Вы находитесь на странице: 1из 5

PERANAN PEMUDA MENSTIMULASI BUDAYA HUKUM

MASYARAKAT INDONESIA DEMI MEWUJUDKAN SDGs 2030

Oleh : Seto Wahyudi

Menurut Barda Nawawi Arif, berbicara mengenai Legal culture terkait


erat dengan sustainable society/development. Budaya hukum dapat diartikan
sebagai pola, pengetahuan, sikap suatu masyarakat terhadap sebuah
perkembangan hukum dan pembangunan, dari pola tersebut dapat dilihat proses
tingkat integrasi masyarakat dengan perkembangan hukum serta perkembangan
disemua aspek dalam kehidupan. Budaya hukum yang baik akan menghasilkan
substansi dan masyarakat yang dinamis, apabila budaya hukum itu telah
terinternalisasi di dalam masyarakat itu sendiri maka peraturan tidak lagi sebagai
acuan utama dalam menjalankan kehidupan keseharian. Kemudian tanpa adanya
aturan sekalipun apabila masyarakat telah menyadari bahwa itu adalah perbuatan
tercela maka hal tersebut tidak akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Serta
membentuk masyarakat berekspresi dengan baik, positif, kreatif dalam
menghadapi tantangan kehidupan dimasa yang akan datang serta menjadi dasar
pijakan dalam berbangsa dan bernegara.

Budaya hukum yang dijunjung tinggi oleh seluruh warga Negara sangat
berperan penting bagi kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa, salah satu
peranan pemuda sebagai generasi penerus bangsa demi mewujudkan SDGs 2030
ialah menstimulasi budaya hukum yang ada di dalam masyarakat Indonesia yang
di ketahui saat ini sangatlah minim perkembangannya. Dalam hal ini peranan
Pemuda sangatlah berperan penting demi menstimulasi budaya hukum itu sendiri.
Yang pertama ialah mengembangkan budaya hukum di dalam dirinya,
mengamalkan budaya hukum tersebut secara konsisten di dalam kehidupan
keseharian, serta memberikan contoh (Teladan) kepada orang lain dan mengajak
masyarakat untuk mengembangkan budaya hukum yang baik dalam kehidupan
keseharian. Karena tugas seorang pemuda itu bukan hanya menimbah ilmu di
bangku perguruan tinggi saja tetapi juga bersosialisasi dengan masyarakat.
Dengan bekal ilmu pengetahuan yang didapat dari perguruan tinggi, dan
menjunjung tinggi budaya hukum yang kuat serta semangat pemuda yang pantang
menyerah maka diharapkan pemuda dapat menjadi agen perubahan (agent of
change) untuk mewujudkan Negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
sesuai yang telah diamanatkan di dalam pembukaan UUD 1945 Alinea ke 2 serta
17 prinsip suistanable development.
PERANAN PEMUDA MENSTIMULASI BUDAYA HUKUM
MASYARAKAT INDONESIA DEMI MEWUJUDKAN SDGs 2030

Berbicara mengenai Suistanable Development Goals 2030, latar belakang


lahirnya program tersebut, ialah hasil dari pembaharuan program terdahulunya
yaitu Millenium Development Goals 2015, yang di klaim oleh pihak Pemerintah
Indonesia 8 dari 10 MDGs telah tercapai, tetapi pada faktanya berdasarkan data
yang didapat dari situs Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa Tingkat
masyarakat yang berada dibawah garis besar kemiskinan pada tahun 1990-2015
mencapai 28,59 juta orang (11,22%), kemudian data tersebut juga menunjukan
pada tahun 2010-2015 terjadinya peningkatan masyarakat miskin di Indonesia
sekitar (2,16%). Kemudian menurut Bernard Limbong dari hasil penilitian pada
masa Program MDGs berlangsung, ia mengatakan bahwa hutang Indonesia
hampir mencapai RP. 2000 Triliun, 60-70% kebutuhan pangan bergantung pada
impor, urbanisasi semakin tidak terkendali, penyiksaan TKI terus terjadi, bencana
banjir, kekeringan, pembakaran hutan yang semakin marak dan konflik agraria
meledak hampir di seluruh negeri. Tragedi tersebut sangatlah bertolak belakang
dari klaim yang di sampaikan oleh pemerintah yang mengatakan, bahwa program
MDGs terdahulu telah 80% tercapai dari semua tujuan yang dicantumkan dari
hasil kesepakatan forum resolusi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tersebut.

Tidak berlebihan bila beliau menggunakan kata tragedi pada fakta


tersebut. Tragedi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti peristiwa yang
menyedihkan. Patut bila seorang Bernard limbong mengatakan sedih melihat
program yang sejak tahun 1990 dirancang dan telah disepakati oleh forum resolusi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tetapi hasil dari program tersebut tidak lah
sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak heran bila seorang pemuda bangsa ini
memiliki pemikiran yang visioner untuk membenahi dan memperbaiki kesalahan
yang telah dilakukan terdahulu, demi membangun bangsa ini dan mewujudkan
program SGDs 2030. Pemuda memiliki langkah-langkah yang strategis dan
kemampuan mengorganisir masyarakat demi mewujudkan Budaya Hukum yang
baik. Melihat keadaan tersebut, tidak ada cara lain kecuali peranan pemuda
berkontribusi penuh dalam mewujudkan program SDGs 2030.

Disinilah, seharusnya pemuda bisa mengambil peran penting tersebut.


Beri aku 10 orang pemuda maka akan kuguncangkan dunia, itulah sepenggal
pidato Soekarno, founding father bangsa ini. Yang mengisyaratkan begitu penting
peran pemuda dalam mengubah peradaban bangsa ini. Fungsi agent of change
yang melekat pada jati diri seorang pemuda saat ini, hendaklah bukan sebatas
slogan-slogan demonstrasi saja. Namun suatu pemikiran yang rekonstruktif dan
solutif terhadap permasalahan menstimulasi budaya hukum. Sebagai pemuda ada
beberapa peranan seperti yang dikemukakan Suteki. Ada dua peran pemuda dalam
menstimulasi budaya hukum dalam hal tingkah laku demi mewujudkan
pembangunan manusia yang bermoral dan sejahtera serta pembangunan
Inftrastruktur yang berkemajuan yakni (1) berperan sebagai petugas knowledge
transfer dari dunia pendidikan menuju masyarakat dalam upaya mewujudkan
masyarakat yang cerdas dalam semua aspek kehidupan; (2) sebagai pelopor dalam
pembentukan kesadaran hukum untuk memacu masyarakat taat terhadap hukum
dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita artikan bahwa pemuda sebagai


generasi penerus bangsa harus memiliki integritas yang tinggi dan komitmen yang
kuat demi mewujudkan SDGs 2030, di semua aspek yang telah di tuangkan di
dalam prinsip dan tujuannya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pemuda
dalam mewujudkan SDGs 2030 di Indonesia, antara lain:

1. Sadar bahwa pemuda ialah insan pembaharu bangsa.


Kesadaran merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup. Ketika adanya upaya pemuda menstimulasi bahwa
budaya hukum itu sangat lah penting sebagai fondasi pembanguan
berkelanjutan. Jika budaya hukum itu tidak ada, maka pembangunan
berkelanjutan tidak akan terealisasi dengan baik. Akibat dari
masyarakatnya yang tidak pernah berpikir dan mengamalkan nilai-nilai
keadilan dalam hal kepentingan khalayak banyak dan hanya
mementingkan kepentingan pribadi masing-masing adalah suatu contoh
konkrit ketidak hadiran budaya hukum di dalam diri dan benak
masyarakat, Sudah banyak contoh kasus-kasus pembangunan baik dari
segi infrastruktur dsb, terhambat akibat ulah masyarakat itu sendiri. Salah
satunya ialah kasus proyek E-KTP yang saat ini isunya bertebaran di
masyarakat, Program tersebut sebetulnya bertujuan untuk mempermudah
dalam hal administrasi kependudukan masyarakat dan segi pencatatan
sipil yang dapat di jadikan sebagai tolak ukur dengan program-program
yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat lainnya. Dalil-dalil
kepentingan masyarakat tersebut bagaikan hisapan jempol semata, Sentak
proyek terhenti ketika telah terindikasi penyalahgunaan anggaran senilai
Triliniulan Rupiah yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung
jawab. Akibatnya pembanguan inftasruktur non fisik yang telah di
nantikan oleh banyak pihak demi kepentingan masyarakat banyak
tersebut, terhambat akibat ulah oknum masyarakat yang tidak berbudaya
hukum karena tidak mengindahkan kepentingan bersama. Dengan cara
apa pemuda menstimulasi budaya hukum di dalam masyarakat Indonesia
? Hal ini dapat lah terjawab dengan cara menumbuhkan kembali nilai-
nilai taat hukum di dalam masyarakat itu sendiri, kemudian
menghidupkan kembali Organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna
yang akhir-akhir eksistensi nya telah meredup, melalui organisasi itulah
pemuda dapat berkontribusi dengan berbagai cara salah satunya
melakukan sosialisasi secara intens dan memberikan contoh-contoh yang
baik kepada masyarakat tentang budaya hukum yang baik serta program
SDGs 2030 itu sendiri.

2. Intropeksi diri

Maksudnya seorang pemuda harus betul-betul mengintropeksi


dirinya, baik secara kognitif dan afektif. Setelah pribadinya terbenahi,
maka ia dapat memberikan sejumlah ilmu yang diperolehnya kepada
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak lansung. Contohnya
berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat mengenai informasi
betapa pentingnya budaya hukum itu karena ketika manusia mentaati
hukum dan aturan yang ada, maka ia secara tidak langsung akan terhindar
dari perbuatan-perbuatan tercela yang berdampak buruk bagi khalayak
banyak baik dari segi aspek sosial ekonomi dan budaya.

3. Melakukan Kontrol terhadap kebijakan pemerintah, Pemuda peka


terhadap kebijakan pemerintah dan mengajukan suatu pendapat dan saran
sebagai solusi untuk membantu mewujudkan SDGs 2030.

4. Sebagai pembangkit dan pendorong terhadap kelompok yang sudah ada


di masyarakat yang selama ini belum berfungsi secara optimal dan
berusaha untuk mengoptimalkannya.

Dengan terwujudnya budaya hukum yang ada di dalam masyarakat


terutama masyarakat Indonesia, maka pembangunan bangsa ini akan dapat
berjalan lancar sesuai dengan yang telah dituangkan di dalam 17 prinsip SDGs
2030, Gustav mengatakan bahwa 3 nilai dasar hukum itu ialah Kepastian,
Keadilan, dan Kemanfaatan dengan kata lain, apabila budaya hukum di dalam
masyarakat itu telah terwujud maka nilai-nilai hukum itu secara tidak langsung
akan terpenuhi serta menjadi fondasi awal demi mewujudkan SDGs 2030 agar
nasibnya tidak sama seperti program terdahulunya, bersesuaian dengan apa yang
di cita-citakan dan diharapkan kita bersama. Oleh karena itu para pendiri Negara
kita ini menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan
ketentuan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, Dikarenakan peranan hukum itu sangatlah
fundamental demi mencapai sebuah capaian yang telah ditentukan, karena pada
hakikatnya hukum itu hendaknya sebagai pioner di semua aspek kehidupan, serta
bersifat jelas dan nyata demi kemajuan bangsa Indonesia yang berkeadilan.
Kemudian pemuda juga tidak boleh melupakan tugas utamanya yaitu
belajar. Melalui belajar, pemuda dapat membekali dirinya dengan ilmu
pengetahuan kemudian dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi
serta senantiasa melestarikan budaya hukum dalam kehidupan keseharian. Dengan
bekal yang di dapat selama mengenyam pendidikan serta mental dan spiritual
yang tangguh. Maka pemuda dapat memainkan perannya sebagai agent of change
melalui gerakan-gerakan serta hal-hal yang sesuai dengan program SGDs 2030,
niscaya program itu akan terealisasikan sesuai dengan harapan seluruh warga
dunia terutama warga Indonesia.

Sebaik-baik manusia ialah orang yang banyak bermanfaat (kebaikannya)


kepada manusia lainnya(HR Qadleie dari jabir).

Вам также может понравиться