Вы находитесь на странице: 1из 25
om ot untundoyvostonn yop wedding 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD “aque oxpna p onan og i F i i i i i i f a i i IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Posisi 1. Posigi Geometris Satelit dan Kualitas Sinyal ‘Tabel 1 menanpilkan sebagian dari keseluruhan informa~ si posiei (fix) yang dinimpun selama proses pengukuran po- © set ad dua tempat (2 titik) dengan GPS (Lihat Lanpsran 2), Data Hasil Pengukuran GPS Receiver Model Magellan NAV 5000 Pro™ di Dua Tempat (2 Titik) dengan Menggunakan ‘Teknik A Single Position Fix : 8 mt rtp ne z BE OUEEE I GEES itt Zi Be LES RHE Bl EERE 33h 2 Bit Soe SER RHE Gt SBSH 330 S : ‘ SENS Qld En 3223 a alee 2 pa Mpek Resa aie cepigoesn g HEE SD ERRS IE gut 3 BBUN Sp SEBS phi 2 Skee AISIOAIUA [esMINOLBy 1060 ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe "But lom uot unsuan wa o uosarao Rppets ree ieobt Fes sae ape! wildy surest ey tiny mopped cape Topped oS ria hea lain Ee eae ee ele 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a 2 24 Lanjutan Tabel 1 at ee ersten eno i wee al cooks Pada pukvl 09:06:17 (Ldhat Tabel. 1, pada pengukuran di persimpangan jalan), terjadi perubahan formasi satelit dari formasi 01 22 23 25 menjadi 06 22 25 21, dimana satelic nomor 02 dan 23 diganti oleh satelit 06 dan 21. Perubahan formasi dengan masuknya satelit nomor 06 dan 21, telah tengakibatican perubahan nilai PDOP menjadi lebih besar (63 atas 10). Naiknya nilai POOP ini karena posisi geonetris satelit nomor 06 dan 21 posisinya tidak menguntungkan terhadap posisi satelit lainnya dalam formasi satelit yang sedang diamati (06 22 25 21), terbukti setelan formasi satelit Kembali ke formasi semula (01 22 23 25), nilei PDOP baik kenbali, babkan lebin bagus Naiknya nilai POOP ini menyebabkan terjadinya penurun- an tingkat ketelitian hasil pengukuran dari formasi yang bereangkutan. Menurut Nagellan System Corporation (1992), jika nilai PDOP di atas 10, maka data posisi hasil pengu- karan akan tidak telita dan diusahakan untuk tidak dipskai akan tetapi perubahan formasi satelit tidak selalu menbawa ke arah perubahan nilai PoOD yang lebih jelek, seperti yang terjadi pada pukul 08:27:42 (1ihat Tabel 1, pengukuran di stasiun SSB). Dimana setelah pukul tersebut cerjadi perubahan formasi satelit ke arah yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan nilai PpOP yang lebih kecil dan data posisi hasil pengukuran realtif lebih konsisten "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Ripper ecb Fes sae rape! wibby surest yey tiny mopped cape Topped oie ria hea kmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe Ee eae ee ele D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3 2 5 a 2 25 Mengenai nilai SQ, ternyate memang tidak berkaitan engan tingkat Ketelitian pengukuran (nilai °p0P). Dalam tabel 2 (pengukuran di persimpangan jalan), dapat dilihat bahwa besaraya nilai POOP dari formasi 06 22 25 21 disebab- kan karena masuknya satelit nowor 06 dan 21, meskipun nilai SQ dari keduanya sangat baik. Dan sebaliknya, meskipun nilai SQ dari gatelir nomor 25 dan 23 dalam foxmasi selanjutaya seringkali bernilai sangat rendah (di baweh 3) amin nilai PDOP dari formasi tersebut tetap baik. Hal yang sama dapat dilihat pada nasil pengukuran di stasiun SSB (.éhat Tabel 1, fix nonor 763-765, dan 932-923) Nilai SQ ini hanya berhubungan dengan kelancaran jalannya proses pengukuran, dimana bila kualitas sinyal satelit (SQ) sangat lemah (lebih kecil dari 3) maka resike kehilangan kendali bagi GPS receiver akan besar akibat terputusnya kontak dengan salah satu satelit dalam formasi satelit yang telah dikuncinya Bila gangguan signal incerupted ini sering terjadi, maka akan gangat menggenggu didalam penggunaan GPS receiv- er, terutama bila pemakai menggunakan teknik an averaging position fix (teknik perataan) dalam pengukuran posisi Karena bila kontak terputus pada saat alat sedang beropera- si (Signal interupted) maka data-data posisi (fix) yang Gihimpun sebelumnya akan terhapus sehingga proses pencarian dan/atau peagukuran akan dimlai lagi dari aval. akibatnya proses pengukuran sebuah titik akan berjalan lebih lama 2, Data Hasil Pengukuran Posisi untuk mengetanai kemampuan alat dalam pengukuran posiei, dilakukan pengukuran dengan menggunakan GPS receiver model Magellan NAV 5000 Pro™ terhadap titik kontrol berupa titik Doppler (D.668 ; 00° 19’ 47.80" Lintang Selatan 122° 44/ 02.20" Bujur Timur pada ketinggian tempat "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD _ypprou jon uot nee as nerd sound you sy tnd oeRnd won tonne arn my sods i i i f i i j e i ! 5 i i i i i i i : AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 26 25.3 meter apl) yang terletak di citik Tenggara pertemuan S. Pinoh dan S. Melawai, Ds. Nanga Pinoh, Kec. Pinoh, Kab: Sintang Kalimantan Barat (Lihat Tabel 2). ‘abel 2, Data Hasil Pengukuran GPS receiver dengan Menggu- nakan Teknik Perataan di Titik Doppler Seig somuee ton) E's unt fin yuossininpu’ ut penetans 20+ saan pata-data hasil pengukuran posisi dengan teknik perataan di titik Doppler (D.668) menperlihatkan hasil yang bervarisei (Lihat Tabel 2 dan Ganbar 4), baik untuk Komponen lintang, bujur maupun Komponen ketinggian tempat (altitude). Untuk model 2 dimensi, data lintang bervaria- si, milai dari -00" 29’ 46.7* sampai -00" 19’ 48.4", dengan kate lain data haeil pengukuran posisi untuk komponen Lintang ini tersebar pada selang sepanjang 2.7" (1.7 decik) yaitu gekitar 97 meter (1" setara dengan 33,3 meter) Sedangkan data bujur bervariasi mulai dari +112° 44" 02.8" sampai +111° 44’ 04.1" dan tersebar pada seleng sepanjang 2.3" (2.3 detik), sekitar 75 meter. 27 + 50.000 skala 1. yuran GPS receiver di Titik Doppler Penetaan Titik Doppler D.668 (TD) serta Penetaan e ° i 3 a 0 4 : q 5 a g . “ * g e. "| Beg 4 i © Hak ita mink nett Pertanian Bogor) Bogor Agricultural Univer Hol pte Ditndunal Undena- Undone 2. Diora mengumritan dn memperbasa bogota rh arya tli dale bet apopun tana a "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rippets rae woke Fes sae rape! wibby soured ey tiny mopped apie oppped eis ria hea lamin ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a 2 28 Pemetaan 2 dimensi dalam berbagai skala (komponen bujur sebagai sumbu-x dan Lintang sebagai sumbu-y) hasil pengukuran posis! ditunjukkan dalam Ganbar 4 di atas. untuk model 2 dimensi, titik koordinat hasil pengukuran GPS yang terdekat dengan posisi yang sebenarnya (TD/titik D.668) adalah titik nomor 14 (xTD14) yang berjarak sekitar 21,97 meter (lihat Gambar 4, skela 1 : 1000). Sedangkan yang terjauh adalah titik nomor 9 (x7D9) yang berjarak sekitar 58,69 meter. Sehingga besarnya penyimpangan terhadep posisi yang sebenarnya (D.668) dalam model 2 dimensi tersebut adalah sekitar 58,69 meter (terbesar) dan 21,97 meter (terkecil). Dari analisa data diperoleh jarak rate- rate hasil pengukuran ke titik yang sebenarnya (Mean Radial Error/MRE) yeitu sebesar 39,81 meter (1ihat Lampiran 4). Ketelitian hasil pengukuran posisi di titik Doppler tersebut. sudan baik, dimana untuk model 2 dimensi, nilai #PDOP lebih kecil dari 4 dan untuk 3 dimensi lebin keci1 dari 6. Namun bila data-data tersebut dibubungkan dengan tingkat Keakuratannya, meke penilaiannya akan sangat texgantung pada tujuan pengukuran itu sendiri. Bila pengukuvan titik tersebut diperlukan untuk tujuan pengukux~ an yang detil (dengan skala pemetaan yang besar), maka tingkat keakuratan hasil pengukuran GPS receiver mode? Magellan tersebut tentunya akan lebih réndah dibandingkan bila pengukuran titik tersebut diperlukan untuk tujuan yang bersigat lebih global. Sebagai contoh dapat dilinat pada Gambar 4, yang memperlihatkan hasil pemetaan titik-titik oordinat pada skala besar/pengukuran detil (1: 10.000 atau yang lebih beser) dan skala menengah (1 : 25.000 - 2; 50.000), Untuk skala kecil (1 ; 100.000 atau lebih kecil) akan lebih rapat lagi pemetaan titik-titik koordinat tersebut, hanya terlihat sebagai sebuah titik sehingg= "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rpts rae ecb foes sae rape! tbc soured ey tiny moped cape Topped oSunieo ria haa kala ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe Ee eae ee ele AISIOAIUA [esMINOUBy 1060 28 data-data hasil pengukuran GPS tersebut akan terlihat sangat akurat dan demikian pula sebaldknya. Dalam pengukuran model 3 dimensi Komponen alticude memperlihatkan variasi hasil pengukuran yang cukup besar, antara nasil pengukuran yang satu dengan yang lainnya Nilainya bervariasi mulai dari 13 meter sampai 176 meter gpl untuk pengukuran pada sebuah titik (Lihat Tabel 3) Hal yang sama dapat dilihat dalam Tabel 2. Dengan melihat besarnya xetidakkonsistenan hasil pengukuran tinggi tempat dari suatu titik, maka pengukuran altitude dengan GPS receiver model ini termasuk sangat tidak velici 3. Pengolahan Data dengan Komputer Beberapa hasil analisis komputer terhadap data posisi (£4x) hasil pengukuran GPS receiver model Magellan NAV 5000 Pro™ sebuah titik dieajikan dalam tabel dan gambar-gambar a3 bawah ini. abel 3, Hasil Perataan Sejumlah Fix dengan Komputer (Program Magellan) ‘Tabel 3 memperlinatkan hasil analisis komputer yang mana diperoleh nilai rata-rata pengukuran, yaitu koordinat "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rippers ieobsi Foes sae rape! wibby surest ey tiny moped cape SopppedecSunieo ria hea lmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe Ee eae ee ele AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 30 00° 35/ 38.188" dan +112" 14” 09.327". Koordinat int merupakan hasil perataan dari sejumlah 637 fix (Lihat Lampiran 3). Selanjutnya seluruh koordinat fix akan diperbandingkan terhadap nilai rata-ratanya yang berkedu- dukan sebagai sumbu nol/titik pusat (1ihat Ganbar 5 dan 6) Dari 637 fix hasil pengukuren GPS pada titik tersebut, setengahnya (sekitar 316 fix) tersebar pada radius 36,29 meter dari nilai rata-ratanya (CEP) dan jarak rata-rata Gari seluruh fix tersebut terhadap posisi nilai rata- ratanya (Mean Radial Deviation) adalah sekitar 33,20 meter. aco sta) Gambar 6, Grafik Nilai Deviasi (Penyimpangan) Hasil Pengu- koran Terhadap Nilai Rata-ratanya (Sumbu Nol) Ganbax 5 di atae menperlihatkan besarnya penyimpangan nasil pengukuran posisi, dimana penyimpangan terbesar untuk konponen lintang adalah sekitar 52 meter sedangkan untuk Komponen bujur adalah sekitar 50 meter. Sedangkan pada "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rpepets rasa woes sae rape! wibby surety tiny mopped apie Topped oie ria hea lain ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D g 8 9 > g Et c e a c 3 2 3 a < 32 Ganbar 6 di pawab, menunjukkan penyebaran tiap fix, dimana Gapat diiihat babwa titik terdekat dengan nilai rata- ratanya adalah berjarak sekitar 6 meter dan yang terjauh berjarak sekitar 70 meter. Gambax 7, Xedudukan Pix Hasil Pengukuran Terhadap Nilai Rata-ratanya (Titik Pusat, Titik 0,0 Meter) Untuk meningkatkan ketelitian pengukuren posisi dengan metode absolute positioning (menggunakah sebuah GPS receiv- er} dapat dilakukan dengan teknik perataan (an averaging position fix), dimana perhitungan posisi suatu ticik dila- kuken dengan cara perataan dari beberapa informasi posisi (fix) yang @ihimpun selena proses pengukuran. Beberapa Keuntungan Gara penggunaan teenik ini Givaudingkan dengen teknik 2 single position fix, adalah (Q) Terhindar dari kemungkinan kesalahan pengukur dalam pengambilan/pemilinan data posisi hasil pengukuran "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Ripper ecb Fes sae rape! wibby surest yey tiny mopped cape Topped oie ria hea kmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe Ee eae ee ele AISIOAIUA [esMINOUBy 1060 32 Dimana data hasil pengukuran sebuah titik selalu bervariasi hasiinya. (2) Langeung diperoleh nilai rata-rata dari sejumlah fix yang dihimpun, dilengkapi dengan nilai standar deviasi (penyimpangan) yang terjadi selama pengukuran Adapun kelemanan dari teknik ini adalah bile pengukur- an dilakukan di tempat-tempat tertutup seperti di bawah tajuk pepohonan (dalam hutan) atau pada saat cuaca buruk, Gimana oleh karenanya sinyal satelit dapat menjadi lemah, akibatnya kontak dengan salah satu atau beberapa satelit dapat texputus pada saat alat sedang beroperasi (Signal Interupred). Sehingga untuk kondisi-kondisi seperti itu, sebaiknya jumlah fix yang ditetapken untuk dihimpun/dirata- ratakan jangan terlalu banyak. Karena semakin banyak Suman £4 yang divetapkan akan sewakin besar pula peluang cerjadinya gangguan tersebut. Selain itu dalam pengukuran posisi dengan GPS receiver perlu adanya penyesuaian (transformasi) antara datum WGS 64 dengan datum local dari peta yang memuat lokasi pengukuran tersebur. Sutisna (1990) mengatakan bahwa datum yang @ipergunakan untuk pemetaan di Indonesia adalah 1D-74 (indonesia Datum 2974), yang terletak di ates sebuah gedung, bagian dari Rumah Sakit Padang. Dimana penentuannya berdasarkan kepada dimensi ellipsoid Indonesia Nasional spheroid (INS) dengan menggunakan parameter dari GRS 67 (Geodetic Reference System 1957), yaitu a = 6.378.160 meter dan £ = 2/298, 247 GES model Magellan NAV 5000 Pro™ dilengkapi pula Gengan tasilitas untuk ctransformasi datum. Dengan care memasukkan konstanta-konstanta transformasi dari datum yang bersangkutan (sebelum pengoperasian alat), maka data posist Pengukuran GPS akan sesuai dengan sistem koordinat dalam peta yang aipergunakan yang bereferensi pada datum lokal ‘oopun-sumpun MPN BHD OH eS STC AISIEAIUN [esMInoUBy 1060g 33 B, Penggunsansya di Dalam Tuten 2. Pengukuran di Bavab Tajuk Tabel 4, Data Hasil Pengukuran Sebuah Titik di Suatu Rumpang Dalam Haran a ee 34 ‘Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Sebuah Titik Pada Bekas Jalan Savad di Dalam Hutan pan a nate sosien is ans om ot untundoyvostonn yop wedding ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe i inate Mie P Shue 3 ae MBBS Paki Roca 8 é Frere EBS Bie Besioe i eee | SEES pyar 3 5 Loe wases Bee eae t Bees Sebenarnya penggunaan ¢PS receiver Gi bawah tajuk pepohonan di dalam butan masih memungkinkan, hanya saja alat-alat tersebut tidak/belum dapat beroperasi secara optimal, sehingga tingkat ketelitian pengukurannya pun belum/tidak sesuai seperti yang diharapkan. ‘Bagaimanapun juga pengukuran di bawah tajuk pepohonan akan menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD (2) usaha pencarian satelit menjadi lebih lama. Hal ini disebabkan oleh terputusnya sinyal satelit oleh rapatnya tajuk pepohonan dan terjadinya penurunan kualitas sinyal satelit (kekuatan sinyal satelit sulit AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rippers eo Fes sae rape! bc surety tiny wonpeed cape Topped oui ria hea lain ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 35 ipertahankan) akibat penantulan tanpa arah dari sinyal satelit oleh tajuk pepohonan Bila nilai SQ masih kurang dari 9 , maka GPS receiver masin dalam status mencari satelit sehingga alat belum dapat menguncinya, Ini akan terus berlangsung sampai Giperoleh formasi satelit dengan kualitas sinyel yang kuat, Selama GPS receiver belum dapat mengunei suaty formasi satelit yang diamati, pengukuran/perhitungan posisi belum dapat dimlai Signal Interupeed Penurunan kualitas sinyal satelit (SQ) pada seat alat sedang beroperasi akan menyebabkan hubungan/kontak dengan pesawat penerima menjadi sering terputus Kalaupun pada aval pengukuran GPS receiver telah dapat menguned formasi satelit, namin bukan berarti proses selajutnya akan berjalan lancar. Untuk beberapa saat Kenmudian, satu atau beberapa satelit yang telah dikunci versebut tidak dapat mempertahankan kualitas sinyalnya, kavena rintangan fisik berupa tajuk pepohonan selalu mengiut{ arah pergerakan satelit. Bila penurunan nilai SQ telah mencapai angka terendah (kekuatannye sangat lemah), maka kontak dengan satelit yang bersang- kutan akan terputus Nilai SQ tiap satelit hasil pengukuran posisi dalam ‘abel 4 dan 5, memperlihatkan nilai yang seringkali berfluktuasi sangat tajam, mendekati nilai terendah (nol) dan hal ini merupakan indikasi bahwa kualitas sinyal eatelit di dalam hutan sangat sulit dipertahan- kan kekuatannya ‘Terputusnya Kontak dengan salah satu satelit akan mengakibatkan pesawat kehilangan kendali dan aken mulai Kembali mencari eatelit dengan nilai sQ yang baik Sebingga pada akhirnya akan terjadi perubahan terhadap "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rippers ecb foes sae ape! tbc] surety tiny mopped cape Topped eSuniee ria hea lmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D g 8 9 > g Et c e a c 3 2 3 a < 36 formasi geometris satelit yang berarti terjadi perubah- an pula terhadap nilai poop. Xemungkinan perubahen nilai PDOP dari formasi baru ini ada dua, yaity = Nilai POP tetap atau lebih Kecil (lebih baik) Perubahan nilai seperti ini tidak berpengaruh besar terhadap fluktuasi data-data hasil pengukuran Dalam Tabel 5, terlihat bahwa perubahan formasi Aiikuti dengan perubahan nilai PDOP yang lebih baik, sehingga data-data hasil pengukuranaya relatif koneieten (dibandingkan dengan Tabel 4) Hal ini berdampak pada waktu pengukuran yang menjadi lebih lama akibat seringnya terjadi signat interupted, terutama bila si pengukur menggunakan teknik perataan dalam pengukuran posisi, seperti yang pernah diuraikan sebelumya = Nilai PDOP lebih besar (lebih jelek) Dampaknya selain wakeu pengukuran akan menjadi lebin lama, juga menimbulkan ketidakkonsistenan terhadap data-data hasil pengukuran. Seperti yang terlihat dalam Tabel 4, dimana perubahan formasi satelit diikuti dengan perubahan nilai PDOP yang lebih jelek (babkan sampai melanpaui betas prasya- vat nilai POOP untuk model 2 dimensi), sehingga gata hasilnya pun berfluktuasi cukup tajan. Sepanjang perwbahan nilai PDOP (formasi geometris satelit) masin baik, tidak akan mempengaruhi tingkat ketelitian. Namun yang sering terjadi adalah perubahan nilai PDOP ke arah yang lebih jelek. Kontak dengan satelit yang sering terputus akan mengakibatkan sering terjadinya perubahan formasi satelit dan kemungkinan vntuk mendapatkan formasi yang tidak menguntungkan (Jelek) adalah cukup besar untuk pengukuran di dalam hutan. "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD _ypprou jon uot nee as nerd | unend you sy tpn UoERnd oR tua Aran ued S ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3 2 5 a 2 37 abel 6. Data Hasil Pengukeran Sebuah Titik ¢i Tempat ‘Terbuka =m a ee ene ‘secih size mansion Fix Dibandiagkan dengan hasil pengukuran posisi di dalam hutan (Tabel 4 dan 5), maka data-data hasil pengukuren gecara normal di tempat yang terbuka (1inat Tabel 6) lebih koneisten, Hal ini terjadi karena kualitas sinyal savelit dapat dijaga Kekuatannya , sehingge kontak dengan satelir pun dapat terus dipertabankan dan formasi satelit tidak sering berubah. Kekonsistenan hasil yang cukup tinggi ini Giperlinatkan pula oleh nilai standar deviasi dari posisi vata-rata hasil pengukuran di tempat terbuka yang lebih kecil dibandingkan dengan hasi pengukuxan ai dalam nucan (ai bawah penutupan tajuk pepohonan). Berarti pengukuran di dalam hutan menghasilken tingkat ketelitian yang lebih rendah daripada pengukuran secara normal di tempat-tempat terbuka (1ihat Tabel 4, 5 dan 6). ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe "Bur lom uot unsuan wta oe uosanaoe -ypprou jon uontin nee as nerd owned you sy tpn uoeRnd og uta Aran um ued S Ee eee ae eee eee 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a é 38 Ganbar 8. Pemetaan Koordinat Hasil Pengukuran GPS Receiver ModelMagellan NAV 5000 Pro™ pada Sebuah Titik di Dalam Rumpang (Nonor 1 dan 2) dan di Bekas Jalan Sarad (Nomor 3 dan 4) Dalam Hutan “dengan Skala 3:25.00 (Nomor 1 dan 3) sexta Skala 1:100.000 (Nomor 2 dan 4) Penggunaan GPS receiver modelMagellan NAV 5000 Pro™ i bavah tajuk pepohonan akan memeriukan waktu pengukuran yang lebih lama dan tingkat: ketelitiannya akan berkurang. Walaupun demikian untuk skala 1; 50.000 dan yang lebih kecil lagi, posisi tempat pengamatan hasil pengukuran dapat aiterina (@ibenarkan) dalam keadaan tidak adanya metode pengukuran lainnya dalam pengoperasian/penentuan posisi suati titik. "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Ripper ecb Fes sae rape! wibby surest yey tiny mopped cape Topped oie ria hea kmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 38 2. Rondisi cuaca Selain peautupan tajuk pepohonan, Kondisi cuaca akan mempengaruhi pula kualitas sinysl satelit (SQ). Kondisi cvaca yang buruk (beravan dan adanya berbagai gangguan atmosfix seperti halilintar dan sebagainya) skan melemahkan sinyal-einyal yang dipancarkan satelit sehingga menyebabkan penurunan kualitas sinyal satelit Xeadaan cuaca pun berpengaruh terhadap waktu untuk perolehan informasi posisi (fix). Bila GPS receiver Gigunakan pada kondisi cuaca yang cerah, alat hanya menbutuhkan waktu paling lama sekitar 1 (satu) menit untuk mencari dan mengunci formaei satelit serta menghasilken fix yang pertama, ‘Tapi jika cuacanya cenderung buruk, maka paling tidak dibutuhken waktu sekitar 15 menit, karena Kontak dengan satelit yang akan dikunci sering terpurus Seandainya lokasi tersebut telah diketahui posisinya melalui fix yang pertama dihimpun, maka fix selanjutnya akan dapat diperoleh dalam waktu yang sekejap (sekitar 2,5 aetiky Dengan perangkat tambaban berupa antena luar (exterior antenna) yang dilengkapi dengan booster, GPS receiver akan bertanbah kenampuannya 6i dalam menangkap dan/atau menguncé sinyal-sinyal satelit yang lemah. Peran antena luar ini sangat berarti di dalam mencari, menangkap dan mempertahan- kan satelit-satelit yang memiliki posisi geometris yang baik, namun GPS receiver mengalami kesulitan untuk mengun~ cinya akibat lemabnya einyel-sinyal tersebut. Dengan bantuan antena luar akan meningkatkan pula kecepatan penerimaan informasi (sinyal) Gan mempertahankan kekuatan sinyal pada kualitas yang baik sehingga dapat menperkecil terjadinya signal interupted yang sangat wenggansgu jalennya proses pengukuran pada saat alat sedang bekerjz "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD _ypprou jon uot nee as nerd sound you sy tnd oeRnd won tonne arn my sods ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3 2 5 a 2 40 ‘Tabel 7. Pengaruh Penggunsan Antena Luar Terhadap Kualitas Sinyal Satelit (SQ) pada’ Pengukuren Beberapa Titik ai Lapangan Terbuka dengan Teknik Peretaan Selain masalah pemutupan tajuk pepohonan dan kondisi cuaca yang sering berawan di dalam hutan tropis, bentuk rintangan fisik lainnya adalah masalah topografi medan hutan yang berbulit-bukit, Bencuk rintangan fisik ini akan menghalangi jalannya sinyal terlebin untuk satelic-setelit berelevasi rendah, sehingga tidak akan terjadi kontak dengan satelit yang bersangkutan. Rintangan fisik ini akan membuat daerah tangkapan sinyal satelic dari alat GPS menjadi lebin sempit, dan formasi satelit yang sifatnys mengunpul pada satu sisi akan menghasilkan tingkat xeteli~ tian pengukuran yang rendah "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Fpppets rae ecb Fes sae rape! wibby soured eg tiny mopped cape Topped eee ria haa Leming ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe Ee eae eel eee AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 a Ideainya alat ini akan bekerja secara optimal pada tempat-tempat yang terbuka, bebas Gari berbagai rintangan fisik antara antena GPS receiver dengan satelit-satelit ai ruang angkasa. Namun demikian bukan berarti alat ini tidak dapat dipergunakan sebagai alat bantu pengukuran di dalam hutan yang sebagian besar areainya ditutupi oleh tajuk pepohonan. Ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala penutupan tajuk pohon dalam penggu- naan GPS receiver ini, yaitu : (2) Mencari dan mengadakan pengukuran pada tempat-tempat yeng cukup terbuka dalam hutan seperti rumpang- rumpang, pertemuan sungai dan sebagainya sebagai dasar untuk penetapan koordinat titik yang dimaksud. Bila jarak tempat terbuka ke titik yang dimaksud dekat, dapat menggunakan cara proyeksi waypoint yaitu setelah Givapatkan posisinya, kemidian diukur Jarak seta arah (azimut) ke titik yang dimaksud dan Gengan melakukan proyeksi, alat GPS akan menghitung Gan/atau menetapkan koordinat titik pengamatan berdasarkan data-data yang dimasukkan (jarak, azimvt dan beda tinggi antara kedua tempat tersebut) Dan bila jarak antara daerah cerbuka dengan titik yang dimaksud eangat jauh maka hasil pengukuran GPS receiver digunakan sebagai titik ikatan untuk mengi- kat /menetapkan titik yang dimaksud secara konvensio- na dengan bantuan alat ukur lapangan (alat penyipat xvang) seperti Theodolit, BTM ateupun kompas (2) Monbuat xondSed eivil/tokaed yang akan Ankur posisi- nya menjadi terbuka dengan jalan mengadakan penebang- an atau pembersihan terhadap pohon-pohon dan rintang- an fisik lainnya di sekitar titik pengukuran, "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Ripper ecb Fes sae rape! wibby surest yey tiny mopped cape Topped oie ria hea kmind i : i : i i | é i 3 i BI i 5 i: t t | i it AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 a Fasilitas penyetelan sudut bebas hambatan (MA, Maske Angle) pada alat dan pengaturan tinggi antena (baik antena body maupun antena luar) dapat dipergunakan untuk memperkirakan luas minimum daerah terbuka yang memadai agar GPS receiver model Magellan ini dapat beroperasi, dengan pendekaten rumus sederhana sebagai berikut : A= (B- C)/tg a, dimana A adalah radius daerah yang terbuka, B adalah tinggi rata-rata pohon atau penghalang lainaya di sekitar titik pengukuran, © adalah tinggi antena alat dan @ adalah sudut tang- kapan satelit (Mask Angle : 0°, 5%, 10°, 15" dan 20") Sebagai contoh, bila tinggi rata-rata pohon 4i seki- tar titik pengamatan 30 meter dan sudut tangkapan si- nyal satelit disetel pada @ sebesar 20°, serta dibantu dengan pemasangan antena luar setinggi 20 meter, make keterbukaan daerah yang harus dibuat minimal beradius sekitar 28 meter dari titik pengukuran, (3) Menaikkan antena alat ataupun antena luar (dengan tambahan kabel) sampai muncul 4i atas permukaan tajuk tegakan hutan Meskipun alternatif penecahan (2) dan (8) @i atas tidak menunjang usaha-usaha Xe arah perbaiken teknik pengukuran lapangan yang praktis dan efisien, namin bisa saja diterapkan bila keadaan cukup menaksa dan tidak adanya metode pengukuran lainnya yang lebih praktis dan efisien. Selain itu pengaturan Mask Angle juga dapat diperguna- kan sebacai salah satu cara untuk menghindari penggunaan satelit-satelit yang berelevaci rendah, teriebin uncuie pengukuran di dalam nutan. Satelit yang berelevasi rendah ini perlu ihindari untuk mencegah terjadinya efek muJti- path pada saat pengukuran. LS "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rppets ee woes Fes isan rape! wildy soured ey tiny mopped cape Topped ecSnieo ria hea kming ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a 2 “3 3. Aplikasi Dalam Pengukuran Lapangen setiap kegiacan pengukuran di lapangen, termasuk dalam rangka pengelolaan hutan seperti penataan batas, pembuksan wilayah hutan, ground check dan sebagainya (lihat Tinjauan Pustaka), perlu diikatkan pada suatu titik tertentu yang telah éiketahui koordinatnya sehingga hasil pengukuran tersebut dapat diketahui kedudukan dan posisinys, baik Galam suatu sistem koordinat lokal maupun dalam sistem koordinat geografis. Bila tidak ditemukan citik kontrol, pengukuran ikatan dapat dilakukan terhadep titik-ticik markan seperti miara gungai, bukit, persimpangan jalan dan sebagainya Untuk moncari titik kontrol seperti titik dasar geodesi di dalam hutan adalah sangat sulit. Kalaupun ada, Letaknya akan cukup jauh dengan lokasi pengukuran, sehingga pengukuren lapangan secara keseluruhan ekan menakan biaya, tenaga dan waktu yang tidak sedikit, disamping karena beratnya medan yang harus dilalui dalam rangka pengukuran ikatan tersebut. Selain itu perjalanan yang jaun dan melelahkan akan mempengaruhi pula prestasi kerja dari tim pengukur sehingga pada akhirnya akan bexpengaruh pula terhadap tingkat ketelitian pengukuran, Sedangkan mengenai penggunaan titik markan di wilayah berhutan juga akan mengalami Kesulitan, terutama dalem nencari dan menetapkan bentukan-bentukan alam yang tepat dalam arti jelas wajudnya di lapangan dan terganbar dengan jelas ¢{ dalam peta, Kalaupun ditemukan, maka untuk penggunaan selanjutnya akan @ihadaokan pada suatu masalah karena titik-titik markan yang berupa tanda-tanda elem seperti ini cukup rentan terhadap berbagai perubshan/- pergeseran posisi akibat proses-proses alami maupun akibat perbuatan manusia seperti akibat kegiaten eksploitasi mutan dan sebagainya "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Ripper ecb Fes sae rape! wibby surest yey tiny mopped cape Topped oie ria hea kmind ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UNeOgR GNBN BIO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a 2 “4 Dengan bantuan GPS receiver surveyor dapat menetapkan koordinat suatu titik dimana saja tanpa tergantung pada ketersediaan jaringan titik dasar geodesi, karena penentuan posisi dimana alat GPS ini berada didasarkan kepada kedu- ukan dari beberapa satelit yang setiap saat dapat dinu- bungi, yang berfungai sebagai stasiun pengikat (titik kon- trol) di ruang angkasa, seperti halnya dengan titik kontrol di daratan. Oleh kaxena kepraktisan pengoperasiannya dan keakuratan hasilaya cukup memadai, maka dalam hal ini koordinat hasil pengukuran GPS tersebut dapat dipergunakan sebagai titik kontrol ateu titik ikatan dalam suatu kegi- atan pengukuran. Untuk menetapkan titik ikatan dengan GPS, cukup dicari tempat-tempat yang cukup terbuke, bebas dari berbagai vintangan fisik antara antena dengan satelit dan tentunya terletak dekat dengan lokasi pengukuran. Bila memang cukup sulit untuk mendapatkan daerah yang cukup terbuka dalam hutan, maka jalan keluarnya adaleh seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumya, yaitu dengan menbuke gaerah pengamatan dengan jalan mengadaken penebangan pepohonan ataupun dengan jalan menaikkan/meninggikan letak antena alat. Cara ini mngkin akan lebih praktis dan efi- sien, dibandingken bila harus mengadakan pencarian dan pengukuran terhadap titik dasar geodesi yang mungkin ja- reknya dapat mencapai puluhan kilometer ataupun bila di- bandingkan dengan penggunaan titik markan dengan segala kelemahan dan resiko yang akan ditimblkannya, seperti yang telah diuraikan sebelumya Setelah didapatkan koordinat tatak cengan ws recesv- er, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan dan mengukur posisi starting point sebagai titik awal dari kegistan pengukuran lapangan dimana pengukuran/penetapannya didasar- kan pada titik kooréinat hasil pengukuran GPS, Pada tahap "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Rpts rae ecb Fes isan rape! wibby soured ey tiny mopped apie Topped oS ria hea lain ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe “ane ox pera Ba hem pn Pe UmeOgR GANBN BIO AISIOAIUN [esMINOUBy 1060 45 pengukuran lapangan dimana pengukuran/penetapannya didasar- kan pada titik koordinat hasil pengukuran GPS. Pada tahap ini, pengukuran dilakukan secara konvensional dengan meng- gunakan alat-alat ukur ruang, seperti theodolit, BTM, kom- pas dan sebagainya Karena Kondiei hutan dengan penutupan tajuknya yang begity rapat, maka penggunaan GPS receiver dalam penetapan dan pengukuran titik awal serta titik-titsk pengukuran dainnya, aalah tidak memungkinkan. © Kaxena pekerjaan pengukuran pada akhimya akan menjadi tidak praktis dan tidak efisien bila pada setiap penggunaan GPS receiver perlu diadakan kegiatan penebangan atau upaya-upaya untuk menaikkan antena alat sampai menenbus lapisan tajuk pohon. oleh sebab itu penggunaan alat-alat ukur ruang, masih diperlukan untuk pengukuran dan/atau penetapan cicik-citik pengukuran Gi lepangan, mulai dari titik awal (starting point) sampai titik akhir (finishing point) sesuai daftar txayek survey lapangan dan rencana dalam peta kerj= yang telah ditetapkan Dalam penetapan dan/atau pencarian plot permanen, Lokasi ground check dan sebagainya yang dilapangan akan berbentuk sebagai sebuah titik (point), GPS receiver lebin banyak berperan sebagai slat navigasi untuk mengetahui kedudukan/posisi si pengukur (posisi dimana alst GPS berada} dengan plot/titik yang dicari GPS receiver merupakan produk berteknologi modern, yang terdiri dari berbagai merek, model, tipe, ukuran, Recanggihan dan harga yang bervariasi serta dengan tingkst ketelitian yang berbeda-beda, mulai dari tingkat kecelitian Galam skala beberapa milimeter sampai skala puluhan meter Kecenderungan alat GPS ini untuk masa yang akan datang adalah vkurannya yang semakin mengecil, harganya yang semakin murah dengan ketelitian yang semakin tinggi "But lom uot unsuan wa o uosarao 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD Fpepets reo iwobti Fes sae rape! wibby smd ey tiny sonpeed capi Topped onan ria hea lain ‘Saepur, Soop unpeeled oe “ane xp pera ba he pr PD UNeOgR GANBN BO D 8 8 8 > g 3 - & o Cc 3. 2 5 a 2 46 (apidin, 1993a). Salah satu diantaranya adalah GPS receiv- er model Magellan NAV 5000 Pro™ (1ihat Karakteristik GPs receiver Model Magellan NAY 5000 Pro™ dalam Tinjauan Pustaka) GPS receiver ini diharapkan akan mampu mendukung proses pengukuran lapangan yang praktis dan efisien (cepat Gan murah), tanpa mengurangi tingkat ketelitian yang diha- rapkan sesuai dengan tujuan pengukuran (keakuratan yang baik). Namun harapan seperti itu hanya berlaku untuk kondisi-kondisi ideal diana GPS receiver dapat beroperasi secara optimal, yaitu pada tempat-tempat yang terbuka. Sedangkan dalam penggunaan GPS receiver secara sepenunnya Gi dalam hutan, akan menghadapi berbagai kendala pengukuran sehingga penggunsennya menjadi cukup terbatas pada hal-hab yang bereifat global saje, seperti untuk navigasi dan penetapan titik ikatan sebagai dasar untuk penentuan/pens- ukuran eitik awal (starting point). Oleh Karena itu GPS receiver belun dapat sepenubnye menggantikan fungei dan peranan alat-alat ukur ruang (alat penyipat ruang) konvensional seperti halaya theodolit, BIN, kompas dan yang sejenisnya dalam kegiatan pengukuran i dalam hutan, terlebih untuk pengukuran yang bersifat detil Dalam pengukuran lapangan di hutan, kedudukkan GPS receiver adalah sebagai alat pelengkap (kouplementer), mendampingi alat-alat pengukuran lapangan lainnya, dalam hal ini adalah lat penyipat ruang yang sudah umum dipergunakan. GPS receiver berfungei dalam penetapan titik ikatan sebagai dasa untuk penetapan/pengikatan starting point, sedangkan pengukuran selanjutnya tetap menggunakan alat-alat pengukur ruang Disamping berperan di dalam penetapan titik ikatan, GPS receivermodel Magellan NAV 5000 Pro™ ini berperan pula sebagai alat bantu dalam kegiatan-kegiatan pengukuran o "But lom uot unsuan wa o uosarao ‘Saepun, Boop eunpemc oa oe _ypprou jon uot nee as nerd sound you sy tnd oeRnd won tonne arn my sods eS STC 1 oy undo ng UID aT OE YIN eID UNBage Anam Op HNN ORD “chun saunas puna Od sks ON pie PD NeOgH GNBN BIO AISIOAIUA [es a lainnya yang berskala global, yang menggunakan serana pemetaan berskala 1 : 50,000 ateu yang lebih kecil lagi. Sedangkan menurut Widiantc!, GPS receiver akan membantu aparat kehutanan dalam mencapai posisi/tempat yang sebenar- nya sesuai dengan tujuan dalam rangka kegiatan pengawasan 4 Lapangan. 7 s060g ‘widianto, A. 1994. Komunikasi Pribadi

Вам также может понравиться