Вы находитесь на странице: 1из 24

Tingkat Kelelahan Perawat di

Ruang ICU RSD Idaman


Banjarbaru dan RSUD Ratu
Zalecha Martapura

Hammad *, Khairir Rizani **, Rinne Agisti ***


*Poltekkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan Jalan H. Mistar Cokrokusumo
No. 3A Kelurahan Sungai Besar Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714
Email: hammad.martapura@gmail.com
Abstrak

Pendahuluan : Kelelahan kerja perawat yang tidak dapat diatasi akan


menimbulkan berbagai permasalahan kerja yang fatal dan mengakibatkan
kecelakaan kerja sehingga rumah sakit wajib mengetahui tingkat kinerja dan
hal yang dapat menimbulkan permasalahan dalam bekerja, salah satunya
kelelahan kerja pada perawat. Penelitian ini bertujuan menilai perbandingan
tingkat kelelahan perawat di ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD
Ratu Zalecha Martapura.
Metode : Penelitian ini dengan rancangan penelitian komparatif. Populasi
dalam penelitian ini perawat di ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru sebanyak
15 orang dan perawat di ruang ICU Ratu Zalecha Martapura sebanyak 16
orang, yang diambil dengan teknik cluster sampling, data dianalisis dengan
uji Mann-Whitney. Hasil : terdapat perbedaan antara Tingkat kelelahan
perawat di ICU RSD Idaman Banjarbaru dengan mayoritas ringan sedangkan
RSUD Ratu Zalecha Martapura dengan mayoritas sedang dengan P Value
0.015. Penting bagi pihak manajemen rumah sakit untuk mengkaji
kesesuaian jumlah perawat dan beban kerja sebagai cara dalam
meminimalisir kelelahan perawat sehingga meningkatkan pelayanan
diruangan.
PENDAHULUAN

ICU = unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien


kritis, yang mengalami cedera dengan penyulit yang mengancam jiwa
dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih.
Fasilitas ICU terdiri dari peralatan khusus yang meliputi: tempat tidur
elektrik, monitor, ventilator, suction dinding, defibrilator, alat
hemodialisa, pesawat mobile rontgent, syiringe pump, continuous
renal replacement therapy, dan trolyemergency (Hanafie, 2010).
Perawat ICU mempunyai peran yang berbeda dengan perawat yang
bekerja diunit lain.
Perawat ICU sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki
pengetahuan dan keahlian khusus, meliputi kemampuan menangani
kondisi pasien yang kritis, bekerja dengan cepat, tepat, teliti, dan
senantiasa cermat dalam mengobservasi dan menilai keadaan umum
pasien yang cenderung fluktuatif (Meltzer &Huckabay, 2009).

Kondisi pasien yang kritis, beban kerja yang sangat tinggi, lingkungan
ICU dengan peralatan yang canggih, dapat menjadi sumber stres bagi
perawat dan kelelahan yang bertugas di ICU.
Penelitian yang dilakukan oleh Mealer (2007) di Amerika yang
bertujuan untuk membandingkan kejadian Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) pada 3 Universitas Indonesia perawat umum dan
perawat ICU, dan mendapatkan hasil bahwa dari 230 perawat ICU
terdapat 54 perawat yang mengalami PTSD (24%), sedangkan dari
121 responden perawat Umum didapatkan 17 responden yang
mengalami PTSD (14%).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Amiyanti (2009) di RS. Cipto


Mangun kusumo tentang kelelahan kerja perawat unit gawat darurat
(UGD), mendapatkan hasil 43,1% mengalami stres secara perilaku,
43,7% mengalami stres fisik dan 46,7% mengalami kelelahan secara
emosi.
Kelelahan pada perawat dapat berdampak dalam hal pelayanan yang
diberikan (Seitz, M.A dalam judul Impact of Nurse and nursing
Handoffs on Patient and Nurse Safety (2016) perawat yang
memiliki lama kerja shift 12 jam lebih berisiko mengalami kelelahan
dalam kesalahan kerja dibandingkan dengan perawat yang bekerja 8
jam.

Selain itu kelelahan perawat dapat menyebabkan menurunnya


kinerja perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati, D & Solikhah (2012) yaitu perawat yang bekerja terus
menerus dapat menimbulkan kelelahan dan mengakibatkan
penurunan tingkat kinerja.
American Association of Critical Care Nurse, penelitian oleh Sacco, T,L
et al (2015) dengan judul menunjukan bahwa terdapat perbedaan
tingkat kelelahan antara perawat ICU berdasarkan usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, shift kerja.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat komparatif dengan jenis penelitian yang


digunakan non-eksperimental.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif yaitu
yang digunakan pada penelitan klinis maupun komunitas.
Rancangan ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap
pengaruh (efek) pada kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan
dari peneliti (Nursalam, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang ICU
RSD Idaman Banjarbaru berjumlah 16 orang dan perawat di ruang
ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura berjumlah 18 orang sehingga total
perawat ICU di dua rumah sakit sebanyak 34 perawat.
Sampel yang diteliti sebanyak 31 responden yang terdiri dari 15
responden perawat RSD Idaman Banjarbaru dan 16 responden
perawat RSUD Ratu Zalecha Martapura.

Teknik sampling dalam penelitian ini mengunakan teknik Probability


Sampling dengan cara Cluster Sampling. Data diperoleh dari
kuesioner Piper Fatigue Scale (PFS; = 0,85) yang berjumlah 27
pertanyaan yang akan diisi oleh perawat RSD Idaman Banjarbaru dan
RSUD Ratu Zalecha Martapura Ratu
HASIL
Tingkat Kelelahan Fisik Perawat di Ruang ICU RSD Idaman
Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Fisik Perawat di RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD
Ratu Zalecha Martapura
Rumah Sakit
Kategori RSUD Ratu Zelcha
RSD Idaman Banjarbaru
No Kelelahan Martapura
Fisik Persentase Frekuensi Persentase
Frekuensi (f)
(%) (f) (%)

1 Tidak Ada 0 0 0 0

2 Ringan 4 25 9 60
3 Sedang 8 50 5 33
4 Berat 4 25 1 7
Total 16 100 15 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan fisik perawat di RSUD Ratu Zalecha
Martapura mayoritas sebagian besar adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 8 responden (50 %),
sedangkan tingkat kelelahan fisik perawat di RSD Idaman Banjarbaru sebagian besar adalah
kategori ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60 %).
Tingkat Kelelahan Secara Psikologi Perawat di Ruang ICU RSD Idaman
Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan secara Psikologi Perawat di RSD Idaman Banjarbaru dan RS UD Ratu Zalecha
Martapura

Rumah Sakit

Kategori RSUD Ratu Zelcha Martapura RSD Idaman Banjarbaru


No
Kelelahan Fisik
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak Ada 0 0 0 0
2 Ringan 3 19 9 60
3 Sedang 13 81 6 40
4 Berat 0 0 0 0
Total 16 100 15 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan secara psikologi perawat di RSUD Ratu Zalecha Martapura mayoritas sebagian besar adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 13
responden (81 %), sedangkan tingkat kelelahan secara psikologi perawat di RSD Idaman Banjarbaru sebagian besar adalah kategori ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60 %).
Tingkat Kelelahan Perawat Di Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD
Ratu Zalecha Martapura

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Perawat di Ruang ICU RSD Idaman
Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura
Rumah Sakit
Kategori
RSUD Ratu Zelcha Martapura RSD Idaman Banjarbaru
No Kelelahan
Fisik Persentase Frekuensi Persentase
Frekuensi (f)
(%) (f) (%)
1 Tidak Ada 0 0 0 0
2 Ringan 4 25 8 53,33
3 Sedang 11 68,75 7 46.67
4 Berat 1 6,25 0 0
Total 16 100 15 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dari 31 responden mayoritas berada pada tingkat
kelelahan sedang di RSUD Ratu Zalecha Marpura yaitu sebanyak 11 responden
(68,75%) sedangkan pada RSD Idaman Banjarbaru mayoritas berada pada tingkat
kelelahan ringan yaitu sebanyak 8 responden (53,33%).
Perbandingan Tingkat Kelelahan Perawat di ICU RSD
Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Perbandingan Tingkat Kelelahan Perawat di Ruang ICU RSD
Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura
Rumah Sakit N Mean Sum of Uji Mann
Rank Ranks Whitney
Tingkat Martapura 16 19.75 316.00
0.015
Kelelahan Banjarbaru 15 12.00 180.00
Total 31

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, didapatkan total responden yang diteliti sebanyak 31 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik Mann whithey dengan tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan nilai
Asymp.Sig. yaitu 0,015. Maka 0,015 < 0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada perbandingan
tingkat kelelahan perawat diruang ICU RSD Idaman Banjarbaru Dan RSUD Ratu Zalecha
Martapura. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut terdapat perbedaan tingkat kelelahan
antara perawat ICU RSD Idaman Banjarbaru Dan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
PEMBAHASAN

Tingkat Kelelahan Fisik Perawat di Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu
Zalecha Martapura

Berdasarkan tabel 5.3 menujukkan bahwa sebagian besar tingkat kelelahan fisik perawat di
Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru masuk kategori ringan, yaitu sebanyak 9 perawat (60 %),
sedangkan di RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagian besar masuk kategori sedang, yaitu
sebanyak 8 perawat, (50 %).

Berdasarkan hasil studi ruangan didapatkan perbedaan jumlah bed antara ruang ICU RSD
Idaman Banjarbaru sebanyak 4 bed sedangkan di ruang ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura
sebanyak 6 bed. Terlihat perbedaan jumlah bed pasien pada masing-masing rumah sakit,
sehingga menyebabkan perbedaan dari tingkat aktivitas fisik perawat. Menurut Standar
pelayanan keperawatan di ICU, ketetapan rasio bed dengan perawat di ruang ICU yaitu 1:1
jika pasien terpasang ventilator dan 2:1 jika pasien tidak terpasang ventilator (Depkes RI,
2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja fisik dan kelelahan kerja memiliki
hubungan searah dan kuat. Hal tersebut disebabkan semakin tinggi beban kerja fisik yang
diberikan, maka semakin tinggi kelelahan kerja yang dialami (Sumamur, 2009).
Kelelahan kerja adalah perasaan subjektif, tetapi berbeda dengan
kelemahan dan memiliki sifat bertahap (Kuswana, 2014).
Dalam Maurits (2010) mengemukakan bahwa berdasarkan waktu
terjadinya, kelelahan terbagi atas dua macam, yaitu; Kelelahan akut,
terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh
secara berlebihan. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan
berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Dalam hal ini kelelahan
terjadi berlanjut bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum
memulai suatu pekerjaan.
Tingkat Kelelahan Psikologi Perawat di Ruang ICU RSD Idaman
Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura

Berdasarkan tabel 5.4 menujukkan bahwa sebagian besar tingkat


kelelahan psikologis perawat di Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru
masuk kategori ringan, yaitu sebanyak 9 perawat (60 %), sedangkan
di RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagian besar masuk kategori
sedang, yaitu sebanyak 13 perawat, (81 %).

Hal ini sesuai dengan pengelitian yang dilakukan oleh Siti Kholifah,
Setyawati Soeharto dan Lilik Supriati Tahun 2016 dengan judul
Hubungan faktor-faktor internal dengan kejadian kelelahan mental
(burnout) pada perawat yang menyatakan bahwa faktor yang paling
berhubungan dengan kelelahan mental (psikologis) adalah
kesejahteraan psikologis perawat.
Kelelahan psikologis merupakan kelelahan yang disebabkan oleh
faktor psikologis (singleton, 1972).
Kelelahan psikologis terjadi oleh adanya pengaruh diluar diri berupa
tingah laku atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun
dengan atasan.
Analisa Perbandingan Tingkat Kelelahan Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kelelahan fisik perawat dan kelelahan
secara psikologi di ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu
Zalecha Martapura dengan nilai p = 0,015,

artinya antara Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dengan RSUD Ratu
Zalecha Martapura memiliki perbedaan tingkat kelelahan, baik secara
fisik maupun secara psikologis.
Faktor usia, jenis kelamin dan beban kerja secara deskriptif dapat
dilihat berperan dalam perbedaan tingkat kelelahan antar dua
kelompok perawat ini.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Tingkat kelelahan fisik perawat di RSUD Ratu Zalecha Martapura
sebagian besar adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 8 responden
(50 %), sedangkan tingkat kelelahan fisik perawat di RSD Idaman
Banjarbaru sebagian besar adalah kategori ringan, yaitu sebanyak 9
responden (60 %).
Tingkat kelelahan secara psikologi perawat di RSUD Ratu Zalecha
Martapura sebagian besar adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 13
responden (81 %), sedangkan tingkat kelelahan secara psikologi
perawat di RSD Idaman Banjarbaru sebagian besar adalah kategori
ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60 %).
Terdapat perbandingan tingkat kelelahan perawat diruang ICU RSD
Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
Saran
Institusi Kesehatan (Rumah sakit)
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai tolak ukur agar pihak rumah sakit
dapat lebih memperhatikan faktor kelelahan perawat seperti kekurangan
tenaga sehingga dapat menambah jumlah tenaga perawat di ruangan
khususnya ruangan intensif yang bebab kerjanya lebih tinggu, guna
mengurangi beban fisik dan psikologis perawat di Ruang ICU.
Perawat pelaksana
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan perawat dapat mengurangi
beban kerja dengan pembagian jadwal kerja serta pembagian kerja antar tim
yang sesuai prosedur.
Peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti seberapa besar
pengaruh faktor psikologis dan fisik terhadap tingkat kelelahan perawat
diruang ICU RSD Idaman Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
DAFTAR PUSTAKA

1.

2. Aiska S. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Tingkat StresKerjaPerawat Di RumahSakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. American Association of Nurse Anesthetists.2015. Patient Safety: Fatigue, Sleep, and Work Schedule Effects.AANA Press.

4. Amiyanti. 2009. Kelelahan Kerja Perawat Unit Gawat Darurat (UGD). RS. Cipto Mangunkusumo.UI Press.

5. Amrizal, Arief.2005. Pengaruh Posisi Kerja Terhadap Kinerja Mahasiswa Praktek Engine Sepeda Motor Di Fakultas Teknik Universitas Padang Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana. Sains Kesehatan, Vol 18 No. 13.

6. Ashley, L, et all.2010.Nurse Fatigue and Patients Safety. Canadian Nurse Association: Canada Pres.

7. Baiduri, W. 2008. Fatigue Assesment. Jakarta: PT.PamaPersada Nusantara.

8. Barker AB, et all. 2012. Schaufeli WB. Burnout contagion among intensive care nurses. Journal of Advanced Nursing 51(3), 276287.

9. Budiono, S, et all. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & Kesehatan Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro

10. Bultman, M. 2002. Does Absence Make the Heart Grow Fonder: Work-related Travel and Marital Satisfaction. Sex Roles: Does Absence Make the Heart Grow A Journal Research, 46: 273-287).

11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta :Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

12. DepartemenKesehatan. 2007. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Jakarta. Depkes Press.

13. Depkes RI., 2006. Standar Pelayanan Keperawatan ICU .Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta: Depkes RI.

14. Dian K, Solikhah.2012. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kinerja Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

15. DjaraJ,A. 2013. Perbedaan Kelelahan Kerja (Burnout) Antara Perawat Laki-Laki dan Perawat Perempuan di RSUD Kota Soe. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

16. Eko Nurmianto, Nurhadi Siswanto. 2007. Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer Dengan Metode Analytical Hierarchy Process .Jurnal teknik industri vol. 8, no. 1, juni 2006: 40-53

17. Eraliesa, F. 2008. Hubungan faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerjabongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan kecamatan tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

18. Grandjean, E. 2010. Accuracy Influences Working Against Productivity. London: Taylor & Francis.

19. Hanafie, A. 2010. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di RumahSakit. Universitas Sumatera Utara.

20. Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE

21. Hariyati, M. 2011. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja Linting Manual Di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

22. Harrington, J.M. 2008. Health effect of shift work and extended hours of work. Occupational and Environmental medicine.

23. Hasibuan, dkk. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.http://www.aana.com/resources2/professionalpractice/Pages/Patient-Safety-Fatigue-Sleep-and-Work-Schedule-Effects.aspx

24. Hughes. 2010. American Association for Respiratory Care Clinical Practice guideline. Endotracheal suctioning of mechanically Ventilated Patients with Artificial Airways. 55 (6) :758-64.

25. Kara I, et all. 2008. Chronic fatique syndrome among nurses and healthcare workers in a research hospital in Turkey. Soc Behav Pers.

26. Kholifah S, Soeharto S danSupriati L. 2016. Hubungan Faktor - Faktor Internal Dengan Kejadian Kelelahan Mental (Burnout) Pada Perawat.Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

27. Kurniawati, D., dan Solikhah. 2012. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Kinerja Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat UAD, Vol 6, no 2, (162-232).
1. Kuswana, W. S. 2014. Ergonomi dan K3 (Kesehatandan Keselamatan Kerja). Bandung : PT. RemajaRosdakarya

2. Maharja R. 2015. Analisis Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Beban Kerja Fisik Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya.Jurnal PT Kimia Farma.

3. Maharja, R. 2015. Hubungan Beban KerjaFisik, Shift Kerja, dan Asupan Kalori dengan Kelelahan Kerja. Skripsi. Surabaya:Universitas Airlangga.

4. Mangkunegara. 2010. Managemen sumber daya manusia perusahaan. Bandung: PT RemajaRosdakarya

5. Mariyanti S, Citrawati A.2011. Burnout pada Perawat yang Bertugas di Ruang Rawat Inapdan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita. Jurnal Psikologi 9 (2), Desember

6. Mealer. 2007. The prevalence and impact of post traumatic stress disorder and burnout syndrome in nurses. Jakarta

7. Meltzer, L. S., &Huckabay, M. L. 2009. Critical care nurses perceptions of futile care and its effect on burnout.American Journal of Critical Caremodul-pembelajaran.

8. Nasrabadi A, et all. 2009. Night shift work experiences among Iranian nurses: a qualitative study. Int Nurs Rev Int.

9. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku. Jakarta :RinekaCipta

10. __________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta

11. Nurmianto, E, 2004. Ergonomi, KonsepDasardanAplikasinya.EdisiKedua. GunaWidya, Surabaya

12. Nurmianto, Eko. 2010.Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Prima Printing, Surabaya.

13. Nursalam, 2013. Konsep Penerapan Motode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

14. ________. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:SalembaMedikaEdisi 4.

15. ________. 2016. MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:SalembaMedikaEdisi 4.

16. Prihatini.2007. Analisis Hubungan beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan.

17. Putri, D. 2008. Hubungan Faktor Internal dengan Perasaan Kelelahan kerja Pada Operasi Alat Besar di PT. Indonesia Power UBP Surabaya.Surabaya

18. Rahayu 2013. Analisis Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Beban KerjaFisikPerawat di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya. Surabaya

19. Ramayanti, R. 2015. Hubungan Status Gizidan Beban KerjaterhadapKelelahanKerja (StudiPada Tenaga Kerja PT. Hikmah Sejahtera BagianCatering Hikmah Food Surabaya. Surabaya:UniversitasAirlangga.

20. Seitz, M.A. 2016. Impact of Nurse Fatique and Nursing Handoffs on Patient and Nurse Safety.Jurnal University of Texas at Tyler.

21. Setiarto, H. 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan. Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang.

22. Setyawati, L. 2011. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.

23. __________. 2010. PengantarKesehatandanKeselamatanKerja di Perusahaan. Jakarta:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Press.

24. __________. 2011. Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Perusahaan. Jakarta. FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Press.

25. Sharma A, et all. 2010. Job performance and vhronic fatique syndrome in nurses. Asian Soc Sci.

26. Sharpe, J. 2007. Shift Work and Long Hours: Risky Business. Rock Product. January

27. SrieRamadhani. 2003.Ergonomi dalam Bunga Rampai Hiperkes & KK EdisiKedua (Revisi). Semarang: Badan PenerbitUniversitasDiponegoro.

28. Sumamur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan KesehatanKerja. GunungAgung, Jakarta.

29. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di TempatKerja. Harapan Press. Solo.

30. _______. 2014. Keselamatan dan Kesehatan KerjaManajemendanImplementasi K3 di TempatKerja.Surakarta :Harapan Press

31. Tatjana Batak, dkk, 2013. The impact of nurse shift work on the fatigue level, SEEHSJ;(2)(120-127)

32. Utami, A.R.D. 2012. Hubungan Antara Beban Kerjadan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan pada Tenaga.

Вам также может понравиться