Вы находитесь на странице: 1из 6

La Olha Khaila

Senin, 28 Februari 2011

Model Tetesan Cair


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sifat utama (kecuali massa) dari atom, molekul dan zat padat semuanya dapat dirunut dari
kelakuan elektron atom, bukan pada kelakuan intinya. Akan tetapi inti sendiri tidak bisa dipandang
kurang penting dalam skema besar dari benda. Misalnya keberadaan berbagai unsur timbul karena
kemampuan inti untuk memiliki muatan listrik multi rangkap, dan informasi tentang kemampuan ini
merupakan persoalan sentral dalam fisika. Lebih lanjut lagi, energi yang memberi kekuatan untuk
berlangsungnya evolusi semesta yang berkesinambungan semuanya dapat dirunut pada reaksi nuklir dan
transformasi nuklir. Dan juga, energi nuklir mempunyai penerapan penting pada pemakaian di bumi.
1.2 Sejarah Fisika Inti
o Tahun 1896, lahirnya fisika inti dimana Becquerel menemukan radioaktivitas dalam uranium.
o Rutherford menunjukkan tiga tipe radiasi, yaitu alfa (Inti He), beta (electron) dan gama (foton
berenergi tinggi).
o Tahun 1911, Rutherford, Geiger dan Marsden melakukan eksperimen hamburan dan memperoleh
informasi tentang muatan inti serta gaya nuklir yang merupakan gaya jenis baru.
o Tahun 1919, Rutherford dan coworkers mengamati reaksi inti pertama kali
o Tahun 1932, Cockcroft dan Walton pertama kali menggunakan pemercepat proton untuk
menghasilkan reaksi inti.
o Tahun 1932, Chadwick menemukan neutron.
o Tahun 1933, Curies menemukan radioaktif buatan.
o Tahun 1938, Hahn adan Strassman menemukan fisi nuklir.
o Tahun 1942, Fermi membuat reaktor fisi inti yang pertama yang dapat dikontrol.

1.3 Inti Atom


Model atom yang paling sukses selama ini adalah model atom Bohr. Asumsi yang digunakan Bohr dalam
model atom hidrogennya adalah:
1. Elektron bergerak mengelilingi inti dibawah pengaruh gaya Coulomb.
2. Hanya orbit elektron tertentu yang stabil (energi elektron tetap).
3. Radisi diemisikan oleh atom ketika elektron berpindah dari keadaan yang energinya lebih tinggi ke
keadaan yang energinya lebih rendah.
Inti atom bermuatan positif yang terdiri atas proton, tetapi apakah hanya ada proton dalam Inti?
Berikut dijelaskan penemuan neutron dalam inti. Pada tahun 1930, W Bothe dan Becker menembaki
berilium dengan partikel alfa, ternyata ada pancaran radiasi netral yang bisa memukul keluar proton
dengan energi 5.7 MeV. Identifikasi pertama kali tentang radiasi netral tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL TETESAN CAIRAN
Model tetes cairan, yang mengkaji sifat-sifat makroskopik dari sebuah inti, yang meliputi: Energetik
setiap nukleon, energi ikat inti, ukuran dan bentuk inti serta distribusi nukleon. Model ini
mengasumsikan bahwa setiap nukleon bersifat sama (hanya berbeda muatan saja).
Struktur atom ditemukan oleh Rutherford, ahli fisika inggris,pada tahun 1911. Tetapi struktur atom
Rutherfrod (struktur atom menurut pengamatan rutherfrod) kurang jelas. MenurutRutherfrod atom
terdiri dari inti yang dikelilingi planet. Tapi Rutherfrod tidak dapat menjelaskan berapa jauh jarak
elektron dari inti. Bohr memperbaiki model atom Rutherfod.
Dalam membahas sifat-sifat nukleus terdapat tiga model inti yang dianggap sebagai dasar dalam
membahas sifat-sifat nukleus tersebut. Model-model inti tersebut antara lain Model tetes cairan, Model
kulit inti, Model kolektif inti. Ketiga model inti tersebut akan diuraikan sebagai berikut. (Retug, 2005)

Gambar. stuktur model tetesan cairan


Model tetes cairan dikembangkan oleh Niels Bohr, Wheeler, dan Frenkel. Model ini memperlakukan inti
sebagai suatu massa homogen dan setiap nukleon berinteraksi secara kuat dengan tetangga
terdekatnya (Bunbun Bunjali, 2002). Nukleon-nukleon penyusun nucleus saling tarik-menarik sehingga
jarak antar nucleon menjadi sangat rapat. Gaya interaksi adalah gaya jarak pendek yang bersifat jenuh
dan tidak tergantung pada muatan dan spin nukleon, sehingga energi interaksi antarnukleon merupakan
fungsi kontinu dari massa inti ( nomor massa A). Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus
mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti
setetes cairan. (Retug, 2005)
C. V. Wieszacker pada tahun 1935 mendapati bahwa sifat-sifat inti berhubungan dengan ukuran, masa
dan energi ikat. Hal ini mirip dengan yang dijumpai pada tetes cairan. Kerapatan cairan adalah
konstan, ukurannya sebanding dengan jumlah partikel atau molekul di dalam cairan, dan penguapannya
(energi ikatnya) berbanding lurus dengan massa atau jumlah partikel yang membentuk tetesan. Selain
itu, model tetes cairan memberikan dasar perhitungan energi pengikat inti dan massa atom secara inti
empirik yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir dan memperkirakan nuklida
stabil pada deret isobarik peluruhan.

Gambar 2 model tetesan cairan


Model ini disebut model tetes cairan karena adanya sejumlah kesamaan kelakuan antara inti dan
tetesan suatu cairan. Kesamaan kelakuan tersebut adalah:
(1). Baik tetes cairan maupun inti, keduanya bersifat homogen dan tidak dapat dimamfatkan. Tetes
cairan tersusun oleh sejumlah atom atau molekul , sedangkan inti tersusun atas nukleon . Implikasi dari
hal ini adalah volume inti sebanding dengan massa A. Maka jari-jari inti R = r0 A , dengan r0 suatu
tetapan dengan orde 1,2 1,5 F.
(2). Kemiripan inti dengan tetesan larutan ideal ditunjukkan dengan anggapan bahwa gaya interaksi
antarnukleon adalah sama, tidak memperhatikan muatan maupun spin nukleon, yakni f n-n f n-p f p-p
Hal ini didukung oleh fakta bahwa energi pengikat inti pada pasangan inti cermin adalah hampir
sama, yaitu penggantian gaya p-p oleh gaya n-n tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
energi pengikat total
(3). Analog dengan suatu tetes cairan, inti atom akan menunjukkan adanya gaya tegangan permukaan,
gaya yang sebanding dengan luas permukaan inti, sehingga terdapat gaya sebanding dengan A .
(4) Gambaran umum untuk tetes cairan, yaitu dapat terjadi penggabungan tetesan kecil menjadi
tetesan yang lebih besar atau sebaliknya, pemecahan tetesan besar menjadi tetesan yang lebih kecil.
Hal ini ada kemiripan dengan reaksi fusi dan fissi pada reaksi inti.
(5). Jika tetes cairan atau inti ditembaki dengan partikel berenergi tinggi, partikel penembak
ditangkap dan terbentuk suatu inti gabungan (inti majemuk). Kemudian tambahkan eneri partikel yang
tertangkap akan secara cepat didistriusika kepada semua partikel dalam tetesan atau nukleon-nukleon
dalam inti. Proses termalisasi energi ini dalam inti gabunga dapat berlangsung dalam waktu 10 10
detik, berantung pada kecepatan partikel penembak.
(6). Pelepasan kelebihan energi (dieksitasi) pada tetesan atau inti majemuk dapat dilakukan melalui
proses berikut :

Pada Tetesan Pada Inti Majemuk


Pendinginan dengan melepaskan panas
Penguapan sejumlah partikel
Pemecahan tetesan menjadi dua tetesan yang lebih kecil Pendinginan dengan memancarkan radiasi
Pemancaran satu atau lebih partikel
Pembelahan inti menjadi dua inti yang lebih kecil
Nukleon-nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk nukleus menjadi satu-kesatuan, dan tidak lagi
sebagai nukleon yang berdiri-sendiri. Bila nukleus menerima suatu aksi dari luar maka seluruh nukleon
penyusun nukleus memberikan aksi secara bersama-sama.
Dalam keadaan tereksitasi sifat dari nukleus menjadi tidak stabil. Untuk mencapai kestabilan kembali
nukleus akan melakukan reaksi nuklir. Hasil dari reaksi nuklir dapat berwujud energi panas, radiasi
partikel dan gelombang elektromagnet. Terpancarnya partikel-partikel dari nukleon dapat dianalogkan
dengan teruapkannya melekul-molekul air dari tetes cairan.
Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis dari reaksi inti berenergi rendah,
menjelaskan gejala pembelahan dan penggabungan inti. Selain itu, model tetes cairan memberikan
dasar perhitungan energi pengikat inti dan massa atom secara inti empirik yang dikemukakan
Weizsacker yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir dan memperkirakan
nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan.
Pembenaran untuk model tetes cairan:
Asumsi dasar dari model tetes cairan adalah bahwa inti bermuatan, tetesan cairan non polar
dipertahankan oleh gaya inti. Dalam kasus sederhana analogi kimiawi misalkan tetesan molekul non
polar CCl4 atau isopentana yang dipertahankan oleh gaya Vander Waal. Untuk sistem tersebut berlaku
sifat-sifat sebagai berikut:
Gaya tarik yang dirasakan pada jarak yang sangat kecil, misalnya, pada sebuah bidang batas yang
relatif tajam pada permukaan, hal ini sesuai dengan keadaan keseragaman kerapatan bola atau
distribusi nukleon Wood-Saxon.
Gaya pada keadaan jenuh, misalnya, semua nukleon berada dalam bentuk cairan terikat sama kuat,
tidak bergantung pada radius.
Inti yang tak termampatkan berada pada keadaan dasar memiliki distribusi kerapatan yang seragam
dan memiliki rata-rata energi ikat yang sama.
Tegangan permukaan terbentuk karena hilangnya ikatan antar nukleon di permukaan inti, efek ini
menimbulkan bentuk bulat untuk meminimalkan energi permukaan.
Perbedaan signifikan antara tetes cairan klasik dan inti haruslah diperhitungkan dalam model ini.
Misalnya:
Inti hanya memiliki jumlah partikel yang sangat kecil (<270) jika dibandingkan dengan keadaan
kimiawi (~1023). Hasilnya adalah perbandingan yang terlalu besar antara jumlah nukleon yang berada
pada permukaan tetes inti dan permukaan tetes kimiawi.
Nukleon terdiri dari dua komponen yaitu netron dan proton.
Proton bermuatan positif, interaksi antar proton akan mengurangi gaya ikat inti karena muatan yang
sejenis akan saling tolak-menolak sesuai dengan hukum Coulomb. Sebuah analog dengan keadaan
kimiawi dari klaster Xe dan ion Xe+ yang saling terikat oleh gaya yang lebih kuat dari gaya Vander
Waal.
Keadaan mikroskopik seperti pada struktur kulit tidak berlaku utuk model ini.

Model tetes cairan menuntun kita pada formula massa semi empirik (ketergantungan massa nukleus
pada A dan Z).
Eb= a1A- a2A 2/3- a3Z2A-1/3- a4(A-2Z )2 A-1 a5 A-3/4

Konstanta diperoleh secara eksperimen:


a1 = 14 MeV a4 = 19,3 MeV
a2= 13 MeV a5= 33,5 MeV
a3= 0.69 MeV

Konstanta b5 ditentukan dengan skema berikut:

Rata-rata energi ikat per nukleon dapat dihitung sebagai berikut:

Kerapatan setetes cairan tidak bergantung pada ukurannya. Dengan begitu, jika tetes itu menyerupai
bola, maka radiusnya sebanding dengan akar 3 jumlah molekulnya.
Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti dianggap menyerupai bola) sebanding dengan
A^1/3, sehingga kerapatannya tidak bergantung pada ukuranya.Energi ikat tiap molekul sama, sehingga
energi yang diperlukan untuk memisahkan semua molekul cairan itu sebanding dengan jumlah
molekulnya. Pada inti diketahui hal serupa, bahwa energi ikat rata-rata per nukleon (fraksi ikat)
konstan, yang berarti, energi yang diperlukan untuk memisahkan semua nukleon sebanding dengan
jumlah nukleon.

Gambar. grafik model tetesan air


Pada energi ikat tetes cairan tersebut di atas, dikenakan koreksi efek permukaan, dikarenakan molekul
cairan di permukaan kurang terikat dibanding molekul di dalam tetes cairan. Untuk energi ikat inti
berlaku juga koreksi efek permukaan serupa.
Menurut model tetes cairan, inti berperilaku seperti layaknya setetes cairan. Model ini termasuk model
collective (model collective yang pertama)

PENUTUP
KESIMPULAN
Model tetes cairan dikembangkan oleh Niels Bohr, Wheeler, dan Frenkel. Model ini memperlakukan inti
sebagai suatu massa homogen dan setiap nukleon berinteraksi secara kuat dengan tetangga
terdekatnya (Bunbun Bunjali, 2002). Nukleon-nukleon penyusun nucleus saling tarik-menarik sehingga
jarak antar nucleon menjadi sangat rapat. Gaya interaksi adalah gaya jarak pendek yang bersifat jenuh
dan tidak tergantung pada muatan dan spin nukleon, sehingga energi interaksi antarnukleon merupakan
fungsi kontinu dari massa inti ( nomor massa A). Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus
mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti
setetes cairan. (Retug, 2005)
Model ini disebut model tetes cairan karena adanya sejumlah kesamaan kelakuan antara inti dan
tetesan suatu cairan. Kesamaan kelakuan tersebut adalah:
(1).Baik tetes cairan maupun inti, keduanya bersifat homogen dan tidak dapat dimamfatkan. Tetes
cairan tersusun oleh sejumlah atom atau molekul , sedangkan inti tersusun atas nukleon . Implikasi dari
hal ini adalah volume inti sebanding dengan massa A. Maka jari-jari inti R = r0 A , dengan r0 suatu
tetapan dengan orde 1,2 1,5 F.
(2). Kemiripan inti dengan tetesan larutan ideal ditunjukkan dengan anggapan bahwa gaya interaksi
antarnukleon adalah sama, tidak memperhatikan muatan maupun spin nukleon, yakni f n-n f n-p f p-p
Hal ini didukung oleh fakta bahwa energi pengikat inti pada pasangan inti cermin adalah hampir
sama, yaitu penggantian gaya p-p oleh gaya n-n tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
energi pengikat total
(3). Analog dengan suatu tetes cairan, inti atom akan menunjukkan adanya gaya tegangan permukaan,
gaya yang sebanding dengan luas permukaan inti, sehingga terdapat gaya sebanding dengan A .
(4) Gambaran umum untuk tetes cairan, yaitu dapat terjadi penggabungan tetesan kecil menjadi
tetesan yang lebih besar atau sebaliknya, pemecahan tetesan besar menjadi tetesan yang lebih kecil.
Hal ini ada kemiripan dengan reaksi fusi dan
fissi pada reaksi inti.
(5). Jika tetes cairan atau inti ditembaki dengan partikel berenergi tinggi, partikel penembak
ditangkap dan terbentuk suatu inti gabungan (inti majemuk). Kemudian tambahkan eneri partikel yang
tertangkap akan secara cepat didistriusika kepada semua partikel dalam tetesan atau nukleon-nukleon
dalam inti. Proses termalisasi energi ini dalam inti gabunga dapat berlangsung dalam waktu 10- 10
detik, berantung pada kecepatan partikel penembak.
(6). Pelepasan kelebihan energi (dieksitasi) pada tetesan atau inti majemuk dapat dilakukan melalui
proses berikut :
Pada Tetesan
* Pendinginan dengan melepaskan panas
* Penguapan sejumlah partikel
* Pemecahan tetesan menjadi dua tetesan yang lebih kecil
Pada Inti Majemuk:
* Pendinginan dengan memancarkan radiasi
* Pemancaran satu atau lebih partikel
* Pembelahan inti menjadi dua inti yang lebih kecil
Nukleon-nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk nukleus menjadi satu-kesatuan, dan tidak lagi
sebagai nukleon yang berdiri-sendiri. Bila nukleus menerima suatu aksi dari luar maka seluruh nukleon
penyusun nukleus memberikan aksi secara bersama-sama.
Dalam keadaan tereksitasi sifat dari nukleus menjadi tidak stabil. Untuk mencapai kestabilan kembali
nukleus akan melakukan reaksi nuklir. Hasil dari reaksi nuklir dapat berwujud energi panas, radiasi
partikel dan gelombang elektromagnet. Terpancarnya partikel-partikel dari nukleon dapat dianalogkan
dengan teruapkannya melekul-molekul air dari tetes cairan.
Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis dari reaksi inti berenergi rendah,
menjelaskan gejala pembelahan dan penggabungan inti. Selain itu, model tetes cairan memberikan
dasar perhitungan energi pengikat inti dan massa atom secara inti empirik yang dikemukakan
Weizsacker yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir dan memperkirakan
nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan .

DAFTAR PUSTAKA

www.community.undip.ac.id.2010...model-tetesan-cairan
www.scribd.com/doc/40055520/model-inti-3
Diposting oleh La olha Khaila di 19.13
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
11 (10)
o Februari (10)
kata2 bijak

Makalah Pendahuluan Fisika Inti
Energi Ikat
Model Tetesan Cair
AMP Pemantulan Cahaya
Biofisika Pendengaran Pada Manusia
Belajar & Pembelajaran Fisika
Fisika Modern : Sifat Gelombang Pada Partikel
Mengenai Saya

La olha Khaila
Mataram, NTB, Indonesia
sekarang saya masih kuliah di IKIP Mataram Jurusan Fisika,semester 7
Lihat profil lengkapku

Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Вам также может понравиться