Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Gadar dan Kritis
Disusun Oleh :
NS0052016029
TASIKMALAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut akselerasi puasa dan merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin. Merupakan
gangguan metabolisme akut yang terjadi pada hiperglikemi yang tidak
terkontrol. Keadaan ini dapat mengancam kehidupan oleh karena terjadi
dehidrasi berat, gangguan keseimbangan elektrolit, jika tidak terdiagnosis dan
ditangani dengan benar.
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan yang mengancam hidup
komplikasi dari diabetes mellitus tipe 1 tergantung insulin dengan criteria
diagnostic yaitu glukosa > 250 mg/dl, pH = < 7.3, serum bikarbonat <18
mEq/L, ketoanemia atau ketourinia. (Urden Linda, 2008).
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat
defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormone kontra
legulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan), yang
menyebabkan keadaan hipergilkemi (Brunner and Suddart, 2002)
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan
gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi
berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik
(KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan
akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang
paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
B. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang
berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut, penggunaan obat
golongan steroid, serta meghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
1. Infeksi, dimana terjadi peningkatan kecepatan laju metabolisme tubuh
2. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress
mendorong peningkatan proses katabolik.
3. Menolak terapi insulin.
Kekurangan Insulin
Badan Keton
Hiperglikemi
a
NafasNutrisi Mual
kurang dariAsidosis
Penglihatan
Kelemahan kaburSakit kepala
Urinasi (poliuri)
Rasa haus
Aseton, kebutuhan
(Polidipsia)
Anoreksia
Gangguan persepsi Dehidrasi
sensori penglihatan
E. Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa :
Nyeri Muntah Respirasi
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik ) Abdomen
Kekurangan volume
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini.
cairan dan elektrolit
Bila penderita mencapai stadium nefropatiAnoreksiadiabetik, didalam air Pola Nafas
kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan tidak efektif
disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus
melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan
gagal jantung kongestif
2. Kebutaan (Retinopati Diabetik)
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada
lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan
kebutaan. Tetapi bila tidak terlambat dan segera ditangani secara dini
dimana kadar glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa
normal kembali.
3. Syaraf (Neuropati Diabetik)
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita
bisa stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat
dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak
merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas.
Dengan demikian luka kecilcepat menjadi besar dan tidak jarang harus
berakhir dengan amputasi.
4. Kelainan Jantung
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetes mempunyai
komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot
jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini
merupakan penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya
saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar
cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi
dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala
yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-
kejang.
6. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah
menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita
lanjut usia, tetapi jugamereka yang masih berusia 35 40 tahun. Pada
tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit
atau bahkan hampir tidak adasama sekali. Ini terjadi karena sperma
masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde). Penderita yang
mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami kemandulan.
Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita
menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan tujuan
meningkatkan kemampuan seksualnya. Karena obat-obatan hormon
tersebut akan menekan produksi hormon tubuh yang sebenarnya
kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan maka sel
produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita, keluhan
seksual tidak banyak dikeluhkan. Walau demikian diabetes millitus
mempunyai pengaruh jelek pada proses kehamilan. Pengaruh
tersebutdiantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang bahkan
bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut-turut, berat bayi saat lahir bisa
mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang berlebihan, bayi lahir mati
atau cacat dan lainnya.
7. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air
seni, ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu
tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah
dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang
terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk
menambah tekanan darah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang
lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar
sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung
pada derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik
tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian
pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100-200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin
tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar
glukosa darahnya 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang
intravaskuler. Untuk setiap 100 mg/dL glukosa lebih dari 100
mg/dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq/L.
Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat
dengan jumlah yang sesuai.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat
dengan perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek
jantung ekstrem ditingkat potasium.
d. Bikarbonat
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0-15 mEq/L dan pH
yang rendah (6,8-7,3) Tingkat pCO2 yang rendah (10-30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109/L) atau
ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang Ph
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH
pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah
lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif
dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak
ada alasan untuk melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2
pasang surut telah dilaporkan sebagai cara untuk menilai asidosis
juga.
g. Keton
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain
itu, ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan
yang mendasarinya.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan
dengan cara:
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl).Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
G. Penatalaksanaan
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian
tiga agen berikut :
1. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang
hebat. NaCl 0,9% diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam.
Pemberian cairan normal salinhipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada
pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan
sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk
beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin
intramuskular adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila
akses vena mengalamikesulitan, misalnya pada anak anak kecil.
Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akan
menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan
senyawa-senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus
dengan kecaptan lambat tapi kontinyu (misal 5 unit/jam). Kadar glukosa
harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila
kadar glukosa darah mencapai 250-300 mg/dl untuk menghindari
penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
3. Potassium
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua
pasien penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin
terjadi secara hebat.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur (anak-anak cenderung mengalami IDDM
Tipe I) tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2. Riwayat penyakit sekarang
Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Poliphagi, lemas, luka
sukar sembuh atau adanya koma atau penurunan kesadaran dengan
sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati
atau retinophati serta penyakit pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Mungkin klien telah menderita penyakit sejak beberapa lama
dengan atau tanpa menjalani program pengobatan. Penyakit paru,
gangguan kardiovaskuler serta penyakit neurologis serta infeksi atau
adanya luka dapat memperberat kondisi klinis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit diabetik dikenal sebagai penyakit yang diturunkan
(herediter) walaupun gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan
atau timbul sejak kecil (kongenital). Genogram mungkin diperlukan
untuk menguatkan diagnosis.
5. Status metabolik
Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-
faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain yang
mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat anti
hiperglikemik oral.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran bisa CM, letargi atau koma.
b. Keadaan umum (Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi
turun).
c. Sistem pernafasan (nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton,
vesikuler pada lapang paru).
d. Sistem integument (turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir
kering).
e. Sistem kardiovaskuler (hipertensi, Ortostatik hipotensi/sistole
turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri).
f. Sistem gastrointestinal (nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia).
g. Sistem neurologi (sakit kepala, kesadaran menurun).
h. Sistem penglihatan (penglihatan kabur).
7. Pengkajian gawat darurat
a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum
atau benda asing yang menghalangi jalan nafas.
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation : kaji nadi, capillary refill.
8. Aktifitas atau Istirahat
a. Gejala
1) Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
2) kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat atau tidur.
b. Tanda
1) Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
2) Letargi atau disorientasi, koma
3) Penurunan kekuatan otot
9. Sirkulasi
a. Gejala
1) Adanya riwayat hipertensi, IM akut
2) klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
3) ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
4) takikardia.
b. Tanda
1) Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
2) Nadi yang menurun atau tidak ada
3) Disritmia
4) krekels, distensi vena jugularis
5) kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
10. Integritas/Ego
a. Gejala
1) Stress, tergantung pada orang lain
2) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda
1) Ansietas, peka rangsang.
11. Eliminasi
a. Gejala
1) Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
2) Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK
baru atau berulang
3) Nyeri tekan abdomen, Diare
b. Tanda
1) Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat)
2) Urin berkabut, bau busuk (infeksi)
3) Abdomen keras, adanya asites
4) Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
12. Nutrisi atau Cairan
a. Gejala
1) Hilang nafsu makan
2) Mual atau muntah
3) Tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat
4) Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari atau minggu
5) Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
b. Tanda
1) Kulit kering/bersisik, turgor jelek
2) Kekakuan/distensi abdomen, muntah
3) Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan guladarah), bau halisitosis/manis, bau
buah (napas aseton).
13. Neurosensori
a. Gejala
1) Pusing, sakit kepala
2) Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia
3) Gangguan penglihatan
b. Tanda
1) Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor atau koma (tahap
lanjut).
2) Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental
3) Refleks tendon dalam menurun (koma)
4) Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
14. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala
1) Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat)
b. Tanda
1) Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
15. Pernapasan
a. Gejala
1) Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
b. Tanda
1) Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
2) Frekuensi pernapasan meningkat
16. Keamanan
a. Gejala
1) Kulit kering, gatal, ulkus kulit
b. Tanda
1) Demam, diaforesis
2) Kulit rusak, lesi atau ulserasi
3) Menurunnya kekuatan umum
4) Parestesia atau paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
17. Seksualitas
a. Gejala
1) Rabas vagina (cenderung infeksi)
2) Masalah impoten pada pria
3) Kesulitan orgasme pada wanita11.
18. Penyuluhan atau pembelajaran
a. Gejala
1) Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi
2) Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan Fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah).
3) Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan
4) Rencana pemulangan : Mungkin memrlukan bantuan dalam
pengaturan diet
5) Pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ditandai
dengan poliuri
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan respirasi
ditandai dengan pernafasan kusmaul.
4. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan viscositas
mata turun ditandai dengan penglihatan kabur
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
poliuri .
a. Tujuan : Kekurangan cairan teratasi
b. Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, pulse perifer dapat
teraba, turgor kulit dan capillary refill baik,
keseimbangan urin output, kadar elektrolit
normal
D. Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama klien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Diana Restu, 2011. Laporan Pendahuluan dan Kasus Askep Gawat Darurat
Ketoasidosis Diabetikum.
www.academia.edu/.../laporan_pendahuluan_dan_kasus_askep_gawat_darurat_keto
asidosis diakses pada tanggal 27 Mei 2017