebagaimana hasil analisis APGAR maupun SCREEM, aspek
perilaku terhadap baik lingkungan keluarga maupun masyarakat

17
berjalan dengan baik.

G. Faktor Lingkungan

1. Lingkunga fisik

Kamar mandi

Dapur
Sumur

Kamar Kamar

Kamar Kamar

Kamar Kamar

Gambar II.2: Denah Rumah Pasien Ny. S di Desa Sugiwaras,


Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.

Denah yang dibuat sesuai dengan hasil survey lokasi rumah


penderita yang berada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto. Dari hasil survey dapat disimpulkan bahwa tempat

18
tinggal penderita terdapat beberapa masalah, yaitu masalah Sirkulasi
udara, pencahayaan, sanitasi dan dekat sekali dengan lokasi home industri.
Dimana masalah-masalah tersebut dapat meningkatkan risiko penularan
dan memperberat penyakit penderita.

2. Lingkungan sosial

letak rumah penderita yang dekat dengan sebuah home

industri bahkan berdampatan dengan rumah bagian belakang

penderita menunjukkan kurangnya komunikasi antar warga tentang

dampak dan risiko dari limbah udara yang dihasilkan sebuah home

industri timah. Namun dalam kesehariannya penderita bergaul

dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat

yang lain dan cukup dikenal oleh masyarakat sekitar. Kegiatan-

kegiatan yang harus mengeluarkan biaya tidak menjadi faktor

penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial.

3. Lingkungan ekonomi

perekonomian keluarga tampak mencukupi, terlihat dari

dinding-dinding rumah yang terbuat dari bata lengkap dengan pintu

dan cendela yang terbuat dari dari kayu dan beratapkan genteng.

Penderita tinggal di daerah masyarakat pengrajin sepatu.

Penghasilan keluarga berasal dari dirinya sendiri, suami dan ke-2

anaknya. mereka semua bekerja sebagai buruh dengan penghasilan

umr kurang lebih Rp 3.000.000,- per bulannya.

4. Lingkungan budaya

Penderita aktif dalam kegiata keagamaan dan di dukung juga

rumah yang bersebelahan dengan masjid.

19
20
H. Diagram Permasalahan Pasien

Dari faktor risiko terhadap pasien Ny. S, penderita TB Paru dapat

disimpulkan ke dalam suatu diagram sebagai berikut:

(3) Faktor Pelayanan


Kesehatan
Kurangnya penyuluhan
tentang penyakit TB
kepada keluarga pasien

(2) Faktor Lingkungan

1. Ibu tinggal 1 atap


dengan banyak anggota
keluarga; Faktor
2. Rumah berdekatan Keturunan:
dengan home industri (1)Ny. S Ibu punya
yang menghasilkan 46 tahun riwayat TB
asap (asap, bau
mengotori udara dalam
rumah)
3. Rumah dengan
pencahayaan alami dan
ventilasi yang kurang. Faktor Perilaku:
Tidak terbiasa menggunakan
masker sekalipun telah
memiliki riwayat
(kemungkinan besar) tertular
dari ibu yang diagnosis TB
Paru.

Gambar II.3: Diagram Blum Pasien TB Paru Ny. S di Desa Sugiwaras


Kecamatan Sugiwaras Kabupaten Mojokerto.

21
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Permasalahan yang Ditemukan

Sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar II.3, ada beberapa


masalah yang perlu mendapat penanganan agar pasien segera sembuh
dan tidak menularkan penyakitnya kepada anggota keluarga atau
masyarakat di sekitar.

1. Masalah aktif :
a. TB Paru baru
Ny. S sebagai pasien TB Paru ada di dalam lingkungan rumah
bersama anggota keluarga yang lain. Dia bekerja sehingga menjadi
sumber penularan juga di lingkungan kerjanya. Apalagi pemahaman
tentang penyakit TB Paru di antara angota keluarga juga masih
kurang. Pasien sebagai sumber infeksi harus mendapatkan
pengobatan dengan baik tanpa mengalami kegagalan (drop out).
Kesembuhannya merupakan solusi semua kekhawatiran terhadap
risiko selanjutnya.
b. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain.
Penggunaan masker selama belum dinyatakan sembuh adalah
salah satu upaya melindungi anggota keluarga lainnya. Sebagai
sumber penularan dalam keluarga kemungkinan pasien bisa
menularkan penyakitnya melalui makanan, minuman atau alat-
alat/perlengkapan makan/minum yang terkontaminasi.
Kebersihan terutama sterilisasi alat-alat yang digunakan bersama
merupan tindakan yang tepat dalam mencegah penularan dalam
keluarga.
c. Resiko penularan di lingkungan kerjanya
Pencegahan penularan TB Paru di lingkungan kerja tidak jauh
berbeda dengan pencegahan di dalam keluarga, yaitu penggunaan

22
masker dan menjaga perlengkapan/alat alat yang digunakan jangan
sampai terkontaminasi oleh titik ludah pasien.
d. Pengetahuan penderita dan keluarga yang masih kurang tentang
penyakitnya
Semua upaya tersebut di atas harus ditunjang dengan pemahaman/
pengetahuan yang cukup oleh semua pihak yang ada di sekitar
kegiatan atau keberadaan pasien agar masing-masing pihak
memahami bagaimana cara mengindari penularan.
2. Faktor lingkungan
a. Pasien tinggal bersama anggota keluarga
TB menginfeksi seseorang melalui udara, dari pernyataan
tersebut semua orang yang tinggal 1 rumah dengan pasien berisiko
terinfeksi. karena itu anggota keluarga harus mengetahui
bagaimana bakteri TB menginfeksi agar orang-orang yang tinggal
1 rumah dapat melakukan tindakan preventif untuk meminimalisir
infeksi.
b. Ventilasi rumah yang kurang baik
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????
c. Pencahayaan alami rumah yang kurang baik
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????

d. Asap home industry yang mencemari udara


Asap home industri dapat menyebabkan masalah pada saluran
pernafasan. pencegahan awal yang dapat dilakukan dengan
menggunakan masker.

3. Faktor perilaku
Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di
atas????????

23
4. Faktor pelayanan kesehatan

Bisakah masalah ini dipecahkan seperti contoh uraian di


atas????????

B. Intervensi dalam Bentuk Gant Chart

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk


mengatasi permasalahan dari kasus pasien Ny. S, 46, penderita TB Paru,
ada beberapa jalan keluar agar penyakitnya tidak membahayakan
terhadap anggota keluarga lainnya atau masyarakat di sekitar. Adapun
jalan keluar yang harus ditempuh dapat disebut sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang TB Paru
2. Pengobatan teratur
3. Pencegahan penularan oleh pasien
4. Pencegahan penularan dalam keluarga
5. Penyehatan udara dalam rumah
Dalam serba keterbatasan berbagai sumber atau fasilitas, jalan
keluar yang tersebut dapat kami susun prioritas sebagai berikut:
Tabel Prioritas Jalan Keluar

Efektivitas Efesiensi Hasil


No Masalah/jalan keluar
M I V C P = (MxIxV)/C
1 Penyuluhan tentang TB Paru

24
Keterangan :

P : Prioritas jalan keluar

M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi

ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah

lain)

I : Implementation, kelanggengan selesainya masalah

V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yang diperlukan

Dari urutan prioritas jalan keluar tersebut ternyata kelompok


memberikan skor tertinggi pada penyuluhan tentang TB Paru. Untuk
melaksanakan prioritas tersebut maka perlu disusun langkah-langkah
sebagai berikut (lihat Tabel Rencana Kegiatan Penyuluhan TB Paru di
Kelompok Dasawisma Sekitar Keluarga Pasi-en Ny. S di Desa
Sugiwaras, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto)
1. Kegiatan : Persiapan (menentukan obyek/sasaran,
koordinasi dengan pengurus kampung, memberi undangan,
pelaksanaan, evaluasi)
2. Sasaran/obyek : warga di sekitar pasien
3. Target ; 10 Keluarga
4. Volume kegiatan : 3 Hari
5. Rincian kegiatan ; Koordinasi dengan pengurus RT/RW
6. Lokasi pelaksanaan : sesuai kesepakatan warga
7. Tenaga pelaksana : kader kesehatan dan petugas Puskesmas
8. Jadwal pelaksanaan : sesuai dengan rincian kegitan.
9. Kebutuhan peralatan : flip chart dan alat tulis/spidol.

25
Tabel Rencana Kegiatan Penyuluhan TB Paru di Kelompok Dasawisma
Sekitar Keluarga Pasi-en Ny. S di Desa Sugiwaras, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten mojokerto

Volume Rincian Lokasi


No. Kegiatan Sasaran Target
Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan

1 Persiapan

2 Pelaksanaan

3 Evaluasi

26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan (ambillah materi dari bagan Blum)

B. Saran (ambillah materi dan diringkas dari pemecahan masalah pada

pembahasan)

27
DAFTAR PUSTAKA

PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta.


2002.

Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2007; 3-4.

Widodo, Eddy. Upaya Peningkatan Peran Masyarakat Dan Tenaga Kesehatan


Dalam Pemberantasan Tuberkulosis. IPB, Bogor. 2004.

Werdhani, Retno Asti. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan Keluarga FKUI. 2002

28
LAMPIRAN

29

Вам также может понравиться